Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Percobaan


1. Menentukan titik beku suatu larutan.
2. Mengetahui pengaruh zat terlarut terhadap titik beku larutan.
3. Menentukan penurunan titik beku larutan.
4. Menentukan titik didih suatu larutan.
5. Mengetahui pengaruh zat terlarut terhadap titik didih larutan.
6. Menentukan titik didih larutan.
7. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan titik
beku suatu larutan.
8. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan titik
didih suatu larutan.

I.2 Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah praktikan
mampu mengetahui titik beku suatu larutan, pengaruh zat terlarut
terhadap titik beku larutan, penurunan titik beku larutan, titik didih
suatu larutan, pengaruh zat terlarut terhadap titik didih larutan,
faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan titik beku suatu
larutan,dan faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan titik didih
suatu larutan.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

Titik beku adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan
tekanan uap padatannya. Titik beku larutan lebih rendah daripada titik
beku pelarut murni.Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku
terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih
lama daripada pelarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda.
Titik beku suatu cairan akan berubah jika tekanan uap berubah, biasanya
diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain, jika
cairan tersebut tidak murni, maka titik bekunya berubah (nilai titik beku
akan berkurang).
Seperti yang kita tahu bahwa titik beku pelarut murni berada pada
suhu 0ºC, tapi dengan adanya zat terlarut misalnya saja kita tambahkan
gula ke dalam air tersebut maka titik beku larutan ini tidak akan sama
dengan 0ºC lagi, melainkan akan turun menjadi dibawah 0ºC, dan inilah
yang dimaksud sebagai “penurunan titik beku”.
Dalam percobaan ini akan diteliti tentang perubahan titik beku pelarut
murni yang telah ditambahkan zat terlarut lain kedalamnya dan mencoba
pembuktian bahwa titik beku larutanya akan lebih rendah dibandingkan
pelarut murninya.
Titik beku adalah suhu pada pelarut tertentu di mana terjadi perubahan
wujud zat cair ke padat. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0°C
karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Selisih
antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik
beku (Δ Tf = freezing point depression). Pada percobaan ini ditunjukkan
bahwa penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi
hanya pada konsentrasi partikel dalam larutan.Oleh karena itu, penurunan
titik beku tergolong sifat koligatif. (Neutron, 2013)
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik
beku larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku

2
pelarut.Titik beku pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 0ºC. dengan
adanya zat terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air
maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0ºC melainkan akan
menjadi lebih rendah di bawah 0oC itulah penyebab terjadinya penurunan
titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain
cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah
(nilai titik beku akan berkurang).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh
banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Apabila suatu pelarut
ditambah dengan sedikit zat terlarut, maka akan didapat suatu larutan yang
mengalami:
1. Penurunan tekanan uap jenuh
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmosis
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan
dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit
tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun
konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai
menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi
ion-ion.Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat
koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Adanya partikel zat terlarut yang tidak mudah menguap dalam larutan
dapat mengurangi kemampuan zat pelarut untuk menguap, sehingga
tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni.
Adanya partikel zat terlarut tersebut juga akan mengakibatkan kanaikan
titik didih dan penurunan titik beku larutan. Menurut hokum Roult,
besarnya penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik didih, dan
penurunan titik beku larutan yang mengandung zat terlarut tidak mudah
menguap dan tidak mengalami disosiasi (larutan non elektrolit), sebanding

3
dengan banyaknya partikel zat terlarut. Besarnya kenaikan titik didih
larutan 1 molal disebut kenaikan titik didih molal, Kb. Sedangkan
besarnya penurunan titik beku larutan 1 molal disebut penurunan titik beku
molal, Kf. Untuk larutan encer berlaku:
ΔTb = m x Kb
ΔTf = m x Kf
Dengan : ΔTb = Kenaikan titik didih larutan
ΔTf = Penurunan titik beku larutan
Kb = kanaikan titik didih molal
Kf = penurunan titik beku molal
M = Molalitas larutan
Besarnya molalitas larutan yang sejenis sebanding dengan massa zat
terlarut dan berbanding dengan massa molekul zat terlarut. Jika massa zat
terlarut dan massa zat pelarut diketahui, maka massa molekul zat terlarut
dapat ditentukan berdasarkan sifat koligatif suatu larutan.
Untuk larutan yang mengandung zat terlarut tidak mudah menguap dan
dapat mengalami disosiasi (larutan elektrolit), besarnya penurunan tekanan
uap larutan, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku larutan,
dipengaruhi oleh derajad disosiasi larutan.
Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada
suhu tertentu, maka molekul-molekul yang berada dalam larutan tersebut
mudah untuk melepaskan diri dari permukaan larutan. Atau dapat
dikatakan pada suhu yang sama sebuah larutan mempunyai tekanan uap
yang rendah, maka molekul-molekul dalam larutan tersebut tidak dapat
dengan mudah melepaskan diri dari larutan. Jadi larutan dengan tekanan
uap yang lebih tinggi pada suhu tertentu akan memiliki titik didih yang
lebih rendah. [1]

4
Cairan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan
tekanan udara luar. Titik didih cairan pada tekanan udara 760 mmHg
disebut titik didih standar atau titik didih normal. Jadi yang dimaksud
dengan titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama
dengan tekanan udara luar (tekanan pada permukaan cairan).
Telah dijelaskan bahwa tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap
pelarutnya.Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian
atau fraksi dari pelarut sehingga kecepatan penguapan berkurang. (Utami,
2007)

5
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Waktu dan Tempat


Waktu : 12 Juni 2017 ( 13.00-17.00 )
Tempat : Laboratorium Teknik Kimia

III.2 Alat
1.Batang Pengaduk
2.Gelas Piala 250 mL dan 500 mL
3.Stopwatch
4.Pemanas
5.Tabung Reaksi
6.Termometer

Bahan
1.Asam Askorbat
2.Es batu
3.Garam Dapur
4.Sukrosa

III.4 Cara kerja


Penurunan Titik Beku
1 Menyiapkan alat dan bahan
2 Masukkan asam askorbat masing-masing 1 g; 1,5 g; 2 g; 2,5 g; 3
g; 3,5 g ke dalam tabung reaksi.
3 Menambahkan air suling ke dalam tiap tabung sebanyak 10 mL
lalu melarutkan Vitamin C.

6
4 Memasukkan tabung reaksi yang berisi larutan asam askorbat ke
dalam gelas piala yang berisi es batu dan garam dapur (mencatat
suhunya) dan stopwatch dinyalakan.
5 Mencatat waktu yang dibutuhkan masing-masing larutan untuk
membeku.
6 Mencatat temperature saat terjadi pembekuan larutan dalam
tabung reaksi.
7 Menghitung BM zat terlarut.

Kenaikan Titik Didih


1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Masukkan asam askorbat masing-masing 1g ; 1,5g ; 2g ; 2,5g ;
3g ; 3,5g ke dalam tabung reaksi.
3. Menambahkan air suling ke dalam tabung reaksi sebanyak 25
mL lalu melarutkannya.
4. Dipanaskan diatas pemanas lalu mencatat suhu pada saat
larutan tersebut mendidih.
5. Hitung BM zat terlarut.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Pengamatan.


A. Titik Beku

Suhu
Waktu
X Sukrosa Air Sebelum Membeku Setelah Membeku
(menit)
(oC) (oC)
1 1 gram 10 mL 26 0 4.20
2 1,5 gram 10 mL 27 0 5.20
3 2 gram 10 mL 26,5 0 8.30
4 2,5 gram 10 mL 26 0 12.00
5 3 gram 10 mL 27 0 19.31
6 3,5 gram 10 mL 27 0 20.00

Suhu
Asam Waktu
NO Air Sebelum Setelah
Askorbat (menit)
Membeku(oC) Membeku(oC)
1 1 gram 10 mL 27 0 10.12
2 1,5 gram 10 mL 27 0 8.21
3 2 gram 10 mL 26 0 9.10
4 2,5 gram 10 mL 28 0 4.15
5 3 gram 10 mL 27 0 6.52
6 3,5 gram 10 Ml 28 0 8.17

8
B. Titik Didih

Suhu
NO Sukrosa Air Waktu
Sebelum Mendidih Setelah Mendidih

1 1 gram 10 mL 26oC 81oC 2.18 menit


2 1,5 gram 10 mL 26oC 81oC 2.35 menit
3 2 gram 10 mL 26oC 81oC 1.40 menit
4 2,5 gram 10 mL 26oC 85oC 2.00 menit
5 3 gram 10 mL 26oC 87oC 2.06 menit
6 3,5 gram 10 mL 26oC 89oC 2.15 menit

Asam Suhu
NO Air Waktu
Askorbat Sebelum Mendidih Setelah Mendidih

1 1 gram 10 mL 28oC 89oC 2.28 menit


2 1,5 gram 10 mL 29oC 89oC 2.17 menit
3 2 gram 10 mL 32oC 87oC 2.32 menit
4 2,5 gram 10 mL 29oC 85oC 1.46 menit
5 3 gram 10 mL 23oC 88oC 2.13 menit
6 3,5 gram 10 mL 29oC 91oC 2.17enit

IV.2 Data Pengamatan.


1. Penurunan Titik Beku

Asam Askorbat (Vit C)

a. Untuk 1 gram
∆Tf = Tf pelarut – Tf larutan
= 0ºC - 0ºC
= 0ºC
BM = Kf х (gr/Tf) х (1000/P)

9
= 1,86 0ºC C/mol х (1,0055 g/0ºC) х 1000/15 ml
= 124,68

b. Untuk 1,5 gram


∆Tf = Tf pelarut – Tf larutan
= 0ºC - 0ºC
= 0ºC
BM = Kf х (gr/Tf) х (1000/P)
= 1,86 0ºC C/mol х (1,5010 g/0ºC) х 1000/15 ml
= 186,12

c. Untuk 2,0 gram


∆Tf = Tf pelarut – Tf larutan
= 0ºC - 0ºC
= 0ºC
BM = Kf х (gr/Tf) х (1000/P)
= 1,86 0ºC C/mol х (2,0150 g/0ºC) х 1000/15 ml
= 249,86

d. Untuk 2,5 gram


∆Tf = Tf pelarut – Tf larutan
= 0ºC - 0ºC
= 0ºC
BM = Kf х (gr/Tf) х (1000/P)
= 1,86 0ºC C/mol х (2,5490 g/0ºC) х 1000/15 ml
= 316,07
e. Untuk 3 gram
∆Tf = Tf pelarut – Tf larutan
= 0ºC - 0ºC
= 0ºC
BM = Kf х (gr/Tf) х (1000/P)

10
= 1,86 0ºC C/mol х (3,0078 g/0ºC) х 1000/15 ml
= 372,96

f. Untuk 3,5 gram


∆Tf = Tf pelarut – Tf larutan
= 0ºC - 0ºC
= 0ºC
BM = Kf х (gr/Tf) х (1000/P)
= 1,86 0ºC C/mol х (3,5010 g/0ºC) х 1000/15 ml
= 434,12

Sukrosa

a. Untuk 1 gram
∆Tf = Tf pelarut – Tf larutan
= 0ºC - 0ºC
= 0ºC
BM = Kf х (gr/Tf) х (1000/P)
= 1,86 0ºC C/mol х (1,0480 g/0ºC) х 1000/15 ml
= 129,95

b. Untuk 1,5 gram


∆Tf = Tf pelarut – Tf larutan
= 0ºC - 0ºC
= 0ºC
BM = Kf х (gr/Tf) х (1000/P)
= 1,86 0ºC C/mol х (1,5109 g/0ºC) х 1000/15 ml
= 187,35

c. Untuk 2,0 gram


∆Tf = Tf pelarut – Tf larutan
= 0ºC - 0ºC

11
= 0ºC
BM = Kf х (gr/Tf) х (1000/P)
= 1,86 0ºC C/mol х (2,0080 g/0ºC) х 1000/15 ml
= 248,99

d. Untuk 2,5 gram


∆Tf = Tf pelarut – Tf larutan
= 0ºC - 0ºC
= 0ºC
BM = Kf х (gr/Tf) х (1000/P)
= 1,86 0ºC C/mol х (2,5225 g/0ºC) х 1000/15 ml
= 312,79

e. Untuk 3 gram
∆Tf = Tf pelarut – Tf larutan
= 0ºC - 0ºC
= 0ºC
BM = Kf х (gr/Tf) х (1000/P)
= 1,86 0ºC C/mol х (3,0500 g/0ºC) х 1000/15 ml
= 378,2

f. Untuk 3,5 gram


∆Tf = Tf pelarut – Tf larutan
= 0ºC - 0ºC
= 0ºC
BM = Kf х (gr/Tf) х (1000/P)
= 1,86 0ºC C/mol х (3,5125 g/0ºC) х 1000/15 ml
= 435,55

12
2. Kenaikan Titik Didih
Asam Askorbat (Vit C)
a. Untuk 1 gram
∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan
= 100ºC - 81ºC
= 19ºC
BM = Kb х (gr/Tb) х (1000/P)
= 0,51 0ºC C/mol х (1,0055 g/19ºC) х 1000/25 ml
= 1,0795

b. Untuk 1,5 gram


∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan
= 100ºC - 81ºC
= 19ºC
BM = Kb х (gr/Tb) х (1000/P)
= 0,51 0ºC C/mol х (1,5010 g/19ºC) х 1000/25 ml
=1,6116

c. Untuk 2,0 gram


∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan
= 100ºC - 81ºC
=19ºC
BM = Kb х (gr/Tb) х (1000/P)
= 0,51 0ºC C/mol х (2,0150 g/19ºC) х 1000/25 ml
= 2,1634

d. Untuk 2,5 gram


∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan
= 100ºC - 84ºC
= 16ºC
BM = Kb х (gr/Tb) х (1000/P)

13
= 0,51 0ºC C/mol х (2,5490 g/16ºC) х 1000/25 ml
= 3,2499

e. Untuk 3 gram
∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan
= 100ºC - 90ºC
= 10ºC
BM = Kb х (gr/Tb) х (1000/P)
= 0,51 0ºC C/mol х (3,0078 g/10ºC) х 1000/25 ml
=6,3159

f. Untuk 3,5 gram


∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan
= 100ºC - 85ºC
=15 ºC
BM = Kb х (gr/Tb) х (1000/P)
= 0,51 0ºC C/mol х (3,5010 g/15ºC) х 1000/25 ml
= 4,7613

Sukrosa

a. Untuk 1 gram
∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan
= 100ºC - 89ºC
= 11ºC
BM = Kb х (gr/Tb) х (1000/P)
= 0,51 0ºC C/mol х (1,0480 g/11ºC) х 1000/25 ml
= 1,9435

b. Untuk 1,5 gram


∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan
= 100ºC - 89ºC

14
= 11ºC
BM = Kb х (gr/Tb) х (1000/P)
= 0,51 0ºC C/mol х (1,5109 g/11ºC) х 1000/25 ml
=2,8020

c. Untuk 2,0 gram


∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan
= 100ºC - 89ºC
=11ºC
BM = Kb х (gr/Tb) х (1000/P)
= 0,51 0ºC C/mol х (2,0080 g/11ºC) х 1000/25 ml
= 3,7239

d. Untuk 2,5 gram


∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan
= 100ºC - 81ºC
= 19ºC
BM = Kb х (gr/Tb) х (1000/P)
= 0,51 0ºC C/mol х (2,5225 g/19ºC) х 1000/25 ml
= 2,7083

e. Untuk 3 gram
∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan
= 100ºC - 84ºC
= 16ºC
BM = Kb х (gr/Tb) х (1000/P)
= 0,51 0ºC C/mol х (3,0500 g/16ºC) х 1000/25 ml
=3,8887

f. Untuk 3,5 gram


∆Tb = Tb pelarut – Tb larutan

15
= 100ºC - 91ºC
=9 ºC
BM = Kb х (gr/Tb) х (1000/P)
= 0,51 0ºC C/mol х (3,5125 g/9ºC) х 1000/25 ml
= 7,9616

IV.3 Pembahasan.
Titik didih suatu zat adalah suhu pada saat zat tersebut mendidih.
Proses pendidihan sendiri merupakan penguapan yang terjadi di
seluruh bagian cairan. Hal ini ditandai dengan adanya gelembung yang
keluar dari dalam cairan.
Titik didih tergantung pada dua hal, yaitu tekanan uap zat yang
bersangkutan, dan lokasi di mana zat tersebut berada. Suatu zat akan
mendidih jika tekanan uapnya sama dengan tekanan udara luar. Cara
untuk menyamakan tekanan uap zat dengan tekanan udara luar adalah
dengan memberikan energi (kalor) kepada zat tersebut. Semakin besar
suhu, maka tekanan uap pun akan semakin besar, sehingga dengan
membesarnya tekanan uap, maka ada pada saat tertentu tekanan
uapnya akan setara dengan tekanan udara luar. Pada saat tekanan uap
sama dengan tekanan udara luar inilah, maka terjadilah proses
pendidihan.
Faktornya adalah lokasi di mana zat cair tersebut berada. Hal ini
karena tekanan udara di setiap tempat tidaklah sama. Semakin tinggi
suatu tempat dari permukaan laut, maka tekanan udaranya semakin
kecil. Hal ini dapat dipahami karena jumlah udara semakin berkurang
seiring dengan bertambahnya ketinggian. Semakin tinggi suatu tempat
(seperti di pegunungan), maka tekanan udaranya pun semakin rendah,
sehingga semakin mudah pula tekanan uapnya sama dengan tekanan
udara luar. Akibatnya, titik didihnya pun semakin rendah.

16
Pada percobaan ini yang sebagai pelarut yaitu aquades, sedangkan
Sukrosa dan Vitamin C pada percobaan tersebut sebagai zat terlarut.
Es, garam, Sukrosa dan Vitamin C merupakan bahan yang digunakan
pada percobaan penurunan titik beku melalui penentuan molalitas.
Garam dapur yang digunakkan tersebut sebagai campuran es yang
untuk menghambat proses pencairan es, sehingga dapat membantu
dalam pengamatan terhadap titik beku laruatan yang di uji tersebut.
Perubahan titik beku pada larutan dipengaruhi oleh faktor yang
mempengaruhi perubahan suhu baik dari sisitem ataupun dari
lingkuangan. Dalam penurunan titik beku berlaku ketentuan sebagai
berikut :
1. Suatu pelarut jika ditambahkan zat terlarut, maka titik
bekunya akan turun.
2. Titik beku larutan elektrolit lebih rendah dibanding larutan
non-elektrolit.
3. ∆Tf ( penurunan titik beku) = titik beku pelarut murni - titik
beku larutan).
Penambahan zat terlarut baik berupa zat yang elektrolit maupun
nonelektrolit pada pelarut menyebabkan terjadinya kenaikan titik didih
(ΔTb), sehingga harga titik didih (Tb) yang dihasilkan lebih besar
daripada titik didih pelarut (Tb). Penambahan zat terlarut yang berupa
zat elektrolit pada pelarut menghasilkan titik didih (Tb) yang lebih
besar daripada zat nonelektrolit yang ditambahkan pada pelarut. Suatu
zat cair murni (misalkan air) yang memiliki titik didih tertentu, akan
mengalami perubahan pada titik didihnya ketika ditambahkan suatu zat
terlarut Nonvolatile seperti gula. Hal ini terjadi, karena dengan adanya
zat terlarut, maka tekanan uap larutan akan menurun. Akibatnya,
proses penguapan menjadi lebih sulit. Hasilnya, dibutuhkan energi
yang lebih tinggi (suhu yang lebih besar) untuk menguapkan larutan
tersebut.

17
Secara logika hal ini juga bisa dipahami. Ketika suatu zat terlarut
seperti gula dimasukkan ke dalam air, maka gula akan membentuk
larutan yang homogen dalam air. Partikel gula akan menyebar ke
seluruh bagian cairan termasuk di bagian permukaan. Partikel-partikel
gula yang ada di bagian permukaan akan menghalangi proses
penguapan air, sehingga jumlah uap air yang dihasilkan semakin
sedikit. Akibatnya, tekanan uapnya pun akan menurun. Tekanan uap
yang lebih rendah akan menyebabkan kebutuhan energi yang lebih
tinggi untuk menyamakan tekanan uapnya dengan tekanan udara luar.
Alhasil, energi yang dibutuhkan semakin bertambah sehingga suhu
pendidihan pun semakin membesar.

18
BAB V
PENUTUP

V.1Kesimpulan
Kesimpulan dalam percobaan ini adalah :
1. Dari hasil pengamatan diketahui jika bertambahnya
konsentrasi maka kenaikan titik didih makin besar dan titik
didih larutannya tinggi.
2. Dari hasil pengamatan diketahui semakin tinggi titik
didihnya maka semakin lama waktu yang dibutuhkan zat
hingga mendidih.
3. Dari hasil pengamatan diketahui bertambahnya konsentrasi
maka penurunan titik beku (∆Tf) makin besar dan titik beku
larutannya semakin rendah.
4. Dari hasil pengamatan diketahui penurunan titik beku
larutan elektrolit lebih besar dari pada penurunan titik beku
larutan non elektrolit. Titik beku larutan elektrolit lebih
rendah dari larutan non elektrolit.
5. Dari hasil pengamatan diketahui semakin rendah titik
bekunya maka semakin lama waktu yang dibutuhkan zat
hingga membeku.

V.2 Saran
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga jika
anda ingin lebih mendalami materi ini maka anda sebaiknya
melakukan praktikum dengan baik, teliti dan dengan
penyempurnaan-penyempurnaan. Kami mohon maaf jika ada
penulisan kata yang salah ataupun yang kurang tepat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Agfa, F. (2015, 10 15). Retrieved from


https://notechaca.wixsite.com/firarizqyagfa/single-
post/2016/10/15/LAPORAN-PRAKTIKUM-KIMIA-PENENTUAN-TITIK-BEKU

Glory. (2013, 04 15). Retrieved from


http://iddamahfiroh.blogspot.co.id/2013/04/laporan-praktikum-kimia-
titik-beku.html

Kurniawan, H. (2012, 12 04). Retrieved from


http://berbagidiblog.blogspot.co.id/2012/12/kenaikan-titik-didih_4.html

Neutron. (2013). Belajar Praktis Kimia. Titik beku dan titk didih, 6-9.

Utami, B. (2007). Kimia untuk SMA kelas 12. Surakarta: putra nugraha.

20
LAMPIRAN

Gambar.1

Ditimbang Asam Askorbat lalu


dilarutkan dan dimasukkan dalam
tabung reaksi.

Gambar.2

Ditimbang sukrosa lalu dilarutkan dan


dimasukkan dalam tabung reaksi.

21
Gambar.3

Asam Askorbat dan sukrosa yang


dimasukkan kedalam tabung reaksi.

Gambar.4

Asam Askorbat dan sukrosa yang


dimasukkan kedalam gelas piala yang
berisi es batu dan garam.

Gambar.5

Asam Askorbat dan sukrosa yang


dimasukkan kedalam gelas piala yang
berisi es batu dan garam lalu dihitung.

22
Gambar.6

Asam Askorbat yang dipanaskan.

Gambar.7

Sukrosa dimasukkan dalam tabung


reaksi lalu dipanaskan.

Gambar.8

Setelah dipanaskan, ukur suhu Asam


Askorbat dan sukrosa.

23

Anda mungkin juga menyukai