Anda di halaman 1dari 29

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Gizi
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab “giza” yang berarti zat makanan,
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan
makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian
lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan,
penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat
gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga. (Djoko Pekik Irianto, 2006:
2).
Dewa Nyoman Suparisa dkk (2002: 17-18) Menjelaskan bahwa gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi. Penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-
organ serta menghasilkan energi.
Menurut Sunita Almatsier (2009: 8) zat-zat gizi yang dapat
memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein, oksidasi zatzat
gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan
kegiatan atau aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk zat organik yang
mengandung karbon yang dapat dibakar, jumlah zat gizi yang paling banyak
terdapat dalam pangan dan disebut juga zat pembakar.
Selanjutnya Sunita Almatser (2009: 42-44) mengemukakan bahwa
fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi tubuh. Karbohidrat
merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh dunia, sumber
karbohidrat adalah padi-padian, atau sereal, umbi-umbian, kacang-kacang
kering, dan gula.

5
6

Menurut Asmira Sutarto (1980: 10) secara umum fungsi zat makanan
adalah sebagai berikut:
1. Memberi bahan untuk membangun tubuh dan memelihara serta
memperbaiki bagian-bagian tubuh yang hilan dan rusak.
2. Memberi kekuatan atau tenaga, sehingga kita dapat bergerak dan
bekerja.
3. Memberi bahan untuk mengatur proses-proses dalam tubuh.
4. Membangun dan memelihara tubuh.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka untuk mendapatkan
kualitas gizi yang baik makanan yang kita konsumsi setiap hari harus
mengandung zat-zat gizi, misalnya di Indonesia telah lama masyakaratnya
dianjurkan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna yaitu nasi,
sayur, lemak, buah dan susu, sehingga diharapkan dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat-zat gizi akan membantu dalam
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta energi yang cukup guna
melaksanakan kegiatan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, maka gizi merupakan suatu zat yang
terdapat dalam makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, dan mineral yang penting bagi manusia untuk pertumbuhan dan
perkembangan manusia, memelihara proses tubuh dan sebagai penyedia
energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Menurut Sunita Almatsier, (2009: 3) Zat Gizi adalah ikatan kimia
yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan
energi, membangun, memelihara jaringan serta mengatur proses-proses
jaringan. Gizi merupakan bagian penting yang dibutuhkan oleh tubuh guna
perkembangan dan pertumbuhan dalam bentuk dan untuk memperoleh
energi, agar manusia dapat melaksanakan kegiatan fisiknya sehari-hari.
Menurut Rizqie Auliana (2001: 1) beberapa zat gizi dapat dibuat oleh
tubuh sendiri dan sebagian besar lainnya harus diperoleh dari makanan yang
dikonsumsi sehari-hari. Zat gizi yang diperlukan tubuh terdiri dari
Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Dari keterangan di
7

atas dapat disimpulkan bahwa gizi adalah bahan makanan yang dikonsumsi
oleh tubuh untuk menghasilkan tenaga, membangun dan memelihara
jaringan dalam tubuh.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung
unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun
kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan
yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur.
Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi
tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari
makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan
menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan
zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi
kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan
yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber
zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan
nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari
hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju.
Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-
buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang
berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
8

B. Definisi Dewasa
1. Pengertian Dewasa
Secara etimologi, istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin
bentuk lampau partisipel dari kata kerja adults yang berarti “telah
tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah
menjadi dewasa”.
Masa dewasa merupakan salah satu fase dalam rentang
kehidupan individu setelah masa remaja. Pengertian masa dewasa dari
sisi biologis dapat diartikan sebagai suatu periode dalam kehidupan
individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan tubuh secara
optimal dan kesiapan untuk bereproduksi (berketurunan). Dari sisi
psikologis, masa ini dapat diartikan sebagai periode dalam kehidupan
individu yang ditandai dengan ciri-ciri kedewasaan atau kematangan
yaitu:
1. Kestabilan emosi (emotional stability)
Mampu mengendalikan perasaan tidak lekas marah, sedih, cemas,
gugup, frustasi, atau tidak mudah tersinggung
2. Memiliki kesadaran realitasnya (sense of reality)
Cukup tinggi mau menerima kenyataan, tidak mudah melamun
apabila mengalami kesulitan, dan tidak menyalahkan orang lain
atau keadaan apabila menghadapi kegagalan
3. Bersikap toleran terhadap pendapat orang lain yang berbeda
4. Bersikap optimis dalam menghadapi kehidupan
Sementara dari sisi pedagogis, masa dewasa ini ditandai dengan:
a. Rasa tanggung jawab (senseof responsibility) terhadap semua
perbuatannya, dan juga terhadap kepeduliannya memelihara
kesejahteraan hidup dirinya sendiri dan orang lain
b. Berperilaku sesuai dengan norma atau nilai-nilai agama
c. Memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi diri dan keluarganya
d. Berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
9

2. Masa-Masa Dewasa
Menurut Hurlock (1968) masa dewasa ini terbagi menjadi tiga
periode, yaitu sebagai berikut:
1) Masa Dewasa Awal (Early Adulthood = 20-40 Tahun)
Secara biologis, masa ini merupakan puncak pertumbuhan
fisik yang prima,sehingga dipandang sebagai usia yang tersehat
dari populasi manusia yang keseluruhan. Meskipun banyak yang
mengalami sakit, tetapi jarang yang sampai parah. Kesehatan
fisik ini akan terpelihara dengan baik apabila akan didukung
oleh kebiasaan-kebiasaan positif, seperti makan yang teratur dan
tidak berlebihan, tidak merokok, tidak minum-minuman keras
atau mengkonsumsi NAZA (narkoba), tidur yang teratur, dan
berolahraga. Secara psikologis, pada usia ini tidak sedikit
diantara mereka yang kurang mampu mencapai kematangan.
Hal ini disebabkan karena banyaknya masalah yang dihadapinya
dan tidak mampu mengatasinya. Masalah-masalah itu
diantaranya:
1. Kesulitan mencari kerja
2. Susah mencari jodoh
3. Keinginan untuk menikah namun belum mempunyai
pencaharian, dan
4. Kesulitan yang dialami setelah menikah, seperti mengurus
anak, memelihara keharmonisan keluarga, dan konflik dalam
menggunakan penghasilan antara keperluan anak dengan
biaya rumah tangga sehari-hari.
Dilihat dari aspek tugas-tugas perkembangan yang harus
dituntaskan selama periode ini, seseorang yang sudah berusia
dewasa awal dituntut untuk menuntaskan tugas-tugas
perkembangan, diantaranya:
a. Mengembangkan sikap, wawasan, dan pengamalan ajaran
agama
10

b. Memperoleh atau memulai memasuki dunia kerja


c. Memilih pasangan (suami atau istri)
d. Mulai memasuki pernikahan
e. Belajar hidup berkeluarga
f. Merawat dan mendidik anak
g. Mengelola rumah tangga
h. Memperoleh kemampuan dan kemantapan karier (posisi
kerja)
i. Mengambil tanggung jawab atau peran sebagai warga
masyarakat
j. Mencari kelompok sosial yang menyenangkan.
2) Masa Dewasa Madya atau Setengah Baya (Midle Age = 40-50
Tahun)
Pada usia ini, aspek fisik sudah mulai agak melemah,
termasuk fungsi-fungsi alat indra, seperti tidak sedikit orang
yang menggunakan kaca mata untuk membaca, atau mengalami
sakit dengan penyakit tertentu yang sebelumnya tidak teralami
(seperti rematik, atau asam urat). Tugas-tugas perkembangan
yang harus dituntaskan pada usia ini meliputi:
a. Memantapkan pengamalan ajaran agama
b. Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara
c. Membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi
orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia
d. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan yang terjadi pada aspek fisik (penurunan
kemampuan atau fungsi)
e. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan
dalam karier
f. Memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa.
11

3) Masa Dewasa Lanjut atau Masa Tua (Old Age = 50-Mati)


Masa ini ditandai dengan semakin melemahnya
kemampuan fisik dan psikis. Pada umumnya mereka mengalami
penurunan kemampuan dalam aspek pendengaran, penglihatan,
daya ingat, cara berfikir, dan berinteraksi sosial. Padausia ini
pula seseorang dimungkinkan akan mengalami masa pikun,
masa kembali ke usia kanak-kanak, yang bersifat dependent
(tergantung) kepada orang lain. Adapun tugas-tugas
perkembangan yang harus dituntaskan oleh seseorang yang telah
masuk pada usia ini adalah sebagai berikut:
a. Lebih memantapkan diri dalam mengamalkan norma atau
ajaran agama
b. Mampu menyesuaikan diri dengan menurunnya kemampuan
fisik dan kesehatan
c. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun (jika menjadi
pegawai negeri) dan berkurangnya “income” (penghasilan
keluarga)
d. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
e. Membentuk hubungan dengan orang lain yang seusia
f. Memantapkan hubungan yang harmonis dengan anggota
keluarga (anak, cucu, dan menantu).
Dalam mencapai atau menuntaskan tugas-tugas
perkembangan, tidak sedikit orang dewasa yang mengalami
kegagalan. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
a. Tidak ada bimbingan untuk memahami dan menguasai tugas-
tugas perkembangan
b. Tidak ada motivasi untuk berkembang kearah kedewasaan
c. Mengalami kesehatan yang buruk
d. Cacat tubuh
e. Tingkat kecerdasan yang rendah.
12

3. Ciri-Ciri Dewasa
Untuk mengenal lebih jauh mengenai dewasa, maka perlu
dikemukakan mengenai ciri-ciri seseorang sehingga disebut sebagai
dewasa. Menurut Sibagariang (2010), ciri-ciri dewasa adalah sebagai
berikut:
1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri sendiri atau egonya
2. Mempunyai tujuan yang jelas dan kebiasan kerja yang efisien
3. Mengendalikan perasaan pribadi
4. Objektif, berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang
sesuai dengan kenyataan
5. Menerima kritik dan saran
6. Mempertanggung jawabkan terhadap usaha pribadi
7. Menyesuaikan diri secara realistis terhadap hal-hal yang baru
Sedangkan ciri-ciri khas perkembangan dewasa adalah sebagai
berikut:
a. Masa Dewasa Awal
Ciri-ciri umum perkembangan fase usia dewasa awal, sebagai
berikut:
1) Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika
seseorang mulai menerima tanggung jawab sebagai orang
dewasa.
2) Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang
paling produktif untuk memiliki keturunan, dengan memiliki
anak, mereka memiliki peran baru sebagai orang tua.
3) Masa bermasalah, pada usia dewasa awal akan muncul
masalah-masalah baru yang berbeda dengan masalah
sebelumnya, diantaranya masalah pernikahan.
4) Masa ketegangan emosional, usia dewasa awal merupakan
masa yang memiliki peluang terjadinya ketegangan
emosional, karena pada masa itu seseorang berada pada
13

wilayah baru dengan harapan-harapan baru, dan kondisi


lingkungan serta permasalahan baru.
5) Masa keterasingan sosial, ketika pendidikan berakhir
seseorang akan memasuki dunia kerja dan kehidupan
keluarga, seiring dengan itu hubungan dengan kelompok
teman sebaya semakin renggang.
6) Masa komitmen, pada usia dewasa awal seseorang akan
menentukan pola hidup baru, dengan memiliki tanggung
jawab baru dan memuat komitmen-komitmen baru dalam
kehidupan.
7) Masa ketergantungan, meskipun telah mencapai status
dewasa dan kemandirian, ternyata masih banyak orang
dewasa awal yang tergantung pada pihak lain.
8) Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima
oleh anggota kelompok orang dewasa.
9) Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
10) Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak
kreativitas.
b. Masa Dewasa Madya
Ciri-ciri perkembangan fase usia dewasa madya, sebagai
berikut:
1) Masa yang ditakuti
Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia
madya semakin lebih terasa menakutkan. Pria dan wanita
banyak mempunyai alasan untuk takut memasuki usia madya.
Diantaranya adalah banyaknya stereotip yang tidak
menyenangkan tentang usia madya, yaitu kepercayaan
tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga
disertai dengan berhentinya reproduksi.
2) Masa Transisi
14

Seperti juga masa remaja, individu pada masa dewasa


madya juga disebut sebagai masa transisi dari masa dewasa
awal, ke masa dewasa lanjut (lansia). Sebagian ciri-ciri fisik
dan perilakunya masih memperlihatkan masa dewasa awal,
sementara banyak ciri fisik dan perilaku lainnya justru telah
menunjukkan ciri-ciri orang dewasa lanjut. Kondisi transisi
ini menyebabkan mereka harus banyak melakukan
penyesuaian terhadap peran-peran baru yang diberikan oleh
masyarakat. Selain itu, masyarakat juga mengharapkan
mereka untuk dapat berpikir dan berperilaku sesuaidengan
usianya.

4. Tujuan Pemberian Gizi pada Dewasa


a. Mengubah faktor faktor pengubah gizi yang dapat meningkatkan
resiko penyakit-penyakit kronik dan membantu seseorang
mempertahankan kesehatan, kesejahteraan dan kapasitas
fungsionalnya yaitu dengan cara:
1) Menyeimbangkan masukan energi dan zat gizi lainnya sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
2) Memelihara keseimbangan berbagai masukan zat gizi dalam
makanan.
3) Membatasi konsumsi makanan terolah.
4) Pemeliharaan aktivitas fisiko.
b. Membuat keadaan gizi menjadi lebih baik.
c. Untuk mengatur semua proses yang terjadi didalam tubuh.

5. Faktor yang Mempengaruhi Gizi pada Dewasa


a. Usia
Semakin bertambahnya umur maka akan semakin meningkat
pula kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat tenaga diperlukan untuk
membantu tubuh melakukan beragam aktivitas fisik. Namun
15

kebutuhan zat tenaga akan berkurang saat usia mencapai 40 tahun


ke atas. Setiap 10 tahun setelah usia seseorang mencapai 25 tahun,
kebutuhan energi per hari untuk pemeliharaan dan metabolisme sel-
sel tubuh berkurang atau mengalami penurunan sebesar 4 persen
setiap 10 tahunnya. Berkurangnya kebutuhan tersebut dikarenakan
menurunnya kemampuan metabolisme tubuh, sehingga tidak
membutuhkan tenaga yang berlebihan karena dapat menyebabkan
terjadinya penumpukan lemak di dalam tubuh. Penumpukan lemak
di dalam tubuh dapat menimbulkan terjadinya obesitas.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin menentukan besar kecilnya asupan nutrisi yang
dikonsumsi. Umumnya perempuan lebih banyak memerlukan
keterampilan dibandingkan tenaga, sehingga kebutuhan gizi
perempuan lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Menurut Depkes
(1994) kelebihan berat badan lebih banyak ditemukan pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini terjadi karena setelah
pubertas, perempuan akan cenderung memiliki proporsi massa
lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.
c. Pendapatan
Pendapatan mempengaruhi daya beli terhadap makanan.
Semakin baik pendapatan maka akan semakin baik pula makanan
yang dikonsumsi baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Sebaliknya, pendapatan yang kurang mengakibatkan menurunnya
daya beli terhadap makanan secara kualitas maupun kuantitas.
Penduduk yang berpendapatan cukup masih banyak yang
tidak memanfaatkan bahan makanan bergizi dalam menyediakan
makanan keluarga. Hal ini disebabkan, antara lain:
1) Kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi
2) Pantangan-pantangan secara tradisional masih diberlakukan
3) Atau keengganan untuk mengkonsumsi bahan makanan murah
walaupun mereka tahu banyak mengandung gizi.
16

d. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan
pengetahuan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan
dan pemenuhan kebutuhan gizi. Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka akan semakin baik status gizinya. Ini dikarenakan
seseorang yang mengenyam pendidikan biasanya lebih memahami
dalam menerima informasi-informasi mengenai gizi.
e. Sosial budaya
Budaya memiliki pengaruh besar dalam pemilihan dan
pengolahan pangan menjadi makanan. Budaya juga mempengaruhi
kebiasaan makan seseorang. Salah satu contohnya, pada suku
Melayu mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
berkuah santan.
f. Perilaku makan
Perilaku makan merupakan suatu wujud tindakan seseorang
dalam memilih dan mengkonsumsi makanan yang terbentuk
melalui pengetahuan dan sikap. Jika keadaan ini terus-menerus
berlangsung maka akan menjadi kebiasaan makan dan akan
membentuk pola makan. Perilaku makan yang tidak seimbang akan
mengakibatkan masalah gizi.
g. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh
dan sistem penunjangannya (Almatsier, 2003). Aktivitas fisik dapat
mempengaruhi status gizi. Aktivitas fisik yang kurang akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan lemak dan dapat
menyebabkan obesitas.
h. Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap pembentukan perilaku makan yang selanjutnya akan
mempengaruhi status gizi. Lingkungan disini adalah lingkungan
17

keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui media elektronik


maupun cetak.

6. Status Gizi pada Dewasa


Status gizi pada orang dewasa dipengaruhi oleh banyak faktor,
salah satunya adalah kebiasaanya dalam mengkonsumsi makanan
sehari-hari. Kebiasaan makan tidak dipengaruhi oleh zat-zat gizi yang
terkandung dalam makanan. Namun banyak faktor yang
mempengaruhi terbentuknya kebiasaan makan, salah satunya adalah
lingkungan.
Orang dewasa cenderung kurang memperhatikan asupan
makanan. Umumnya orang dewasa lebih suka mengkonsumsi
makanan berlemak, berenergi gurih dan manis. Sementara makanan
kaya serat seperti sayur dan buah diabaikan. Akibatnya, asupan energi
(kalori) yang masuk ke dalam tubuh berlebih. Padahal pada usia ini
dianjurkan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat namun rendah
lemak, ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan tidak lagi
terjadi dan hendaknya pemenuhan zat gizi dipusatkan untuk
pemeliharaan kesehatan agar terbentuk status gizi yang baik.
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir
dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan
penggunaannya (Kurniasih dkk, 2010).
Menurut Almatsier (2003) status gizi merupakan suatu ukuran
mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan
yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status
gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal
dan gizi lebih.

7. Kebutuhan Gizi pada Dewasa


Kebutuhan gizi orang dewasa berbeda-beda bagi setiap orang.
Kebutuhan zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor yaitu umur,
18

tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Oleh
karena itu, dalam pemenuhan zat gizi harus disesuaikan dengan
kebutuhannya.
1) Kebutuhan energi
Kebutuhan energi pada usia dewasa menurun sesuai
dengan bertambahnya usia, ini dikarenakan menurunnya
metabolisme basal dan berkurangnya aktivitas fisik. Kebutuhan
asupan energi akan menyebabkan kenaikan berat badan.
Kebutuhan energi berbeda-bebeeda bagi setiap orang. Anjuran
kebutuhan energi ditetapkan dalam Angka Kecukupan Gizi
(AKG).
2) Kebutuhan karbohidrat
Konsumsi karbohidrat dianjurkan 50%-60% dari total
kebutuhan energi, terutama dalam bentuk karbohidrat kompleks
seperti yang terdapat dalam padia-padian (beras, jagung,
gandum dan hasil olahannya seperti roti) dan umbi-umbian
(kentang, singkong dan ubi). Sedangkan untuk karbohidrat
sederhana seperti gula maksimum dikonsumsi 5% dari
kebutuhan energi total atau paling banyak 4-5 sendok sehari
(Almatsier dkk, 2013).
3) Kebutuhan protein
Konsumsi protein dianjurkan 15-30 persen atau dari
kebutuhan total energi. Kebutuhan konsumsi protein pada
kelompok usia dewasa digunakan untuk menggantikan protein
yang hilang akibat rutinitas sehari-hari melalui urin, feses, kulit
dan rambut, serta untuk mengganti sel-sel yang rusak. Konsumsi
protein yang terlalu tinggi dapat meningkatkan hilangnya
kalsium melalui urin, sehingga resiko menderita osteoporosis
bertambah. Asupan protein lebih dari 2 kali jumlah yang
dianjurkan dapat meningkatkan terjadinya penyakit jantung
koroner terutama sebagai akibat dari tingginya asupan lemak
19

jenuh dan kolesterol yang terdapat dalam makanan hewani


Asupan lemak jenuh dianjurkan mengkonsumsi protein yang
berasal dari makanan nabati seperti tahu, tempe dan sebagainya
(Almatsier dkk, 2013).
4) Kebutuhan lemak
Konsumsi lemak dianjurkan 25 persen dari total
kebutuhan energi. Konsumsi lemak pada usia dewasa dianjurkan
mengkonsumsi daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, ikan, susu
tanpa lemak (skim) serta mengurangi santan dan goreng-
gorengan (Almatsier dkk, 2013).
5) Kebutuhan mineral
Angka kebutuhan mineral pada usia dewasa umumnya
dapat dipenuhi apabila makanan sehari-hari sesuai dengan Pesan
Gizi Seimbang (PGS). Beberapa mineral yang perlu
diperhatikan yaitu garam natrium, besi dan kalsium. Garam
natrium terdapat dalam garam dapur (NaCl) dan monosodium
glutamat (MSG). Konsumsi garam natrium dibatasi hingga 6 g
per hari (2400 mg per hari). Selain itu dianjurkan untuk
membatasi makanan yang diawetkan menggunakan garam
seperti ikan asin, ikan asap, makanan kaleng, serta acar
begitupula dengan MSG. AKG besi pada perempuan dewasa
muda lebih tinggi dibandingkan dewasa setengah tua karena
pada usia tersebut perempuan kehilangan besi setiap bulan
melalui menstruasi. Makanan sumber zat besi yang dianjurkan
adalah daging merah, hati, kuning telur, sayuran hijau, serta
kacang-kacangan dan hsil olahannya sepertu tahu dan tempe.
Kalsium penting untuk pembentukan tulang dan menjaga agar
tulang tetap kuat. Asupan kalsium yang cukup setiap hari dapat
mencegah terjadinya osteoporosis dikemudian hari. Makanan
kaya kalsium yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah susu
dan hasil olahannya (Almatsier dkk, 2013).
20

6) Kebutuhan vitamin
Angka kebutuhan vitamin pada kelompok usia dewasa
umumnya dapat dipenuhi apabila makanan sehari-hari sesuai
dengan Pesan Gizi Seimbang (PGS). Angka Kecukupan Gizi
(AKG) dianjurkan untuk digunakan sebagai standar guna
mencapai status gizi yang optimal. Angka Kecukupan Gizi
(AKG) atau Recommended Dietary Allowances (DRA)
merupakan kecukupan rata-rata zat gizi sehari bagi hampir
semua orang sehat (97,5 persen) menurut golongan umur, jenis
kelamin, ukuran tubuh aktifitas fisik, genetik dan keadaan
fisiologis. AKG ini mencerminkan asupan rata-rata sehari yang
dikonsumsi oleh populasi dan bukan merupakan perorangan atau
individu (Amelia, 2014).

C. Definisi Lansia
1. Pengertian Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.
Lansia menurut Surini dan Utomo (2003) bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahapan lanjut dari suatu proses kehidupan yang
akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Usia lanjut menurut Widiyatun (2003) masa merasa sudah
sangat tua, ada rasa takut menghadapinya dan ditandai dengan
kemunduran fungsi organ.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang
21

ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan


penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem
kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin
dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya
usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya
mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga
secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah,
2010).

2. Batasan Umur Lansia


Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda.
Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI
(2006) pengelompokkan lansia menjadi:
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit
degeneratif (usia > 65 tahun)

3. Ciri-Ciri Lansia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980) terdapat beberapa ciri-ciri
orang lanjut usia, yaitu:
a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
22

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan


faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis
lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran
pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila
memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi
yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai
akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang
lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek
terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih
senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan
pendapat orang lain.
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada
lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas
dasar tekanan dari lingkungan.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat
lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia
lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi
buruk.

4. Tujuan Pemberian Gizi pada Lansia


Menurut Mubarok (2009), tujuan pemberian nutrisi atau gizi
pada lanjut usia antara lain sebagai berikut:
a. Mempertahankan gizi yang seimbang dalam kaitannya untuk
menunda atau mencegah kemunduran fungsi organ
23

b. Gizi diharapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh pada


lansia
c. Membiasakan makanan yang cukup dan teratur
d. Menghindari kebiasaan pola makan yang buruk, seperti
mengomsumsi makanan yang berkolesterol, meminum minuman
keras, dan lain-lain.
e. Mempertahankan kesehatan dan menunda lahirnya penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung koroner, ginjal,
atherosklerosis, dan lain-lain.
f. Melalui penelitian epidemiologi menjelaskan faktor resiko penyakit
karena komsumsi bahan makanan tertentu seperti penyakit sendi
dan tulang akibat asam urat, penyakit jantung, koroner karena
kolesterol dan lemak jenuh, diabetes meli Tus akibat obesitas
karena komsumsi hidrat arang.

5. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia


1) Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan
gigi atau ompong.
2) Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan
terhadapcita rasa manis, asin, asam, dan pahit.
3) Esophagus atau kerongkongan mengalami pelebaran.
4) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
5) Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya
menimbulkan konstipasi
6) Penyerapan makanan di usus menurun.

6. Status Gizi pada Lansia


Status gizi seseorang dapat ditentukan oleh beberapa
pemeriksaan gizi. Pemeriksaan gizi yang memberikan data paling
meyakinkan tentang keadaan aktual gizi seseorang terdiri dari empat
24

langkah, yaitu pengukuran antropometri, pemeriksaan laboratorium,


pengkajian fisik atau secara klinis dan riwayat kebiasaan makanan.
The Mini Nutritional Assessment (MNA) adalah alat penilaian
gizi lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi resiko
malnutrisi pada lansia. Pemeriksaan status gizi dapat memberikan
informasi tentang keadaan gizi seseorang saat itu dan kebutuhan
nutrisi yang harus dipenuhi.
The American Society for Parental and Enteral Nutrition
(ASPEN) dalam Meiner (2006) mengidentifikasi tujuan dari
pengkajian status gizi adalah untuk mendirikan parameter gizi secara
subjektif dan objektif, mengidentifikasi kekurangan nutrisi dan
menentukan faktor resiko dari masalah gizi seseorang. Selain itu
pengkajian status gizi juga dapat menentukan kebutuhan gizi
seseorang dan mengidentifikasi faktor psikososial dan medis yang
dapat mempengaruhi dukungan status gizi. Kategori status gizi lansia
berdasarkan Index Massa Tubuh.
Status gizi pada lansia adalah sebagai berikut:
a. Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi
lansia cenderung mengalami kegemukan atau obesitas
b. Aktivitas atau kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit,
akibatnya cenderung kegemukan atau obesitas
c. Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan,
akibatnya cenderung kegemukan atau obesitas
d. Fungsi pengecap atau penciuman menurun atau hilang, makan
menjadi tidak enak dan nafsu makan menurun, akibatnya lansia
menjadikurang gizi (kurang energi protein yang kronis)
e. Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan
yang berserat (sayur, daging) dan cenderung makan makanan yang
lunak (tinggi klaori), hal ini menyebabkan lansia cenderung
kegemukan atau obesitas
25

f. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan,


hal ini mengganggu penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya
lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro
g. Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar,
sehingga lansia menderita wasir yang bisa menimbulkan
perdarahan dan memicu terjadinya anemia
h. Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat
menurunkan nafsu makan yang menyebabkan kurang gizi dan
hepatitis atau kanker hati
i. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk
menyiapkan makanan sendiri dan menjadi kurang gizi
j. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya
nafsu makan menurun dan menjadi kurang gizi
k. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi
menurun akibatnya menjadi kurang gizi
l. Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa
makan, yang dapat menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi

7. Kebutuhan Gizi pada Lansia


Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan
menurunnya aktivitas biologis tubuhnya. Konsumsi pangan yang
kurang seimbang akan memperburuk kondisi lansia yang secara alami
memang sudah menurun.
a. Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan
metabolisme basal pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar
15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori
(energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein
4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25%
berasal dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat.
Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal,
26

sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang
dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan
berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila
terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan,
sehingga tubuh akan menjadi kurus.
b. Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi
orang dewasa per hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada
lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan
tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi
dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan
senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan
pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa
penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi
proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang
dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan
hewani dan kacang-kacangan.
c. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang
dari total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang
terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi energi) dapat
menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh
darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak
tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated
faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak
jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung
asam lemak jenuh.
d. Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah
sembelit atau konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-
benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti dapat
27

menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi


lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh.
Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang
dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya
terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain
terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia
dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan
menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari
kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber
energi dan sumber serat.
e. Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia
kurang mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat,
vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan
dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan
sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia
adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan
tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan
vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu
metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya
dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan
serat.
f. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat
diperlukan tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk
keringat dan urine), membantu pencernaan makanan dan
membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia
dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
28

D. Masalah Terkait Kebutuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia


Menurut Sudikno (2009) kegemukan atau obesitas terjadi karena
konsumsi makanan yang melebihi kebutuhan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) per hari tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang mencukupi.
Bila kelebihan ini terjadi dalam jangka waktu lama, dan tidak diimbangi
dengan aktivitas yang cukup untuk membakar kelebihan energi, lambat laun
kelebihan energi tersebut akan diubah menjadi lemak dan ditimbun di dalam
sel lemak di bawah kulit.
Akibatnya orang tersebut akan menjadi gemuk. Kegemukan
mempengaruhi umur rata-rata seseorang dan berisiko untuk terjadinya
penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi (tekanan darah
tinggi), penyakit jantung koroner, atritis, dan kanker.
Penyakit degeneratif pada orang dewasa:
1. Penyakit Gula Darah (Diabetes Mellitus)
Diabetes melitus adalah sekumpulan gejala yang disebabkan
karena meningkatnya kadar gula dalam darah karena insulin secara
absolut atau relatif atau menurunnya tingkat sensivitas insulin. Tipe
DM pada orang dewasa adalah DM yang tidak bergantung pada
insulin, di mana jumlah insulinnya cukup banyak, hanya saja kerjanya
yang sudah tidak optimal atau tidak sensitif lagi terhadap kenaikan
kadar gula dalam darah. Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia
telah disusun oleh PERKENI tahun 2002 antara lain memberikan
pedoman tentang kebutuhan gizi orang dengan diabetes dan
dianjurkan penggunaan Daftar Bahan Makanan Penukar (DBMP)
dalam penyuluhan perencanaan makan orang dengan diabetes.
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan
diabetes memperbaiki kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatkan
kontrol metabolik yang lebih baik, dan beberapa tambahan tujuan
khusus yaitu :
29

a. Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan


keseimbangan asupan makanan dengan insulin atau obat
hipoglikemik oral dan tingkat aktivitas.
b. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
c. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau
mempertahankan berat badan yang memadai pada orang dewasa.
d. Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap
dapat dicapai dan dipertahankan.
e. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan
diabetes yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-
penyakit jangka pendek, masalah yang berhubungan dengan latihan
jasmani dan komplikasi kronik diabetes seperti penyakit ginjal,
neuropati autonomik, hipertensi, dan penyakit jantung.
f. Meningkatkan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
2. Penyakit Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) dan Penyakit Jantung
Koroner
Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai
dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi.
Faktor gizi berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui
beberapa mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama
terjadinya hipertensi yang berhubungan dengan diet seseorang,
walaupun faktor usia juga berperan, karena pada usia lanjut pembuluh
darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang.
Pembuluh yang mengalami aterosklerosis, resistensi dinding
pembuluh darah tersebut akan meningkat. Hal ini akan memicu
jantung untuk meningkatkan denyutnya agar aliran darah dapat
mencapai seluruh bagian tubuh.
3. Artritis Gout
Gout adalah salah satu penyakit artritis yang disebabkan oleh
metabolisme abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya
30

kadar asam urat dalam darah. Hal ini diikuti dengan terbentuknya
timbunan kristal berupa garam urat di persendian yang menyebabkan
peradangan sendi pada lutut dan jari.
Tujuan diet artritis gout adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi optimal, serta menurunkan kadar asam
urat dalam darah dan urin. Diet pada penderita ini rendah purin,
rendah lemak, cukup vitamin dan mineral. Diet ini dapat menurunkan
berat badan, bila ada tanda-tanda berat badan berlebih.
4. Kanker
Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara
abnormal yang tidak dapat dikontrol sehingga cepat menyebar. Sel-sel
ini dapat merusak jaringan tubuh sehingga mengganggu fungsi organ
tubuh yang terkena.
Beberapa faktor pnyebab gangguan gizi yang dapat timbul pada
penyakit kanker adalah:
a. Kurang nafsu makan yang disebabkan karena faktor psikologis dan
lost renponse terhadap kanker berupa cepat kenyang atau
perubahan terhadap indra pengecap.
b. Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena gangguan
pada saluran cerna, gangguan absorpsi zat gizi, dan kehilangan
cairan serta elektrolit karena muntah dan diare.
c. Perubahan metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak.
d. Peningkatan pengeluaran energi.
Menurut Cakrawati (2012) dampak kekurangan gizi pada orang
dewasa dan lansia yaitu penurunan produktivitas kerja dan derajat
kesehatan. Disebabkan oleh kekurangan sumber energi secara umum dan
kekurangan sumber protein.
1. Karbohidrat: malnutrisi, kurus, lemah, tidak ada energi, gangguan
metabolisme otak, busung lapar.
2. Protein: mudah sakit, gangguan metabolisme tubuh.
31

3. Lemak: Busung lapar, kekurangan vitamin larut dalam lemak,


penurunan daya tahan tubuh, kurang tenaga, gangguan tumbuh
kembang.
4. Mineral: penurunan konsentrasi dan IQ, mudah sakit, dan tidak nafsu
makan.
Adapun beberapa penyakit yang disebabkan akibat kekurangan gizi,
antara lain:
1. Anemia
Hal ini disebabkan kekurangan mengkonsumsi makanan sumber
zat besi.
2. Gondok
Kurangnya mengkonsumsi yodium.
3. Kebutaan
Hal ini disebabkan kurangnya mengkonsumsi vitamin A.
Penyebab dari dampak kekurangan gizi
a. Kemiskinan.
b. Kurangnya pengetahuan tentang gizi.
c. Kebiasaan makan.

E. Cara Mengatasi Masalah Gizi pada Dewasa dan Lansia


1. Menjaga asupan dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi seimbang
2. Perlu dilakukan kegiatan pendidikan, penyuluhan terutama tentang
gaya hidup yang benar, meliputi, kebiasaan sarapan pagi, menghindari
untuk merokok dan minum-minuman keras serta membiasakan hidup
sehat agar terhindar dari berbagai penyakit infeksi.
3. Olah raga yang teratur dan sesuai
Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga
lansia yaitu beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat
aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding.
Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan batasan tadi adalah
32

jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki
misalnya golf, lintas alam, mendaki bukut, senam dengan faktor
kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan.
4. Istirahat atau tidur yang cukup
Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan
immunitas atau kekebalan tubuh, mempercepat proses penyembuhan
penyakit, juga pada saat tidur tubuh memperbaiki jaringan tubuh yang
mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang pada umumnya akan
merasa segar setelah istirahat.
5. Menjaga kebersihan
Lansia dan dewasa harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan
lingkungan, kebersihan ruangan dan juga pakaian dimana dia tinggal.
Yang termasuk kebersihan tubuh adalah mandi dua kali sehari,
mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu,
sikat gigi setelah selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-
lubang (hidung, telinga, pusar, anus dan organ intim), memakai alas
kaki jika keluar rumah dan menggunakan pakaian yang bersih.
Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh
dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih
dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi selalu makanan di meja
makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah termasuk kamar
mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini
memerlukan bantuan dari keluarga atau orang yang tinggal bersama
Lansia dan dewasa.
6. Memeriksakan kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan
merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan
lansia. Walaupun tidak sedang sakit, lansia dianjurakan untuk
memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada penyakit
dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan
33

cepat dan jika ada faktor beresiko yang menyebabkan penyakit dapat
dicegah.
7. . Mental dan batin tenang dan seimbang
Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Tuhan, hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu
hindari stress, hidup yang penuh dengan tekanan yang akan merusak
kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung
dan sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat penampilan lebih
menarik dan disukai semua orang. Tertawa membantu memandang
hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi
yang tinggi dan untuk melemaskan otak dari kelelahan.
8. Rekreasi
Rekreasi untu menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas
selama seminggu, bisa di pantai, di taman, atau bersantai bersama
keluarga, anak dan cucu, atau teman dan tetangga.

Anda mungkin juga menyukai