Teknologi membran adalah salah satu teknologi pengolahan air, dimana membran mampu memisahkan komponen kimia secara spesifik, dapat beroperasi pada suhu rendah, kontinu, hemat energi, prosesnya tidak destruktif terhadap zat-zat yang dipisahkan dan tidak menimbulkan dampak yang negatif terhadap lingkungan sehingga dapat disebut sebagai clean technology. Permasalahan umum yang sering terjadi pada membran yakni terjadinya fouling karena akumulasi material yang tertahan pada membran. Fouling diduga dapat direduksi dengan tindakan pencucian menggunakan chemical agent cleaning seperti Detergen dan NaOH. Fouling yang terbentuk pada permukaan membran akibat kandungan minyak yang terdapat pada air terproduksi akan berikatan dengan rantai hidrofobik yang terdapat pada detergen. Oleh karena itu, pengembalian nilai presentasi flux ke arah permeat setelah proses pencucian kimia (back wash) pada membran lebih tinggi dibandingkan menggunakan NaOH (Angga Dwi, 2014). Saat ini aplikasi membran telah merambah ke berbagai industri diantaranya industri logam (pengambilan kembali logam), industri makanan, bioteknologi (pemisahan, pemurnian, sterilisasi, pengambilan produk samping), serta industri kulit dan tekstil (pengambilan kembali bahan kimia dan panas). Modifikasi membran selulosa asetat dengan zeolit alam juga berpengaruh terhadap performansi membran dimana fluks permeasi dan selektifitas membranmeningkat pada pemisahan campuran etanol-air secara pervaporasi. Sifat hidrofilik selulosa asetat dan kepolaran zeolit menyebabkan kecenderungan membran menyerap molekul air dibandingkan etanol (Novi Sylvia, 2012). Menggunakan membran bioreaktor untuk industri proses limbah cair merupakan teknologi yang sangat menarik karena menawarkan beberapa keuntungan apabila dibandingkan dengan proses pengolahan konvensional. Namun, kompleksitas fouling1 meningkat oleh aktivitas biologis dan kemajuan dalam bidang penelitian ini relatif lambat. Fouling adalah masalah umum dan utama dalam aplikasi Membran Bioreaktor. Fouling dapat menyebabkan penurunan fluks permeat, peningkatan TMP, penurunan kualitas pemeat dan kerusakan membran. Fouling dapat diklasifikasikan atas dasar foulants sebagai : partikulat fouling, fouling organik, biofouling, dan scaling (Indra, 2005).
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan simulasi membran adalah : 1. Bagaimana cara mengetahui dan memperhitungkan separation factor membrane (αA,B) dan luas area membrane (Am) secara teoritis ?
I-1 Laboratorium Peralatan Perpindahan Massa dan Panas
2. Bagaimana mengetahui hubungan grafik antara θ (fraction of feed permeate) vs XRi
(fraksi mol retentate), θ (fraction of feed permeate) vs yPi (fraksi mol permeate), θ (fraction of feed permeate) vs αA,B (separation factor membrane), θ (fraction of feed permeate) vs Am (luas area membrane) ?
I.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan simulasi membran adalah : 1. Untuk mengetahui dan memperhitungkan separation factor membrane (αA,B) dan luas area membrane (Am) secara teoritis 2. Untuk mengetahui hubungan grafik antara θ (fraction of feed permeate) vs XRi (fraksi mol retentate), θ (fraction of feed permeate) vs yPi (fraksi mol permeate), θ (fraction of feed permeate) vs αA,B (separation factor membrane), θ (fraction of feed permeate) vs Am (luas area membrane)