Anda di halaman 1dari 3

Alkisah, pada waktu dunia masih berumur 4 abad.

Terdapat kerajaan bercorak hindu yang terletak di


muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai Mahakam.

Kudungga raja pertama dari kerajaan kutai yang pada saat itu beru saja masuk agama hindu telah tengah
melakukan ritual kelahiran anaknya dengan para brahamana

Kudungga : sebentar lagi aku memiliki seorang penerus tahta kerajaan ini. Segera siapkan upacara
kelahiran anak ku

Brahmana : siap paduka raja

Setelah Kelahiran putra mahkota

Brahmana : puja dewa siwa, anak anda akan menjadi penerus tahta kerajaan yang gagah dan berani
seperti dewa matahari paduka

Kudungga : baiklah aku akan berikan nama yang mencerminkan nama dewa matahari.

Brahmana : bagaimana kalua namanya Aśwawarman yang mulia

Kudungga : nama yang bagus pendeta Brahmana. Baklah pengawal segera sebarkan berita baik ini
keseluruh penghuni istana

Pengawal : Baik yang mulia raja

Waktu terus berlalu aswawarman pun tumbuh menjadi laki-laki yang pantas untuk melanjutkan tahta
raja kudungga. Hingga akhirnya raja kudungga wafat dan aswawarman pun dinobatkan sebagai raja
kerajaan kutai.

Aswawarman : hai, para rakyatku sebelumnya ayahku raja kudungga telah memerintah kerajaan ini
dengan sangat baik, adil dan bijaksana. Maka aku aswawarman akan meneruskan kejayaan kerajaan ini.

Rakyat : hidup raja aswawarman, hidup raja aswawarman

Aswawarman pun memimpin kerajaan kutai dengan sangat adil hingga aswawarman mendapat julukan
sebagai raja yang sangat mulia.

Didalam istana kerajaan


Tabib : yang mulia raja hamba ingn melapor

Aswawarman : ada apa tabib ?

Tabib : hamba ingin melaporkan kabar gembira pada yang muliia raja. Bahwa permaisuri sedang
mengandung anak paduka raja yang ketiga

Brahmana : puja dewa siwa sungguh beruntung paduka yang mulia. Hamba rasa anak paduka ini akan
menjadi raja yang dapat membawa kejayaan bagi kerajaan ini.

Aswawarman : sungguh dewa berbaik hati kepadaku. Pengawala segera adakan upacara untuk
menyambut kelahran anakku.

Pengawal : baik yang mulia

Beberapa bulan kemudian.

Pengawal : yang mulia tabib istana menyuruh hamba untuk melaporkan bahawa anak paduka raja telah
lahir.

Aswawarman : Brahmana siapkan upacara pemberian nama anakku

Brahmana : baik baginda, nama apa yang akan baginda berikan ?

Aswawarman : Mulawarman. Aku berharap dengan nama mulawarman ini akan menjadikan kerajaan
kutai lebih besar dan dapat memakmurkan rakyat kutai.

Brahmana : nama yang indah paduka raja. Baklah Hamba mohon undur diri untuk mempersiapkan
upacara pemberian nama.

Setelah kelahiran anaknya raja aswawarman sedangkan berpikir seberapa besar batas wlayah kerajaan
kutai yang dia pimpin.

Aswawarman : Brahmana. Bagaimana raja-raja di india menentukan kekuasaan wlayahnya?

Brahmana : di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta ketika ingin memperluas wilayahnya
dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas kekuasaan Kerajaan ( ditentukan
dengan tapak kaki kuda yang nampak pada tanah hingga tapak yang terakhir nampak disitulah batas
kekuasaan Kerajaan ).lalu Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit yang mulia

Aswawwarman : baiklah segera laksanakan upacara tersebut dan akan ku namai upacara tersebut
dengan nama asmawedha
Pengawal dan Brahmana : kami siap melaksanakannya paduka.

Hari demi hari, tahta kerajaan pun berganti dengan meninggalnya raja aswawarman .tahta pun
diserahkan pada mulawarman. Mulawarman tumbuh menjadi raja yang besar, serta dermawan bagi
kerajaan kutai. Rakyat-rakyatnya hidup tentram dan sejahtera. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan
Kutai mengalami masa kejayaannya. dan Sebagai bentuk kebesaran raja mulawarman. Nama
Mulawarman dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi pada
Kaum Brahmana. Namun kejayaan mulawarman tak pernah bisa diulangi para penggantinya.

Kerajaan kutai terus berganti tahta dari Marawijaya Warman, Gajayana Warman, Tungga Warman,
Jayanaga Warman, NalaSinga Warman, Nala Parana Tungga, Gadingga Warman Dewa, Indra Warman
Dewa, Sangga Warman Dewa, CandraWarman, Srilangka Dewa, Guna Parana Dewa, Wijaya Warman, Sri
Aji Dewa, Mulia Putera, Nala Pandita, Indra Paruta Dewa sampai pada Dharma Setia Raja demi raja telah
silih berganti memimpin kerajaan kutai, masalah demi masalah telah dilalui namun tak ada yang abadi di
dalam dunia ini hingga akhirnya kerajaan kutai runtuh saat raja Maharaja Dharma Setia tewas di tangan
Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerajaan Kutai selanjutnya menjadi
Kerajaan Islam yang bernama Kesultanan Kutai Kartanegara.

Sekian

Anda mungkin juga menyukai