Geologi Struktur
Geologi Struktur
GEOLOGI STRUKTUR
Oleh :
EMI ULFIANA 31.15.0011
GEOFISIKA VI
Segala puji bagi Allah yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyusun makalah yang berjudul :
Makalah ini kami susun atas dasar pemenuhan tugas mata kuliah Geologi Struktur
Geofisika semester VI. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Kami
mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan karena kurangnya pengetahuan
kami. Oleh karenanya, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari
pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah ini dibuat dalam rangka pemenuhan tugas kelompok mata kuliah geologi
struktur, dan sebagai penambahan wawasan terkait struktur geologi, utamanya kekar.
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui definisi kekar dengan baik.
1.3.2. Mengetahii klasifikasi kekar.
1.3.3. Mengetahui cara mengukur kekar di lapangan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu struktur geologi yang dijumpai pada batuan sebagai hasil dari gaya-
gaya yang bekerja pada batuan adalah kekar. Kekar adalah struktur yang dihasilkan
dari batuan yang brittle (Hobbs, 1976), dimana batuan relatif belum mengalami
dislokasi/pergeseran, hanya peregangan (extension). Kekar terbentuk akibat deformasi
yang bersifat rapuh (brittle) dan banyak ditemui di berbagai jenis batuan
(Montgomery, 1987). Sistem kekar terbentuk dari kumpulan beberapa set kekar yang
memiliki orientasi berbeda (Goldstein and Marshak, 1988). Kekar ialah berupa bidang
retak tanpa pergeseran pada tubuh batuan dan dapat hadir secara sistematis karena
terbentuk oleh gaya tektonik dan dapat dianalisis sebagai interpretasi gaya tektonik
pembentuknya dari data sistematisnya. (McClay, 1987).
Kekar memiliki berbagai ukuran, mulai dari ukuran milimiter (kekar mikro)
hingga ratusan kilometer (kekar mayor). Kekar dapat dijumpai pada semua batuan
beku dalam, sebagian besar batuan lelehan, sedimen yang tidak mengalami gangguan
tektonik dan masih lepas, lapisan batubara yang sedikit terangkat, serta pegunungan
lipatan dan batuan kristalin berumur pratersier (pola kekar rumit).
2
2.2 KLASIFIKASI KEKAR
Klasifikasi kekar dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk, ukuran, proses
terjadinya, keaktifan gaya yang membentuknya, serta kerapatannya.
1. Berdasarkan bentuknya :
a. Kekar sistematik, ialah bentuknya berpasangan dan arahnya sejajar satu sama
lain. Kekar sistematis dapat dikenali dengan melihat bidang permukaan yang
halus, terpisah dalam jarak teratur dengan bidang kekar didekatnya, dan
memanjang mengikuti satu arah tertentu. Data kekar sistematik bersifat
konsisten dalam suatu wilayah yang relatif luas, sehingga biasa digunakan
untuk interpretasi tektonik suatu daerah. Kekar jenis ini biasanya terjadi akibat
dari proses tektonik.
b. Kekar nonsistematik, ialah kekar dengan bentuk tidak teratur, biasanya
melengkung, bertemu atau bersilangan, bahkan tidak memotong kekar lainnya.
2. Berdasarkan ukuran/dimensinya :
a. Master joint, yakni memotong melalui sejumlah lapisan batuan atau bahkan
satuan batuan dan mmepunyai ukuran hingga ratusan meter
b. Mayor joint, yakni ukuran yang lebih kecil dari master joint dan masih bisa
untuk analisis struktur.
3
c. Minor joint, yakni dengan ukuran beberapa meter hingga satu inchi. Kekar
jenis ini tidak dapat digunakan untuk analisis tektonik.
d. Mikro joint, yakni dengan ukuran dari 1 inchi hingga 0.5 mm.
3. Berdasarkan proses terjadinya :
Proses terjadiya kekar dapat diakibatkan oleh proses tektoik maupun nontektonik.
a. Proses tektonik ialah kekar terjadi akibat gaya-gaya tektonik. Beberapa
contoh jenis kekar dari klasifikasi ini adalah :
1) Shear Joint (Kekar Gerus). Kekar yang pada umuya bersifat tertutup ini
mmebentuk pola saling berpotongan membentuk sudut lancip searah gaya
utama. Kekar ini terjadi akibat stress yang cenderung mengelincir bidang
satu sama lainnya yang berdekatan. Ciri-ciri jenis kekar ini jika dilihat di
lapangan adalah sebagai berikut :
- Biasanya bidangnya licin
- Memotong seluruh batuan
- Memotong komponen batuan
- Bidang rekahnya relatif kecil
- Adanya joint set berpola belah ketupat
4
2) Tensional Joint (Kekar Tarikan). Kekar ini terbentuk dengan arah tegak
lurus dari arah gaya tarikannya (gaya tension). Tubuh batuan yang
didapati kekar jenis ini akan saling menjauhi akibat stress pada arah yang
berlawanan. Ciri ciri yang dapat ditemui di lapangan, sebagai berikut :
- Bidang kekar tidak rata
- Selalu terbuka, sehingga dapat mengalami mineralisasi (vein)
- Polanya sering tidak teratur, atau teratur namun dengan pola kotak-
kotak
5
Gambar 4. Contoh 2 Tensional Joint.
Sumber : https://www.geografi.org/2011/11/struktur-geologi.html
6
Gambar 5. Contoh Sheeting Joint.
Sumber:https://calphotos.berkeley.edu/cgi/img_query?enlarge=0000+0000+0710+2698
7
4. Berdasarkan keaktifan gaya yang membentuknya :
a. Kekar orde pertama, yakni sebagai hasil langsung dari gaya pemebentuk kekar.
Pada umunya, jenis kekar ini mempunyai bentuk dan pola teratur dengan
ukuran yang relatif besar.
a. Kekar orde kedua, yakni sebagai hasil pengaruh gaya lanjutan untuk
mencapai kesetimbangan massa batuan.
5. Berdasarkan kerapatan :
Kekar dengan kalsifikasi ini dinyatakan dengan jumlah/satuan jarak lintasan
pengamatan yang dibuat tegak lurus pada arah kekar. Kerapatan kekar juga tidak
merata, yakni berbeda-beda menuruti jenis batuannya. Untuk setiap batuan
ditentukan oleh ukuran batuan tersebut. Kerapatan kekar ditentukan oleh derajat
pelenturan/deformasi. Sebagai berikut adalah aspek kerapatan kekar :
- Kerapatan kekar beberapa ratus ribu kali lipat daripada sesar
- Kerapatan tidak merata tetapi berbeda-beda berdasarkan jenis batuan
- Kerapatan untuk setiap jenis batuan tergantung dari ukuran atau
ketebalan batuan
- Kerapatan dioengaruhi oleh derajat pelenturan
8
b
b b
b c
a
b
c c
a a
a c D.
c
a E.
A.
c B. c
C. c a b
a b
c a b
a b c
a
b
Gambar 7. Kekar yang terbentuk akibat perlipatan (Twiss dan Moore, 1992)
9
7. Isi kekar, yakni berupa hasil mineralisasi yang dapat membedakan kualitas batuan.
Kualitas batuan yang termineralisasi lebih kuat dibanding yang tidak
termineralisasi.
8. Kekuatan kekar, dilakukan dengan menguji kekuatan bidang atau dinding kekar.
9. Blok kekar, yakni tergantung pada kerapatan kekar.
10. Keterdapatan air, yakni dilihat dari kering, lembab, menetes, dan mengalir
11. Set kekar, yakni pasangan kekar.
12. Kekasaran, kedaan permukaan dari kekar yang dapat mempengaruhi kualitas
batuan. Semakin kasar, semakin berkualitas
13. Litologi, sebagai interpretasi kandungan mineral yang dijumpai pada batuan
ketika pengukuran
14. Tingkat pelapukan batuan, kadar atau keterdapatan air yang berguna untuk
interpretasi vegetasi suatu daerah. Tingkat pelapukan berbanding lurus dengan
vegetasi.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kekar adalah struktur yang dihasilkan dari batuan yang brittle dimana
batuan relatif belum mengalami dislokasi/pergeseran, hanya peregangan
(extension). Kekar banyak ditemui di berbagai jenis batuan. Sistem kekar
terbentuk dari kumpulan beberapa set kekar yang memiliki orientasi berbeda.
Kalsifikasi kekar dapat dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran, proses
terbentuknya, kerapatan, dan gaya keaktifan dalam pembentukannya. Kekar
juga dapat dilihat langsung di lapangan dan dapat diukur strike, dip, dip
direction, dan lain sebagainya yang menunjang fisik dari kekar.
11
DAFTAR PUSTAKA
Goldstein A., and S. Marshak, S. And G. Mitra (eds.) Basic Methods of Structural
Geology, Prentice Hall, New Jersey, pp. 249-267
Husein, Salahuddin & Marliyani, Gayatri. (2008). Genesa Sistem Kekar di Semen,
Bayat, Jawa Tengah dan Implikasinya terhadap Sejarah Deformasi
Pegunungan Selatan. 10.13140/RG.2.1.1252.1682.
Hobbs, B.E., W.D. Means, and P.E. Williams (1976) An Outline of Structural
Geology. John Wiley & Sons, New York, 571 p
McClay, K.R. (1987) The Mapping of Geologycal Structures. Open University Press,
Milton Keynes, 161 p