Anda di halaman 1dari 2

Resensi Novel Negeri 5 Menara

Kategori : A. Fuadi, Negeri 5 Menara

Penulis : A. Fuadi

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Pertama Terbit : 2010

Jumlah Halaman : 424

Novel yang satu ini bisa dikatakan novel religious kontemporer bertemakan pendidikan yang
paling laris dicari pembaca. Novel Negeri 5 Merupakan rangkaian pertama dari trilogy karya
A. Fuadi ini. Secara umum, sang penulis mengisahkan pegalaman hidup lima orang pemuda
yang menempuh pendidikan di sebuah pesantren terkenal beranama Pesantren Madani atau
PM. Kelima tokoh utama tersebut adalah Alif Fikri yang berasal dari Padang, Atang yang
berasal dari Bandung Jawa Barat, Raja dari Medan, Dulmajid yang datang dari daerah
Sumenep, Said dari kota Mojokerto, dan terakhir Baso yang berasal dari sebuah tempat di
Sulawesi Selatan bernama Gowa. Kelima sahabat ini bersama-sama mengarungi kehidupan
pendidikan di Pesantren Madani baik itu riang dan gamang, asam dan manis.

Pada mulanya, sang tokoh Alif ingin menjadi sosok intelek seperti Habibie. Ia mengingkan
bersekolah di SMA Bukittinggi demi mencapai cita-citanya. Sayangnya, Amak, orang tua
Alif tidak mengijinkan hal tersebut. Ia menginginkan Alif menjadi seorang ustad atau
pemuka agama sehingga ia berpikir menyekolahkannya di pondok pesantren. Alif sebenarnya
berberat hati, tapi pada akhirnya ia menuruti Amak-nya dan melanjutkan pendidikan di
Pesantren Madani. Pada mulanya, Alif begitu kaget menjumpai kehidupan di dalam pondok
pesantren yang begitu disiplin. Namun seiring berjalannya waktu, ia kemudian ikut lebur di
dalamnya bersama sahabat-sahabatnya yang lain. Mereka semua percaya pada sebuah
mantra: Man Jadda Wajada yang berarti siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.

Menurut beberapa pengamat, penulis novel Negeri 5 Menara ini berhasil menggambarkan
suasana modern di dalam pesantren yang selama ini dianggap kuno dan kaku serta tidak
menarik. Paham mengenai pesantren yang hanya mengajarkan persoalan agama juga seolah
hendak dikikis sang penulis. Di dalam novel ini secara tersirat ia memperlihatkan sisi modern
pesantren dengan mengisahkan mereka belajar soal seni, bahasa dan juga kewajiban
berbahasa Inggris yang tak bisa ditolerir. Sang penulis juga dinilai cerdas menitip kisah
humor yang membuat novel berat ini agak sedikit ringan dan renyah untuk dinikmati.

Novel ini banyak dinilai masuk ke dalam novel motivasi seperti Laskar Pelangi milik Andrea
Hirata. Banyak yang mengecualikannya dari novel sastra mengacu pada penggunakan
kalimat dan gaya bercerita sang penulis yang kurang menggunakan unsur alegori di
dalamnya. Meski demikian, novel yang satu ini masuk ke dalam jajaran Best Seller dan
berhasil merubah paradigma salah mengenai dunia pesantren. Novel ini direkomendasikan
bagi siapapun yang sedang ada di dalam proses untuk mewujudkan cita-cita. Resensi novel
Negeri 5 Menara ini hanya mengisahkan sebagian kecil cerita yang tersimpan di dalamnya.
Jadi, ada baiknya Anda membeli dan membaca langsung agar bisa memetik hikmah yang
lebih dalam.

Anda mungkin juga menyukai