Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik
antara dua individu tersebut. Seks pada hakekatnya merupakan dorongan naluri
alamiah tentang kepuasan syahwat. Tetapi banyak kalangan yang secara ringkas
mengatakan bahwa seks itu adalah istilah lain dari Jenis kelamin yang
membedakan antara pria dan wanita. Jika kedua jenis seks ini bersatu, maka
disebut perilaku seks. Sedangkan perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu
perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Ada
pula yang mengatakan bahwa seks merupakan hadiah untuk memenuhi atau
memuaskan hasrat birahi pihak lain. Akan tetapi sebagai manusia yang beragama,
berbudaya, beradab dan bermoral, Seks merupakan dorongan emosi cinta suci
yang dibutuhkan dalam angka mencapai kepuasan nurani dan memantapkan
kelangsungan keturunannya. Tegasnya, orang yang ingin mendapatkan cinta dan
keturunan, maka ia akan melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Seks
yang pada mulanya diidentikkan dengan cinta dan pernikahan, sekarang lebih
diasosiasikan dengan suka dan kencan.
Perilaku seksual adalah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik
anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan
intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Beberapa tahun terakhir
ini, persepsi masyarakat terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan
masalah seksual telah mengalami perubahan yang drastis. Perilaku telah beranjak
dari posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jika sebelumnya seks
sarat dengan kaidah moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjuru
kehidupan sebagai gaya hidup yang nihil moralitas. Perilaku seks juga merupakan
salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia
dalam masyarakat. Perilaku seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya
yang berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi
dan batas kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks.
1.2. Tujuan
Tujuan di tulisnya makalah ini diantaranya untuk :
a. Mengetahui kondisi kebutuhan seksualitas
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi seksual
c. Mengetahui masalah-masalah keperawatan pada seksual
d. Mengetahui penyimpangan dan bentuk abnormalitas pada seksual
e. Mengetahui asuhan keperawatan pada masalah seksual

1.3. Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya melalui
pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Kebutuhan Seksual


Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik
antara dua individu tersebut.
Seksualitas dan seks merupakan hal yang berbeda :
Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan
bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain
melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku
yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan
kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi.
Seks adalah menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi
pada laki-laki dan perempuan, hubungan fisik antar individu (aktivitas seksual
genital).
Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik,
emosional, intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif
yang memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO,
1975).

2.2 Tinjauan Seksual dari beberapa aspek


Makna seksual dapat di tinjau dari berbagai aspek , di antaranya:
1. Membicarakan seksual masih tabu.
2. Pengekspresiannya masih secara tertutup.
3. Hanya dikaitkan dengan masalah hubungan antar lawan jenis.
4. Dalam pelayanan kesehatan dengan pendekatan holistik,semua aspek saling
berinteraksi.
5. Aspek biologis. Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan
anatomi dan fisiologi dari sistem reproduksi (seksual) , kemampuan organ
seks, dan adanya hormonal serta sistem saraf yang berfungsi atau
berhubungan dengan kebutuhan seksual.
6. Aspek Psikologis. Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis
kelamin, sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran identitasnya,
serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
7. Aspek Sosial Budaya. Aspek ini merupakan pandangan budaya atau
keyakinan yang berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta
perilakunya di masyarakat.

2.3 Perkembangan seksual


Perkembangan seksual di awali dari masa pre natal dan bayi, kanak-
kanak, masa pubertas, masa dewasa muda dan pertengahan umur, serta dewasa.
2.3.1 Masa prenatal dan bayi
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang.
Berkembangnya organ seksual mampu merespon rangsangan, seperti adanya
ereksi penis pada laki-laki dan adanya pelumas vagina pada wanita. Perilaku ini
terjadi ketika mandi, bayi merasakan adanya perasaan senang. Menurut Sigmund
Freud, tahap perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :
Tahap Oral
Terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan atau kenikmatan
dapat dicapai dengan cara menghisap, menggigit, mengunyah, atau bersuara.
Anak memiliki ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu minta dilindungi
untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang di peroleh pada masa ini adalah
masalah menyapih dan makan.
Tahap Anal
terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini terjadi pada saat
pengeluaran feses. Anak mulai menunjukan keakuannya, sikapnya sangat narsistik
(cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Anak juga mulai mempelajari struktur
tubuhnya. Pada tahap ini anak sudah dapat di latih dalam hal kebersihan.
2.3.2 Masa Kanak-kanak
Masa ini di bagi dalam usia prasekolah, dan sekolah. Perkembangan
seksual pada masa ini di awali secara biologis atau fisik, sedangkan
perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :
Tahap oedipal/phalik
Terjadi pada umur 3-5 tahun. Kepuasan anak terletak pada rangsangan
otoerotis, yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa erogennya.
Anak juga mulai menyukai lain jenis. Anak laki-laki cenderung lebih suka sama
ibunya dari pada ayahnya, sebaliknya anak perempuan lebih suka ayahnya. Anak
mulai dapat mengidentifikasi jenis kelamin dirinya, apakah laki-laki atau
perempuan, belajar melalui interaksi dengan figur orang tua, serta mulai
mengembangkan peran sesuai dengan jenis kelaminnya.
Tahap Laten
Terjadi pada umur 5-12 tahun. Kepuasan anak mulai terintegrasi, mereka
memasuki masa pubertas dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial, seperti
suka berhubungan dengan kelompoknya atau teman sebaya, dorongan libido
mulai berbeda. Pada masa sekolah ini, anak sudah banyak bertanya tentang hal
seksual melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca atau berfantasi.
2.3.3 Masa Pubertas / Remaja
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan akan
terjadi kematangan secara psikososial. Terjadinya perubahan secara psikologis ini
ditandai dengan adanya perubahan dalam citra tubuh (body image) , perhatian
yang cukup besar terhadap fungsi tubuh, pembelajaran tentang perilaku, kondisi
sosial, dan perubahan lain, seperti perubahan berat badan, tinggi badan,
perkembangan otot, bulu di pubis, buah dada atau mentruasi bagi wanita. Tahap
yang di sebut oleh Freud sebagai tahap genital ini terjadi pada umur 12 - 18 tahun.
Kepuasan anak pada tahap ini akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan
cinta yang matang terhadap lawan jenis.
2.3.4 Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur
Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan ciri seks
sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa
pertengahan umur terjadi perubahan hormonal; pada wanita di tandai dengan
penurunan estrogen, pengecilan payudara dan jaringan vagina, penurunan cairan
vagina, selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi ereksi; pada pria di tandai
dengan penurunan ukuran penis serta penurunan semen. Dari perkembangan
psikososial, sudah mulai terjadi hubungan intim antara lawan jenis, proses
pernikahan dan memiliki anak, sehingga terjadi perubahan peran.
2.3.5 Masa Dewasa Tua
Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di antaranya adalah
atrofi pada vagina dan dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina, dan
penurunan intensitas orgasme pada wanita; sedangkan pada pria akan mengalami
penurunan produksi sperma, berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya
pencapaian ereksi, dan pembesaran kelenjar prostat.

2.4 Pola Fungsi Seksual


2.4.1 Seksual yang Sehat
a. Bebas dari gangguan fisik maupun psikologis.
b. Bersikap positif terhadap seksual.
c. Mempunyai pengetahuan yang akurat tentang seksualitas.
d. Kesesuaian antara jenis kelamin, identitas, dan peran .
2.4.2 Karakteristik Kesehatan Seks
a. Kemampuan mengekspresikan potensi seksual, dengan meniadakan
kekerasan, eksploitasi dan penyalahgunaan seksual.
b. Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasan diri terhadap
penampilan pribadi
c. Merupakan hubungan biologis yang paling intim antara dua individu yang
mempunyai tujuan
d. Mendapatkan keturunan (reproduksi)
e. Memenuhi kebutuhan biologis (rekreasi)
f. Mampu membina hubungan efektif dengan orang lain
g. Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui komunikasi, sentuhan,
emosional dan cinta
2.4.3 Komponen kesehatan seksual :
a. Konsep seksual diri yaitu nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa dan
bagaimana seseorang mengekspresikan seksualitasnya. Konsep seksual
diri yang negatif menghalangi terbentuknya suatu hubungan dengan orang
lain.
b. Body image yaitu pusat kesadaran terhadap diri sendiri, secara konstan
dapat berubah. Bagaimana seseorang memandang (merasakan) penampilan
tubuhnya berhubungan dengan seksualitasnya: Kehamilan, proses
penuaan, trauma, penyakit, dan terapi tertentu. Contoh : wanita ---bentuk
tubuh dan ukuran payudara, Pria --- ukuran penis.
c. Identitas jender yaitu suatu pandangan mengenai jenis kelamin seseorang,
sebagai laki-laki atau perempuan, mencakup komponen biologi, juga
norma sosial dan budaya.
d. Orientasi seksual (identitas seksual) adalah bagaimana seseorang
mempunyai kesukaan berhubungan intim dengan orang lain, dengan lawan
jenis atau sejenis.
2.4.4 Tubuh Manusia Memiliki Zona Erotik : Alat genital, kulit , paha, bibir ,
telinga, buah dada , bila dirangsang menyebabkan sexual arousal & desire
(keinginan).
2.4.5 Ekspresi Seksual dipengaruhi oleh : Sentuhan, bau, penglihatan,
suara, perasaan, pikiran, fantasy
2.4.6 Organ Seksual Wanita
a. Organ seks internal : vagina, uterus, tubulus falopii dan ovarium.
b. Organ seks eksternal secara kolektif disebut vulva yang terdiri dari mons
pubis (mons veneris), labia mayora, labia minora, klitoris dan ostium
vaginalis (introitus)
2.4.7 Organ Seksual Laki-Laki
a. Organ seks eksternal pria adalah penis dan skrotum.
b. Organ seks internal pria yaitu testis, epididimis dan duktus deferen,
kelenjar prostat, vesikula seminalis dan kelenjar Cowper.
2.5 Penyimpangan Seksual Pada Orang Dewasa.
Beberapa bentuk penyimpangan seksual atau deviasi seksual yang dapat
dijumpai di masyarakat antara lain :
Pedofilia
Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek anak-anak.
Penyimpangan ini ditandai dengan adanya fantasi berhubungan seksual dengan
anak di bawah usia pubertas. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kelainan mental,
seperti shizofrenia, sadism organic, atau gangguan kepribadian organik.
Eksibisionisme.
Kepuasan seksual dicapai dengan cara mempertontonkan alat kelamin di
depan umum. Hal ini biasanya dilakukan secara mendadak di hadapan orang yang
tidak di kenal, namun tidak ada upaya untuk melakukan hubungan seksual.
Fetisisme
Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan benda seks seperti sepatu
tinggi, pakaian dalam, stocking, atau lainnya. Disfungsi ini dapat di sebabkan
antara lain karena eksperimen seksual yang normal dan bedah pergantian kelamin.
Transvestisme
Kepuasan seksual di capai dengan memakai pakaian lawan jenis dan
melakukan peran seks yang berlawanan, misalnya pria yang senang menggunakan
pakaian dalam wanita.
Transeksualisme
Bentuk penyimpangan seksual ditandai dengan perasaan tidak senang
terhadap jenis kelaminnya, adanya keinginan untuk berganti kelamin.
Voyerisme/Skopofilia
Kepuasan seksual dicapai dengan melihat alat kelamin orang lain atau
aktifitas seksual yang dilakukan orang lain.
Masokisme
Kepuasan seksual dicapai melalui kekerasan atau di sakiti terlebih dahulu
secara fisik atau psikologis.
Sadisme
Merupakan lawan dari masokisme. Kepuasan seksual di capai dengan
menyakiti objeknya, baik secara fisik atau psikologis (dengan menyiksa
pasangan). Hal tersebut dapat disebabkan antara lain karena perkosaan dan
pendidikan yang salah.
Homoseksual dan Lesbianisme
Penyimpangan seksual yang di tandai dengan ketertarikan secara
fisik maupun emosi kepada sesama jenis. Kepuasan seksual dicapai melalui
hubungan dengan orang berjenis kelamin yang sama.
Zoofilia, Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek binatang.
Sodomi, Kepuasan seksual dicapai dengan hubungan melalui anus.
Nekropilia, Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek mayat.
Koprofilia, Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek feses.
Urolagnia
Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan objek urine yang
diminum.
Oral Seks/Kunilingus
Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin
wanita.
Felaksio
Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin
laki-laki.
Froterisme/Friksionisme
Kepuasan seksual di capai dengan cara menggosokan penis pada pantat
wanita atau badan yang berpakaian di tempat yang penuh sesak manusia.
Goronto, Kepuasan seksual di capai melalui hubungan dengan lansia.
Frottage
Kepuasan seksual di capai dengan cara meraba orang yang di senangi
tanpa di ketahui lawan jenis.
Pornografi
Gambar/tulisan yang dibuat secara khusus untuk memberi rangsangan
seksual (Maramis WF, 2004).

2.6 Bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan seksual abnormal


Banyak dorongan seksual abnormal yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi seksual atau terjadinya abnormalitas seksual. Beberapa
bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan seksual abnormal antara lain :
Prostitusi
Bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang tidak
wajar dan tidak terintegrasi dalam kepribadian, sehingga relasi seks bersifat
impersonal, tanpa adanya afeksi dan emosi yang berlangsung cepat, dan tanpa
adanya orgasme pada wanita. Kejadian ini dapat berlaku pada laki-laki maupun
perempuan. Pada laki-laki, prostitusi disebabkan karena keinginan mencari variasi
dalam seks, iseng, dan ingin menyalurkan kebutuhan seksual. Pada wanita,
kejadian ini dapat di sebabkan karena factor ekonomi, adanya diorganisasi
kehidupan keluarga, dan adanya nafsu seks yang abnormal.
Perzinahan
Bentuk relasi seksual antara laki-laki dan wanita yang bukan suami istri.
Perzinahan pada wanita baru mengarah ke hubungan seksual dengan laki-laki lain
setelah adanya relasi emosional dan afeksional yang sangat kuat. Pada pria,
perzinahan biasanya disebabkan oleh rasa iseng atau dorongan untuk memuaskan
seks secara sesaat.
Frigiditas
Merupakan ketidak mampuan wanita mengalami hasrat seksual atau orgasme
selama senggama. Frigiditas ditandai dengan berkurangnya atau ketidaktertarikan
sama sekali pada hubungan seksual atau tidak mampu menghayati orgasme pada
koitus (hubungan intim). Beberapa faktor yang menyebabkan frigiditas adalah
kelainan pada rahim atau vagina, adanya hubungan yang tidak baik dengan suami,
rasa cemas, bersalah, atau takut.
Impotensi
Ketidakmampuan pria untuk melakukan relasi seks atau senggama atau
ketidakmampuan pria dalam mencapai atau mempertahankan ereksi. Gangguan ini
dapat disebabkan oleh faktor psikologis, seperti kecemasan atau ketakutan,
pengalaman buruk masa lalu, dan persepsi seks yang salah.
Ejakulasi premature
Merupakan kondisi dimana terjadinya pembuangan sperma yang terlalu
dini sebelum zakar melakukan penetrasi dalam liang senggama atau berlangsung
ejakulasi beberapa detik sesudah penetrasi. Masalah ini umumnya disebabkan
oleh kurangnya rasa percaya diri serta kagagalan dalam membangun hubungan
suami istri.
Vaginismus
Peristiwa yang ditandai dengan kejang yang berupa penegangan atau
pengerasan yang sangat menyakitkan pada vagina atau kontraksi yang sangat kuat
sehingga penis terjepit dan tidak bisa keluar. Hal ini dapat disebabkan oleh
kelainan organis dan psikologis (ketakutan).
Dispareunia
Keadaan yang ditandai dengan timbulnya kesulitan dalam melakukan
senggama atau perasaan sakit pada saat koitus. Kejadian ini dapat terjadi pada saat
sperma keluar, karena kurangnya cairan vagina, dan lain-lain.
Anorgasme
Kondisi kegagalan dalam mencapai klimaks selama bersenggama,
biasanya bersifat psikis, ditandai dengan pengeluaran sperma tanpa mengalami
puncak kepuasan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikis atau adanya faktor
organik seperti ketidakmampuan penetrasi untuk memberi rangsangan atau vagina
yang longgar.
Kesukaran koitus pertama
Keadaan dimana terjadi kesulitan dalam melakukan koitus pertama dapat
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan di antara pasangan, adanya ketakutan
atau rasa cemas dalam berhubungan seks, dan lain-lain.
2.7 Siklus respon seksual
Siklus respon seksual terdiri atas beberapa tahap berikut :
Tahap suka cita
Merupakan tahap awal dalam respons seksual pada wanita ditandai dengan
banyaknya lendir pada daerah vagina, dinding vagina mengalami ekspansi atau
menebal, meningkatnya sensitifitas klitoris, putting susu menegang, dan ukuran
buah dada meningkat. Pada laki-laki ditandai dengan ketegangan atau ereksi pada
penis dan penebalan atau elevasi pada skrotum.
Tahap kestabilan
Pada tahap ini wanita mengalami retraksi di bawah klitoris, adanya lendir
yang banyak dari vagina dalam labia mayora, elevasi dari serviks dan uterus, serta
meningkatnya otot-otot pernafasan. Pada laki-laki ditandai dengan meningkatnya
ukuran gland penis dan tekanan otot pernafasan.
Tahap orgasme (puncak)
Tahap puncak dalam siklus seksual pada wanita ditandai adanya kontraksi
yang tidak disengaja dari uterus, rectal dan spinchter, uretra, dan otot-otot lainnya,
terjadi hiperventilasi dan meningkatnya denyut nadi. Pada laki-laki ditandai
dengan relaksasi pada spinchter kandung kencing, hiperventilasi, dan
meningkatnya denyut nadi.
Tahap resolusi (peredaan)
Merupakan tahap terakhir dalam siklus respons seksual, pada wanita
ditandai dengan adanya relaksasi dari dinding vagina secara berangsur-angsur,
perubahan warna dari labia mayora, pernafasan, nadi tekanan darah, otot-otot
kembali berangsur normal. Pada laki-laki ditandai dengan menurunnya denyut
pernafasan dan denyut nadi serta melemasnya penis.

2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual


a. Perkembangan manusia berpengaruh terhadap psiko-sosial, emosional, dan
biologis
b. Kultur / budaya
berpakaian,tata cara pernikahan, perilaku yang diharapkan sesuai
norma. Peran laki-laki dan perempuan mungkin juga akan dipengaruhi
budaya
c. Nilai-nilai Realigi
Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait
seksualitas. Misalnya larangan aborsi, hubungan seks tanpa nikah
d. Status Kesehatan
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan
fisik. Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang
buruk, terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau
pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien
kehilangan perasaannya secara seksual.
e. Hospitalisasi
b. Kesepian, tidak lagi memiliki privasi, merasa tidak berguna.
c. Beberapa klien di rumah sakit mungkin dapat berperilaku secara seksual
melalui pengucapan kata-kata kotor, mencubit,dll
d. Klien yang mengalami pembedahan dapat merasa kehilangan harga diri
dan perasaan kehilangan yang mencakup maskulinitas dan femininitas.

2.9 Beberapa Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas


Penganiayaan seksual :
1. Mencakup tindak kekerasan pada wanita, pelecehan seksual, perkosaan,
pedofilia, pornografi anak
2. Efek traumatik --- masalah fisik dan psikologis --- disfungsi seksual. Contoh :
Ibu yang yang mengalami penganiayaan selama masa kehamilan cenderung
melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah.
3. Anak-anak yang mengalami penganiayaan dapat berisiko terhadap masalah
kesehatan, emosional, kinerja di sekolah dan dapat terjadi peningkatan
keagresifan dan menjadi orang dewasa yang suka melakukan tindak
kekerasan.
4. Dukungan perlu diberikan kepada korban dan keluarga. Pelaku penganiayaan
harus dilaporkan kepada yang berwenang.
Aborsi :
1. Dilakukan oleh wanita yang telah menikah maupun oleh wanita yang
berhubungan seks sebelum nikah.
2. Kontroversi baik yang pro maupun kontra.
3. Klien mungkin dapat mangalami rasa bersalah dan berduka
Penyakit menular seksual (PMS) :
1. Individu terlibat dalam melakukan hubungan seksual
2. PMS ditularkan dari individu yang terinfeksi kepada pasangannya selama
kontak seksual yang intim. --- Tempat penularannya biasanya genital, tetapi
mungkin juga tertular melalui oral-genital atau anal-genital.
3. Penyakit Gonorrea, Klamidia, Sífilis --- disebabkan oleh bakteri
4. Penyakit Herpes genital dan HIV/AIDS --- oleh virus

2.10 Penyakit/Stress Yang Akan Mempengaruhi Kemampuan Seksual


Seseorang
a. Nyeri kronis
b. Diabetes melitus
c. Penyakit kardio vaskular
d. Penyakit-penyakit sendi
e. Pembedahan/ body image
f. Gangguan mental
g. Penyakit menular seksual
h. Obat-obatan

2.11 Masalah keperawatan Pada Seksualitas


Masalah keperawatan yang terjadi pada kebutuhan seksual adalah pola
seksual dan perubahan disfungsi seksual. Pola seksual mengandung arti bahwa
suatu kondisis seorang individu mengalami atau berisiko mengalami perubahan
kesehatan seksual, sedangkan kesehatan sendiri adalah integrasi dari aspek
somatic, emosional, intelektual, dan social dari keberadaan seksual yang dapat
meningkatkan rasa cinta, komunikasi, dan kepribadian. Disfungsi seksual adalah
keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko mengalami perubahan fungsi
seksual yang negative, yang di pandang sebagai tidak berharga dan tidak
memadainya fungsi seksual.

2.12 Asuhan Keperawatan Pada Masalah Seksual


2.12.1 Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat seksual
a. Klien yang menerima perawatan kehamilan, PMS, infertility, kontrasepsi.
b. Klien yang mengalami disfungsi seksual / problem (impoten, orgasmic
dysfuntion, dll)
c. Klien yang mempunyai penyakit-penyakit yang akan mempengaruhi
fungsi seksual (peny.jantung, DM, dll)
2. Pengkajian seksual mencakup :
a. Riwayat Kesehatan seksual
Pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan apakah klien
mempunyai masalah atau kekhawatiran seksual. Merasa malu atau tidak
mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan seksual secara langsung
– pertanyaan isyarat
b. Pengkajian fisik
c. Inspeksi dan palpasi
d. Beberapa riwayat kes. yang memerlukan pengkajian fisik misalnya riwayat
PMS, infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang tdk normal dari genital,
perubahan warna pada genital, ggn fungsi urinaria, dll.
e. Identifikasi klien yang berisiko
f. Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual misalnya :
Adanya ggn struktur/fungsi tubuh akibat trauma, kehamilan, setelah
melahirkan, abnormalitas anatomi genital
g. Riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
h. Kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda lahir, skar
(masektomi) dan adanya ostomi pada tubuh
i. Terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan mslh seksual; kurangnya
pengetahuan/salah informasi tentang fungsi dan ekspresi seksual
j. Ggn aktifitas fisik sementara maupun permanen ; kehilangan pasangan
k. Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi
2.12.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan seksual,
antara lain :
1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d )
 Ketakutan tentang kehamilan
 Efek antihipertensi
 - Depresi terhadap kematian atau perpisahan dengan pasangan
2. Disfungsi seksual b.d
 Cedera medulla spinalis
 Penyakit kronis
 Nyeri
 Ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
3. Gangguan citra tubuh b.d
 Efek masektomi atau kolostomi yang baru dilakukan
 Disfungsi seksual
 Perubahan pasca persalinan
4. Gangguan harga diri b.d
 cedera medulla spinalis
 penyakit kronis
 nyeri
 ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
Masalah seksual juga dapat menjadi etiologi diagnosa keperawatan yang
lain misalnya :
1. Kurang pengetahuan (mengenai konsepsi, kontrasepsi, perubahan seksual
normal) b.d salah informasi dan mitos-mitos seksual
2. Nyeri b.d tidak adekuatnya lubrikasi vagina atau efek pembedahan genital
3. Cemas b.d kehilangan fungsi seksual

2.12.3 Perencanaan Keperawatan


Tujuan yg akan dicapai terhadap masalah seksual yg dialami klien,
mencakup :
1. Mempertahankan, memperbaiki atau meningkatkan kesehatan seksual
2. Meningkatkan pengetahuan seksualitas dan kesehatan seksual
3. Mencegah terjadinya/menyebarnya PMS
4. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
5. Meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual
6. Memperbaiki konsep seksual diri

2.12.4 Implementasi
3. Promosi kesehatan seksual -- penyuluhan / pendidikan kesehatan.
4. Perawat : keterampilan komunikasi yg baik, lingkungan&waktu yg
mendukung privasi dan kenyamanan klien.
5. Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik&faktor yang berhubungan
--- pendidikan tentang perkembangan normal pada anak usia todler,
kontrasepsi pd klien usia subur, serta pendidikan ttg PMS pada klien yang
memiliki pasangan seks lebih dari satu.
6. Rujukan mungkin diperlukan

2.12.5 Evaluasi Keperawatan


1. Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak tercapai,
perawat seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan tersebut tidak
tercapai --- Pengungkapan klien atau pasangan, klien dapat diminta
mengungkapkan kekuatiran, dan menunjukkan faktor risiko, isyarat perilaku
seperti kontak mata, atau postur yang menandakan kenyamanan atau
kekuatiran.
2. Klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah harapan atau
menetapkan jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
3. Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif --- penting
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik
antara dua individu tersebut. Pada saat ini perilaku seksual telah beranjak dari
posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jika sebelumnya seks sarat
dengan kaidah moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjuru kehidupan
sebagai gaya hidup yang nihil moralitas.

3.2 Saran
Perawat sebagai role model maka :
1. Sikap, prasangka terhadap seksual akan dapat dibaca oleh klien, melalui
cara perawat bertindak, berbicara, menghindar, dan pada waktu berbicara.
2. Tingkat pengetahuan perawat tentang seksualitas, menghambat /
meningkatkan diskusi.
3. Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi organ reproduksi, respon
seksual, ekspresi seksual dapat membantu pengkajian yang efektif.
4. Perawat harus merasa nyaman dengan dirinya.
DAFTAR PUSTAKA

Kebutuhan Dasar Manusia, Alimul, Aziz. Buku 1, Salemba Medika, Jakarta,


2009.
Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik/ Patricia
A.Potter, Anne Griffin Perry; Edisi 4 Volume 1, Jakarta : EGC 2005
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

KEBUTUHAN SEKSUAL

Diajukan sebagai salah satu tugas stase KDP

Irma Marliana Hafsah

NIM. 4117254

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG 2018

Anda mungkin juga menyukai