3) Menghormati hak yang dimiliki masyarakat serta menghargai kearifan lokal dan
keberagaman sosial budayanya;
4) Menjunjung tinggi keterbukaan dengan semangat tetap menegakkan etika dan moral;
dan
5) Memperhatikan perkembangan teknologi dan professional.
Pengertian umum kelembagaan adalah suatu bentuk organisasi yang memiliki peran
dan fungsi tertentu dan berada dalam suatu struktur organisasi yang lebih luas. Dalam hal
penataan ruang, maka pengertian kelembagaan secara umum dapat dikelompokkan menjadi
3 kelompok besar, yang masing-masing memiliki fokus kepentingan tersendiri terhadap
keberadaan produk tata ruang. Adapun 3 kelompok tersebut yaitu:
1) Lembaga Pemerintah (eksekutif-legislatif-yudikatif);
Lembaga pemerintah yang terkait denga perihal penataan ruang kabupaten adalah:
Sedangkan lembaga lembaga publik yang terkait dengan penataan ruang seperti
perguruan tinggi yang berada di kabupaten setempat serta LSM dan organisasi masa lainnya.
Lembaga swasta yang berkepentingan dan dapat terlibat dalam penataan ruang diantaranya
adalah:
Untuk menjamin fungsi dan efektifitas rencana tata ruang, maka diperlukan suatu
sistem atau mekanisme tertentu yang dapat memperkuat aspek kelembagaan. Mekanisme
atau sistem tersebut, diantaranya adalah suatu bentuk perkuatan kegiatan lintas lembaga
atau penguatan peran dan fungsi masing-masing lembaga. Suatu lembaga baru yang
dinamakan BKPRD (Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah) diharapkan berperan dalam
proses-proses penataan ruang, dalam kenyataannya sering kurang berfungsi dengan baik.
Namun, aturan yang ada menghendaki kehadiran dan penguatan lembaga tersebut.
Yang diutamakan, sebenarnya bukan sekedar keberadaan atau terbentuknya BKPRD, akan
tetapi, lebih jauh lagi mengenai kesiapan atau kemampuan lembaga-lembaga tertentu dalam
keterlibatannya secara fungsional di BKPRD. Bentuk kesiapan dan kemampuan kelembagaan
akan tercermin diantaranya dari bentuk struktur organisasi lembaga tersebut disertai dengan
kualifikasi personil dalam struktur yang terkait dengan aspek tata ruang dan tingkat frekuensi
kegiatan pembahasan koordinasi mengenai tata ruang.
Lembaga BKPRD ini dibentuk dengan mendasarkan pada Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 50 tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah. BKPRD
beranggotakan Satuan Unit Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan diketuai oleh Sekretaris
Daerah. Adapun di dalam operasional kegiatannya, BKPRD terdiri dari:
1. Kelompok Kerja (Pokja) perencanaan tata ruang, yang dikoordinir oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda);
2. Kelompok Kerja (Pokja) pengendalian pemanfaatan ruang, yang dikoordinir oleh Dinas
Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP);
3. Sekretariat BKPRD, yang dilaksanakan oleh Bappeda.
Pelaksanaan kegiatan penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang KSP SRS Perbukitan
Menoreh dalam mekanisme pengelolaan tata ruang, perlu didukung oleh aspek kelembagaan
di daerah yang berfungsi sebagai badan koordinasi. Koordinasi pengelolaan tata ruang
dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kulon Progo
dengan bantuan dinas-dinas terkait lainnya. Selain itu, dalam kegiatan perencanaan terdapat
tiga elemen dasar yang mencakup perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian yang
masing-masing membutuhkan lembaga-lembaga yang mengkoordinasikan/bertanggung
jawab.
Kelembagaan penataan ruang diharapkan mampu berfungsi sebagai wadah media
komunikasi antar stakeholder terkait untuk mengatasi masalah keruangan yang ada di wilayah
perencanaan. Adapun kebutuhan pengembangan kelembagaan penataan ruang dapat dilihat
dalam diagram berikut:
RTRW
RDTRK
RTRK/RTBL
Konteks Masalah
Keruangan
Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian
Diskusi
Mediasi
Sosialisasi
Program
Keruangan
Pemanfaatan
Ruang Sesuai
Rencana? Pelaksanaan
Indikator Kinerja
Program
(Output dan Outcome)
Ya
End
a. Lembaga Perencanaan
a. Lembaga eksekutif dari instansi vertikal (perwakilan dari lembaga pemerintah pusat di
daerah)
Lembaga Eksekutif
Fungsi
Instansi vertikal
BPN Pengendalian penggunaan ruang
BPS Pendataan pemanfaatan ruang
Sumber: Analisis, 2019
Lembaga legislatif yang dimaksud adalah Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Kulon Progo dimana dalam struktur kelembagaannya terdapat komisi yang
terkait dengan tata ruang yakni Komisi yang membidangi pembangunan.
d. Lembaga Publik
Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang wilayah pada prinsipnya tidak hanya
monopoli kewenangan pemerintah Kabupaten Kulon Progo, melainkan melibatkan semua
stakeholders yang terkait dengan penataan ruang di KSP Perbukitan Menoreh. Stakeholders
dimaksud salah satunya adalah peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan penataan
ruang KSP Perbukitan Menoreh.
Pandangan sederhana terhadap peran serta merupakan bentuk keterlibatan masyarakat
dalam penataan ruang wilayah, namun jika dilihat dari pengertian peran serta masyarakat
menurut pakar adalah proses komunikasi dua arah yang terus menerus untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat secara penuh atas proses penataan ruang. Peran serta ini
didefinisikan sebagai komunikasi dari pemerintah kepada masyarakat tentang suatu kebijakan
dan komunikasi dari masyarakat kepada pemerintah atas kebijakan tersebut.
Perumusan peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada
prinsipnya dapat dibedakan atas dua hal, yaitu:
1) Peran serta masyarakat yang bersifat konsultatif, dimana anggota masyarakat
mempunyai hak untuk didengar pendapatnya dan untuk diberitahu akan tetapi
keputusan akhir tetap berada ditangan pejabat pembuat keputusan;
2) Peran serta masyarakat yang bersifat kemitraan, dimana masyarakat dan pejabat
pembuat keputusan secara bersama-sama membahas masalah, mencari alternatif
pemecahan dan secara bersama pula membuat keputusan.
Jika kedua sifat peran serta masyarakat di atas dapat dilaksanakan secara konsisten,
maka harapan yang diinginkan yaitu meningkatkan kualitas keputusan kebijakan pemerintah
serta dapat mereduksi kemungkinan munculnya konflik dapat terlaksana, sehingga
menghasilkan tingkat penerimaan keputusan yang lebih besar pada masyarakat.
Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 4 (empat)
manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat, yaitu:
1) Sebagai proses pembuatan suatu kebijakan, karena masyarakat sebagai kelompok
yang berpotensi menanggung konsekuensi dari suatu kebijakan memiliki hak untuk
konsultasi (rights to consult);
2) Sebagai suatu strategi, dimana melalui peran serta masyarakat suatu kebijakan
pemerintah akan mendapatkan dukungan dari masyarakat sehingga keputusan
tersebut memiliki kredibilitas (credible);
3) Peran serta masyarakat juga ditujukan sebagai alat komunikasi bagi pemerintah
yang dirancang untuk melayani masyarakat untuk mendapatkan masukan dan
informasi dalam pengambilan keputusan, sehingga melahirkan keputusan yang
responsif;
4) Peran serta masyarakat dalam penyelesaian sengketa atau konflik, dimana perlu
didayagunakan sebagai suatu cara untuk mengurangi atau meredakan konflik melalui
usaha pencapaian konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang
melandasi persepsi tersebut adalah dengan bertukar pikiran maupun pandangan
dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan
(mistrust) dan kerancuan (blases)
Dari uraian mengenai bentuk dan sifat peran serta masyarakat di atas, akan memberikan
gambaran lebih jelas bagaimana kebijakan peran serta masyarakat di dalam penataan ruang
di wilayah Perbukitan Menoreh.
Oleh karena itu, proses dan tata cara peran serta masyarakat di dalam masing-masing
proses penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, peninjauan kembali rencana tata
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, diatur didalam standar dan pedoman masing-
masing proses, misalnya:
1) Peran serta masyarakat dalam penyusunan rencana, penataan dan pengesahan Rencana
Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi Satuan Ruang Strategis Perbukitan Menoreh,
terdapat dalam proses dan tata cara baku penyusunan KSP yang tertuang di dalam
standar dan pedoman yang berlaku;
2) Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang wilayah Perbukitan Menoreh
meliputi peran serta masyarakat dalam penyusunan program pemanfaatan ruang,
penyusunan program pembangunan dan pembiayaan pemanfaatan ruang wilayah
Perbukitan Menoreh, yang keseluruhannya tercakup didalam proses dan tata cara baku
pemanfaatan ruang. Hal ini tertuang di dalam Pedoman Pemanfaatan Kawasan Strategis
Provinsi ke dalam program pembangunan sektoral dan daerah di wilayah Menoreh; dan
3) Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Perbukitan
Menoreh meliputi peran serta masyarakat dalam pengawasan dan pemberian izin-izin
prinsip pemanfaatan ruang, pelaporan, pemantauan dan evaluasi pemanfaatan ruang
wilayah Kecamatan yang keseluruhannya tercakup dalam proses dan tata cara baku
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Perbukitan Menoreh. Hal ini tertuang di dalam
Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Perbukitan Menoreh.