C. Batasan Operasional
B. Distribusi Ketenagaan
1. Pola Ketenagaan
Jumlah dan susunan tenaga di Pelayanan Anestesi di kamar bedah terdiri dari :
Jumlah 7 orang
Sistem dinas di kamar bedah terbagi menjadi 2 yaitu :
1) Dinas harian
Bekerja pada hari Senin sampai dengan Sabtu. Waktu kerja mulai pukul 08.00 WIB
sampai dengan pukul 14.00 WITA
2) Dinas Emergency
Tugas :
Tanggung jawab :
Tugas :
a) Menangani setiap pasien yang akan dilakukan pembiusan baik rawat jalan
maupun rawat inap
b) Meningkatkan mutu layanan medik di SMF anestesiologi
c) Memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam dalam
melaksanakan tugas.
d) Membuat laporan proses anestesia (perioperatif, dan intra operatif)
e) Mengadakan pertemuan dengan kolega lain dalam internal SMF Anestesiologi
secara berkala.
f) Memberikan saran kepada kepala SMF tentang segala urusan di SMF
anestesiologi dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan dan
meningkatkan citra SMF anestesiologi
g) Mengusulkan kebutuhan fasilitas peralatan yang semakin canggih dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
h) Membantu kepala SMF untuk merencanakan dan menyusun kegiatan dalam
mengikuti symposium atau konggres baik dalam maupun luar negeri.
i) Menjabat sebagai kepala SMF bila ditunjuk oleh wadir/direktur RSUD Patut
Patuh Patju.
j) Menerima rujukan dari SMF lain di RSUD Patut Patuh Patju kemudian
memeriksa dan menjawab.
k) Mengikuti kursus atau pelatihan yang ditugaskan oleh kepala SMF wadir
medis atau direktur.
l) Mewakili kepala SMF dalam rapat yang diadakan oleh rumah sakit bila kepala
SMF berhalangan hadir.
m) Menyelesaikan tugas dari kepala SMF anestesiologi Wadir medis dan direktur
RSUD Patut Patuh Patju.
Tugas :
Tanggung jawab :
Tanggung jawab :
Tugas :
1) Sebelum Pembedahan.
a) Menerima pasien di ruang penerimaan kamar operasi.
b) Menyiapkan kelengkapan alat dan mesin anestesia.
c) Memasang infus atau transfusi darah.
d) Memberikan premedikasi sesuai dengan program dokter anestesiologi.
e) Menyiapkan kelengkapan meja anestesia dan mesin suctionnya.
f) Memonitor kondisi fisik dan tanda vital pasien.
g) Memindahkan pasien ke meja operasi.
h) Menyiapkan obat anestesia dan membantu ahli anestesiologi dalam
proses induksi.
2) Saat Pembedahan
a) Membebaskan jalan napas dengan mengatur posisi pasien dan ETT.
b) Memenuhi keseimbangan gas medis.
c) Mengatur keseimbangan cairan dengan menghitung input dan output.
d) Memantau tanda-tanda vital.
e) Memberikan obat-obatan sesuai dengan program dokter anestesiologi.
f) Memantau efek obat anestesia.
3) Setelah Pembedahan
a) Mempertahankan jalan napas pasien.
b) Memantau tingkat kesadaran pasien.
c) Memantau dan mencatat perkembangan pasien post operasi.
d) Memantau pasien terhadap efek obat anestesia.
e) Memindahkan pasien ke ruang pulih sadar/ICU
f) Merapikan dan membersihkan alat anestesia.
g) Mengembalikan alat anestesia ke tempat semula
D. Pengaturan Jaga
1. Dokter anestesiologi hadir setiap hari Senin s/d Sabtu di kamar operasi melayani
operasi sesuai dengan jadwal dan pembagian kamar operasi yang diatur dan
dibuat setiap bulan
2. Tindakan anestesia diluar jam kerja dan hari libur dilayani oleh satu orang dokter
anestesiologi
3. Hari Minggu dan libur nasional pukul 08.00 s/d 08.00 hari berikutnya tindakan
anestesia dilayani oleh satu orang dokter anestesiologi
1. Perawat / Penata Anestesi dinas di layanan anestesi dibagi dua bagian yaitu dinas
harian dan dinas emergency.
2. Perawat / Penata Anestesi dinas harian adalah melayani kegiatan anestesia di
kamar operasi setiap hari kerja Senin s/d sabtu pukul 08.00 s/d 14.00
3. Perawat / Penata Anestesi dinas emergency adalah melayani kegiatan anestesia
dikamar operasi setiap hari diluar jam kerja dengan cara on call.
4. Bila masih banyak operasi diluar jam kerja ( diatas pukul 14.00 ) maka akan
diperbantukan perawat / penata anestesi dinas harian sampai dengan
operasional layanan anestesia dapat diatasi oleh perawat dinas shift siang.
5. Bila dijumpai banyak operasi pada hari libur dan memerlukan tenaga tambahan
maka dapat dipanggil perawat / penata anestesi yang dinas stand by sesuai
dengan jadwal yang telah diatur
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Standar Fasilitas
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pelayanan anestesia mencakup tindakan anestesia (pra anestesia, intra anestesia
dan pasca anestesia) serta pelayanan lain sesuai bidang anestesiologi seperti pelayanan
kritis, gawat darurat, penatalaksanaan nyeri, dan lain-lain. Dokter spesialis anestesiologi
hendaknya membatasi beban pasien yang dilayani dan tangung jawab supervisi
anestesia sesuai dengan jumlah, kondisi dan risiko pasien yang ditangani.
PASIEN
TIM ANESTESIOLOGI
IRJ IRNA
Meninggal/Sembuh
A. Pelayanan Anestesia Perioperatif
1. Pra Anestesia
a. Konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter spesialis anestesiologi dilakukan
sebelum tindakan anestesia untuk memastikan bahwa pasien berada dalam
kondisi yang layak untuk prosedur anestesia.
b. Dokter spesialis anestesiologi bertanggung jawab untuk menilai dan
menentukan status medis pasien pra anestesia berdasarkan prosedur sebagai
berikut :
1) Anamnesis dan pemeriksaan pasien.
2) Meminta dan/atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi
yang diperlukan untuk melakukan anestesia.
3) Mendiskusikan dan menjelaskan rencana tindakan anestesia yang akan
dilakukan.
4) Memastikan bahwa pasien telah mengerti dan menandatangani
persetujuan tindakan.
5) Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat anestesia dan obat-
obat yang akan dipergunakan.
6) Kegiatan ini tercatat dalam form Pra Anestesi
c. Pemeriksaan penunjang pra anestesia dilakukan sesuai Standar Profesi dan
Standar Prosedur Operasional.
d. Tersedianya oksigen dan gas medik yang memenuhi syarat dan aman.
Pelayanan pra anestesia ini dilakukan pada semua pasien yang akan
menjalankan tindakan anestesia. Pada keadaan yang tidak biasa, misalnya gawat
darurat yang ekstrim, Langkah-langkah pelayanan pra anestesia sebagaimana
diuraikan di atas, dapat diabaikan dan alasannya harus didokumentasikan di
dalam rekam medis pasien.
4. Pelayanan Pasca-Anestesia
a. Setiap pasien pasca tindakan anestesia harus dipindahkan ke ruang pulih,
pasien juga dapat dipindahkan langsung ke unit perawatan kritis (ICU/HCU).
b. Selama pasien di ruang pulih akan dipantau tekanan darah, pernapasan,
kadar oksigen, serta penilaian nyeri dan mual/muntah secara terus-menerus
c. c. Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi
beberapa di antaranya memerlukan perawatan di unit perawatan kritis
(ICU/HCU).
d. Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh tim pengelola
anestesia dan tim IBS. Selama pemindahan, pasien harus dipantau/dinilai
secara terus menerus dan diberikan bantuan sesuai dengan kondisi pasien.
e. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada
perawat ruang pulih dan disertai laporan kondisi pasien.
f. Kondisi pasien di ruang pulih harus di pantau terus menerus meliputi
pemantauan oksigen, ventilasi, sirkulasi, dan suhu dibuat laporan tertulis
perkembanmgan kondisi di ruang pulih dengan menggunakan system score
pelayanan anestesia yaitu Aldrete score :
Respirasi
Napas dalam dan batuk bebas =2
Nafas sesak , dangkal dan terbatas =1
Periode apnoe atau ada tanda-tanda sumbatan jalan nafas =0
Sirkulasi
BP ± 20 mmHg tingkat preanesthetic =2
BP ± 20 mmHg sampai 50 mmHg tingkat preanesthetic =1
BP ± 50 mmHg tingkat preanesthetic =0
Aktivitas
Dapat menggerakan dengan sadar atau atas perintah:
4 ekstremitas =2
2 ekstremitas =1
0 ekstremitas =0
Aldrette JA. The Post Anesthesia Recovery score revisited (Letter) J.Clin.Anesth 1995 ; (7)
89-91
B. Pelayanan Anestesia Rawat Jalan
1. Pelayanan anestesia rawat jalan diberikan pada pasien yang menjalani tindakan
pembedahan sehari untuk prosedur singkat dan pembedahan minimal serta
tidak menjalani rawat inap.
2. Pasien dengan status fisik ASA 1 dan 2 yang terkendali sesuai penilaian dokter
spesialis anestesiologi dan disiapkan dari rumah.
3. Penentuan lokasi unit pembedahan sehari harus mempertimbangkan
unit/fasilitas pelayanan lain yang terkait dengan pembedahan sehari dan akses
layanan dukungan perioperatif.
1. Pelayanan sedasi
3. Pelayanan Pasca-sedasi
a. Setiap pasien pasca tindakan sedasi harus dipindahkan ke ruang pulih atau
langsung ke unit perawatan kritis (ICU/HCU).
b. Setiap pasien pasca sedasi Selama pasien di ruang pulih akan dipantau
tekanan darah, pernapasan, kadar oksigen, serta penilaian nyeri dan
mual/muntah secara terus-menerus
c. Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi beberapa
di antaranya memerlukan perawatan di unit perawatan kritis (ICU/HCU).
d. Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh tim pengelola
anestesia dan tim IBS. Selama pemindahan, pasien harus dipantau/dinilai
secara terus menerus dan diberikan bantuan sesuai dengan kondisi pasien.
e. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada perawat
ruang pulih dan disertai laporan kondisi pasien.
f. Kondisi pasien di ruang pulih harus di pantau terus menerus meliputi
pemantauan oksigen, ventilasi, sirkulasi, dan suhu dibuat laporan tertulis
perkembanmgan kondisi di ruang pulih dengan menggunakan system score
pelayanan anestesia yaitu gartner score.
Operasi cito atau life saving adalah Tindakan pembiusan yang dilakukan
pada pasien dengan kondisi darurat ( life saving)
1. Pra Anestesia
a. Konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter spesialis anestesiologi harus
dilakukan sebelum tindakan anestesia untuk memastikan bahwa pasien
berada dalam kondisi siap untuk prosedur anestesia.
b. Dokter spesialis anestesiologi bertanggung jawab untuk menilai dan
menentukan status medis pasien pra anestesia berdasarkan prosedur sebagai
berikut :
1) Pemeriksaan screening pasien dapat dilakukan di unit gawat darurat atau
di kamar operasi
2) Meminta dan/atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi
yang diperlukan untuk melakukan anestesia.
3) Mendiskusikan dan menjelaskan rencana tindakan anestesia yang akan
dilakukan.
4) Memastikan bahwa pasien telah mengerti dan menandatangani
persetujuan tindakan.
5) Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat anestesia dan obat-
obat yang akan dipergunakan.
6) Kegiatan ini tercatat dalam form Pra Anestesi
c. Pemeriksaan penunjang pra anestesia dilakukan sesuai Standar Profesi dan
Standar Prosedur Operasional.
d. Tersedianya oksigen dan gas medik yang memenuhi syarat dan aman.
3. Pelayanan Pasca-Anestesia
a. Setiap pasien pasca tindakan anestesia harus dipindahkan ke ruang pulih
pasien juga dapat dipindahkan langsung ke unit perawatan kritis (ICU/HCU).
b. Selama pasien di ruang pulih akan dipantau tekanan darah, pernapasan,
kadar oksigen, serta penilaian nyeri dan mual/muntah secara terus-menerus
c. Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi beberapa
di antaranya memerlukan perawatan di unit perawatan kritis (ICU/HCU).
d. Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi tim pengelola anestesia
dan Tim IBS. Selama pemindahan, pasien harus dipantau/dinilai secara terus
menerus dan diberikan bantuan sesuai dengan kondisi pasien.
e. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada perawat
ruang pulih dan disertai laporan kondisi pasien.
f. Kondisi pasien di ruang pulih harus di pantau terus menerus meliputi
pemantauan oksigen, ventilasi, sirkulasi, dan suhu dibuat laporan tertulis
perkembanmgan kondisi di ruang pulih dengan menggunakan system score
pelayanan anestesia yaitu gartner score.
BAB V
LOGISTIK
A. Definisi
B. Tujuan
1. Menyediakan obat dan alat kesehatan untuk kelancaran operasional layanan
anestesia
2. Melakukan penyimpanan obat dan alat kesehatan dengan baik dan benar
3. Mencegah terjadinya kehilangan obat dan alat kesehatan di layanan anestesia
(dapat diketahui kurang dari 48 jam)
C. Pengadaan Obat Dan Alat Kesehatan Di Layanan Anestesi Kamar Bedah
Obat dan alat kesehatan yang diperlukan di layanan anestesia terdiri dari alat
habis pakai dan alat – alat modal (investasi). Obat dan alat yang termasuk habis pakai
pengadaannya dari farmasi, sedangkan alat modal sistem pengadaannya dengan
tender melalui anestesia atau tim pengadaan alat investasi RSUD Patut Patuh Patju.
1. Untuk pengadaan obat dan alat kesehatan yang habis pakai yang bersifat rutin
diadakan oleh Farmasi Kamar Bedah.
2. Obat dan alat khusus yang diperlukan oleh layanan anestesia diajukan dengan
cara :
a. Diminta oleh Kepala SMF Anestesiologi
b. Diajukan ke Wadir Medis untuk diketahui dengan tembusan ke Wadir
Penunjang Medis dan Ka Instalasi Farmasi
c. Dilanjutkan ke Direktur untuk disetujui
d. Kemudian dikirim dari Farmasi ke bagian anestesia untuk proses
pengadaannya
e. Pengambilannya dengan pembuatan Bon Pengeluaran Material
E. Penyimpanan
1. Obat dan alat kesehatan Emergency di simpan di trolly masing masing kamar
operasi
2. Obat dan alat kesehatan yang habis pakai disimpan oleh bagian depo farmasi
kamar bedah.
A. Definisi
B. Tujuan
1. Keselamatan dan Keamanan pasien, semua anggota tim kamar bedah harus
memperhatikan kembali :
2. Identitas pasien
3. Rencana tindakan
4. Jenis pemberian anastesia yang dipakai
5. Faktor-faktor alergi
6. Respon pasien selama operatif
7. Respon pasien post operatif
8. Menghindari pasien dari bahaya fisik akibat penggunaan alat / kurang teliti
1. Pra Anestesia
a. Melakukan pemeriksaan pre operasi di ruang rawat untuk pasien pasien operasi
elektif, dengan tujuan :
Mempelajari rekam medis pasien untuk mengetahui kondisi pasien.
Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Menilai aspek kondisi fisik sehubungan dengan resiko dan penatalaksanaan
perioperatif
Meminta hasil pemeriksaan dan konsultasi yang diperlukan.
Memberikan informasi mengenai kondisi dan tindakan anestesia yang akan
dilakukan kepada pasien.
Menentukan medikasi pra anestesia yang tepat berdasarkan kondisi pasien.
Memastikan dan menandatangi informed consent.
Melakukan kolaborasi atau konsultasi dengan SMF lain apabila diperlukan
b. Melakukan pemeriksaan pra induksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kamar
operasi sebelum dilakukan tindakan pembiusan untuk memastikan kondisi
pasien melalui :
1) Identifikasi pasien.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan layanan anestesi yang mengacu pada standar operation prosedur
pelayanan anestesi rumah sakit pusat pertamina yang berlaku.
b. Terciptanya pelayanan anestesia yang menjamin keamanan dan
kenyamanan pasien
c. Meningkatkan kepuasan pelanggan
d. Mencapai sasaran mutu sesuai ISO 9001 yang telah ditetapkan Rumah Sakit
3. Sasaran Mutu Kamar Bedah dan Anestesi
BAB IX
PENUTUP