Anda di halaman 1dari 35

EFEKTIVITAS PROGRAM ALOKASI DANA NAGARI (ADN) SATU

MILIAR PER NAGARI (SMPN) DI KABUPATEN PASAMAN BARAT


(KASUS PEMBANGUNAN FISIK DI NAGARI SINURUIK DAN
NAGARI RABI JONGGOR).

Haryadi1

Abstract
This is a very interesting article in the midst of the enactment of the Law No.
6/2014 on Village. One of the important clauses in the Law is regarding the
10% budget allocation of APBN and APBD for each village administration. In
total, each village will approximately get 1 billion rupiahs. Prior to the
enactment of the Law, in 2011, Pasaman Barat Regency, West Sumatera, has
launched Nagari Budget Allocation Program (Program Alokasi Dana Nagari
or AND) One Billion per Nagari (Satu Miliar per Nagari or SMpN). The
budget will be governed by the Nagari itself. This article presents the research
findings and analysis on the effectiveness of AND SMpN in Pasaman Barat
Regency: a case study on the physical development in Nagari Sinuruik and
Nagari Rabi Jonggor. The measurement of the effectiveness consists of (1)
achievement of objectives; (2) Integration; (3) Adaptation.

Keywords: program, alokasi dana nagari (adn), nagari government,


achievement of objectives, integration, and adaption

Abstrak
Artikel ini sangat menarik ditengah euforia lahirnya UU Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Salah satu klausul yang ada di UU Desa adalah tentang adanya
dana 10% dari APBN dan APBD bagi setiap desa. Ini menjadi menarik karena
jika ditotal maka setiap desa akan memperoleh dana sekitar 1 milyar rupiah.
Jauh sebelumnya di Provinsi Sumatera Barat, sejak tahun 2011 disalah satu
pemerintah kabupaten yakni Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat telah
meluncurkan Program Alokasi Dana Nagari (ADN) Satu Miliar per Nagari
(SMpN) yang pengelolaannnya diserahkan secara utuh kepada nagari. Secara
lengkap tulisan ini menyajikan hasil penelitian dan analisis terhadap
bagaimana “Efektivitas Program Alokasi Dana Nagari (ADN) Satu Miliar Per
Nagari (SMpN) Di Kabupaten Pasaman Barat (Kasus Pembangunan Fisik di
Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor). Sehingga diketahui bagaimana
efektivitas Program ADN SMpN di Kabupaten Pasaman Barat (kasus
pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor) mencakup
(1) Pencapaian tujuan; (2) Integrasi, dan (3) Adaptasi.

1
Aparatur Sipil Negara (ASN/PNS) Pemerintah Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.
Alamat kontak: haryadi_nasution@yahoo.co.id
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 49

Kata kunci: program, alokasi dana nagari (adn), pemerintahan nagari,


pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi

I. Pendahuluan

Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana terkandung dalam amanat


Undang-undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
adalah guna mewujudkan kemandirian daerah yang bertumpu pada
pemberdayaan potensi lokal. Otonomi daerah telah mendorong suatu upaya
terwujudnya pola pembangunan yang berasal dari bawah (bottom-up). Karena,
esensi sebenarnya dari kemandirian dalam rangka otonomi daerah adalah
dimulainya dari level pemerintahan paling bawah, yaitu desa sehingga sudah
sepatutnya pemberdayaan masyarakat pedesaan menjadi prioritas utama dalam
pembangunan.
Adapun maksud pemberdayaan masyarakat pedesaan tersebut adalah
dalam rangka mempercepat pengentasan kemiskinan sebagai suatu upaya
terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Untuk itu,
diperlukan berbagai upaya kreatif dari pemerintah daerah dengan menjunjung
tinggi semangat otonomi agar senantiasa mampu kreatif dan inovatif dalam
menyusun dan merumuskan berbagai terobosan dalam rangka mempercepat
laju pembangunan di daerah.
Sejalan dengan semangat otonomi sebagai usaha untuk memajukan desa,
di Provinsi Sumatera Barat sebuah kampung halaman bagi etnis Minangkabau,
merupakan daerah yang sangat unik dalam hal desentralisasi dan demokrasi
lokal. Sejak lama orang Minangkabau mempunyai sejarah otonomi asli yang
berbasis pada nagari. Dalam kondisi ini pula Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Sumatera Barat berupaya menata kembali susunan pemerintahan terbawah
berdasarkan asal usul dan kondisi sosial budaya masyarakat Sumatera Barat,
agar sistem pemerintahan yang ada dapat diterima dan terwujudnya partisipasi
masyarakat dalam pembangunan.
Peluang untuk menghidupkan kembali serta menjaga pemerintahan
terbawah di Provinsi Sumatera Barat dengan sistem pengaturan adat yang
sesuai dengan asal usul dan adat-istiadat yang hidup di tengah masyarakat
Sumatera Barat yang dikenal falsafah “adat basandi syara‟, syara‟ basandi
kitabullah” dilegitimasi secara kuat dalam isi pasal 18B Undang-Undang
Dasar 1945 (Amandemen Keempat Tahun 2002) yang berbunyi sebagai
berikut:
50 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan


daerah yang bersifat khusus dan bersifat istimewa yang di atur dengan
Undang-Undang.
2. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang.

Sejalan dengan amanat pasal di atas, sistem pemerintahan nagari menjadi


pilihan utama dan dipandang efektif dijalankan di “Ranah Minangkabau”.
“Kembali ke nagari” bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat dengan sistem pemerintahan yang sesuai dengan asal usul dan
kondisi sosial budaya masyarakat yang dapat diterima dalam rangka
meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mewujudkan kemandirian desa
dalam pemerintahan dan pembangunan.
Tercapainya kemandirian desa dalam hal ini “nagari” pada berbagai
program pembangunan akan sangat bertopang pada peran dan keikutsertaan
masyarakat serta ketersediaan sumber dana untuk menjalankan program
pembangunan. Serta yang tidak kalah pentingnya program pembangunan akan
berhasil dilaksanakan manakala pendekatan masyarakat dengan
memperhatikan kondisi riil kearifan lokal akan menjadi penentu utama dalam
menentukan berhasil tidaknya program yang dijalankan. Semenjak “kembali ke
nagari” dilaksanakan di Provinsi Sumatera Barat, menggantikan pemerintahan
desa yang pernah berlaku dari tahun 1979 sampai munculnya kebijakan
otonomi di negara ini, telah terjadi berbagai perubahan di tingkat lokal.
Perubahan itu pada dasarnya menginginkan kembali kearifan-kearifan lokal
dalam menata dan membangun masyarakat lokal tersebut yang selama ini telah
hilang akibat paksaan-paksaan sentralisme.
Penyeragaman program-program pembangunan oleh pemerintah pusat
telah menambah ketergantungan desa terhadap pemerintah. Upaya untuk
mengatur desa secara seragam terjadi semenjak pemerintah menetapkan UU
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Desa. Dimana pada
saat itu, UU tersebut hadir untuk mengatur penyelenggaraan pemerintah
terendah di Indonesia. Dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 termuat dua ciri
khusus yaitu:
1. Penyeragaman nama, bentuk dan susunan penyelenggaraan
pemerintahan terendah yang disebut dengan “Desa”
2. Pemisahan aspek penyelenggaraan urusan pemerintahan dari aspek
sosial budaya atau adat istiadat.
Penyeragaman ini dalam kenyataannnya telah menyebabkan berbagai
kesulitan dan permasalahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Kehilangan nagari dalam lokus masyarakat Minangkabau, pada kenyataannya
telah menimbulkan degredasi nilai dalam masyarakat tersebut, karena kearifan-
kearifan lokal telah hilang dan tidak berperan lagi.
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 51

Kehilangan kearifan lokal itu, berimplikasi terhadap hilangnya


masyarakat adat dalam khazanah lokalitas. Padahal masyarakat adat itu secara
sosiologis, psikologis, dan politik sangat berpengaruh terhadap partisipasi
masyarakat dalam pembangunan dan kemandirian lokalitas dalam menentukan
masa depannya. Kehilangan-kehilangan tersebut pada dasarnya di Indonesia
termasuk di Provinsi Sumatera Barat yang menyebabkan runtuhnya semangat
pembangunan berbasis masyarakat dan lokalitas.
Menyadari hal yang demikian, di Provinsi Sumatera Barat telah
dikeluarkan kebijakan untuk menata kembali lokalitasnya dengan memperkuat
kembali basis masyarakat adat yang dibuktikan dengan kembalinya pada
pemerintahan nagari, sebagai pemerintahan lokalitas. Pemerintahan nagari ini
merupakan pemerintahan masyarakat adat di Minangkabau yang memiliki
sistem pemerintahan, adat, hukum, ekonomi dan seterusnya yang diadopsi dari
masyarakat adat Minangkabau sebagai masyarakat adat yang dominan berdiam
di Provinsi Sumatera Barat.
Tujuan kembali pada pemerintahan nagari ini adalah, memperkuat
kembali masyarakat adat dalam membangun lokalitasnya, mengelola
lokalitasnya dan seterusnya, sehingga masyarakat lokal tidak hanya menjadi
objek pembangunan tetapi menjadi subjek yang menentukan terhadap
perkembangan dan kesejahteraan lokalitasnya. Oleh sebab itu, semenjak
otonomi daerah dengan kembalinya pada pemerintahan nagari di Provinsi
Sumatera Barat telah terjadi perubahan-perubahan tata lokalitas yang berbasis
masyarakat adat yang ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya seperti
partisipasi, demokratisasi, dan ekonomi nagari.“Kembali ke nagari”
mengandung banyak makna, dan salah satunya adalah untuk menghidupkan
serta memfungsikan kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
masyarakat Minangkabau. Sejak ditetapkannya Peraturan Daerah (Perda)
Provinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pemerintahan Nagari,
telah terbuka peluang baru pembangunan berbasis nagari di seluruh wilayah
nagari di Provinsi Sumatera Barat.
Untuk itu, sejak tahun 2011 Pemkab Pasaman Barat telah
mengalokasikan anggaran dalam bentuk Alokasi Dana Nagari (ADN) Satu
Miliar per Nagari (SMpN) yang pengelolaannnya diserahkan secara utuh
kepada nagari. ADN SMpN ini mengacu kepada pelaksanaan Pasal 22
Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Kuangan
Desa. Dimana Pasal 22 Ayat (1) dari Permendagri tersebut berbunyi,
“Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari ADD
dalam APBDesa, sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Desa dengan
mengacu pada Peraturan Bupati/Walikota”.
Program ADN SMpN ini menyediakan sarana pembiayaan untuk Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berupa penyertaan modal untuk
koperasi guna pemberdayaan ekonomi kerakyatan serta pemberian modal
untuk usaha ekonomi produktif bagi generasi muda yang tergabung dalam
organisasi karang taruna.Disamping itu, ADN SMpN ini juga mendorong
pembangunan sarana dan prasarana publik dengan pemberian bantuan berupa
kegiatan fisik yang melibatkan pemberdayaan masyarakat. Hal ini merupakan
52 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

pola pembangunan yang berbasiskan nagari dan melibatkan masyarakat


melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagari (LPMN) dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Sehingga timbul persepsi di
tengah masyarakat, bahwa masyarakat diikutsertakan dalam pembangunan
yang kemudian diharapkan akan timbul kesadaran bagi masyarakat untuk lebih
berpartisipasi dan ikut serta memelihara pembangunan tersebut.
Sejak dilaksanakan pada tahun 2011 yang lalu, Program ADN SMpN di
Kabupaten Pasaman Barat ini telah membawa perubahan signifikan dalam
pembangunan nagari-nagari yang ada. Adapun realisasi pembangunan fisik
yang dibiayai dari ADN SMpN ini, adalah sebagaimana tercantum dalam Tabel
di bawah ini:
Tabel
REALISASI ADN SMPN DALAM PEMBANGUNAN (FISIK) NAGARI
DARI TAHUN 2011-2013
No Tahun Realisasi Pembangunan Fisik
1 2011 Rp.8.420.000.000,-
2 2012 Rp. 8.450.000.000,-
3 2013 Rp. 8.470.000.000,-
Sumber: BPMKB Kabupaten Pasaman Barat, Tahun 2014.
Dalam implementasinya, dibuatlah Pedoman Pelaksanaan ADN SMpN
yang tertuang dalam Peraturan Bupati (Perbup) Pasaman Barat Nomor 4 Tahun
2011 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Alokasi Dana Nagari (ADN)
Kabupaten Pasaman Barat.
Namun dalam pelaksanaannya, masih saja terdapat beberapa masalah.
Berdasarkan wawancara pra penelitian yang penulis lakukan di Kabupaten
Pasaman Barat, Tanggal, 12 Maret 2014, dengan Drs. Inderayani (Kepala
Bidang Ketahanan Masyarakat pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Keluarga Berencana Kabupaten Pasaman Barat) ditemui beberapa
permasalahan yang terkait dengan efektivitas program ADN SMpN.
Diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Banyak pemerintah nagari tidak
mampu merealisasikan seluruh dana ADN dan rentan dengan penyelewengan;
(2) Kualitas hasil pekerjaan yang kurang baik; (3) Ketepatan waktu
pelaksanaan tidak selesai pada akhir tahun anggaran; (4) Ada kesan bahwa
kegiatan dibagi rata antar jorong (unit nagari) dan kurang memperhatikan
manfaat; (5) Tidak adanya batasan minimal Rencana Anggaran Biaya (RAB)
yang mengakibatkan sebahagian kegiatan berskala kecil dan kurang layak
untuk dipublikasikan; (6) Minimnya swadaya masyarakat; (6) Persyaratan
swadaya minimal belum bisa dilakukan karena masih banyak nagari yang
belum menyampaikan Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K);
(7) Bagi sebagian nagari, RAB maksimal Rp. 150 Juta dirasakan masih kurang;
(8) Pelatihan untuk LPMN dan Tim Pengendali Program (TPP) dirasakan
sangat kurang.
Tulisan ini, diharapkan dapat memberikan ide serta menjadi inspirasi dan
acuan bagi segenap pemerintah terendah Indonesia dalam hal ini desa atau
sebutan lainnnya, dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 53

administrasi publik khususnya dalam manajemen pembangunan daerah yang


berkaitan dengan pemanfaatan dana program yang dapat memicu timbulnya
partisipasi masyarakat.
Penelitian efektivitas Program ADN SMpN ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode studi kasus, melalui analisis hasil wawancara
penelitian, telaah dokumen serta melakukan pengamatan langsung kegiatan
yang berkenaan dengan Program ADN SMpN pada pembangunan fisik di
Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor, Kabupaten Pasaman Barat.

II. Konsep Pembangunan Daerah

Program Alokasi Dana Nagari (ADN) Satu Miliar per Nagari adalah
merupakakan salah satu bentuk dari pembangunan daerah, Nawawi (2009:1)
mengemukakan bahwa: “Pembangunan merupakan proses perubahan secara
sengaja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat”. Disisi lain
Siagian mendefinisikan pembangunan sebagai “Rangkaian usaha mewujudkan
pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh
suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(nation-building)”.
Saksono menjelaskan bahwa “Implementasi desentralisasi dalam bentuk
pelaksanaan kekuasaan dan wewenang oleh pemerintah daerah dalam rangka
pemenuhan kepentingan dan kebutuhan local, yaitu melalui pembangunan
daerah”. Maka dalam penelitian ini pembangunan daerah yang dimaksud salah
satunya adalah pembangunan fisik berupa pembangunan jalan usaha tani dan
MDA di kejorongan melalui pemanfaatan Program Alokasi Dana Nagari
(ADN) Satu Miliar per Nagari di Kabupaten Pasaman Barat. Dimana
dijelaskan lebih jauh bahwa: „Maksud/niat utama dari desentralisasi bukan
poliik tetapi desentralisasi ditujukan untuk memajukan pembangunan yang
mampu menghasilkan manfaat bagi masyarakat‟. Pembangunan juga mencakup
pengertian menjadi dan mengerjakan. Lebih jelas lagi Bryan and White
mengemukakan bahwa “Pembangunan diartikan sebagai peningkatan
kemampuan orang untuk mempengaruhi masa depannya”.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa pembangunan adalah
upaya merubah kehidupan kearah lebih baik dengan mengelola semua
sumberdaya yang ada di wilayahnya semata mata untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pembangunan nagari di Kabupaten Pasaman Barat. Berkaitan dengan
Efektivitas Program ADN SMpN di Kabupaten Pasaman Barat suatu upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan dengan
pemanfaatan Program ADN SMpN di Kabupaten Pasaman Barat.
Konsep Program ADN SMpN merupakan model pembangunan
masyarakat nagari yang ada di Kabupaten Pasaman Barat. Kabupaten Pasaman
Barat sebagaimana kabupaten lainnya memiliki persoalan kemiskinan dan
pengangguran yang harus segera ditangani demi tercapainya tujuan nasional
untuk mensejahterakan masyarakat. Program ADN SMpN dijalankan dengan
strategi menjadikan masyarakat nagari sebagai kelompok sasaran serta
54 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

menguatkan pembangunan partisipatif di tengah masyarakat. Selain itu,


program ADN SMpN di Kabupaten Pasaman Barat juga dijadikan sebagai
bagian pengembangan kelembagaan yang ada di nagari. Program ADN SMpN
hadir dengan harapan menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapaianya
kemandirian masyarakat nagari di Kabupaten Pasaman Barat.
Berdasarkan Buku Pedoman Umum ADN SMpN disebutkan bahwa
tujuan dari Program ADN SMpN adalah: “Meningkatnya kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin di nagari dengan mendorong kemandirian
dalam pengambilan keputusan serta mengefektifkan peran kelembagaan di
nagari dalam pengelolaan pembangunan”.
Sedangkan tujuan khusus dari Program ADN SMpN sebagaimana
tersebut dalam Buku Pedoman Umum ADN SMpN adalah:
1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat
miskin dalam pengambilan keputusan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan di nagari.
2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan sumber daya lokal di nagari.
3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan nagari dalam memfasilitasi
pengelolaan pembangunan partisipatif.
4. Menyediakan sarana dan prasarana sosial dasar dan ekonomi yang
diprioritaskan oleh masyarakat.
5. Melembagakan pengelolaan dana.
6. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya
penanggulangan kemiskinan di nagari.
Dalam menjalankan Program ADN SMpN di Kabupaten Pasaman Barat
setiap jorong (unit nagari) berhak mengajukan usulan kegiatan pembangunan.
Kegiatan yang dibiayai melalui dana belanja fisik pemberdayaan pada ADN
SMpN adalah kegiatan yang berasal dari usulan tingkat kejorongan,
dimusyawarahkan dalam rencana pembangunan nagari dan sudah dibuat
peraturan nagarinya (Pernag).
Setiap SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat yang
terkait dalam penyaluran dan pertanggungjawaban ADN SMpN, terutama
camat di masing-masing kenagarian, wajib membina dan mengawasi
pelaksanaan pengelolaan keuangan ADN SMpN ini dengan mempedomani
Peraturan Bupati (Perbub) Kabupaten Pasaman Barat Nomor 4 Tahun 2011
tentang Pedoman Umum Pengelolaan Alokasi Dana Nagari ADN SMpN
Kabupaten Pasaman Barat. Berikut ini Gambar 4 memaparkan tentang
mekanisme penyaluran pencairan ADN SMpN di Kabupaten Pasaman Barat
sesuai dengan Peraturan Bupati (Perbub) Kabupaten Pasaman Barat Nomor 4
Tahun 2011.
Efektivitas Program ADN SMpN di Kabupaten Pasaman Barat dapat
terlaksana apabila unsur yang terlibat dalam proses pelaksanaannya dapat
berperan dengan baik. Kesatupaduan unsur-unsur tersebut akan menentukan
efektifnya program ADN SMpN yang dijalankan di 19 nagari yang tersebar di
11 kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat. Adapun tujuan penelitian ini
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 55

adalah untuk menganalisis efektivitas program ADN SMpN pada


pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor, Kabupaten
Pasaman Barat pada periode tahun 2011 hingga tahun 2013.
Untuk mengukur seberapa jauh tingkat efektivitas Program ADN
SMpN pada pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor
pada periode tahun 2011 hingga tahun 2013, penulis menggunakan teori
pengukuran efektivitas yang dikemukakan oleh Duncan dalam Steers
sebagaimana telah diuraikan pada poin 1 dimuka, dimana terdapat 3 aspek
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas yaitu:

1. Pencapaian Tujuan

Keseluruhan upaya dalam rangka pencapaian tujuan harus dipandang


sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir
semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan
pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti
periodisasinya. Pencapaian tujuan menurut Steers terdiri dari beberapa
faktor, yaitu: “Proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan”.
Pelaksanaan sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan diartikan
sebagai suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota
kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan
perencanaan suatu organisasi. Jadi pelaksanaan dapat diartikan sebagai
upaya menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya
atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki secara efektif.
Dalam hal ini, Terry mengemukakan bahwa: “Pelaksanaan
merupakan suatu usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk
mencapai sasaran”. Sedangkan efektivitas dari sudut pandang pencapaian
tujuan, Steers berpendapat bahwa rumusan keberhasilan suatu program
organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi
juga mekanisme mempertahankan diri dan mengejar tercapainya
sasarannnya.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan merupakan suatu upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai
pengarahan dan motivasi agar setiap yang terlibat dapat melaksanakan
kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas, dan tanggung
jawabnya. Sedangkan pencapaian tujuan adalah kesesuain hasil yang
dicapai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Jika dikaitkan dengan efektivitas Program ADN SMpN di Kabupaten
Pasaman Barat dan dikaitkan dengan pelaksanaan sebagai suatu proses
untuk mencapai tujuan, berarti hal ini merupakan suatu tindakan yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pasaman sebagai perumus
program, masyarakat, dan swasta yang berhubungan dengan pelaksanaan
Program ADN SMpN. Adapun pencapaian tujuan disini adalah Program
56 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

ADN SMpN yang efektif sehingga bisa dirasakan manfaatnya oleh


masyarakat nagari yang ada di Kabupaten Pasaman Barat.

2. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu


organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan
komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi
menyangkut proses sosialisasi dan kerjasama.
Sosialisasi sebagai bagian dari upaya pencapaian suatu kegiatan
organisasi, menurut Steers adalah: “Proses pemberian informasi,
pengenalan dan penjabaran program yang merupakan kegiatan pokok
organisasi sehingga kegiatan organisasi dapat dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan dan aturan-aturan atau instruksi-instruksi yang ditetapkan”.
Sosialisasi suatu kegiatan dilakukan dengan harapan terbangunnya
persepsi visi dan misi organisasi, yang ditandai dengan tingkat
pelaksanaan program pada kegiatan-kegiatan yang mampu melibatkan
semua unsur organisasi dalam rangka percepatan pelaksanaan program
dan tujuan organisasi secara keseluruhan. Sehingga kemudian dari
sosialisasi itu terlahir kerjasama yang erat dari berbagai komponen untuk
membentuk hubungan yang bersifat saling menguntungkan.
Dari pengertian di atas, sosialisasi merupakan suatu kegiatan
pemberian informasi, pengenalan dan penjabaran program yang
merupakan kegiatan pokok organisasi dengan harapan terbangunnya
persepsi visi dan misi bersama, yang ditandai dengan tingkat pelaksanaan
program pada kegiatan-kegiatan yang mampu melibatkan semua unsur
organisasi dalam rangka percepatan pelaksanaan program dan tujuan
organisasi secara keseluruhan sehingga terlahir kerjasama yang saling
menguntungkan. Dengan demikian kerjasama disini diartikan sebagai
suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk
mencapai suatu hasil dalam mencapai satu tujuan bersama.
Kaitannya dengan penelitian ini adalah yaitu pengukuran terhadap
tingkat kemampuan organisasi untuk memberikan informasi, pengenalan,
dan penjabaran program dalam kaitannnya dengan Program ADN SMpN
di Kabupaten Pasaman Barat. Dalam pelaksanaan program ADN SMpN,
stakeholder yang terlibat adalah: Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat,
unsur-unsur pemerintah nagari, LSM, dan masyarakat seluruh nagari
yang ada di Kabupaten Pasaman Barat. Para stakeholder ini bekerjasama
sesuai dengan peran, tugas, dan tanggungjawabnya masing-masing.
Sehingga tujuan dari ADN SMpN ini dapat tercapai. Hal ini ditandai
dengan menganalisis pelaksanaan Program ADN SMpN pada
pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor secara
efektif sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nagari.
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 57

3. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri


dengan lingkungannya. Adaptasi suatu kegiatan menurut Steers
(1980:60), dapat dilihat dari “Suatu upaya pemberdayaan masyarakat dan
pemeliharaan hasil pencapaian sasaran”.
Menurut Suparlan, “Adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah
suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap
melangsungkan kehidupan”.
Pemberdayaan masyarakat menurut Steers, “Sebagai bagian dari
proses adaptasi yang merupakan suatu upaya penyesuaian diri
masyarakat terhadap lingkungan sosial”. Penyesuaian ini dapat berarti
mengubah pola masyarakat sesuai dengan keadaan lingkungan sosial,
juga dapat berarti mengubah lingkungan sosial sesuai dengan keinginan
masyarakat untuk tetap melangsungkan kehidupan. Selanjutnya,
Kartasasmita juga menjelaskan bahwa:”Pemberdayaan masyarakat
adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-
nilai sosial. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam
kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan
dan keterbelakangan”.
Pemberdayaan masyarakat disini adalah dimana masyarakat
berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki
situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat bisa terjadi
apabila warganya ikut berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai
sebagai "pemberdayaan masyarakat" apabila kelompok komunitas atau
masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga
sebagai subyek. Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan
penerima manfaat.
Sedangkan pemeliharaan hasil pencapaian tujuan sasaran, Steers
berpendapat bahwa karakteristik yang menentukan dari sistem organisasi
terletak pada sifat mengejar sasaran. Sumberdaya fisik, keuangan, dan
manusia umumnya di organisir untuk mengejar capaian-capaian
organisasi yang dinyatakan secara jelas sevagai sasaran yang ingin
dicapai. Sasaran itu pula kemudian yang memberikan pengaruh terhadap
penilaian suatu kegiatan berhasil tidaknya dilaksanakan.
Dari segi output-nya sasaran itu pula kemudian yang dapat dijadikan
tolak ukur dan pondasi yang akan berpengaruh terhadap keberlanjutan
sasaran-sasaran keberhasilan yang diinginkan berikutnya.
Dari pengertian di atas, pemberdayaan masyarakat diartikan dimana
masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk
memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri sebagai upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat dari kondisi tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan melalui
suatu proses timbulnya kesadaran. Sedangkan pemeliharaan hasil
pencapaian tujuan sasaran adalah suatu usaha berupa upaya terhadap
58 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

pemeliharaan keberlanjutan sasaran-sasaran keberhasilan yang sudah


dicapai dalam rangka meraih sasaran yang diinginkan berikutnya.
Kaitannya dengan Program ADN SMpN ini adalah sejauhmana
Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat memberdayakan pemerintahan
nagari khususnya pada kegiatan pembangunan fisik di Nagari Sinuruik
dan Nagari Rabi Jonggor sekaligus masyarakat nagari sehingga muncul
partisipasi masyarakat dalam rangka pelaksanaan Program ADN SMpN
yang efektif. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeliharaan hasil
pencapaian tujuan sasaran adalah bila dikaitkan dengan Program ADN
SMpN ini, maka Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, pemerintahan
nagari, dan masyarakat nagari serta seluruh stakeholder bersama-sama
menjaga hasil pelaksanaan program ADN SMpN khususnya hasil-hasil
pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor agar
bermanfaat bagi masyarakat secara luas dan bermanfaat secara
berkelanjutan.

III. Hasil dan Pembahasan

Percepatan pembangunan nagari melalui Program ADN SMpN seperti


yang dilaksanakan di Kabupaten Pasaman Barat ini, difokuskan untuk
memprioritaskan pembangunan nagari yang tertinggal selama ini. melalui
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB)
Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat. Program ADN SMpN hadir sebagai
solusi terkait kondisi keterbelakangan dan kesenjangan wilayah yang selama
ini merupakan isu yang berkembang pada masyarakat di pedalaman Kabupaten
Pasaman Barat. Dimana, masyarakat Pasaman Barat di beberapa wilayah masih
mengalami keterbelakangan dan kesenjangan pembangunan yang meliputi
pembangunan fisik dan non fisik. Keterbelakangan dan kesenjangan fisik yang
meliputi sarana dan prasarana yang masih kurang mendukung, baik kuantitas
maupun kualitas. Hal inilah yang perlu diperhatikan pada era otonomi seperti
saat sekarang ini.
Dalam pelaksanaannya program ADN SMpN dimaksudkan dapat
memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Penunjang operasional pemerintahan nagari.
2. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.
3. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat
nagari dan pemberdayaan masyarakat.
4. Meningkatkan pembangunan infrastruktur nagari.
5. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosioal budaya dalam
rangka mewujudkan peningkatan sosial.
6. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat.
7. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat nagari dalam rangka
pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat.
8. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat.
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 59

9. Meningkatkan pendapatan nagari dan masyarakat nagari melalui Badan


Usaha Milik Nagari (BUMNAG).

Besarnya ADN untuk setiap Pemerintahan Nagari dalam Program ADN


SMpN ditetapkan melalui Keputusan Bupati Pasaman Barat yang tertuang di
dalam Perbub Kabupaten Pasaman Barat Nomor 4 Tahun 2011 yang telah
dirubah dengan Perbub Kabupaten Pasaman Barat Nomor 14 Tahun 2013
tentang Pedoman Umum Pengelolaan Alokasi Dana Nagari Dalam Kabupaten
Pasaman Barat. Dimana, persentase penggunaan ADN SMpN adalah 30%
dipergunakan untuk belanja aparatur pemerintahan nagari, dan 70% untuk
pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari 28% untuk belanja bantuan
kelembagaan kemasyarakatan, dan 42% belanja fisik pemberdayaan
masyarakat.
Dari persentase penggunaan ADN SMpN tersebut, anggaran berbasis
pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari 28% untuk belanja bantuan
kelembagaan kemasyarakatan, dan 42% belanja fisik pemberdayaan
masyarakat menjadi fokus pelaksanaan Program ADN SMpN dalam kegiatan
pembangunan. Kaitannnya dengan tulisan ini, lebih dititikberatkan kepada
efektivitas Program ADN SMpN, secara rinci lebih fokus membahas tentang
persentase 42% belanja fisik pemberdayaan masyarakat pada dua nagari yakni
Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor. Sebagai bentuk nyata pemanfaatan
Program ADN SMpN dari segi pelaksanaan pembangunan di nagari.
Secara nyata, pelaksanaan Program ADN SMpN dengan ketersediaan
belanja fisik pemberdayaan masyarakat ini dinilai hadir sebagai solusi
pembangunan di Kabupaten Pasaman Barat. karena pembangunan yang selama
ini direncanakan di tingkat kabupaten yang cenderung belum maksimal dalam
pelaksanaannya. Hal itu terlihat dalam konteks pemeliharaan hasil-hasil
pembangunan yang sering diabaikan. Selain itu, perencanaan yang selama ini
disusun di tingkat kabupaten acapkali mengabaikan hal-hal yang menjadi
kebutuhan masyarakat di tingkat nagari. karena kurangnya partisipasi
masyarakat secara langsung sebagai perencana. Bahkan bukan itu saja, mereka
(masyarakat) juga jarang turut andil langsung melaksanakan pembangunan
sesuai dengan pola-pola pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
berupa partisipasi aktif.
Sesuai dengan penjelasan di atas, dapat difahami bahwa konsep
pelaksanaan Program ADN SMpN di Kabupaten Pasaman Barat hadir dalam
rangka menumbuhkembangkan konsep pemberdayaan masyarakat melalui
partisipasi aktif dalam pembangunan. Hal tersebut terealisasi lewat
perencanaan pembangunan yang langsung dibuat oleh masyarakat. Sedangkan
belanja fisik pemberdayaan masyarakat adalah belanja yang dialokasikan untuk
keperluan beberapa kegiatan pembangunan partisipatif masyarakat nagari, yang
berasal dari Program ADN SMpN dengan besaran nilai untuk 1 paket kegiatan
maksimal sebesar Rp. 150.000.000.- dengan ketentuan biaya umum penunjang
kegiatan dianggarkan maksimal sebesar 7% dari total Rencana Anggaran Biaya
(RAB) dapat dipergunakan untuk:
60 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

1. Pembangunan/perbaikan sarana publik dalam skala kecil seperti:


pembuatan/perbaikan jalan usaha tani.
2. Pembuatan/perbaikan jembatan dan rakit penyeberangan.
3. Perbaikan lingkungan pemukiman, MCK dan tanggul penahan
banjir/erosi/perbaikan Irigasi seperti: bendungan, saluran irigasi.
4. Pengembangan ekonomi kerakyatan.
5. Pembangunan atau pemeliharaan pasar nagari, tempat pelelangan
ikan, dan pembuatan perahu.
Dari ketentuan tersebut di atas, Nagari memiliki kewenangan untuk
melaksanakan Program ADN SMpN sesuai dengan pedoman yang berlaku dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam rangka menjawab permasalahan
pembangunan di kenagarian.
Dalam Tulisan ini selanjutnya Berdasarkan tujuan dan mekanisme
kegiatan pemberdayaan fisik sesuai dengan peruntukan Program ADN SMpN
yang telah ditentukan, maka pembangunan nagari menjadi penting, agar
pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Nagari sebagai
sebuah tempat komunitas yang sedang mengalami perubahan karena
pembangunan tidaklah lepas dari masalah. Berikut ini akan dibahas masalah-
masalah yang terjadi di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor yang
menjadi lokus pembahasan dalam tulisa ini. Sehingga permasalahan itu
kemudian yang menjadi fokus persoalan penting untuk dibahas dikaitkan
dengan efektivitas Program ADN SMpN. Sesuai dengan lokus wilayah
kenagarian yang dibahas dalam tulisan ini yakni Nagari Rabi Jonggor dan
Nagari Sinuruik. Kedua nagari ini merupakan gambaran nagari yang memiliki
karakteristik yang berbeda dalam konteks pembangunan selama ini. Secara
umum, Adapun karakteristik kedua wilayah kenagarian ini berdasarkan
informasi yang didapatkan melalui telaah dokumen dapat diringkas seperti
Tabel berikut ini.

Tabel
KARAKTERISTIK WILAYAH MENURUT DATA
PASAMAN BARAT DALAM ANGKA TAHUN 2010

No Nagari Karakteristik Wilayah

1 Nagari Rabi Jonggor Wilayah yang jauh dari pusat


Kabupaten Pasaman Barat,
masyarakat mayoritas tergolong
petani dan jarang disentuh
pembangunan
2 Nagari Sinuruik Wilayah yang dekat dengan pusat
Kabupaten Pasaman Barat dan
merupakan daerah ramai dengan
kehidupan warga bervariasi
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 61

Sumber: Hasil telaah dokumen Pasaman Barat dalam angka 2010


Sesuai dengan karakteristik wilayah Nagari Sinuruik sebagai wilayah
yang berkembang, dengan kegiatan perekonomian masyarakat yang
berkembang pula, pemanfaatan Program ADN SMpN di Nagari Sinuruik
sesuai dengan hasil telaah dokumen terhadap laporan BPMKB Pasaman barat
sejak dua tahun terakhir diarahkan kepada peruntukan pembangunan penataan
pemukiman dan jalan usaha tani yang melibatkan kehidupan masyarakat
Nagari Sinuruik. Berikut ini di paparkan gambaran alokasi dana pembangunan
fisik di Nagari Sinuruik pada tahun 2012 seperti pada Tabel berikut.
Tabel
REKAP ALOKASI DAN LOKASI PEMBANGUNAN FISIK
NAGARI SINURUIK TAHUN 2012

Total
Lokasi Jenis
No Nagari NO. SPPB Tanggal Alokasi
Kegiatan Kegiatan
Dana

1 Nagari 01/SPPB- Jrg. Pembuat


Sinurui AND/LPMN/SN Juli 2012 Harapan an 149.059.0
k /VIII/2012 Tinggam Saluran 00
Irigasi
2 Nagari 02/SPPB- Pembuat
Sinurui AND/LPMN/SN Juli 2012 Jrg. an Rabat
133.567.2
k /VIII/2012 Paraman Beton 00
3 Nagari '03/SPPB- Jrg.
Sinurui AND/LPMN/SN Juli 2012 Benteng Pembuat 137.373.8
k /VIII/2012 Tonang an PLTA 00
Sumber: Hasil telaah dokumen laporan ADN SMpN 2012 BPMKB

Pada Tabel di atas terlihat bahwa alokasi kegiatan pemberdayaan fisik


dari Program ADN SMpN dalam kurun waktu tahun 2012 di Nagari Sinuruik
lebih di fokuskan pada kegiatan pembangunan jalan usaha tani sebagai
kegiatan perekonomian masyarakat.
Demikian juga alokasi kegiatan pemberdayaan fisik dari Program ADN
SMpN dalam kurun waktu berikutnya yakni tahun 2013 di Nagari Sinuruik
juga lebih di fokuskan pada kegiatan pembangunan jalan usaha tani sebagai
kegiatan perekonomian masyarakat seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel
REKAP ALOKASI DAN LOKASI PEMBANGUNAN FISIK
NAGARI SINURUIK TAHUN 2013

LOKASI TOTAL
N NAGA TANGGA JENIS
NO. SPPB KEGIAT ALOKASI
O RI L KEGIATAN
AN DANA
62 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

34 Nagari 01/SPPB- Jorong Pembangunan


Sinuruik AND/LPMN/SN/VIII Juli 2013 Kemajuan Jalan Rabat 120.000.000
/2013 Beton
35 Nagari 02/SPPB- Pembangunan
Sinuruik AND/LPMN/SN/VIII Juli 2013 Jorong Jalan Usaha 150.000.200
/2013 Kemakmur Tani
an
36 Nagari '03/SPPB- Jorong Pembangunan
Sinuruik AND/LPMN/SN/VIII Juli 2013 Tombang Jalan Baru 150.000.000
/2013
Sumber: Hasil telaah dokumen laporan ADN SMpN 2013 BPMKB
Pada Tabel di atas terlihat bahwa pelaksanaan alokasi kegiatan
pemberdayaan fisik dari Program ADN SMpN dalam kurun waktu tahun 2013
di Nagari Sinuruik juga lebih di fokuskan pada kegiatan pembangunan jalan
usaha tani sebagai kegiatan perekonomian masyarakat. Selain itu juga
dialokasikan untuk pembangunan jalan pemukiman warga di Jorong Kemajuan
dan Jorong Tombang.
Berbeda dengan kenagarian Rabi Jonggor yang berada pada daerah
pedalaman. Nagari Rabi Jonggor dikenal dengan minimnya akses pendidikan
mengakibatkan terisolasinya masyarakat Nagari Rabi Jonggor yang sebagian
besar tinggal di daerah pedalaman.
Berbeda dengan Nagari Sinuruik, dalam pelaksanaan Program ADN
SMpN Nagari Rabi Jonggor berdasarkan dari situasi kebutuhan masyarakat
lokal. Pemerintah Nagari Rabi Jonggor lebih memprioritaskan Program ADN
SMpN terhadap pembangunan gedung Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA).
Hal tersebut menjadi sasaran penting pelaksanaan Program ADN SMPN di
kenagarian Rabi Jonggor dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.Pelaksanaan alokasi kegiatan pemberdayaan fisik dari Program
ADN SMpN dalam kurun waktu tahun 2012 di Nagari Rabi Jonggor lebih di
fokuskan pada kegiatan pembangunan MDA sebagai kegiatan keagamaan
sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut.
Tabel
REKAP ALOKASI DAN LOKASI PEMBANGUNAN FISIK
NAGARI RABI JONGGOR TAHUN 2012

TOTAL
LOKASI JENIS
NO NAGARI NO. SPPB TANGGAL ALOKASI
KEGIATAN KEGIATAN
DANA

1 Nagari 01/SPPB- Juli 2012 Jrg.Siligawan Rehab dan


Rabi ADN/SG/LPMN- Gadang mobher 40.000.000
Jonggor RJ/VII/2012 gedung MDA
2 Nagari 02/SPPB- Juli 2012 Jrg. Kampung Rehab dan
Rabi ADN/AS/LPMN- Sorik Mobher 55.000.000
Jonggor RJ/VII/2012 gedung MDA
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 63

3 Nagari 03/SPPB- Juli 2012 Jrg. Robi Pembangunan


Rabi ADN/RJ/LPMN- jonggor gedung MDA 60.000.000
Jonggor RJ/VII/2012
4 Nagari 04/SPPB- Juli 2012 Jrg. Huta Rehab dan
Rabi ADN/HT/LPMN- Tonga Mobher 51.000.000
Jonggor RJ/VII/2012 gedung MDA
5 Nagari 05/SPPB- Juli 2012 Jrg. Sugai Aur Pembangunan
Rabi ADN/SA- II Gedung Wirid 46.500.000
Jonggor II/LPMN-
RJ/VII/2012
6 Nagari 06/SPPB- Juli 2012 Jrg.Ranto Rehap MDA
Rabi ADN/RP/LPMN- panjang 57.500.000
Jonggor RJ/VII/2012
7 Nagari 07/SPPB- Juli 2012 Jrg. Paraman Lanjutan
Rabi ADN/PA/LPMN- Ampalu pembangunan 110.000.000
Jonggor RJ/VII/2012 Gedung
Pertemuan
paraman
Ampalu

Sumber: Hasil telaah dokumen laporan ADN SMpN 2012 BPMKB


Pada Tabel di atas terlihat bahwa alokasi kegiatan pemberdayaan fisik
dari Program ADN SMpN dalam kurun waktu tahun 2012 di Nagari Rabi
Jonggor lebih di fokuskan pada kegiatan pembangunan pembangunan MDA
Demikian juga alokasi kegiatan pemberdayaan fisik dari Program ADN
SMpN dalam kurun waktu tahun 2013 di Nagari Rabi Jonggor juga tetap lebih
di fokuskan pada kegiatan pembangunan jalan usaha tani sebagai kegiatan
perekonomian masyarakat dan kegiatan keagamaan yakni pembangunan
gedung MDA seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel
REKAP ALOKASI DAN LOKASI PEMBANGUNAN FISIK
NAGARI RABI JONGGOR TAHUN 2013

Total
Lokasi Jenis
No Nagari No. Sppb Tanggal Alokasi
Kegiatan Kegiatan
Dana

1 Nagari Rabi 04/SPPB- Pembangunan 65.000.000


Jonggor AND/LPMN/ Juli 2013 Jorong Guo Gedung MDA
SN/VIII/2013
64 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

2 Nagari Rabi 05/SPPB- Pembangunan


Jonggor AND/LPMN/ Juli 2013 Jorong Air Jembatan 105.000.000
SN/VIII/2013 Dingin Gorong-
gorong
3 Nagari Rabi 06/SPPB- Jorong Pembangunan
Jonggor AND/LPMN/ Juli 2013 Baruh Gedung MDA 65.000.000
SN/VIII/2013 Gunung
4 Nagari Rabi 07/SPPB- Jorong Pembangunan
Jonggor AND/LPMN/ Juli 2013 Sigalawen Gedung MDA 65.000.000
SN/VIII/2013 Menek
5 Nagari Rabi 08/SPPB- Jorong Bulu Pembangunan
Jonggor AND/LPMN/ Juli 2013 Laga Gedung MDA 65.000.000
SN/VIII/2013
6 Nagari Rabi 08/SPPB- Jorong Pembangunan
Jonggor AND/LPMN/ Juli 2013 Sibatutu Gedung TK 65.000.000
SN/VIII/2013 dan Mobiler
Sumber: Hasil telaah dokumen laporan ADN SMpN 2013 BPMKB
Pada Tabel di atas terlihat bahwa pelaksanaan alokasi kegiatan
pemberdayaan fisik dari Program ADN SMpN dalam kurun waktu tahun 2013
di Nagari Rabi Jonggor selain di fokuskan pada kegiatan pembangunan jalan
usaha tani sebagai kegiatan perekonomian masyarakat juga masih
memprioritaskan pembangunan kegiatan keagamaan berupa fasilitas kegiatan
kegamaan dan pembangunan MDA.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada dua kenagarian baik di Nagari
Sinuruik maupun di Nagari Rabi Jonggor tersebut dapat diketahui bahwa
penggunaan anggaran belanja fisik pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan
Program ADN SMpN dapat berbeda-beda tiap-tiap wilayah kenagarian. Hal
tersebut sesuai dengan tingkat kebutuhan pembangunan yang dilakukan seperti
di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor. Dimana, Nagari Sinuruik
memprioritaskan Program ADN SMpN untuk pembangunan pemukiman dan
jalan usaha tani. Sedangkan Nagari Rabi Jonggor selain untuk pembangunan
usaha tani dalam rangka peningkatan ekonomi Nagari Rabi Jonggor juga
membangun sejumlah fasilitas pendidikan berupa pembangunan gedung MDA.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa anggaran belanja fisik
pemberdayaan masyarakat dapat digunakan sesuai dengan kondisi kenagarian
masing-masing dan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan masing-masing
kejorongan sesuai petunjuk teknis dan aturan yang berlaku dengan merujuk
pada kebutuhan masing-masing kejorongan pada tiap-tiap kenagarian. Analisa
data hasil penelitian tentang Efektivitas Program Alokasi Dana Nagari (ADN)
Satu Miliar per Nagari di Kabupaten Pasaman Barat, dilakukan dalam rangka
menjawab pertanyaan penelitian, yaitu: (1) Bagaimanakah pencapaian tujuan
Program ADN SMpN pada pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari
Rabi Jonggor?; (2) Bagaimanakah integrasi Program ADN SMpN pada
pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor?; dan (3)
Bagaimanakah adaptasi Program ADN SMpN pada pembangunan fisik di
Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor?. Adapun hasil analisanya adalah
sebagai berikut:
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 65

1. Aspek Pencapaian Tujuan

Analisa aspek yang pertama ini adalah analisa terhadap aspek


pencapaian tujuan. Aspek pencapaian tujuan ini kemudian mencakup
tentang proses pelaksanaan dan pencapaian sasaran. Aspek ini dalam
rangka menjawab pertanyaan penelitian “Bagaimanakah pencapaian
tujuan Program ADN SMpN pada pembangunan fisik di Nagari Sinuruik
dan Nagari Rabi Jonggor?”. Adapun analisis jawaban dari pertanyaan ini
dijabarkan sebagai berikut.
Pelaksanaan sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan diartikan
sebagai suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota
kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Jadi pelaksanaan untuk
mencapai tujuan dapat diartikan sebagai upaya menggerakkan orang-
orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Demikian pula
untuk mencapai tujuan Program ADN SMpN di Kabupaten Pasaman
Barat dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk mencapai sasaran
Program ADN SMpN yang sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun sebelumnya.
Adapun tujuan dari Program ADN SMpN sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa Program ADN SMpN dijalankan dengan
strategi menjadikan masyarakat nagari sebagai kelompok sasaran serta
menguatkan pembangunan partisipatif di tengah masyarakat. Selain itu,
program ADN SMpN di Kabupaten Pasaman Barat juga dijadikan
sebagai bagian pengembangan kelembagaan yang ada di nagari. Program
ADN SMpN hadir dengan harapan menuntaskan tahapan pemberdayaan
yaitu tercapaianya kemandirian masyarakat nagari di Kabupaten Pasaman
Barat.
Seperti yang tertuang di dalam Buku Pedoman Umum ADN SMpN
(2011:3) disebutkan bahwa tujuan dari Program ADN SMpN adalah:
“Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin
di nagari dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan
serta mengefektifkan peran kelembagaan di nagari dalam pengelolaan
pembangunan”.
Lebih rinci juga dijelaskan bahwa tujuan khusus dari program ADN
SMpN sebagaimana tersebut dalam Buku Pedoman Umum ADN SMpN
(2011:4) adalah:
1) Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya
masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian
pembangunan di nagari.
2) Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan sumber daya lokal di nagari.
3) Mengembangkan kapasitas pemerintahan nagari dalam
memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif.
66 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

4) Menyediakan sarana dan prasarana sosial dasar dan ekonomi yang


diprioritaskan oleh masyarakat.
5) Melembagakan pengelolaan dana.
6) Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam
upaya penanggulangan kemiskinan di nagari.
Dari penjelasan tujuan pelaksanaan Program ADN SMpN tersebut di
atas, wujud dari pencapaian tujuan yang efektif dari Program ADN
SMpN adalah bagaimana proses pelaksanaan sesuai dengan tujuan yang
di inginkan serta dijalankan sesuai dengan aturan yang ada serta hasil
pencapaian sasaran sesuai dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya.
Dari hasil penelitian terhadap 2 lokus wilayah yakni Nagari Sinuruik
dan Nagari Rabi Jonggor terkait tentang pembangunan fisik, dalam
pelaksanaannya pemerintah nagari sebagai pelaksana Program ADN
SMpN telah melaksanakannya sesuai dengan petunjuk teknis dan
peraturan yang ada. Hal ini sesuai dengan pertanyaan terhadap key
informant Wali Nagari Sinuruik dan Wali Nagari Rabi Jonggor atas
pertanyaan “Bagaimanakah mekanisme pelaksanaan Program ADN
SMpN?”. Adapun jawaban dari key informant Wali Nagari Sinuruik
adalah sebagai berikut:
Dalam mekanisme pemanfaatannya, dana ADN SMpN ini 42%
digunakan untuk pembangunan fisik, dan 58% digunakan untuk karang
taruna, bamus, perangkat nagari, pemuda, koperasi dan lain sebagainya.
Sementara yang 42% khusus untuk kegiatan pemberdayaan fisik. Nagari
Sinuruik penggunaannnya untuk pembangunan fisik maksimal satu titik
150 juta minimal 50 juta. Langkah penggunaannya kami melakukan
sesuai mekanisme yaitu melalui LPMN digelar rapat nagari. Pada rapat
itu, nagari dibantu tim dari kecamatan. Dalam rapat itu, juga dibentuk
TPP yang berasal dari kejorongan yang akan dibangun. Tim TPP tersebut
kemudian di SK-kan oleh wali nagari. Dana kemudian dikucurkan
langsung oleh nagari ke rekening TPP. Pola pencairannnya per triwulan
dengan porsi hitungan pekerjaannya adalah 0%, 40%, 70%, dan 100%
yang wajib dilengkapi dengan laporan dalam setiap pencairan dana.
Sejalan dengan pendapat di atas, key informant Wali Nagari Rabi
Jonggor menjawab dengan hal senada atas pertanyaan yang sama.
Adapun jawabannnya adalah:
Pola dan mekanisme Program ADN SMpN sebetulnya tidak jauh
berbeda dengan pengelolaan dana Program Nasional Pedesaan Mandiri
(PNPM). Yang dilakukan di tingkat nagari adalah mengadakan
musyawarah antar kejorongan lalu melakukan identifikasi terhadap
kejorongan-kejorongan yang membutuhkan pembangunan. Setelah
menentukan prioritas kejorongan yang akan menjadi sasaran Program
ADN SMpN, kemudian disesuaikan dengan ketersediaan dana. Lalu
dibentuk Tim Pelaksana Pembangunan (TPP) yang anggotanya berasal
dari kejorongan. Setelah itu, dibuat surat perjanjian kerjasama lalu
menyusun perencanaan dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 67

Pembangunan. Setelah itu, dikeluarkan dana sesuai dengan kebutuhan ke


rekening TPP oleh nagari melalui mekanisme pengusulan.

Keterangan: Kegiatan Pembangunan fisik di Nagari Sinuruik, Pasaman Barat,


2013
Berdasarkan hasil wawancara dari kedua key informant di atas, dapat
diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan ADN SMpN selalu diawali
dengan musyawarah antar kejorongan di tingkat nagari. Lalu kemudian
melakukan identifikasi terhadap kejorongan-kejorongan yang kemudian
membutuhkan pembangunan. Setelah menentukan prioritas kejorongan
yang akan menjadi sasaran Program ADN SMpN barulah diadakan
tahapan pengecekan langsung ke lapangan. Dari proses pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan fisik tersebut di atas dan berdasarkan jawaban
key informant, dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan Program
ADN SMpN di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor telah sesuai
dengan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang terdapat dalam petunjuk
teknis pelaksanaan Program ADN SMpN. Hal tersebut dapat terlihat dari
rentetan tahapan yang dilakukan oleh pihak kenagarian dengan TPP telah
sesuai dengan tahapan mekanisme pelaksanaan Program ADN SMpN.
Namun ditemukannya perubahan teknis dilapangan menjadi catatan yang
harus diperbaiki dalam kegiatan pembangunan berikutnya agar dilakukan
terbuka dan transparan.
Dengan demikian, Jika dikaitkan dengan efektivitas Program ADN
SMpN di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor dihubungkan dengan
pelaksanaan sebagai suatu proses untuk mencapai sasaran, berarti hal ini
merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Pasaman sebagai perumus program, masyarakat, dan pemerintahan
nagari sebagai pelaksana Program ADN SMpN. Adapun pencapaian
sasaran disini adalah pelaksanaan ADN SMpN yang efektif sehingga bisa
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kejorongan yang ada di Nagari
Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor.
68 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

Keterangan: Hasil pembangunan fisik jalan usaha tani dari program 1 miliar
per nagari
Sesuai dengan ketentuan dalam Program ADN SMpN ini salah satu
penekanan yang dilakukan dalam rangka memunculkan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan pembangunan fisik Program ADN SMpN ini
adalah adanya swadaya dari masyarakat sebanyak 10% dari total pagu
dana pembangunan yang dibutuhkan. Namun dalam pelaksanaannya di
lapangan belum terwujud secara maksimal. Hal tersebut di dukung
dengan hasil wawancara key informant Wali Nagari Sinuruik atas
pertanyaan “Kendala apa yang dihadapi oleh Pemerintah Nagari dalam
melaksanakan pembangunan jalan usaha tani?” Adapun jawaban dari key
informant Wali Nagari Sinuruik adalah sebagai berikut:
Masih ditemuinya seperti pembebasan lahan yang akan dijadikan
titik pembangunan, belum maksimalnya swadaya dari masyarakat dengan
harapan dapat melewati 10 persen dari pagu dana kegiatan yang
dikerjakan.
Kendala tersebut terjadi dikarenakan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setempat yang sulit. Untuk mengatasi kendala tersebut pihak
kenagarianpun melakukan langkah-langkah dengan cara nagari
bekerjasama dengan LPMN. Mengajak peran serta masyarakat dan
menanamkan betapa pentingnya partisipasi dalam pembangunan. dengan
cara tersebut sejumlah kendala dapat diatasi. Selain itu, juga ditopang
oleh kondisi lokal bahwa tanah yang terkait pembebasan lahan adalah
tanah ulayat, sehinggga memudahkan dalam hal pembebeasan
dikarenakan penguasaannnya bersifat penguasaan secara adat istiadat
masyarakat.
Begitu juga dalam hal swadaya masyarakat, setelah musyawarah
dilakukan masyarakat rata-rata tertarik untuk berkontribusi dan ikut serta
dalam memberikan sumbangan baik tenaga, pikiran, dan bantuan
peralatan dalam mensukseskan kegiatan pembangunan. secara umum
pencapaian tujuan dalam Program ADN SMpN ini telah tercapai jika
dilihat pada hasil akhirnya, meski dalam prosesnya masih diperlukan
upaya keras oleh pihak kenagarian baik di Nagari Sinuruik maupun
Nagari Rabi Jonggor dalam Pelaksanaan Program ADN SMpN jika
dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan.
Meski demikian, pencapaian tujuan dari Program ADN SMpN ini
tidak seluruhnya mengalami kendala. Seperti yang terdapat di kenagarian
Sinuruik selain memberikan sumbangan berupa keuangan, masyarakat
nagari Sinuruik juga memberikan sumbangan berupa peralatan,
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 69

sumbangan tersebut bisa dalam bentuk penggiling semen, tractor bahkan


sampai kepada peralatan-peralatan mini.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Aspek pencapaian tujuan
Program ADN SMpN secara umum program ADN SMpN pada
pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor cukup
berhasil. Hal ini terlihat dengan antusiasnya masyarakat dalam
pembangunan serta terlihatnya geliat semangat aparatur nagari dalam
setiap kegiatan-kegiatan yang bersumber dari program ADN SMpN ini.
Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor bisa dikatakan sukses
dalam melaksanakannnya. Meski masih tercatat beberapa hal belum
sesuai dengan harapan dengan ditemukannnya beberapa kendala seperti
masih minimnya persyaratan swadaya minimal masyarakat nagari dalam
kegiatan pembangunan fisik belum bisa dilakukan secara maksimal
sehingga porsi anggaran yang bersumber dari program ADN SMpN
belum sesuai yang diinginkan jika dinilai secara merata pada tiap-tiap
nagari.
Namun demikian, solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala itu
pihak nagari telah mengajak masyarakat untuk bermusyawarah sehingga
kemudian bentuk swadaya masyarakat ini dapat dilakukan dengan cara
bermacam-macam seperti sumbangan berupa bantuan finansial, tenaga
dan peralatan. Dengan demikian, jika dikaitkan dengan pertanyaan
penelitian bagaimanakah pencapaian tujuan Program ADN SMpN pada
pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor? Maka
jawabnya adalah sudah berjalan dengan baik meski masih ada kendala-
kendala yang menjadi catatan harus diperbaiki di lapangan.

2. Aspek Integrasi

Analisa aspek yang Kedua ini adalah analisa terhadap aspek


Integrasi. Aspek Integrasi ini kemudian mencakup sosialisasi dan
kerjasama pada pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi
Jonggor. Aspek ini dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian
tentang “Bagaimanakah integrasi Program ADN SMpN pada
pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor?”.
Adapun analisis jawaban dari pertanyaan ini dijabarkan di bawah ini.
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu
organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan
komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi
menyangkut proses sosialisasi dan kerjasama. Kaitannya dengan
penelitian ini adalah yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan
organisasi untuk memberikan informasi, pengenalan, dan penjabaran
program dalam kaitannnya dengan efektivitas Program ADN SMpN pada
pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor.
Sosialisasi kegiatan ADN SMpN dilakukan dengan harapan
terbangunnya persepsi yang sama, yang ditandai dengan tingkat
pelaksanaan Program ADN SMpN pada pembangunan fisik di Nagari
70 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor yang dilakukan mampu melibatkan


semua unsur yang terlibat dalam rangka percepatan pelaksanaan program
dan tujuan organisasi secara keseluruhan. Sehingga kemudian dari
sosialisasi itu terlahir kerjasama yang erat dari berbagai komponen untuk
membentuk hubungan yang bersifat saling menguntungkan.
Dalam Program ADN SMpN pada pembangunan fisik di Nagari
Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor, Kabupaten Pasaman Barat peran dari
Badan Pemberdayaan Masyrakat dan Keluarga Berencana (BPMKB)
Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat tentu menjadi penting. Dalam
Program ADN SMpN ini motor penggerak utamanya adalah BPMKB.
Berbagai hal tentunya dilakukan untuk mensukseskan pelaskanaan
Program, evaluasi, dan penilaian terhadap nagari-nagari dalam
melaksanakan program ini, serta yang tidak kalah penting adalah
melakukan sosialisasi Program ADN SMpN.
Dalam pelaksanaan program ADN SMpN, seluruh stakeholder yang
terlibat baik Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, unsur-unsur
pemerintah nagari dan masyarakat seluruh nagari di Sinuruik. Para
stakeholder ini bekerjasama sesuai dengan peran, tugas, dan
tanggungjawabnya masing-masing. Dalam pelaksanaan sosialisasi juga
memiliki peran bagaimana menyampaikan sosialisasi ini kepada
masyarakat nagari. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan key
informant Wali Nagari Rabi Jonggor terhadap pertanyaan
“Bagaimanakah pemerintahan nagari melakukan sosialisasi terhadap
internal pemerintahan nagari serta masyarakat?”. Adapun jawabannnya
adalah:
Kami di kenagarian selalu mengadakan musyawarah. Sesuai dengan
kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam RPJM Nagari. sehingga dalam
rapat-rapat nagari diputuskan jorong-jorong yang akan didanai.
Kemudian dilakukan musyawarah dengan melibatkan kejorongan. Dalam
forum jorong itu kemudian nagari hadir menjelaskan termasuk tentang
ketentuan swadaya sehingga seluruh elemen masyarakat kejorongan yang
menjadi sasaran kegiatan dapat memahami dan mengerti peran dan
fungsinya.
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 71

Keterangan: Sosialisasi kegiatan pembangunan fisik program 1 miliar


per nagari
Hal senada juga disampaikan oleh key informant Wali Nagari
Sinuruik terhadap pertanyaan yang sama berkaitan dengan sosialisasi,
adapun jawabannnya adalah seperti berikut ini: Pihak nagari melakukan
musyawarah dengan masyarakat kejorongan dengan cara mengumpulkan
di kantor wali nagari. Masyarakat secara umum sangat menyambut baik
dan menerima baik tentang kehadiran Program ADN SMpN. Sosialisasi
yang dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan tokoh adat dan tokoh
masyarakat nagari. Lalu diberikan pemahaman akan arti penting
pembangunan yang partisipatif sehingga muncul keinginan bersama
untuk berperan secara pro aktif dalam pembangunan.
Kegiatan sosialisasi yang dilakukan tersebut menurut key informant
warga Nagari Sinuruik juga dinilai telah mampu memberikan penjelasan
kepada masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan jawaban atas pertanyaan
“Apakah ada sosialisasi yang diterima masyarakat terkait pelaksanaan
pembangunan jalan usaha tani, dan oleh siapa sosialisasi tersebut
diadakan?,” adapun jawabannya adalah “Pihak nagari selalu memberikan
warga tentang informasi pembangunan”.
Demikian juga jawaban key informant Wali Nagari Rabi Jonggor
terhadap pertanyaan yang sama, terkait dengan pembangunan MDA di
Nagari Rabi Jonggor. Terkait sosialisasi, adapun jawabannya adalah
“Ada, dan kita sering diajak rapat oleh wali nagari untuk melakukan
musyawarah di kantor wali nagari”.
Dari jawaban beberapa key informant di atas dapat disimpulkan,
bahwa kegiatan sosialisasi dalam Program ADN SMpN ini berjalan
dengan baik. Hal tersebut dapat terlihat dimulai dari tingkat Kabupaten
dengan cara mengumpulkan Nagari bahkan melakukan suvervisi dan
kunjungan kelapangan secara langsung bahkan ke lokasi-lokasi
diadakannnya kegiatan pemberdayaan fisik ADN SMpN. Begitu juga
dengan kenagarian, melakukan sosialisasi kepada masyarakat nagari
dengan cara mengumpulkannnya di kantor wali nagari masing-masing.
Begitu juga kerjasama dalam Program ADN SMpN sebagai upaya
bersama secara pro aktif terlibat dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan
pemberdayaan fisik di lapangan. Dengan demikian, kerjasama dalam
konteks efektivitas Program ADN SMpN ini diartikan sebagai suatu
usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai
suatu hasil dalam mencapai satu tujuan bersama.
Jika dikaitkan dengan efektivitas Program ADN SMpN pada
pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor,
Kabupaten Pasaman Barat dan dikaitkan dengan kerjasama sebagai suatu
proses dalam Program ADN SMpN. Sebagaimana hasil wawancara
dengan 3 key informant yaitu Sekerataris BPMKB, Kepala Bidang Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan BPMKB Pasaman Barat dan Kepala
72 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

Bagian Pemerintahan Nagari terhadap pertanyaan “Bagaimanakah


melakukan kerjasama dan sosialisasi dalam mensukseskan Program ADN
SMpN? Adapun jawabannya adalah:
Sebelum program ADN SMpN ada, salah satu tupoksi dari bagian
pemerintahan nagari adalah melakukan pembinaan dan pelatihan kepada
aparatur nagari dalam peningkatan kapasitas, baik yang menyangkut
pelayanan serta yang berkaitan dengan adminisrasi pemerintahan nagari.
Sejak Program ADN SMpN ini ada, sosialisasi dengan menggelar
pertemuan rutin dilakukan baik di kabupaten maupun kunjungan
langsung ke nagari-nagari yang ada. Sosialisasi yang dilakukan dalam
bentuk pertemuan-pertemuan dan pelatihan-pelatihan terhadap perangkat
nagari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 key informant tersebut di
atas kerjasama yang dilakukan terkait dengan efektivitas program ADN
SMpN ini sudah baik. Berbeda dengan pendapat Wali Nagari Rabi
Jonggor terkait kerjasama yang dilakukan dalam Program ADN SMpN
masih ditemui kendala dilapangan, hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan key informant Wali Nagari Rabi Jonggor atas pertanyaan
“Kendala apa yang dihadapi dalam melakukan kerjasama mensukseskan
Program ADN SMpN? Jawabannya atas pertanyaan tersebut adalah
sebagai berikut:
Kendala yang dihadapi di tingkat kejorongan adalah sikap
kejorongan yang berebut untuk terlebih dahulu mendapatkan kegiatan
pembangunan, sementara anggaran yang tersedia sangat terbatas. Untuk
mengatasi persoalan tersebut kami dari kenagarian harus berlaku tegas
serta mengedepankan pola musyawarah mufakat dan meyakinkan seluruh
kejorongan bahwa pada gilirannya akan mendapatkan kegiatan yang
sama juga, karena rujukan penggunaan ADN SMpN haruslah sesuai
dengan RPJM Nagari.
Di Nagari Rabi Jonggor kegiatan-kegiatan pembangunan dilakukan
sesuai dengan RPJM Nagari disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
setempat. Meskipun banyak desakan dari kejorongan agar terlebih dahulu
dibangun, akan tetapi tingkat kebutuhan masyarakat menjadi skala
prioritas dalam penentuan kegiatan pembangunan yang dilakukan.
Dengan beranjak terhadap situasi tersebut maka masyarakat pun turut
serta bekerjasama mensukseskan kegiatan yang ada. Berikut ini adalah
suatu kegiatan kerjasama masyarakat Nagari Rabi Jonggor dalam
pembangunan gedung Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) di Jorong
Sibatutu, Nagari Rabi Jonggor.
Dari jawaban key informant Wali Nagari Sinuruik di atas, dapat
diketahui bahwa munculnya kendala dalam Program ADN SMpN di
Nagari Sinuruik disebabkan oleh kurangnya informasi. Bahkan,
timbulnya kendala-kendala di tengah masyarakat disebabkan oleh
ketidakmengertian masyarakat dan belum memahami kondisi teknisnya.
Namun setelah dijelaskan, akhirnya masyarakat bisa faham dan mengerti
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 73

dan turut serta berpartisipasi dalam kegiatan ADN SMpN yang


dijalankan.
Dari jawaban beberapa key informant di atas dapat disimpulkan,
bahwa kegiatan kerjasama dalam Program ADN SMpN ini terkendala
dengan adanya harapan yang tinggi dari kejorongan-kejorongan agar
kejorongannnya yang menjadi sasaran Program ADN SMpN. Namun hal
tersebut dapat di atasi pemerintahan nagari dengan cara mengajak warga
musyawarah, sehingga pada gilirannnya kejorongannya akan mendapat
kesempatan yang sama dalam pembangunan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Aspek Integrasi Program
ADN SMpN secara umum pada efektivitas Program ADN SMpN di
Kabupaten Pasaman Barat cukup berhasil. Hal ini terlihat dengan
keikutsertaan semua pihak melaksanakan sosialisasi dan kerjasama dalam
setiap kegiatan-kegiatan yang bersumber dari program ADN SMpN ini.
Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor bisa dikatakan sukses
dalam melaksanakannnya. Meski masih tercatat beberapa hal belum
sesuai dengan harapan dengan ditemukannnya beberapa kendala seperti
kerjasama pada tahapan awal dikarenakan bukan kejorongannnya yang
menjadi tempat pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik. Namun
demikian, solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala itu pihak
nagari telah mengajak masyarakat untuk bermusyawarah sehingga
kemudian kerjasama masyarakat nagari ini dapat terwujud.

3. Aspek Adaptasi

Analisa aspek yang ketiga ini adalah analisa terhadap aspek adaptasi.
Aspek adaptasi ini kemudian mencakup pemberdayaan masyarakat dan
pemeliharaan pencapaian tujuan. Aspek ini dalam rangka menjawab
pertanyaan penelitian “Bagaimanakah Adaptasi Program ADN SMpN
pada pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor?”
Adapun analisis jawaban dari pertanyaan ini dijabarkan di bawah ini.
Kaitannya dengan efektivitas Program ADN SMpN pada
pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor adalah
sejauhmana Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat memberdayakan
pemerintahan nagari sekaligus masyarakat nagari serta pemeliharaan
hasil pencapaian tujuan dalam rangka pelaksanaan Program ADN SMpN
pada pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor
secara baik. Agar bermanfaat bagi masyarakat secara luas sehingga
bermanfaat secara berkelanjutan.
Pemberdayaan masyarakat dalam efektivitas Program ADN SMpN
adalah dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan
ADN SMpN untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
Pemberdayaan masyarakat yang terjadi dalam efektivitas Program ADN
SMpN terlihat dengan warganya ikut berpartisipasi. Hal tersebut sesuai
dengan yang disampaikan oleh 3 key informant yakni Sekretaris Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Kabupaten Pasaman Barat
74 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

(BPMKB), Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat BPMKB, Kepala


Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Pasaman Barat, atas
pertanyaan “Pemberdayaan seperti apa yang diharapkan terjadi dalam
Program ADN SMpN? Adapun jawabannnya penulis rangkum berikut
ini:
Pemberdayaan yang diharapkan disini adalah munculnya partisipasi
masyarakat Pasaman Barat di kenagarian secara aktif dalam pelaksanaan
pembangunan. Partisipasi yang dimaksud adalah adanya keterlibatan
mereka mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pemeliharaan hasil-hasil pembangunan yang bersumber dari program
ADN SMpN ini.
Selanjutnya, Ketiga key informant di atas juga menambahkan butuh
upaya dalam melahirkan partisipasi masyarakat di nagari-nagari yang ada
di Kabupaten Pasaman Barat, sebagaimana wawancara yang dilakukan
key informant menjawab sesuai dengan jawaban berikut ini:
Menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan tentu
tidak mudah, apalagi masyarakat di Pasaman Barat selama ini lebih
cenderung menunggu program kabupaten. Namun dengan cara sosialisasi
serta membangun peran serta dan rasa memiliki terhadap nagari akhirnya
masyarakat Pasaman Barat sadar bahwa pembangunan itu akan dapat
dilakukan manakala dilakukan bersama-sama dengan pemerintah.
Ditambah lagi, Program ADN SMpN ini memberikan ruang yang lebih
luas kepada masyarakat nagari untuk menggunakannya sesuai dengan
kebutuhan mereka di nagari.

Keterangan: Munculnya partisipasi masyarakat dalam program 1


miliar per nagari
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 75

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, tentang efektivitas Program


ADN SMpN di Nagari Rabi Jonggor dan Nagari Sinuruik dalam hal
pemberdayaan masyarakat terjadi maksimal. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara penulis terhadap key informant Wali Nagari Rabi Jonggor
dan Wali Nagari Sinuruik, atas pertanyaan “Pemberdayaan seperti apa
yang diharapkan terjadi dalam Program ADN SMpN?. Adapun
jawabannnya adalah penulis rangkum berikut ini: Pemberdayaan yang
dilakukan di Nagari Rabi Jonggor adalah melibatkan seluruh masyarakat
kejorongan untuk berperan aktif dalam menjalankan Program ADN
SMpN. Selain itu, membangun partisipasi bersama serta memupuk
kebersamaan, dan melahirkan rasa keikutsertaan kejorongan dalam
melaksanakan pembangunan.
Cara yang dilakukan dalam melahirkan partisipasi masyarakat
tersebut adalah mengajak masyarakat untuk secara bersama-sama
menggalakkan Program ADN SMpN serta memberikan pemahaman
kepada masyarakat Nagari Rabi Jonggor dan Nagari Sinuruik bahwa
pembangunan akan terlaksana manakala timbul partisipasi dan
keikutsertaan masyarakat secara langsung.
Berdasarkan jawaban atas beberapa pertanyaan terhadap key
informant di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat
dalam efektivitas Program ADN SMpN ditinjau dari sub aspek
pemberdayaan masyarakat sudah sangat baik, hal ini dibuktikan dengan
keterlibatan masyarakat secara langsung dalam Program ADN SMpN di
kedua Nagari yang menjadi lokus penelitian.
Demikian juga dalam hal pemeliharaan hasil pencapaian tujuan
dalam Program ADN SMpN sebagai suatu usaha berupa upaya terhadap
pemeliharaan keberlanjutan keberhasilan yang sudah dicapai dalam
rangka meraih tujuan yang diinginkan berikutnya.
Kaitannya dengan efektivitas Program ADN SMpN ini adalah
sejauhmana Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat memberdayakan
pemerintahan nagari sekaligus masyarakat nagari sehingga muncul
partisipasi aktif masyarakat dalam rangka pemanfaatan hasil-hasil
pencapaian tujuan Program ADN SMpN yang baik.
Lebih jauh yang dimaksud dengan pemeliharaan hasil pencapaian
tujuan adalah bila dikaitkan dengan efektivitas Program ADN SMpN
pada pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor ini,
maka Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, pemerintahan nagari, dan
masyarakat nagari serta seluruh stakeholder bersama-sama menjaga hasil
Program ADN SMpN agar bermanfaat bagi masyarakat secara luas
sehingga bermanfaat secara berkelanjutan.
Dari segi output-nya sasaran itu pula kemudian yang dapat dijadikan
tolak ukur dan pondasi yang akan berpengaruh terhadap keberlanjutan
keberhasilan yang diinginkan berikutnya. Dimana, pemeliharaan hasil
pencapaian tujuan adalah suatu usaha berupa upaya terhadap
pemeliharaan keberlanjutan sasaran-sasaran keberhasilan yang sudah
dicapai dalam rangka meraih sasaran yang diinginkan berikutnya.
76 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Aspek Adaptasi Program


ADN SMpN secara umum dalam program ADN SMpN pada
pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor,
Kabupaten Pasaman Barat cukup berhasil. Hal ini terlihat dengan
keikutsertaan semua pihak melaksanakan partisipasi aktif dan
pemeliharaan hasil pencapaian tujuan dalam setiap kegiatan-kegiatan
yang bersumber dari program ADN SMpN ini.
Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor bisa dikatakan sukses
dalam melaksanakan Program ADN SMpN ini. Kegiatan Program ADN
SMpN pada pembangunan fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi
Jonggor ini telah terbukti efektif dalam pembangunan nagari. Meski
masih tercatat beberapa hal belum sesuai dengan harapan dengan
ditemukannnya beberapa kendala seperti partsipasi aktif lewat
pemberdayaan masyarakat yang tidak merata dalam bentuk partisipasi.
Namun demikian, solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala itu
pihak nagari telah mengajak masyarakat untuk dapat berpartisipasi
dengan model-model partisipasi apakah tenaga, sumbangan dan peralatan
sehingga kemudian peran serta masyarakat dalam bentuk pemberdayaan
dan pemeliharaan hasil Program ADN SMpN nagari ini dapat terwujud.

IV. Penutup

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka Peneliti


menyimpulkan bahwa efektivitas Program Alokasi Dana Nagari (ADN)
Satu Miliar per Nagari (SMpN) di Kabupaten Pasaman Barat (Kasus
Pembangunan Fisik di Nagari Sinuruik dan Nagari Rabi Jonggor) secara
umum sudah berjalan dengan baik, meskipun masih ditemui beberapa
kendala dan permasalahan di lapangan.
Adapun kesimpulan secara rinci berdasarkan aspek penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Aspek Pencapaian Tujuan
a. Aspek pencapaian tujuan dengan memperhatikan proses
pelaksanaan: disini anggota masyarakat pada umumnya sudah
terlibat dalam proses pelaksanaan Program ADN SMpN. Dalam
pelaksanaan Program ADN SMpN di Nagari Sinuruik dan Nagari
Rabi Jonggor, prosesnya telah sesuai dengan mekanisme
pelaksanaan kegiatan sebagaimana telah diatur dalam petunjuk
teknis pelaksanaan Program ADN SMpN. Hal tersebut terlihat
dari urutan tahapan yang dilakukan oleh perangkat kenagarian
dengan TPP dimana telah sesuai dengan tahapan mekanisme
pelaksanaan Program ADN SMpN yang telah diatur dalam
Perbup Pasaman Barat Nomor 4 Tahun 2011.
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 77

b. Aspek pencapaian tujuan Program ADN SMpN di Kabupaten


Pasaman Barat sebagaimana yang telah direncanakan
pertahunnya, untuk pembangunan fisik secara umum telah
tercapai. Sehingga bisa dikatakan bahwa program ini cukup
berhasil. Di Nagari Sinuruik karena adanya keterbatasan akses
untuk menuju lahan pertanian, maka telah dibangun/diperbaiki
jalan tani di beberapa jorong. Sedangkan di Nagari Rabi Jonggor
telah didirikan beberapa Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) di
sejumlah kejorongan dimana MDA ini merupakan lembaga
pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang diharapkan
mampu memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik
yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah. Namun demikian, dalam
proses ini juga terdapat kendala yakni adanya keluhan bahwa
porsi anggaran yang bersumber dari Program ADN SMpN ini
belum sesuai dengan yang diinginkan warga jika dinilai secara
merata pada tiap-tiap nagari.
2. Aspek Integrasi
a. Aspek Integrasi yang berkaitan dengan sosialisasi: kegiatan
sosialisasi dalam pelaksanaan Program ADN SMpN ini pada
dasarnya sudah berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat terlihat
dimulai dari tingkat kabupaten dengan cara mengumpulkan
perangkat nagari, lalu melakukan supervisi dan kunjungan ke
lapangan yang menjadi lokus pembangunan fisik. Begitu juga
dengan kenagarian, yang telah melakukan sosialisasi kepada
masyarakat nagari dengan cara mengumpulkannya di kantor wali
nagari meski dilakukan dengan kondisi yang terbatas. Mengingat
terbatasnya anggaran sosialisasi dan banyaknya jumlah jorong
yang ada dalam suatu nagari.
b. Aspek Integrasi menyangkut kerjasama: adanya antusiasme
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan fisik yang
dibiayai oleh Program ADN SMpN. Disini, telah terjalin
kerjasama yang erat antara pemerintah, perangkat nagari, dan
masyarakat nagari yang berada di jorong-jorong. Namun
demikian, kerjasama dalam pelaksanaan Program ADN SMpN ini
terkendala dengan adanya harapan yang tinggi dari masyarakat di
tiap jorong agar kejorongannyalah yang didahulukan menjadi
lokasi pembangunan fisik. Sehingga kadangkala muncul rasa iri
diantara masyarakat bila jorongnya belum mendapat giliran untuk
dibangun.
3. Aspek Adaptasi
a. Aspek Adaptasi tentang pemberdayaan masyarakat:
pemberdayaan masyarakat yang kemudian diikuti dengan
partisipasi masyarakat, prosesnya telah berjalan dengan baik.
Awalnya, Pemkab melakukan pemberdayaan masyarakat melalui
Program ADN SMpN ini dengan membangun antara lain
prasarana fisik di nagari seperti dibangunnya/diperbaikinya jalan
78 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

tani dan MDA. Karena menyadari besarnya manfaat program ini,


maka masyarakat kemudian terpanggil untuk berpartisipasi dalam
pembangun di nagari mereka. Meskipun demikian, masih terdapat
kendala yakni masih belum terpenuhinya persyaratan minimal
swadaya masyarakat nagari dalam pembangunan fisik. Hal ini
mengingat, bahwa suatu pembangunan fisik selain didanai oleh
Program ADN SMpN, juga diharapkan adanya dukungan
swadaya masyarakat karena keterbatasan anggaran pembangunan
fisik tersebut.
b. Aspek Adaptasi tentang pemeliharaan pencapaian hasil tujuan:
kegiatan pemeliharaan pencapaian tujuan sebagai hasil
pelaksanaan Program ADN SMpN ini sudah baik dilakukan oleh
masyarakat baik di Nagari Sinuruik maupun di Nagari Rabi
Jonggor. Masyarakat secara langsung turut serta menjaga hasil-
hasil pembangunan, misalnya bila jalan tani kemudian hari rusak
mereka akan bergotong royong memperbaikinya. Selain itu, demi
kenyamanan anak-anak menuntut ilmu di MDA; masyarakat juga
selalu bahu membahu memperbaiki bilamana dibutuhkan
perbaikan kecil seperti atap yang bocor atau jendela yang lepas.
Disini masyarakat telah sadar bahwa dengan memelihara apa
yang sudah dicapai saat ini, maka hal ini akan menjamin
keberlanjutan pemanfaatannya bagi generasi yang akan datang
kelak.

2. Saran

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Program ADN SMpN agar lebih


efektif pada masa mendatang, maka disarankan sebagai berikut:
1. Untuk Aspek Pencapaian Tujuan
a.Aspek pencapaian tujuan menyangkut proses pelaksanaan:
meskipun sampai saat ini proses pelaksanaan program ini masih
berjalan dengan baik, namun resiko munculnya ketidaktepatan
waktu penyelesaian pembangunan dan rendahnya kualitas
pembangunan untuk pembangunan selanjutnya harus diwaspadai.
Disini Pemkab Pasaman Barat disarankan untuk meningkatkan
frekuensi pengawasan jalannya proses pembangunan.
b. Aspek pencapaian tujuan menyangkut pencapaian sasaran: demi
tercapainya tujuan pembangunan yang merata di semua
kenagarian, maka disarankan kepada Pemkab Pasaman Barat
dalam mengalokasikan dana dari Program ADN SMpN ke setiap
nagari agar memperhitungan juga jumlah jorong yang ada di tiap
nagari. Hendaknya nagari dengan jumlah jorong yang lebih
banyak akan mendapatkan alokasi dana yang lebih banyak.
2. Aspek Integrasi
a. Aspek integrasi menyangkut sosialisasi: untuk kegiatan sosialisasi
dalam pelaksanaan Program ADN SMpN ini sebaiknya dilakukan
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 79

dengan cara yang lebih efektif. Diperlukan.penambahan untuk


dana sosialisasi sehingga bisa dilakukan sosialisasi sampai ke
tingkat jorong dimana sebagian besar wilayah jorong saling
berjauhan.
b. Aspek integrasi menyangkut kerjasama: untuk menjaga bahkan
meningkatkan antusiasme masyarakat dalam pelaksanaan
Program ADN SMpN ini, sebaiknya Pemkab Pasaman Barat
menerbitkan semacam “waiting list” yang berisi jorong mana saja
dan dari nagari mana lokasi pembangunan berikutnya. Sehingga
harapan yang tinggi dari kejorongan-kejorongan agar
kejorongannyalah yang didahulukan menjadi lokasi
pembangunan, tidak akan membuat mereka berebutan saat
turunnya program.
3. Aspek Adaptasi
a. Aspek Adaptasi menyangkut pemberdayaan masyarakat: dalam
rangka memenuhi persyaratan minimal swadaya masyarakat
nagari dalam pembangunan fisik, maka Pemkab Pasaman Barat
dapat mengefektifkan pemberdayaan masyarakat dengan
memberikan pengertian bahwa swadaya masyarakat tidak harus
dalam bentuk uang, tapi juga dapat berbentuk tenaga, bahan
bangunan, bahkan buah pikiran. Sehingga bila hal ini terelaborasi
dengan baik, akan dapat menutupi terbatasnya anggaran
pembanguna fisik tersebut.
b. Aspek adaptasi menyangkut pemeliharaan pencapaian hasil
tujuan: besarnya kesadaran masyarakat di 2 nagari yang menjadi
lokus dari penelitian ini dalam pemeliharaan pencapaian hasil
tujuan Program ADN SMpN; agar terus dibina dan ditingkatkan
demi keberlanjutan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan. Dalam
hal ini, Pemkab Pasaman Barat agar secara periodik melakukan
rembug warga nagari untuk mendapatkan masukan dari
masyarakat misalnya jalan tani atau MDA mana saja yang
mengalami kerusakan di kemudian hari. Sehingga bisa dideteksi
apakah perawatannya (perbaikannya) cukup dtangani oleh
masyarakat di jorong tersebut secara swadaya ataukah perlu
dibantu oleh Pemkab.
80 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

Daftar Pusataka

Buku

Bappeda Kabupaten Pasaman Barat. Pasaman Barat Dalam Angka, Simpang


Ampek: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pasaman Barat Provinsi
Sumatera Barat, 2010.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Hakimy, Idrus. Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Handayaningrat, Soewarno. Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen,
Jakarta: Gung Agung, 2003.
Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian, Jakarta: STIA-LAN Press,
2004..
Kartasasmita, G. Kemiskinan, Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
Kurniawan, Haris (2005), Perencanaan Pembangunan Wilayah, Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009.
Siagian, Sondang P. Filsafat Administrasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001.
Sjarifoedin, Amir. Minangkabau dari Dinasti Iskandar Zulkarnain sampai
Tuanku Imam Bonjol, Jakarta: Gria Media Prima, 2011.
Soedjadi, FX. Organisasi dan Manajemen Penunjang Berhasilnya Proses
Manajemen, Jakarta: Haji Masagung, 1996.
Steers, Richard M. Efektivitas Organisasi, Jakarta: Erlangga, 1985.
STIA-LAN. Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: STIA-LAN Press, 2001.
Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2010.
Suparlan. Pengembangan Organisasi, Jakarta: Erlangga, 1990.
Syamsi, Ibnu. Efesiensi, Sistem, Dan Prosedur Kerja, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2004.
Terry, George. Dasar-Dasar Manejemen, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia Tahun 1945, Amandemen


ke-4.
Evaluasi Program Alokasi Dana Nagari, Haryadi 81

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2003 tentang


Pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan, dan
Kabupaten Pasaman Barat di Propinsi Sumatera Barat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan
Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah
dirubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari.
Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Barat Nomor 4 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Barat Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Pemerintahan Nagari.
Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Barat Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Daerah Kabupaten Pasaman Barat.
Peraturan Bupati Pasaman Barat Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pedoman
Umum Pengelolaan Alokasi Dana Nagari (ADN) Dalam Kabupaten
Pasaman Barat.

Dokumen

Pedoman Umum Pelaksanaan Alokasi Dana Nagari (ADN) Satu Miliar Per
Nagari Kabupaten Pasaman Barat, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Keluarga Berencana (BPMKB) Kabupaten Pasaman Barat, Tahun 2011.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten
Pasaman Barat Tahun 2012.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Pasaman Barat 2010-2015.
Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga
Berencana (BPMKB) Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat Tahun
2013.
82 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014

Website

“Program Rp. 1 Miliar Per Nagari Terus Berlanjut”,.


<http://www.antarasumbar.com>, diakses tanggal 11 Januari 2013.
“Persoalan Nagari Jangan Dilarikan ke Lapau”,
<http://hariansinggalang.co.id>, diposting tanggal 8 Juni 2012,
“Nagari 20 Tahun Lagi”, http://hariansinggalang.co.id, diakses tanggal 28
januari 2013,
“Kembali ke Nagari Dalam Konteks Desentralisasi dan Demokrasi Lokal di
Sumatera Barat”, <https://www.mail-archive.com/rantaunet>, diakses
tanggal 6 Juni 2007,
“Pemerintahan Nagari Dari Masa ke Masa”, <http://mozaikminang.com/>,
diakses tanggal 30 November 2011,
Wali Nagari Mesti Kenali Potensi”, <http://padangekspres.co.id>, diakses
tanggal 31 Desember 2011, “
“Program Rp 1 Miliar Per Nagari jadi Percontohan”,
<http://padangekspres.co.id/>, diakses tanggal 14 Februari 2013,
“Gubernur: Petakan Masalah Nagari”, <http://padangekspres.co.id>, diakses
tanggal 17 Januari 2014,
”Pemda Pasaman Barat Jalankan Program Berdasarkan Musrenbang”,
<http://pasamanbarat.com>, diakses tanggal 17 Mei 2012,
“Banyak Persoalan di Nagari, Pemerintahan Berjalan”,
http://www.sumbaronline.com/>, diakses tanggal 28 September 2011,
“Bangun Nagari, Pasbar Anggarkan 1 Milyar Pernagari”,
<http://www.sumbaronline.com>, diakses tanggal 27 Juni 2012,

Anda mungkin juga menyukai