Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Masjid bukan sekedar tempat sujud sebagaimana


makna harfiahnya, tetapi memiliki beragam fungsi. Menurut pakar kebudayaan Islam asal Palestina itu,
sejak zaman Nabi Muhammad Saw. masjid tidak hanya berfungsi hanya sebagai tempat ritual murni
(ibadah mahdah seperti shalat dan itikaf. Masjid Nabawi juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan,
sentra pendidikan, markas militer dan bahkan lahan sekitar masjid pernah dijadikan sebagai pusat
perdagangan. Rasulullah menjadikan masjid sebagai sentra utama seluruh aktivitas keummatan. Baik
untuk kegiatan pendidikan yakni tempat pembinaan dan pembentukan karakter sahabat maupun aspek-
aspek lainnya termasuk politik, strategi perang hingga pada bidang ekonomi, hukum, sosial dan budaya.
Pendek kata, masjid difungsikan selain sebagai pusat kegiatan ibadah rilual juga dijadikan tempat untuk
melaksanakan ibadah muamalah yang bersifat sosial.

2.1 Pengertian masjid Dilihat dari segi harfiyah mesjid adalah tempat sembah-Yang. Perkataan mesjid
berasal dari bahasa arab. Kata pokoknya Sujudan, Fiil Madinya sajada (ia sudah sujud). Fi’il madinya
sajada diberi awalan Ma, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan ini menyebabkan berubahan
bentuk sajada menjadi masjidu, masjid dari ejaan aslinyanya adalah Masjid (dengan a) pengambilan alih
kata Masjid oleh bahasa Indonesia umumnya membawa proses perubahan bunyi a menjadi e sehingga
terjadilah bunyi Mesjid. Perubahan bunyi ma menjadi me, disebabkan tanggapan awalan me dalam
bahasa Indonesia. Bahwa hal ini salah, sudah tentu kesalahan umum seperti ini dalam Indonesianisasi
kata-kata asing sudah biasa. Dalam ilmu bahasasudah menjadi kaidah, kalau suatu penyimpangan atau
kesalahan dilakukan secara umum, ia dianggap benar. Menjadilah ia kekecualian Setiap muslim boleh
melakukan shalat di wilayah manapun di bumi ini terkecuali dia atas kuburan, di tempat yang bernajis,
dan di tempat-tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat shalat.
Rasullullah bersabda : ‫“ م ا ككل كض رس سمل )مسلم رواه( ججدد ممسس ا لمه‬Setiap bagian dari bumi Allah
adalah tempat sujud (masjid).” (HR Muslim) Pada hadist yang lain Rasulullah besabda pula : ‫كض رس سمل‬
‫ “ كججعم م ست ل م ا لمن ا )مسلم رواه( ررا مطكهسو مو ججردا ممسس‬telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai
tempat sujud dan keadaan nya bersih.” (HR Muslim) Sedangkan secara umum Mesjid adalah tempat suci
umat islam yang berfungsi sebagai tempat ibadah, pusat kegiatan keagamaan, dan kemasyarakatan
rfungsi sebagai tempat ibadah, pusat kegiatan keagamaan, dan kemasyarakatan yang harus dibina,
dipelihara dan dikembangkan secara teratur dan terencana. untuk menyemarakan siar islam,
meningkatkan semarak keagamaan dan menyemarakan kualitas umat islam dalam mengabdi kepada
allah, sehingga partisipasi dan tanggung jawab umat islam terhadap pembangunan bangsa akan lebih
besar. Singkatnya Mesjid adalah tempat dimana diajarkan, dibentuk, ditumbuhkan dan dikembangkan
dunia pikiran dan dunia rasa islam.

2.2 Kebudayaan dalam islam Islam tidak bisa dianggap kebudayaan karena Islam bukan hasil dari
pemikiran dan ciptaan manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada
Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat
di dunia dan akhirat. Tetapi agama-agama (yang telah banyak mengalami perubahan) selain Islam
memang kebudayaan, sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan dan daya pemikiran manusia.
Walaupun bukan kebudayaan tetapi agama islam sangat mendorong, bahkan turut mengatur
penganutnya untuk berkebudayaan. Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua
aspek kehidupan termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya dalam ibadah sembahyang, dalam Al-
Qur'an ada perintah Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43) Perintah itu bukan
kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT. Tetapi apabila kita hendak melaksanakan
perintah "dirikanlah sembahyang" maka timbullah daya pemikiran kita, bagaimana hendak
bersembahyang, dimana tempat untuk melaksanakannya dan lain-lain. Dan dari pemikiran tersebut
terwujudlah usaha atau tindakan yang akhirnya menghasilkan sebuah kebudayaan. Seperti keterangan
sebelumnya yang mengatakan bahwa kebudayaan bisa melahirkan kemajuan, maka jika kita bisa
melaksanakan arahan/perintah lain dalam agama Islam ini, niscaya lahirlah kebudayaan dan kemajuan
dalam kehidupan kita. Kemajuan yang dicetuskan karena dorongan agama Islam itulah yang dikatakan
kebudayaan dalam Islam. Dan suatu budaya yang dicetuskan suatu bangsa tanpa meniru bangsa lain
itulah yang dinamakan kebuadayaan bangsa itu. Berbeda, jika suatu bangsa meniru kebudayaan bangsa
lain, maka bangsa tersebut dikatakan bangsa yang yang berkebudayaan bangsa lain. Sama halnya jika
orang Islam melakukan atau meniru kebudayaan di luar kebudayaan Islam, maka dia dikatakan orang
Islam yang berkebudayaan bangsa lain. Perbuatan seperti ini terjadi juga dalam urusan membuat masjid.
Contohnya dapat dilihat pada mesjid Cordova Spanyol yang tempat sembahyangnya dibuat dengan tidak
mengikut cara Islam karena disalut dengan emas. Ini tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran Islam.
Maka ini bukan kebudayaan Islam tetapi kebudayaan orang Islam. Jadi apa sebenarnya kebudayaan
Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan itu bersih dengan ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran
ataupun sudah berupa bentuk, sikap atau perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang
benar-benar dinamakan kebudayaan (tamadun) Islam. Jika ajaran agama Islam ini diamalkan seungguh-
sungguh, umat Islam akan jadi maju. Dan dengan kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan
atau tamadun. Semakin banyak umat Islam mengamalkan hukum Islam, semakin banyak kemajuan
dihasilkan dan semakin banyak pula kebudayaan atau tamadun Islam yang lahir.

2.3 peran masjid kampus bagi mahasiswa Pada zaman sekarang, masjid kampus memang hanya sebuah
bagian kecil dari sebuah kampus. Meskipun begitu, peran masjid kampus dalam membentuk mahasiswa
berintegritas sangat besar. Masjid kampus tidak saja menjadi tempat shalat, saat ini masjid menjelma
menjadi pusat kegiatan mahasiswa yang memiliki segudang lembaga dan kegiatan. Lembaga-lembaga
dan kegiatan yang berada di bawah naungan masjid akan lebih maksimal jika dioptimalkan untuk
membentuk mahasiswa yang berintegritas. Dalam perannya membentuk mahasiswa berintegritas,
masjid kampus sekurang-kurangnya bisa memanfaatkan dua hal yaitu fungsi spiritual masjid dan
lembaga-lembaga yang berada di dalamnya. Secara spiritual, fungsi utama masjid adalah sebagai tempat
bersujud. Bersujud dalam arti melaksanakan penghambaan kepada Allah. Didalamnya orang-orang
muslim melaksanakan shalat dan ibadah-ibadah lainnya. Oleh sebab itu masjid kampus tidak pernah
sepi. Mahasiswa yang datang ke masjid adalah mereka yang berupaya untuk menjaga integritas
terhadap agamanya. Salahsatunya untuk melaksanakan shalat (baik shalat berjamaah maupun
munfarid). Orang yang senantiasa menjaga shalatnya berarti ia menjaga integritas terhadap Tuhannya.
Shalat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan shalat berarti mendirikan agamanya, barang siapa
meninggalkan shalat berarti meruntuhkan agamanya. Demikian sabda Sang Nabi Saw. Shalat juga
menjadi parameter bagi amal seseorang. Jika shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, dan
sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa peran utama masjid dalam membentuk mahasiswa adalah melalui
aktivitas ibadah, terutama shalat. 2.4 lembaga dalam kepengurusan masjid kampus Masjid kampus
memiliki banyak lembaga yang bergerak di bidang sosial dan keagamaan. Masjid Kampus UNS misalnya,
Masjid Nurul Huda UNS (disingkat:NH) memiliki lembaga dakwah kampus dan beberapa lembaga sosial
seperti lembaga Amil zakat Infak dan Shadaqah (LAZIS), dan Perpustakaan Masjid Nurul Huda.
Lemabaga-lembaga inilah yang berperan dalam pembentukan mahasiswa yang berintegritas Lembaga
dakwah kampus (LDK) merupakan salah-satu pilar paling penting dalam membentuk mahasiswa yang
berintegritas. Sebagai lembaga dakwah yang berbasis di masjid, LDK bisa memanfaatkan posisi strategis
masjid sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa. LDK bisa menawarkan kajian-kajian, halaqah-halaqah,
atau kegiatan kegiatan lain yang bisa meningkatkan integritas dan spiritualitas mahasiswa. Model
halaqah (forum berbentuk lingkaran) adalah model kajian/diskusi yang cukup popular dikalangan aktivis
islam kampus. Model ini sudah terkenal sejak masa kejayaan Islam. Saat itu halaqah merupakan model
kajian yang begitu trekenal dan efektif di masjid-masjid di seluruh duania Islam Peran LDK dalam
membentuk mahasiswa berintergritas selanjutnya melalui organasasinya. Biasanya, sebagian besar
mahasiswa yang bergabung dengan LDK bertujuan untuk memperbaiki diri dan spiritualitas mereka.
Maka lingkungan LDK yang berisi komunitas orang-orang yang konsisten menjaga spiritualitasnya harus
mampu memberikan jawaban dari permasalahanpermasalahan mereka, dan pada akhirnya mampu
mencetak mahasiswamahasiswa yang berintegritas. Lazis juga memiliki potensi strategis dalam
membentuk mahasiswa yang berintegritas. Lazis yang merupakan penghimpun, pengelola, dan penyalur
dana umat Islam memiliki sejumlah program yang berperan dalam pembentukan mahasiswa
berintergritas. Misalnya melalui beasiswa pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa yang
membutuhkan. Dengan program itu Lazis bisa melakukan pengkadearan terhadap mahasiswa-mahasiwa
penerima dengan berbagai kegiatan yang bisa meningkatkan hardskill, softskill dan integritas mereka.
Demikian pula melalui program beasiswa adik asuh Lazis bisa melakukan pembimbingan-pembimbingan
terhadap para adik asuh, sehingga ketika mereka tumbuh menjadi dewasa dan menjadi mahasiswa
mereka akan menjadi mahasiswa yang berkepribadian luhur dan berintegritas.

2.5 Masjid sebagai pembinaan Perpustakaan merupakan salas satu bagian penting dari sebuah masjid
kampus. Koleksi-koleksi seperti buku, majalah, maupun koleksi lainya akan berpengaruh terhadap
karakter pembaca. Ada pepatah yang mengatakan “You are what you read”, kamu adalah apa yang
kamu baca. Koleksi-koleksi keagamaan akan berpengaruh terhadap spiritualitas pembaca. Dengan
demikian perlu adanya penambahan koleksi-koleksi keagamaan yang relevan dengan mahasiswa.
Sosialisasi yang gencar, pelayanan yang ramah, dan penataan ruangan yang nyaman juga akan
menambah angka kunjungan ke perpustakaan, yang pada akhirnya semakin banyak mahasiswa yang
bisa memetik manfaat dari perpustakaan masjid itu. “Masjid sebagai pusat pembinaan potensi umat”
adalah warisan tak ternilai yang diterima umat Islam dari Rasulullah SAW. Masjid bukan semata-mata
tempat shalat. Masjid adalah untuk menegakkan ibadah dan menyusun umat. Islam tidak dapat tegak
tanpa jamaah. Ajaran-ajaran Islam adalah jalinan ibadah dan muamalah. Yang satu “mu’amalah dengan
Khaliq (hablum min Allah)”, yang lainnya “mu’amalah dengan makhluk (hablum min an-naas)”. Ini kaji,
yang sudah terang perintah wajibnya. Masyarakat Islam memikul kewajiban membina masyarakat
(jamaah) karena beban langsung dari agamanya. Masjid warisan Risalah Islam berfungsi sebagai
pangkalan Umat tempat membina jamaah, menambah pengertian dan wawasan, mempertinggi
kecerdasan, menanamkan akhlaq, memelihara budi pekerti, mendinamika jiwa, memberikan pegangan
hidup bagi para anggota masyarakat (jamaahnya), guna menghadapi masalah pokok dalam persoalan
hidup. Masjid dan Langgar (surau) yang hidup dan dinamis, berperan sebagai pusat bimbingan untuk
menaikkan jiwa umat (mendinamisirnya) untuk mencapai taraf kemakmuran hidup lebih baik.Masjid
yang hidup sebagai pusat pembinaan umat, akan meng- hidupkan jiwa jamaahnya supaya terpelihara
“Izzah”, kepribadian umat yang sedang berkecimpung dalam masyarakat ramai dari berbagai corak,,
ibarat ikan ditengah air laut yang hidup, tetap dapat memelihara dagingnya tetap segar dan tawar
walaupun terus menerus berendam dalam air asin. Jamaah umat Islam dapat saling berlomba dengan
masyarakat lainnya dalam menegakkan kebenaran dan keadilan secara bersama-sama guna
menyuburkan kebajikan untuk masyarakat umum. Begitulah fungsi Masjid secara hakiki. Kewajiban
Umat “Membina Jamaah melalui Masjid” ini tidak boleh dilalaikan (di kucawaikan) dalam keadaan
bagaimanapun. Hidupkan Masjid kembali. Dari masjid yang hidup akan terpancar jiwa yang
memancarkan cahaya hidup kepada umat disekelilingnya. Inilah program umatisasi. Masjid adalah
sumber kekuatan umat Islam masa lalu, sekarang dan di masa depan. Alangkah meruginya Umat Islam,
bila mereka tidak kunjung mengenal dan mempergunakan modal kekayaan tak ternilai jumlahnya yang
dapat dijadikan sumber kekuatannya ini. Kepada Umat Muhammad SAW, di amanatkan, Masjid yang
hidup berfungsi untuk “mencetak” manusia yang hidup yang tidak kenal gentar selain hanya kepada
Allah.. Apakah kita sudah lupa bahwa, hanya yang akan memakmurkan masjid-masjid Allah : “ orang-
orang yang beriman kepada Allah, “ dan kepada hari kemudian, “ serta menegakkan shalat dan
mengeluarkan zakat, “ dan tidak takut melainkan (hanya) kepada Allah, “ maka mudah-mudahan,
mereka termasuk orang yang terpimpin” (QS..9,atTaubah:18). Ini tuntutan yang mesti di terima Umat
Islam dari Syariat Islam yang tidak dapat disangkal wajib berlakunya atas pemeluknya di negeri ini.
Kembali ke Masjid. 2.6 Strategi dalam pembinaan generasi muda Menurut Larry Poston, Nabi tidak
pernah bersikeras untuk menentukan satu strategi khusus dalam melaksanakan dakwahnya. Nabi
melakukan berbagai macam strategi dakwah yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi para
mad’unya. Ketika dakwah pertama kali diturunkan kepada Nabi, Beliau melakukan strategi dakwah
secara sembunyi-sembunyi. Selanjutnya, pada saat dakwah Nabi Muhammad mendapatkan tekanan dan
ancaman dari kaum Quraisy, Nabi menerapkan strategi hijrah ke Madinah. Bahkan, Nabi juga melakukan
strategi melalui jalur pernikahan untuk mendapatkan dukungan dan pengikut. Intinya, strategi dakwah
Nabi Muhammad disesuaikan dengan kemampuan, situasi dan kondisi mad’u. Dengan tidak ditetapkan
satu strategi yang khusus oleh Nabi dalam melakukan dakwah, maka pengikutnya dapat berkreasi untuk
menciptakan dan menerapkan berbagai strategi yang sesuai dengan mad’u. Pertimbangan dasar yang
perlu diperhatikan dalam menentukan dan menerapkan strategi dakwah, yaitu: tujuan dakwah,
kemampuan dan keahlian da’i atau pelaksana dakwah, kondisi dan situasi dakwah dan mad’u, sarana
dan prasarana pendukung. Dengan memperhatikan pertimbangan dasar tersebut tentunya strategi
dakwah untuk anak-anak akan berbeda dengan strategi yang digunakan kepada para pemuda. Begitu
juga, strategi yang diterapkan kepada pemuda berbeda dengan strategi yang diterapkan kepada orang
dewasa. Secara umum ada dua strategi besar yang dapat diterapkan dalam pembinaan kepada pemuda
yaitu: strategi internal-personal dan strategi external-institutional. 1. Strategi internal-personal
berorientasi pada upaya peningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam yang
bersumber dari dalam diri pemuda itu sendiri. Sedangkan strategi external-institutional diarahkan pada
penguatan organisasi yang dimiliki oleh pemuda. Dalam mengaplikasikan strategi internal-personal,
pengurus masjid tidak hanya memberikan tempat dan pendanaan untuk berkembangnya organisasi
pemuda masjid. Pengurus masjid hendaknya memberikan bimbingan, arahan dan kontrol terhadap
pelaksanaan ajaran Islam pada generasi mu

Anda mungkin juga menyukai