Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEBIDANAN

KEGAWATDARURATAN KEHAMILAN
(Hipertensi Dalam Kehamilan)

Disusun oleh:
o Bella Mutiara Arebas
o Melanda Puspita Aidi

DOSEN PEMBIMBING :
Yuniarti,SST.M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI DIV KEBIDANAN
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan ina yah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bengkulu, januari 2018

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................................2

C. Tujuan .................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Hipertensi Dalam Kehamilan ...............................................................3

B. Etiologi Hipertensi Dalam Kehamilan ...............................................................5

C. Manifestasi Klinis Hipertensi Dalam Kehamilan...............................................6

D. Klisifikasi Penyakit Hipertensi ..........................................................................7

E. Cara Diagnosis Hipertensi Dalam Kehamilan ...................................................9

F. Pencegahan Penyakit Hipertensi Dalam Kehamilan .........................................10

G. Penatalaksanaan Dan Pendidikan Pasien ...........................................................11

H. Peran Bidan Terhadap Hipertensi Dalam Kehamilan ........................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................................13

B. Saran ...................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius trimester kedua-
ketiga dengan gejala klinis seperti: odema hipertensi, proteinuria, kejang sampai koma dengan
umur kehamilan di atas 20 minggu, dan dapat terjadi antepartum, intrapartum, pascapartus
(Cuninghem, 2006).

Penyakit ini merupakan penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas maternal dan
janin atau neonatus. Penyakit hipertensi dalam kehamilanmerupakan kelainan vaskuler yang
terjadi sebelum kahamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. Penyakit
ini sering dijumpai dan masih merupakan salah satu kematian ibu. Di U.S.A misalnya 1/3 dari
kematian ibu disebabkan penyakit ini. Laporan tiga tahunan mengenai kematian ibu di Inggris
pada tahun 1997-1999 ( Lewis & Drife 2001 ) mengidentifikasi bahwa gangguan hipertensi
pada kehamilan merupakan penyebab tersering kedua kematian maternal dengan 5,2 kematian
per satu juta ibu yang menderita pre-eklamsi dan 2,4 per satu juta ibu yang menderita eklamsi.
Hipertensi merupakan penyakit medis yang paling sering terjadi pada kehamilan, terjadi pada
kira-kira 10% dari seluruh kehamilan. Observasi yang cermat terhadap kondisi ini
mengidentifikasi bahwa insiden penyakit hipertensi bervariasi sesuai dengan lokasi geografis
dan ras.

Ganguan hipertensi yang menjadi penyulit dalam kehamilan sering dijumpai dan
termasuk salah satu diantara 3 trias yang mematikan bersama dengan perdarahan dan infeksi
yang banyak menimbulkan mortalitas dan morbiditas ibu karena kehamilan. Menurut the
National Center for Health Statistics pada tahun 1998 penyakit ini ditemukan pada 146.320
wanita,atau 3,7 % diantara semua kehamilan yang berakhir dengan kelahiran hidup Berg dkk.
(1996)melaporkan bahwa hampir 18 % diantara 1450 kematian di Amerika Serikat dari tahun
1987 sampai 1990 terjadi akibat penyulit hipertensi dalam kehamilan (Cuninghem,2006).

Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui
keadaannya dan hanya 61% medikasi.dari penderita yang mendapat medikasi hanya satu
pertiga mencapai target darah yang optimal (Muhammadun ,2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi hipertensi dalam kehamilan?
2. Bagaimana etiologi hipertensi dalam kehamilan?
3. Bagaimana manifestasi klinis hipertensi dalam kehamilan?
4. Bagaimana klisifikasi penyakit hipertensi?
5. Bagaimana cara diagnosis hipertensi dalam kehamilan
6. Bagaimana pencegahan penyakit hipertensi dalam kehamilan?
7. Bagaimana penatalaksanaan dan pendidikan pasien ?
8. Bagaimana peran bidan terhadap hipertensi dalam kehamilan?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Hipertensi dalam kehamilan.


2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang etiologi hipertensi dalam kehamilan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis hipertensi dalam kehamilan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifiksi penyakit hipertensi.
5. Mahasiswa dapat mengetahui Diagnosis Hipertensi Dalam Kehamilan
6. Mahasiswa dapat mengetahui cara pencegahan penyakit hipertensi dalam kehamilan.
7. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan pendidikan pasien dengan
hipertensi.
8. Mahasiswa dapat mengetahui peran bidan terhadap hipertensi dalam kehamilan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hipertensi dalam Kehamilan

Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius trimester kedua-
ketiga dengan gejala klinis seperti: odema hipertensi ,proteinuria, kejang sampai koma dengan
umur kehamilan di atas 20 minggu, dan dapat terjadi antepartum, intrapartum, pascapartus
(Manuaba, 2001)

Hipertensi karena kehamilan yaitu : tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90mmHg
yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi yang menyebabkan gangguan
serius pada kehamilan (SANFORD,MD, 2006).

Nilai normal tekanan darah seseorang yang disesuaikan tingkat aktifitas dan keseatan
secara umum adalah 120/80mmHg. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah
menurun saat tidur dan meningkat saat beraktifitas atau berolahraga.

1. Gambaran klinis ibu hamil yang hipertensi dapat dijabarkan sebagai berikut;

a. Hipertensi

1)Kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik 30 mmHg atau 15 mmHg.


2)Tekanan darah 140 /90 atau 160 /110 yang diambil selang waktu 6 jam.
3)Odema
4)Merupakan timbunan cairan tubuh yang tampak atau tidak tampak.
5)Perhitungan kenaikan BB melebihi tiga per empat -1 kg/minggu dianggap
patologis.
6) Odema dijumpai di tibia ,muka, atau tangan bahkan seluruh tubuh.
b. Proteinuria
1) Proteinuria menunjukkan komplikasi lanjut, dengan kerusakan ginjal sehingga
beberapa protein lolos dalam urin.
2) Normal terdapat sejumlah protein dalam urin, tetapi tidak melebihi 0,3 gr dalam
24 jam.Proteinuria menunjukkan komplikasi hipertensi dalam kehamilan lebih
lanjut sehingga memerlukan perhatian yang serius,
c. Kejang (konvulsi)Kejang menunjukkan kelanjutan komplikasi menjadi eklampsia
yang menyebabkan terjadi AKI tinggi dan dapat diikuti AKB yang tinggi. Kejang atau
konvulsi menunjukkan telah terjadi kemungkinan perdarahan nekrosis dan Odema.

d. KomaKelanjutan kejang dapat diikuti koma, sebagai manifestasi dari acut vascular
accident (AVA)yang menimbulkan perdarahan nekrosis hingga terjadi koma Manuaba
(2001).

2. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko dari hipertensi dalam kehamilan adalah :
a. Faktor maternal

 Usia maternal : Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30
tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah
20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang
terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Dampak dari usia yang kurang, dapat
menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap remaja primigravida
mempunyai risiko yang lebih besar mengalami hipertensi dalam kehamilan dan
meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun.
 Primigravida : Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan
pertama. Jika ditinjau dari kejadian hipertensi dalam kehamilan, graviditas paling
aman adalah kehamilan kedua sampai ketiga.
 Riwayat keluarga : Terdapat peranan genetik dalam hipertensi kehamilan. Hal
tersebut dapat terjadi karena terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi dalam
kehamilan.
 Riwayat hipertensi : Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan
dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, dimana
komplikasi tersebut dapat mengakibatkan superimpose preeklamsia dan hipertensi
kronis dalam kehamilan.
 Tingginya indeks massa tubuh : Tingginya nilai indeks massa tubuh merupakan
masalah gizi karena kelebihan kalori, kelebihan gula dan garam yang kelak bisa
menjadi faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes
melitus, hipertensi kehamilan, penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai
jenis keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lain. Hal tersebut berkaitan
dengan adanya timbunan lemak berlebih dalam tubuh.
 Gangguan ginjal : Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu
hamil dapat menyebabkan hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut berhubungan
dengan kerusakan glomerulus yang menimbulkan gangguan filtrasi dan
vasokonstriksi pembuluh darah.Penyakit ini cukup sering dijumpai dan masih
merupakan salah satu satu sebab dari kematian ibu. Di U.S.A, misalnya 1/3 dari
kematian ibu disebabkan penyakit ini. Hipertensi dalam kehamilan menjadi juga
penyebab yang penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal Kematian bayi
ini terutama disebabkan partus prematurus yang merupakan akibat dari penyakit
hipertensi (Manuaba, 1998).
 Faktor kehamilan : Faktor kehamilan seperti molahidatidosa, hydrops fetalis dan
kehamilan ganda berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Preeklamsia
dan eklamsia mempunyai risiko 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda.
Dari 105 kasus kembar dua, didapatkan 28,6% kejadian preeklamsia dan satu kasus
kematian ibu karena eklamsia.

B. Etiologi Hipertensi dalam Kehamilan


Keturunan/genetik, obesitas, stress, rokok, pola makan yang salah, emosioal, wanita
yang mengandung bayi kembar, ketidak sesuaian RH, sakit ginjal, hiper/hypothyroid,
koarktasi aorta, gangguan kelenjar adrenal, gangguan kelenjar parathyroid.Landasan teori
yang mendasari terjadinya hipertensi dalam kehamilan adalah :

1. Teori imunologis
Risiko gangguan hipertensi dalam kehamilan meningkat cukup besar pada
keadaan-keadaan ketika terjadi pembentukan antibodi penghambat (blocking antibody)
terhadap tempat-tempat antigenik di plasenta. Keadaan tersebut dapat ditemukan pada ibu
dengan primigravida.
2. Teori peradangan dan radikal bebas
Teori ini didasarkan pada lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah yang
merupakan rangsangan utama terjadinya proses peradangan atau inflamasi. Pada
kehamilan normal, pelepasan debris masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi
juga masih dalam batas wajar, sedangkan pada hipertensi kehamilan terjadi peningkatan
reaksi inflamasi. Wanita dengan hipertensi dalam kehamilan akan mengalami
peningkatan stres oksidatif. Peningkatan stres oksidatif akan mengeluarkan sitokin-
sitokin, termasuk faktor nekrosis tumor alfa (TNF-α) dan interleukin. Dalam keadaan
tersebut, berbagai oksigen radikal bebas menyebabkan terbentuknya peroksida lipid yang
memperbanyak diri dan selanjutnya meningkatkan pembentukan radikal-radikal yang
sangat toksik sehingga terjadi kerusakan sel endotel. Teori radikal bebas terkait dalam
pengendalian proses penuaan, dimana terjadi peningkatan radikal bebas dalam tubuh
seiring dengan bertambahnya usia. Kerusakan endotel karena toksik dari radikal bebas
menimbulkan cedera. Cedera ini memodifikasi Nitro Oksida (NO) oleh sel endotel, serta
mengganggu keseimbangan prostaglandin. Akibat lain stres oksidatif adalah
pembentukan sel busa makrofag yang dipenuhi lemak dan khas untuk aterosis
3. Teori iskemia regio uteroplasenter
Pada kehamilan normal, arteri spiralis yang terdapat pada desidua mengalami
pergantian sel dengan trofoblas endovaskuler yang akan menjamin lumennya tetap
terbuka untuk memberikan aliran darah, nutrisi cukup dan O2 yang seimbang. Destruksi
pergantian ini seharusnya pada minggu ke-16 dengan perkiraan pembentukan plasenta
telah berakhir. Kegagalan invasi trofoblas saat trimester dua dapat menyebabkan
hambatan aliran darah untuk memberikan nutrisi dan O2 yang menimbulkan situasi
iskemia regio uteroplasenter. Selain itu, terdapat peranan kontraksi Braxton Hicks dalam
iskemia regio uteroplasenter. Frekuensi kontraksi tersebut terjadi sebagai akibat
perubahan keseimbangan oksitosin dari hipofisis posterior, estrogen dan progesteron
yang dikeluarkan oleh korpus luteum atau plasenta. Walaupun ringan, kontraksi Braxton
Hicks tetap akan mengganggu aliran darah uteoplasenter sehingga dapat menimbulkan
iskemia akibat jepitan kontraksi otot miometrium terhadap pembuluh darah yang berada
didalamnya.
Iskemia implantasi plasenta yang terjadi pada usia tua dapat dikarenakan adanya
penyerapan trofoblas ke dalam sirkulasi yang memicu peningkatan sensivitas angiotensin
II dan renin aldosteron. Pada ibu hamil dengan usia muda terjadi perpaduan antara emosi
kejiwaan dan pematangan organ yang belum sempurna sehingga mempengaruhi cortex
serebri dan stimulasi vasokonstriksi pembuluh darah.
Penimpunan asam lemak dalam pembuluh darah akibat tingginya nilai indeks massa
tubuh mampu mengakibatkan penyempitan pembuluh darah, terutama pada plasenta.
4. Teori disfungsi endotel
Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel,
bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut disfungsi endotel.
Disfungsi endotel ini akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan produksi
prostasiklin dan tromboksan (TXA2) sebagai vasodilator serta vasokonstriksi pembuluh
darah. Disfungsi endotel pada ibu hamil dengan obesitas dapat terjadi karena peningkatan
resistensi insulin dan asam lemak tubuh yang akan menstimulasi IL-6 (interleukin-6).
Perubahan sel endotel kapiler glomerulus, peningkatan permeabilitas kapiler, penurunan
kadar Nitro Oksida (NO), dan peningkatan endotelin serta faktor koagulasi dapat terjadi
sebagai dampak lain dari disfungsi endotel. Keadaan tersebut dapat menimbulkan
peningkatan tekanan darah selama kehamilan.
5. Teori genetik
Berdasarkan teori ini, hipertensi pada kehamilan dapat diturunkan pada anak
perempuannya sehingga sering terjadi hipertensi sebagai komplikasi kehamilannya.
Kerentanan terhadap hipertensi kehamilan bergantung pada sebuah gen resesif. Wanita
yang memiliki gen angiotensinogen varian T235 memperlihatkan insiden gangguan
hipertensi pada kehamilan lebih tinggi. Kegagalan remodeling gen angiotensinogen
tersebut mempengaruhi reseptor angiotensin tipe 1 (AT 1R) sehingga terjadi aktivasi
endotel dan vasospasme yang merupakan patofisiologi dasar dari hipertensi kehamilan.
Pada janin, terdapat cyclin-dependent kinase inhibitor yang berperan sebagai regulator
pertumbuhan. Mutasi pada cyclin-dependent kinase inhibitor menyebabkan perubahan
struktur plasenta dan penurunan aliran darah uteroplasenta sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah selama kehamilan.

C. Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan

Kelainan yang menyebabkan hipertensi yang timbul sebagian akibat kehamilan dan
akan menghilang pada masa nifas seperti: hipertensi tanpa protein urin atau oadema,
preeklamsia ringan atau berat, eklamsia, hipertensi kronis, kehamilan yang memperburuk
hipertensi, hipertensi sementara (transient hypertension). ( Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan
Kebidanan 4 Patologi. Hal : 168).
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah pada Dewasa (JNC VII, 2003).

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Tekanan darah

Normal ≤120 ≤80


Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 ≥160 ≥100
1. menurut American Committee and Maternal Welfare:

a. Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan ialah
preeklamsi dan eklamsi. Diagnosa dibuat atas dasar hypertensi dengan proteinuria
atau kedua-duanya pada wanita hamil setelah minggu 20.
b. Hypertensi yang kronis Diagnosa dibuat atas adanya hipertensi sebelum kehamilan,
penemuan hipertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan hypertensi dan ini tetap
setelah kehamilan berakhir.
c. Pre-eklamsia dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis. Pasien
dengan hipertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dalam kehamilan dengan
gejala-gejala hipertensi naik proteinuria odema dan kelainan retina.
d. Transient hypertensi. Diagnosa dibuat kalau timbul hypertensi dalam kehamilan atau
dalam 24 jam pertama dari nifas pada wanita yang tadinya non-motensip dan yang
hilang dalam 10 hari postpartum.
2. Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang berhubungan langsung dengan
kehamilan :
a. Preeklampsia
b. Eklampsia
3. Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang tidak berhubungan langsung dengan
kehamilan Hipertensi kronik
a. Pre eklampsia / eklampsia pada hipertensi kronik (superimposed)
b. Transien hipertension.

D. Diagnosis Hipertensi dalam Kehamilan

Hipetensi dalam kehamilan mencakup hipertensi karena kehamilan dan hipertensi


kronik, nyeri kepala, penglihatan kabur sering berhubungan dengan hipertensi dalam
kehamilan.

Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan lebih mungkin terjadi pada
wanita yang :

1. Terpapar vili korialis untuk pertama kalinya


2. Terpapar vili korialis yang terdapat jumlah yang banyak seperti pada kehamilan kembar
atau mola hidatidosa
3. Mempunyai riwayat penyakit vaskuler
4. Mempunyai kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi dalam kehamilan.
5. Kemungkinan bahwa mekanisme imunologis di samping endokrin dan genetic turut
terlibat dalam proses terjadinya pre-ekklamsia dan masih menjadi masalah yang
mengundang perhatian. Resiko hipertensi karena kehamilan dipertinggi pada keadaan di
mana pembentukan antibody penghambat terhadap tempat-tempat yang bersifat antigen
pada plasenta terganggu.
Tekanan diastolik merupakan indikator untuk prognosis dalam penanganan hipertensi
dalam kehamilan karena tekanan diastolik mengukur tahanan ferifer dan tidak dipengaruhi
oleh keadaan emosional Jika tekanan diastolik > 90 mmhg pada dua pemeriksaan berjarak 4
jam diagnosisnya adalah hipertensi tetapi pada keadaan urgen tekanan diastolik 110 mmhg
dapat dipakai sebagai dasar diagnosis dengan jarak waktu pengukuran < 4 jam (Saifuddin
2002).

PREEKLAMSIA

1. Subjektif :
a. Kenaikan berat badan yang timbul secara cepat dalam waktu yang singkat
menunjukan adanya retensi cairan dan dapat merupakan gejala paling dini dari
preeklamsia. Pasien sadar akan edema yang menyeluruh , terutama pembengkakan
pada muka dan tangan. Keluhan yang umum adalah sesaknya cin-cin pada jari-
jarinya. Sebagai usaha untuk membedakan edema kehamilan, proses yang jinak, dari
preeklamsia, tekanan darah pasien harus diketahui.
b. Sakit kepala : meskipun sakit kepala merupakan gejala yang relative biasa selam
kehamilan, sakit kepala dapat juga menjadi gejala awal dari edema otak, sebagai
konsekuensinya, tekanan darah pasien harus ditentukan.
c. Gangguan penglihatan mungkin gejala dari preeklamsia berat dan dapat menunjukan
spasme arteriolar retina, iskema, edema, atau pada kasus-kasus yang jarang,
pelepasan retina
d. Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas menunjukan pembengkakan hepar yang
berhubungan dengan preeklamsia berat atau menandakan rupture hematoma subkuler
hepar.
2. Objektif :

a. Pemeriksaan umum : tekanan darah meningkat.


b. Edema menunjukan retensi cairan.edema yang dependen merupakan kejadian yang
normal selama kehamilan lanjut. Edema pada muka dan tangan tampaknya lebih
menunjukan retensi cairan yang patologik.
c. Kenaikan berat badan : kenaikan berat badan yang cepat merupakan suatu petunjuk
dari retensi cairan ekstravaskuler.
d. Pemeriksaan retina : spasme arteriolar dan kilauan retina dapat terlihat.
e. Pemeriksaan toraks: karena edema paru merupakan suatu komplikasi dari
preeklamsia berat , paru-paru harus diperiksa secara teliti.
f. Reflek tendon profunda (lutut dan kaki): hiperefleksia dan klonus merupakan
penunjuk dari peningkatan irtabilitas susunan syaraf pusat dan mungkin meramalkan
suatu kejang eklamsia
g. Pemeriksaan abdomen : rasa sakit daerah hepar merupakan suatu pertanda potensial
yang tidak menyenangkan dari preeklamsia berat dan dapat meramalkan rupture dari
hepar
h. Pemeriksaan uterus penting untuk menilai usia kehamilan, adanya kontraksi uterus
dan presentasi janin.
i. Pemeriksaan pelvis : keadaan pelviks dan stasi dari bagian terbawah merupakan
pertimbangan yang penting dalam merencanakan kelahiran pervaginam atau per
abdominan. (Kapita Selekta, Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi. Hal : 237)
3. Tes Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah Lengkap dengan Apusan Darah : peningkatan hematokrit
dibandingkan nilai yang diketahui sebelumnya memberi kesan hemokonsentrasi, atau
menurunnya volume plasma. Jika hematokrit lebih rendah dari yang diperkirakan,
kemungkinan hemolisis intravaskuler akibat proses hemolisis mikroangiopatik perlu
dipertimbangkan. Analisa apusan darah tepi dapat mengungkapkan sel-sel darah
merah yang mengalami distorsi dan skitosit.
b. Urinalisis : proteinuria merupakan kelainan yang khas pada pasien dengan
preeklamsia. Jika contoh urin yang diambil secara acak mengandung protein 3+ atau
4+ atau urin 24 jam mengandung 5 g protein atau lebih , preeklamsia dikatakan
‘berat’. (Kapita Selekta, Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi. Hal : 238)

E. Pencegahan Penyakit Hipertensi

Pencegahan kejadian hipertensi secara umum agar menghindari tekanan darah tinggi
adalah dengan mengubah kearah hidup sehat, tidak terlalu banyak pikiran, mengatur diet/pola
makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi
buah dan sayuran, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok, perbanyak makan mentimun,
belimbing dan juga jus apel dan seledri setiap pagi. Bagi yang mempunyai keluarga riwayat
penyumbatan arteri dapat meminum jus yang dicampur dengan susu nonfat yang
mengandung omega3 tinggi.
Strategi yang dilakukan guna mencegah hipertensi dalam kehamilan meliputi upaya
nonfarmakologi dan farmakologi. Upaya nonfarmakologi meliputi edukasi, deteksi pranatal
dini dan manipulasi diet. Sedangkan upaya farmakologi mencakup pemberian aspirin dosis
rendah dan antioksidan.

1. Penyuluhan untuk kehamilan berikutnya


Wanita yang mengalami hipertensi selama kehamilan harus dievaluasi pada masa
postpartum dini dan diberi penyuluhan mengenai kehamilan mendatang serta risiko
kardiovaskular mereka pada masa yang akan datang. Wanita yang mengalami
preeklamsia-eklamsia lebih rentan mengalami penyulit hipertensi pada kehamilan
berikutnya.Edukasi mengenai beberapa faktor risiko yang memperberat kehamilan dan
pemberian antioksidan vitamin C pada wanita berisiko tinggi dapat menurunkan angka
morbiditas hipertensi dalam kehamilan.
2. Deteksi pranatal dini
Selama kehamilan, waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan 1 kali saat trimester
pertama, 1 kali saat trimester 2 dan 2 kali pada trimester ketiga. Kunjungan dapat
ditambah tergantung pada kondisi maternal. Dengan adanya pemeriksaan secara rutin
selama kehamilan dapat dilakukan deteksi dini hipertensi dalam kehamilan. Wanita
dengan hipertensi yang nyata (≥140/90mmHg) sering dirawat inapkan selama 2 sampai 3
hari untuk dievaluasi keparahan hipertensi kehamilannya yang baru muncul. Meskipun
pemilihan pemeriksaan laboratorium dan tindakan tambahan tergantung pada sifat
keluhan utama dan biasanya merupakan bagian rencana diagnostik, pemeriksaan sel
darah lengkap dengan asupan darah, urinalisis serta golongan darah dan rhesus menjadi
tiga tes dasar yang memberikan data objektif untuk evaluasi sebenarnya pada setiap
kedaruratan obstetri ginekologi. Hal tersebut berlaku pada hipertensi dalam kehamilan,
urinalisis menjadi pemeriksaan utama yang dapat menegakkan diagnosis dini pada
preeklamsia.
3. Manipulasi diet
Salah satu usaha awal yang ditujukan untuk mencegah hipertensi sebagai penyulit
kehamilan adalah pembatasan asupan garam. Diet tinggi kalsium dan pemberian kapsul
dengan kandungan minyak ikan dapat menyebabkan penurunan bermakna tekanan darah
serta mencegah hipertensi dalam kehamilan.
4. Aspirin dosis rendah
Penelitian pada tahun 1986, melaporkan bahwa pemberian aspirin 60mg atau
placebo pada wanita primigravida mampu menurunkan kejadian preeklamsia. Hal
tersebut disebabkan karena supresi selektif sintesis tromboksan oleh trombosit serta tidak
terganggunya produksi prostasiklin.3
5. Antioksidan
Terapi antioksidan secara bermakna menurunkan aktivasi sel endotel dan
mengisyaratkan bahwa terapi semacam ini bermanfaat dalam pencegahan hipertensi
kehamilan, terutama preeklamsia. Antioksidan tersebut dapat berupa vitamin C dan E.

Jika seseorang dicurigai hipertensi, maka dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu


anamnesa adakah dalam keluarga yang menderita hipertensi. Dilakukan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, pegobatan nonfarmakologik, mengurangi berat badan bila
terdapat kelebihan (IMT: >27), membatasi alkohol dan menghentikan rokok serta
mengurangi makanan berkolesterol/lemak jenuh. Menghentikan konsumsi kopi yang
berlebih, berolahraga ringan, mengurangi asupan natrium (400 mmd Na/64 NaCL/hari)
mempertahankan asupan kalsium dan magnesium adekuat, perbanyak unsure kalium (buah-
buahan), tidak banyak pikiran, istirahat yang cukup.

F. Penatakaksanaan dan Pendidikan Pasien

Prinsip umum : preeklamsia menetap hingga kehamilan berakhir. Sebagai konsekuensinya ,


kelahiran janin dan plasenta merupakan pengobatan satu-satunya .tujuan penatalaksanaan
adalah:

1. Mencegah kejang dan komplikasi lainnya.


2. Melahirkan bayi hidup.
3. Melahirkan dengan trauma minimal terhadap ibu dan bayi
4. Mencegah keadaan patologik yang tersisa.

Pasien-pasien dengan tekanan darah yang meningkat diatas 140/90 mm Hg harus


dirawat inapkan untuk evaluasi. Perencanaan kelahiran tergantung pada :
1. Umur kehamilan.
2. Beratnya proses penyakit.
3. Keadaan serviks.

Preeklamsia Ringan : bila aterm, kelahiran dianjurkan untuk mencegah komplikasi ibu dan
janin. Sebelum aterm, tirah baring dirumah sakit biasanya dianjurkan sebagai usaha untuk
mempertahankan pasien dalam pengawasan yang cermat. Tekanan darah diperiksa 4x/ hari.
berat badan, protein urin dan keluaran urin diperiksa setiap hari. sebagai tambahan, jumlah
trombosit, pengeluaran estriol, nonstress test dan sonografi membantu evaluasi kesehatan ibu
dan janin.
Preeklamsia berat : pasien dirawat inapkan dengan posisi tidur miring (rateral combent
position) untuk meningkatkan filtrasi glomerulus. Ttekanan darah, berat badan, protein urin,
masukan dan keluaran dipantau dengan ketat. Tes-tes diagnostik dasar mengevaluasi
beratnya proses penyakit dan keadaan janin.
Terapi anti kejang : biasanya magnesium sulfat dinjurkan untuk mencegah kejang terutama
selama persalinan. Dosis awal 4 grm dilarutkan dalam 100 ml dekstrosa 5% dan diberikan
intravena dalam waktu 10 sampai 30 menit. Kemudian diikuti dengan 1 sampai 2 g perjam
dalam infuse intravena yang diencerkan. Efek terapi magnesium sulfat dapat diperiksa
secara klinis dengan aktifitas reflex patella. Reflex dan klonus kaki yang hiperaktif memberi
kesan kebutuhan pengobatan yang meningkat . tidak adanya reflex menunjukan bahwa
kecepatan infuse harus dilambatkan atau dihentikan, karena hilangnya reflek patella
merupakan tanda pertama dari keracunan magnesium. Aliran urin dan pernafasan harus
dipantau secara ketat. (Kapita Selekta, Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi. Hal :
239-240).
Komplikasi-komplikasi maternal meliputi eklamsia, solution plasenta, gagal ginjal,
nekrosis hepar, rupture hepar, DIK, anemia hemolitik mikroanglopatik, perdarahan otak,
edema paru dan pelepasan retina.

Komplikasi-komplikasi janin meliputi prematuritas, insufiensi utero-plasental,


retardasi pertumbuhan intrauterine dan kematian janin intrauterine.

G. Peran Bidan terhadap Hipertensi dalam Kehamilan

Hal – hal yang harus bidan lakukan dalam pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan yaitu:

1. Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan kehamilan, termasuk
pengukuran tekanan darah dengan teknik yang benar.
2. Melakukan pemeriksaan pada setiap pagi hari.
3. Ukur tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu hamil duduk atau berbaring dengan posisi
yang sama pada tiap kali pengukuran ( Letakkan tensimeter di tempat yang datar setinggi
jantung ibu hamil dan gunakan ukuran manset yang sesuai)
4. Catat tekanan darah
5. Jika tekanan darah diatas 140/90 mmhg atau peningkatan diastole 15 mmhg atau lebih
(sebelum 20 minggu),ulangi pengukuran tekanan darah dalam 1 jam.Bila tetap maka
berarti ada kenaikan tekanan darah.Periksa adanya edema terutama pada wajah atau pada
tungkai bawah /tulang kering atau daerah sacral.
6. Bila ditemukan hipertensi pada kehamilan, lakukan pemeriksaan urin terhadap albumin
pada setiap kali kunjungan.
7. Segera rujuk ibu hamil ke rumah sakit jika : Tekanan darah sangat tinggi, kenaikan
tekanan darah naik secara tiba- tiba,berkurangnya air seni( sedikit dan berwarna
gelap),edema berat yang timbul mendadak,khususnya pada wajah/daerah sacral
8. Jika tekanan darah naik namun tidak ada edema sedangkan doker tidak mudah dicapai
maka pantaulah tekanan darah, periksa protein urin terhadap protinuria dan denyut
jantung janin dengan seksama pada keesokan harinya atau sesudah 6 jam istirahat.
9. Jika tekanan darah tetep naik ,rujuk untuk pemeriksaan lanjutan walaupun tidak edema
atau proteinuria.
10. Jika tekanan darah kembali normal atau kenaikannya kurang dari 15 mmhg:
11. Beri informasi atau penjelasan pada ibu hamil ,suami atau keluarga tentang tanda-tanda
eklamsia yang mengancam ,khususnya sakit kepala ,pandangan kabur, nyeri ulu hati dan
pembengkakan pada kaki/punggung/wajah.
12. Jika tanda-tanda diatas ditemukan segera rujuk ke rumah sakit
13. Bicarakan seluruh temuan dengan ibu hamil dan suami/keluarga.
14. Catat semua temuan pada KMS ibu hamil / buku KIA.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius trimester kedua-
ketiga dengan gejala klinis seperti: odema hipertensi, proteinuria, kejang sampai koma dengan
umur kehamilan di atas 20 minggu, dan dapat terjadi antepartum, intrapartum, pascapartus
(Cuninghem, 2006).

Ganguan hipertensi yang menjadi penyulit dalam kehamilan sering dijumpai dan
termasuk salah satu diantara 3 trias yang mematikan bersama dengan perdarahan dan infeksi
yang banyak menimbulkan mortalitas dan morbiditas ibu karena kehamilan. Menurut the
National Center for Health Statistics pada tahun 1998 penyakit ini ditemukan pada 146.320
wanita,atau 3,7 % diantara semua kehamilan yang berakhir dengan kelahiran hidup Berg dkk.
(1996)melaporkan bahwa hampir 18 % diantara 1450 kematian di Amerika Serikat dari tahun
1987 sampai 1990 terjadi akibat penyulit hipertensi dalam kehamilan (Cuninghem,2006).

Hipertensi karena kehamilan yaitu : tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90mmHg
yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi yang menyebabkan gangguan
serius pada kehamilan. (Sumber: SANFORD,MD tahun 2006).

Nilai normal tekanan darah seseorang yang disesuaikan tingkat aktifitas dan keseatan
secara umum adalah 120/80mmHg. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah
menurun saat tidur dan meningkat saat beraktifitas atau berolahraga

B. Saran

Saran Untuk Tenaga Kesehatan

Penyusun berharap hendaknya kita sebagai tenaga kesehatan lebih memahami tentang
macam-macam penyakit yang terjadi pada ibu hamil terutama Hipertensi pada kehamilan.
Serta bagaiman tindakan kita untuk mengatasinya

Saran Untuk Institusi

Penyusun berharap agar makalah tentang Hipertensi pada Kehamilan ini dapat
dijadikan referensi buku di perpustakaan Institusi STIKes Indramayu.

Saran Untuk Mahasiswa

Penyusun berharap agar mahasiswa prodi DIV Kebidanan lebih mengetahui tentang
penyakit yang terjadi pada ibu hamil. Serta dapat menerapkan saat praktek di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba IBG,dkk.2007. Pengantar Kuliah Obstetri . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Manuaba,Chandranita,dkk. 2008. Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri –


Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

http://diyahhalsyah.blogspot.co.id/2015/03/hipertensi-dalam-kehamilan

http://chiiviolet.blogspot.co.id/2013/12/makalah-kehamilan-dengan-hipertensi

Anda mungkin juga menyukai