PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintergrasi dari pelayanankesehatan secara
menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 dimana kesehatan
adalah hak fundamental setiaprakyat dan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
tentangKesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhanmasyarakat
terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologisudah selayaknya memberikan
pelayanan yang berkualitas.
Pedoman pelayanan medik pada bagian Radiologi Rumkit Tk. II Udayana terdiri dari
pedoman pelayanan radiodiagnostik. Pedoman pelayanan medik radiodiagnostik merupakan
acuan bagi ahli radiologi untuk menganalisis dan menegakkan diagnosis penyakit berdasarkan
hasil foto / imejing.Imejing pada radiodiagnostik dilakukan dengan menggunakan sinar X, yang
dapat dilakukan dengan memakai zat kontras ataupun tanpa zat kontras, atau yang lebih dikenal
dengan foto polos.Pemeriksaan ini menggunakan pesawat dengan kapasitas500 mAs, 133
kV.Selain itu hasil imejing dapat pula dihasilkan dari alat – alat tanpa menggunakan sinar X yaitu
dengan memakai gelombang suara, yang dikenal sebagai alat ultrasonografi.
Seiring dengan kemajuan dalam bidang teknologi maka saat ini pemeriksaan organ
tubuh dapat juga dilakukan melalui potongan – potongan (slices) baik aksial, koronal ataupun
sagital. adalah pemeriksaan potongan – potongan tubuh dengan bantuan sinar X, yang dikenal
sebagai pemeriksaan CT scan (Computerized Tomografi Scanning). Tergantung dari jenis atau
kapasitas alat, gambar potongan – potongan ini dapat dihasilkan dengan cepat, dapat sampai 8
potongan gambar per pengambilan gambar (scan), dan dengan teknik 3 dimensi dapat
dihasilkan suatu gambar yang sangat baik, yang sangat membantu para ahli radiologi dalam
mendiagnosis penyakit.
Buku pedoman pelayanan radiologi ini mudah – mudahan dapat menjadi pegangan
secara umum untuk medis dan paramedis yang bekerja di Rumkit Tk. II Udayanadalam
menegakkan diagnosis radiologik secara tepat.
2. Tujuan
Tujuan Umum :
Tercapainya standarisasi pelayanan radiologi diagnostik sesuai dengan jenis dan
kelassarana pelayanan kesehatan.
Tujuan Khusus :
a. Sebagai acuan bagi rumah sakit untukmenyelenggarakan pelayanan radiologi diagnostik.
b. Sebagai tolak ukur dalam menilai penampilan rumah sakit yangmenyelenggarakan
pelayanan radiologi.
c. Sebagai pedoman rumah sakit dalam upaya pengembangan lebih lanjut yangarahannya
disesuaikan dengan tingkat pelayanan radiologi yang telahdicapai dan proyeksi kebutuhan
pelayanan di masa depan.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Radiologi Rumkit Tk. II Udayana meliputi :
a. Pasien Rawat Jalan
Yaitu pasien dari Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Jalan Rumkit Tk. II
Udayanayang memerlukan pemeriksaan radiologi.
b. Pasien Rawat Inap
Yaitu pasien yang dirawat di ruang perawatan Rumkit Tk. II Udayana yang memerlukan
pemeriksaan radiologi.
c. Pasien Luar
Yaitu pasien dari dokter luar Rumkit Tk. II Udayanamaupun dari rumah sakit lain yang
memerlukan pemeriksaan radiologi.
1
d. Pasien Medical Check-up
Yaitu pasien yang berasal dari PPBPAD yang melakukan medical check-up untuk keperluan
: penerimaan calon prajurit TNI maupun PNS di lingkungan Kodam IX/Udayana, persiapan
menikah bagi anggota TNI AD yang bertugas di Kodam IX/Udayana, pemeliharaan
kesehatan pasukan secara berkala,pemeriksaan kesehatan calon haji, pemeriksaan
kesehatan bagi para calon mahasiswa kesehatan yang memerlukan pemeriksaan radiologi.
4. Batasan Operasional
Pelayanan radiologi diagnostik di Rumkit Tk. II Udayanameliputi :
a. Pelayanan Radiodiagnostik
b. Pelayanan Imejing Diagnostik
Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi pengion, meliputi antara lain pelayanan X-ray konvensional, Computed
Tomography Scaning/CT Scan.
Pelayanan imejing diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan USG.
5. Landasan Hukum
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/ Menkes/ SK/
XI/2008Tentang standar pelayanan Radiodiagnostik di sarana pelayanan kesehatan.
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
.
2. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan tenaga di Instalasi Radiologi Rumkit Tk. II Udayana diatur dalam 3 shift jaga
dengan distribusi sebagai berikut:
a. Dinas pagi:
Yang bertugas sejumlah 6 ( enam ) orang dengan rincian :
1) 1 orang kepala subinstal radiologi
2) 1 orang kepala ruangan radiologi
3) 2 orang petugas administrasi
4) 1 orang petugas kamar gelap
5) 1 orang bertugas di konvensional
Jam dinas dari pukul 07.00 wita s/d pukul 14.00 wita.
b. Dinas sore:
Yang bertugas 1 ( satu ) orang, dengan rincian :
1 orang petugas merangkap pelaksana pemeriksaan radiologi, administrasi dan kamar
gelap.
Jam dinas dari pukul14.00 wita s/d pukul 20.00 wita.
c. Dinas malam:
Yang bertugas 1 ( satu ) orang dengan rincian :
1 orang petugas merangkap pelaksana pemeriksaan radiologi, administrasi dan kamar
gelap
Jam dinas dari pukul 20.00 wita s/d pukul 07.00 wita.
3. Pengaturan Jaga
Pengaturan jadwal dinas radiografer di Instalasi Radiologi Rumkit Tk. II Udayana adalah sebagai
berikut:
3
a. Pengaturan jadwal dinas radiografer dibuat oleh Kepala Ruangan disetujui oleh Kepala
subinstalasi Radiologi dan ditandatangani langsung oleh Kepala subinstalasi Radiologi
Rumkit Tk. II Udayana.
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke radiografer
setiap satu bulan.
c. Jadwal dinas terdiri atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur dan
cuti. Apabila ada radiografer jaga karena sesuatu hal tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan ( terencana ), maka radiografer bersangkutan harus memberitahu
kepala ruangan satu hari sebelumnya, dan diharapkan yang bersangkutan sudah
mencari radiographer pengganti. Apabila radiografer bersangkutan tidak mendapatkan
radiographer pengganti, maka kepala ruangan akan mencari radiographer pengganti.
d. Apabila ada radiografer tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (
tidak terencana ), maka kepala ruangan akan mencari radiographer pengganti yang
libur. Apabila tidak dapat radiographer pengganti, maka radiographer yang dinas pada
shift sebelumnya untuk menggantikan.
I. Latar Belakang
Pelayanan instalasi radiologi Rumkit Tk. II Udayanamerupakan pelayanan 24 jam yang
diberikan kepada pasien yang datang dari IGD, Instalasi Rawat Jalan,InstalasiRawat Inap.
Dalam upaya penetapan tenaga di instalasi radiologi yang handal, diperlukan perencanaan,
pengadaan dan pemeliharaan SDM yang tepat bagi kelancaran pelaksanaan pelayanan
radiologi.
Perencanaan tersebut diatas bertujuan untuk mengatasi dan menyiapkan turn over
SDM di dalam radiologi. Untuk meningkatkan kompetensi SDM Rumah Sakit diperlukan
pendidikan dan pelatihan secara berkala.
Karena radiologi merupakan pelayanan radiologi 24 jam, maka kebutuhan tenaga dokter
spesialis disesuaikan dengan kebutuhan jadwal jaga dalam 2 (dua) shift. Dalam setiap
shift dibutuhkan 2 (dua) tenaga dokter, spesialis sehingga kebutuhan tenaga dokter
spesialis adalah 4 (empat) orang/ hari.
6
c. Perhitungan kebutuhan tenaga radiografer
Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data kegiatan
pelayanan radiologi yang telah dilakukan di instalasi radiologi selama kurun waktu
2013, yaitu 3138 pasien True Emergency dan 5618 pasien False Emergency
Keterangan :
Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga di Instalasi radiologi Rumkit Tk. II Udayana
dengan kondisi tenaga saat ini, maka kekurangan dokter spesialis 2 orang dan 2 orang
tenaga radiographer
4. Kesimpulan
Sesuai dengan analisis diatas maka untuk memenuhi kekurangan tenaga di Instalasi
radiologi Rumkit Tk. II Udayanamaka diperlukan penambahan tenaga medis 4 orang
dan 2 orang radiographer baru.
5. Rekomendasi
a. Kepala Subinstal radiologi membuat surat rekomendasi untuk penambahan tenaga
sesuai dengan kualifikasi tenaga pada Kepala Rumah Sakit Tk.II Udayana.
b. Kepala Rumah Sakit Tk. II Udayana membuat tindak lanjut membalas surat
rekomendasi tersebut dengan isi akan memperhatikan rekomendasi tersebut dan
memenuhi kebutuhan tenaga sesuai kemampuan keuangan Rumkit Tk. II Udayana.
7
BAB III
PEDOMAN FASILITAS
2. Standar Fasilitas
Fasilitas yang tersedia di InstalasiRadiologi Rumkit Tk. II Udayana antara lain :
8
Fasilitas peralatan proteksi radiasi untuk pasien dan petugas yang tersedia di unit radiologi Rumkit
Tk. II Udayanaadalah :
NO NAMA ALAT FUNGSI KETERANGAN
1 APRON Baju pelindung 8 Buah
2 TLD Alat monitor radiasi petugas 16 Buah
9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien dilakukan di loket radiologi :
a. Pasien Rawat Jalan
1) Pasien rawat jalan/pasien dari luar datang dengan membawa surat permintaan
pemeriksaan
2) Petugas administrasi menerima permintaan pemeriksaan dan langsung mengentry data
di komputer
3) Petugas administrasi melakukan pencatatan di buku register antara lain : nomor register,
nama pasien, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan, film yang digunakan dan waktu
kedatangan pasien.
4) Pasien dipanggil oleh radiographer sesuai nomer registeruntuk dilakukan pemeriksaan
sesuai dengan surat permintaan dari dokter.
2. Persiapan Pasien
a. Persiapan Pasien untuk Pemeriksaan Radiodiagnostik
1) Pasien diberikan penjelasan singkat tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
2) Pasien diminta untuk mengganti pakaian diruang ganti pasien dengan pakaian pasien
yang telah disediakan diruanganpemeriksaan masing-masing.
3) Pasien diminta untuk melepaskan semua benda logam yang dipergunakan khususnya
pada organ yang akan dilakukan pemeriksaan.
3. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Teknik Pemeriksaan Ektremitas Atas / Bawah
1) Persiapan Pasien :
Tidak ada persiapan khusus. Pasien hanya harus melepaskan benda-benda logam di
daerah yang akan diperiksa yang dapt menimbulkan artefak.
2) Persiapan Alat :
a) Kaset dan film
b) Pesawat X-ray Unit
c) Marker
d) Plester
3) Teknik Pemeriksaan :
Foto Clavicula AP
Foto Shoulder AP
Foto Humerus Posisi A-P dan Lateral
Foto Cubiti Posisi A-P dan Lateral
Foto Antebrachi Posisi A-P dan Lateral
Foto Wrist Joint Posisi A-P dan Lateral
Foto manus Posisi A-P dan Oblique, lateral (jika dibutuhkan)
Foto Femur Posisi A-P dan Lateral
Foto Genu Posisi A-P dan Lateral
Foto Cruris Posisi A-P dan Lateral
Foto Ankle Posisi A-P dan Lateral
Foto Pedis Posisi A-P dan oblique, lateral (jika dibutuhkan)
11
b. Teknik Pemeriksaan Skull / Kepala
1) Persiapan Pasien :
Tidak perlu dilakukan persiapan khusus. Pasien hanya harus melepaskan benda-benda
logam di daerah yang akan diperiksa yang dapat menimbulkan artefak
2) Persiapan Alat :
a) Kaset dan film
b) Pesawat X- ray unit
c) Marker dan Plester
d) Grid yang ukuran sama dengan kaset
3) Teknik Pemeriksaan :
a) A-P dan lateral sebagai posisi dasar
b) Rhese : untuk melihat kelainan pada foramen opticum, fissureorbitalis
c) Cadwell : untuk melihat margo superior orbita untuk melihat kemungkinan
1. adanya massa
d) Water’s : melihat kelainan pada sinus
e) Sella khusus : untuk melihat kelainan pada sella tursika
f) TMJ : melihat kelainan pada temporo mandibular joint
g) Stenvers :melihat kelainan pada os petrosum
h) Towne :melihat kelainan pada foramen magnum zygomaticus
i) Mandibulae: melihat kelainan pada tulang mandibula
13
3) Abdomen diposisikan di tengah-tengah meja pemeriksaan.
4) Mid sagital plane pasien sejajar dengan garis tengah grid (meja
pemeriksaan).
5) Batas atas pada prosesus xyphoideus dan batas bawah pada simpisis
pubis.
6) Lapangan penyinaran sesuai dengan ukuran obyek.
7) Eksposi dilakukan tahan nafas setelah tarik nafas, keluarkan.
8) Gambar posisi obyek
a) Prosedur Pemeriksaan
1) Pusat Sinar (CR)
Arahkan Sinar-X Tegak Lurus Pada Pertengahan Kaset.
2) Titik Pusat (CP)
BNO (abdomen polos) pada Umbilikus.
3) 5 – 7 menit pos injeksi (kompresi) pada titik pertengahan antara
Prosesus Xiphoideus dan SIAS.
4) Zonogram (dilakukan bila pesawat memungkinkan) pada titik
pertengahan antara Prosesus Xiphoideus dan SIAS.
5) 10 – 15 menit pos injeksi (kompresi) pada titik pertengahan antara
Prosesus Xiphoideus dan SIAS.
6) 30 – 60 menit pada Umbilikus.
7) Kriteria Evaluasi
(a) BNO (abdomen polos) tampak jelas diafragma sampai simpisis
pubis, muskulus psoas line.
(b) 5 – 7 menit tampak nephrogram dan pelvio kalises.
(c)Zonogram (dilakukan bila pesawat memungkinkan, dengan
ketinggian fulkrum 1/3 posterior tebal pasien) tampak kontur ginjal
dengan baik.
(d) 10 – 15 menit pos injeksi (kompresi) tampak gambaran pelvio
kalises dan ureter proksimal.
(e) 30 – 60 menit tampak gambaran sebagian pelvio kalises,
ureter dan buli-buli.
(f) Pos voiding tampak sisa urine dalam batas minimal
14
Catatan:
1) Penyuntikan bahan kontras harus dilakukan oleh tenaga yang
berkompeten sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Bila fungsi ginjal belum terlihat selama 1 jam setelah penyuntikan,
konsultasikan ke dokter radiologi.
3) Bila perlu dilakukan kompresi.
4) Harus menandatangani inform concernt.
5) Semua faktor eksposi pada pemeriksaan ini harus mengacu pada log
book dari pesawat yang dipakai.
1) Persiapan Pasien
Tidak ada
2) Alat dan Bahan
a) Pesawat Fluoroscopy,
b) Disposible Spuit Kateter Tip,
c) Folley Kateter,
d) Sarung Tangan, Masker, Plester,
e) Kontras Media 1 : 1,
f) NaCl 0,9 %,
g) Kom Dan Bengkok Steril.
3) Proyeksi Pemeriksaan
a) Foto polos pelvis.
b) Foto serial, mulai dari pengisian kontras sampai buli buli penuh.
15
c) AP dan Oblique kiri, kanan dan lateral.
d) Post Voiding (Post Miksi).
4) Posisi Pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan kedua lengan di letakkan
diatas kepala.
5) Posisi Obyek
a) Foto AP daerah pelvis
b) Buli-buli pelvis
c) Foto Oblique, kiri dan kanan
d) Foto Lateral
e) Foto Post Void
6) Pusat Sinar (CR)
Sesuai dengan obyek.
7) Titik Pusat (CP)
a) Foto polos daerah pelvis.
b) Foto dengan kontras pada pertengahan obyek.
1) Kriteria Evaluasi
a) Tampak buli buli terisi penuh dengan kontras.
b) Foto oblique kiri dan kanan akan jelas terlihat kontur buli-buli.
c) Gambaran buli buli penuh dan uretra harus terlihat jelas dengan posisi tidak
tumpang tindih.
2) Citra Hasil Radiografi
16
3) Catatan :
a) Pemasukan bahan kontras harus dilakukan oleh tenaga yang berkompeten sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
b) Harus menandatangani Inform concernt.
c) Semua faktor eksposi pada pemeriksaan ini harus mengacu pada log book dari
pesawat yang dipakai.
2) Kontra Indikasi
Pada umumnya kontra indikasi Ct Scan kepala terjadi hubungan dengan pemakaian
media kontras :
a) Alergi kontras media :Asma berat, riwayat alergi, dermatitis berat.
b) Keadaan umum yang buruk sekali, sesak, gelisah, kesadaran menurun.
c) Kegagalan.
d) Ginjal berat yang tidak sedang dalam rencana cuci darah
3) Persiapan Pasien
a) Untuk Ct Scan kepala tanpa kontras, tidak perlu persiapan.
b) Untuk penderita anak-anak dan penderita yang tidak kooperatif, diperlukan
anasthesi.
c) Untuk Ct Scan kepala dengan kontras :Lambung harus kosong pada saat
dilakukan pemeriksaan, untuk mengantisifasi terjadinya efek samping kontras
media, misalnya dianjurkan puasa 2 jam sebelum pemeriksaan. Dilakukan
pemeriksaan laboratorium BUN dan Kreatinin.
d) Gigi palsu dilepas sebelum pemeriksaan CT Scan, karena akan menimbulkan
artifact.
e) Bila penderita memakai plate, wiring, maka pada irisan coronal sebaiknya tidak
melalui daerah tersebut, karena akan menimbulkan artifact.
4) Persiapan Alat
a) Unit CT Scan
b) Kontras media ( bila dilakukan CT Scan dengan kontras )
c) Untuk pertolongan pada kegawatan shock
(1) Alat resusitasi
17
(2) Obat-obatan
l Teknik Pemeriksaan
1) CT Scan Otak
Irisan Axial :
Potongan axial sejajar dengan OML (Orbito Meatal Line)/ Reids base Line sampai
vertex
- Penderita tidur telanjang
- Untuk lesi di midline, di vertex, sebaiknya dibuat juga potongan coronal
Irisan Coronal :
Untuk potongan coronal dan sagital dibuat dengan melakukan recon pada alat tanpa
mengatur posisi pasien.
3) Persiapan Pasien
a) Untuk CT Scan Thorax tanpa kontras, tidak perlu persiapan.
b) Untuk penderita anak-anak dan penderita yang tidak kooperatif, diperlukan anastesi.
c) Untuk CT Scan Thorax dengan kontras:
d) Lambung harus kosong pada saat dilakukan pemeriksaan, untuk mengantisifasi
terjadinya efek samping media kontras,maka dianjurkan puasa 4 jam sebelum
pemeriksaan.
e) Dilakukan pemeriksaan laboratorium BUN dan Kreatinin.
f) Bila penderita memakai alat pacu jantung, sebaiknya tidak melakukan irisan pada
daerah tersebut, karena akan menimbulkan artefak.
4) Persiapan Alat
a) Unit CT Scan
b) Media kontras (bila dilakukan CT Scan dengan media kontras).
c) Untuk pertolongan pada kegawatan shock:
(1) Alat resutasi
(2) Obat-obatan
5) Teknik Pemeriksaan
a) Posisi pasien supine diatas meja pemeriksaan, dengan posisi kepala dekat gantry.
Kedua tangan diatas kepala.
b) Mengatur obyek sehingga mid sagital plane (MSP) tubuh sejajar dengan lampu
indicator longitudinal.
c) Menjelaskan kepada pasien agar inspirasi penuh dan tahan napas saat pemeriksaan
berlangsung, sesuai aba-aba.
d) Irisan dibuat mulai dari asfek paru sampai diafragma, tidak dilakukan penyudutan
tabung.
18
e) Dibuat irisan 10 mm keseluruhan, kecuali pada daerah dengan kelainan dibuat irisan
5 mm.
f) Dibuat CT Scan polos terlebih dahulu sebelum dibuat CT Scan dengan media kontras
6) Perawatan Pasca Pemeriksaan
Awasi adanya reaksi terhadap bahan kontras
7) Komplikasi
Reaksi terhadap pemakaian kontras bolus
3) Persiapan Pasien
a) Puasa, makan terakhir kurang lebih 10-12 jam sebelum pemeriksaan.
b) Untuk penderita anak/bayi, memerlukan bantuan dokter anastesi.
c) Dilakukan pemeriksaan laboratorium BUN dan kreatinin.
4) Persiapan Alat
a) Unit CT Scan
b) Kontras media (bila dilakukan CT Scan dengan kontras ).
c) Untuk pertolongan pada kegawatan shock :
(1) Alat resusitasi
(2) Obat-obatan : cairan infuse dengan infuse set, injeksi adrenaline, injeksi
corticosteroid, injeksi diphenhydramin
5) Abdomen Atas
a) Penderita minum air putih 200-300ml, 30 menit sebelum pemeriksaan..
b) Khusus pemeriksaan pancreas kontras diganti dengan air.
c) Pre kontras IV, potongan dibuat dengan ketebalan 10 mm, index 10-15 mm.
d) Bolus kontras (injection rate 2,5 cc/detik) diberikan pada daerah tujuan pemeriksaan.
6) Abdomen Bawah :
a) Penderita diberi minum air putih 30-60 menit sebelum pemeriksaan..
b) Bila dipandang perlu diberi juga kontras per rectal.
c) Irisan dari L5 sampai Buli-buli.
d) Pre kontras bolus tebal irisan 10 mm.
e) Bolus kontras IV diberikan di daerah yang ada kelainannya dan dibuat irisan dengan
tebal tergantung dari besar kecilnya kelainan tersebut. Pada umumnya irisan yang
dipakai 5 mm.
f) Khusus untuk kasus karsinoma cervix, stadium II – III dibuat irisan 3 mm pada waktu
bolus kontras.
4. Pencucian Film
Teknik pencucian film di instalasi radiologi Rumkit Tk. II Udayanamenggunakan
processing automatic.pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a) Matikan lampu ruangan dan pastikan tidak ada cahaya apapun kecuali safety lamp.
b) Film yang sudah disinar, dikeluarkan dari kaset.
c) Masukkan film kedalam automatic processing bila sudah ada tanda “ready”.
d) Isi kembali kaset dengan film baru.
e) Untuk memasukkan film berikutnya, tunggu tanda “ready”.
f) Cocokkan film yang sudah dicuci agar sesuai dengan nama, no. register dan tanggal
yang tertulis di form permintaan radiologi.
g) Ganti cairan setiap 2 minggu sekali atau sesuai permintaan
5. Pemberian Expertise
Hasil foto/ radiograf yang baik diserahkan kepada dokter spesialis radiologi.
Dokter spesialis radiologi membuat ekspertise semua foto radiografi yang dibuat pada
hari tersebut.
Pemeriksaan USG dilakukan oleh dokter spesialis radiologi, kemudian langsung
direkam dalam kertas printer ataupun film polaroid, untuk kemudian hasil ekspertise-
nya.
Petugas administrasi radiologi mengambil foto dan ekspertise kemudian menyerahkan
hasil pemeriksaan dalam amplop kepada pasien/ perawat, setelah menunjukkan bukti
penyelesaian administrasi. Hasil pemeriksaan radiologi/ USG siap diserahkan kepada
dokter perujuk.
4. Penyerahan Hasil
Petugas administrasi radiologi menyerahkan hasil pemeriksaan dalam amplop kepada
pasien/ perawat, setelah menunjukkan bukti penyelesaian administrasi
Hasil pemeriksaan radiologi/ USG siap diserahkan kepada dokter perujuk.
20
BAB V
LOGISTIK
1. Pengertian
Pengertian logistik di radiologi Rumkit Tk. II Udayanaadalah penyediaan bahan- bahan
habis pakai yang dibutuhkan dalam pelayanan radilogi.
2. Tujuan
Tujuan Agar kebutuhan bahan – bahan habis pakai sebagai sarana pemeriksaan dapat
tersedia dengan tepat,cepat,efektif,efisien dan profesional untuk meningkatkan mutu radiologi.
3. Ruang Lingkup
Alur kerja pembelian dan penyimpanan bahan- bahan habis pakai ini
Menerangkan suatu sistem mulai dari mengevaluasi jumlah stok film, kertas USG, jelly,dan
cairan developer / fixer , membuat surat pesanan sampai mendapatkan film dan yang
diperlukanan.
4. Alur Kerja
Alur persediaan barang habis pakai di unit radiologi Rumkit Tk. II Udayana melalui jangmed, urdal,
dan farmasi.
Farmasi
21
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
1. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu cara atau teknik proteksi yang diberikan kepada
pasien dan keluarga terhadap kemungkinan akibat negatif dari radiasi pengion.
2. Tujuan
Untuk mencegah terjadinya efek non-stokastik yang membahayakan dan memperkecil
resiko efek stokastik sampai pada suatu nilai yang dapat diterima oleh masyarakat / pasien.
3. Pelaksanaan
Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang menggunakan sinar peng-
ion ataupun bahan radioaktif sehingga penggunaan bahan tersebut mempunyai dua sisi yang
saling berlawanan, yaitu dapat sangat berguna bagi penegakan diagnosa dan terapi penyakit
dan di sisi lain akan sangat berbahaya bila penggunaannya tidak tepat dan tidak terkontrol,
terlebih lagi bila di lakukan oleh tenaga yang tidak kompeten atau bukan radiografer.
22
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
1. Pengertian
Keselamatan kerja adalah secara atau teknik proteksi yang digunakan agar
keselamatan dan keamanan petugas dapat terjamin.
2. Tujuan
Tujuan keselamatan kerja adalah Menekan bahaya radiasi terhadap petugas seminimal
mungkin.
3. Pelaksanaan
a. Dalam melakukan pemotretan diusahakan jarak antara petugas dengan sumber radiasi
agak jauh minimal 1 meter
b. Di usahakan berlindung pada daerah kerja yang aman terhadap radiasi
c. Jika memungkinkan menggunakan alat pelindung radiasi (APRON)
d. Hindari pengulangan pemotretan yang berulang-ulang
e. Setiap pekerja wajib menggunakan alat pantau dosis radiasi perorangan berupa film badge
pocket dosimeter
f. Pocket dosimeter dan film badge harus diserahkan kepada PPR setiap bulan untuk
diperbaharui.
g. Proteksi radiasi untuk pekerja radiasi di instalasi radiologi dilengkapi dengan alat ukur
paparan radiasi ( Thermoluminisence dosimetri ). Untuk pemantauan paparan dosis
masing- masing pekerja memiliki kartu dosis dan kartu hasil pemeriksaan rutin.
23
BAB VIII
PROTEKSI RADIASI
1. Pendahuluan
Proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang
merusak akibat paparan radiasi.Keselamatan Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
melindung pekerja , anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi.Program
proteksi dan keselamatan radiasi adalah rencana yang harus disusun dan dilaksanakan oleh
pemegang izin untuk mewujudkan hal tersebut.Tujuan umum program proteksi dan
keselamatan radiasi adalah menunjukkan tanggung jawab manajemen dalam rangka proteksi
dan keselamatan radiasi melalui penerapan stuktur manajemen , kebijakan prosedur, dan
susunan rencana organisasi yang sesuai dengan sifat dan tingkat resiko yang dapat
ditimbulkan dalam pemanfaatan sumber radiasi pengion.Dasar hukum proteksi dan
keselamatan radiasi dituangkan dalam PP 29 tahun 2008 tentang optimisasi proteksi dan
keselamatan radiasi,yaitu :
a. Optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi di instalasi radiologi dan anggota
masyarakat di sekitar instalasi radiologi menerima paparan serendah mungkin yang dapat
dicapai.
b. Optimisasi Proteksi Radiasi dan Keselamatan radiasi harus diupayakan agar paparan
terhadap pasien minimum sesuai dengan yang diperlukasn untuk mencapai tujuan
diagnostic.
c. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diterapkan melalui prinsip
optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi yang meliputi:
1) Pembatasan dosis untuk pekerja radiasi dan masyarakat dan
2) Tingkat p[anduan paparan medic untuk pasien.
24
c. Memberikan kesempatan untuk pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi yang
dilakukan oleh Badan Pengawas atau bekerjasama dengan instalasi Pemerintah
lain untuk menilai efek radiasi terhadap kesehatan;
d. Menyelenggarakan dokumentasi mengenai segala sesuatu yang bersangkutan
dengan tenaga nuklir.
e. Melakukan tindakan – tindakan yang bertujuan mencegah atau memperkecil
bahaya yang timbul akibat pemanfaatan tenaga nuklir terhadap kesehatan dan
keselamatan pekerja radiasi , masyarakat dan lingkungan hidup;
f. Mentaati peraturan , pedoman kerja , dan ketentuan – ketentuan lain yang
ditetapkan oleh Badan Pengawas dan instansi lain yang terkait ;
g. Memanfaatkan tenaga nuklir sesuai tujuan dalam izin.
h. Melaporkan kepada Badan Pengawas dan instansi lain yang terkait apabila
terjadi kecelakaan radiasi;
i. Memberikan laporan mengenai pemantauan dosis radiasi pekerja radiasi;
j. Melaporkan pemantauan daerah kerja dan lingkungan hidup untuk instalasi yang
mempunyai potensi dampak radiologi tinggi kepada Badan Pengawas; dan
k. Melaksanakan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan
Lingkungan untuk instalasi yang mempunyai dampak radiologi tinggi.
Apabila dokter spesialis radiologi tidak ada maka yang betanggung jawab adalah
dokter yang berkompeten sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku yang mempunyai tanggung jawab yang sama dengan dokter spesialis
Radiologi.
2.3. Petugas Proteksi Radiasi ( PPR )
PPR adalah petugas yang ditunjuk oleh pengusaha instalasi dan oleh badan
pengawas
Dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi
radiasi.
PPR mempunyai kewajiban dan tanggung jawab :
a. Membaca dan mengerti semua ketentuan keselamatan yang ditetapkan dalam
peraturan kepala BAPETEN ;
b. Memberi instruksi teknis dan administrasi secara lisan dan tulisan kepada pekerja
radiasi tentang keselamatan kerja radiasi yang baik.instruksi ini harus mudah
dimengerti dan dapat dilaksanakan;
c. Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran serendah mungkin;
d. Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala hal yang dapat menimbulkan
kecelakaan radiasi;
e. Mencegah masuknya orang yang tidak berkepentingan ke dalam daerah pengendali;
f. Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan proteksi radiasi;
25
g. Menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi apabila diperlukan
dan melaksanakan pemonitoran radiasi serta tindakan proteksi radiasi dan ;
h. Memberikan penjelasan dan menyediakan perlengkapan proteksi radiasi yang
memadai kepada para pengunjung atau tamu apabila diperlukan.
Apabila radiographer tidak ada maka yang bertanggung jawab adalah operator yang
mempunyai tanggung jawab yang sama dengan Radiografer.
IKA
MEGAWATI,AMD.RAD PEKALONGAN, ATRO PPR -
19/12/1980
LILIK
SETYARINI,AMD.RAD SEMARANG,04 ATRO - -
/11/1983
26
III. PEMBAGIAN DAERAH KERJA
a. Penggunaan ruang disekitar tempat pengoperasian
(1) Gedung I
1.Depan : Lapangan Apel
2.Belakang : Kantin
3.Kanan : Instalasi Laboratorium
4.Kiri : Taman
5.Atas : Atap
6.Bawah : Lantai
(2) Gedung II
1.Depan : Pol. Penyakit Dalam
2.Belakang : Parkir
3.Kanan : Parkir
4.Kiri : Lorong
5.Atas : PPBPAD, Estetiderma
6.Bawah : Lantai
27
b. Denah Tempat Pengoperasian :
IV.
PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DI DEPARTEMEN RADIOLOGI
A. Metode Pemantauan Paparan Radiasi
- Pemantauan paparan radiasi untuk perorangan menggunakan Film badge
yang setiap bulannya di kirim ke BPFK Surabaya untuk diperiksa.Setelah
ada hasil pemerksaan dikirim kembali ke mudian dicatat dalam kartu dosis
setiap petugas.Pemeriksaan ini dilakukan secara terus – menerus.
29
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
PEDOMAN MUTU
Sasaran program penjaminan mutu dalam pelayanan radiologi diagnostik adalah
memantau performa dari seluruh komponen atau faktor yang dapat mempengaruhi kualitas gambar
dan usha memperkecil adanya pemborosan film dalam bagian radiologi. Dalam pelaksanaan
upaya penjaminan kualitas dan pengendalian kualitas pedoman internasional dikenal dengan 3 D (
Dose, Diagnosis, Dollars), yang maknanya dapat diuraikan sebagai berikut :
· Dosis( Dose ) meminimalkan dosis radiasi terhadap pasien sehingga manfaat pemeriksaan
dapat melebihi resiko.
· Diagnosis, mengurangi dosis radiasi dengan meningkatkan kualitas gambar atau informasi
diagnostik berarti telah mengoptimasi diagnosis sehingga diagnosis dapat ditegakkan.
· Duit ( Dollar ) dengan mengurangi jumlah pengulangan dalam pemotretan, sehingga
mengurangi biaya pemeriksaan dan penghematan biaya.
30
2. TAHAP ANALITIK
a. Pelaksanan pemeriksaan
Untuk pemeriksaan radiologi non kontras dilakukan oleh radiographer sesuai dengan surat
permintaan dari dokter pengiriman, sedang untuk pemeriksaan kontras dilakukan oleh
radiolog / petugas yang ditunjuk oleh radiolog.
b. Uji Paparan Radiasi
Semua peralatan yang tersedia di unit radiologi Rumkit Tk. II Udayanadilakukan uji paparan
pada saat awal setelah pemasangan alat X-Ray.Uji paparan ini dilakukan oleh PPR importer.
4. Protap/ SPO
Semua kegiatan di unit radiologi Rumkit Tk. II Udayanamempunyai protap ( prosedur tetap ).
31
BAB X
PENUTUP
Pelayanan radiologi diagnostik merupakan bagian integral dari pelayananmedik yang perlu
mendapat perhatian khusus karena selain bermanfaatdalam menegakkan diagnosa, juga sangat
berbahaya baik bagi pasien,petugas maupun lingkungan sekitarnya bila tidak diselenggarakan
secarabenar. Dalam upaya mencapai pelayanan radiologi yang bermutu dan aman,diperlukan
pengelolaan manajemen dan teknis yang prima yang didukung
oleh sarana/prasarana, sumber daya manusia dan peralatan yang baik pula.Agar seluruh sarana
pelayanan kesehatan mempunyai mutu yang samadalam menyelenggarakan pelayanan radiologi
diagnostik, maka diperlukanpedoman pelayanan radiologi diagnostik yang dapat dipakai sebagai
acuandan dipenuhi oleh sarana pelayanan kesehatan yang akan menyelenggarakan pelayanan
radiologi diagnostik.
Denpasar,
Ka. Instaljangdiag Rumkit Tk. II Udayana
32