Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kenakalan anak remaja dewasa ini semakin dirasakan

meresahkan masyarakat, baik di negara - negara maju maupun negara - negara

yang sedang berkembang. Dalam kaitan ini, masyarakat Indonesia telah mulai

pula merasakan keresahan tersebut, terutama mereka yang berdomisili di kota –

kota besar. Akhir – akhir ini masalah tersebut cenderung menjadi masalah

nasional yang dirasa semakin sulit untuk dihindari, ditanggulangi, dan diperbaiki

kembali.

Keberadaan kenakalan anak remaja di Indonesia saat ini merambah segi

– segi kriminal yang secara yuridis formal menyalahi ketentuan yang termasuk di

dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP), atau perundangan –

perundangan pidana di luar KUHP, misalnya Undang – Undang Narkotika.

Kondisi ini jauh lebih rumit daripada sekedar kondisi destruktif dalam perspektif

norma – norma sosial dan susila.

“Disela - sela kondisi destruktif yang serba rumit itu, para ilmuwan,
rohaniawan, pemuka masyarakat dan pemerintah telah berusaha secara ,maksimal
untuk melakukan langkah – langkah nyata guna mencegah dan menanggulangi
kenakalan remaja. Termasuk juga usaha memperbaiki kembali serta
meresosialisasi anak – anak yang terlibat dalam kenakalan remaja. Walaupun
usaha tersebut telah dilakukan secara intensif oleh pemerintah bersama
masyarakat,namun tingkat keberhasilannya masih tahap analisis”. 2

2
R. Sudarsono, Kenakalan remaja, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hal.v

Universitas Sumatera Utara


Anak merupakan ujung tombak perubahan setiap zaman,seseorang

anak yang di lahirkan dan di besarkan dalam lingkungan yang baik dengan

perhatian dan bimbingan, kasih sayang yang diberikan oleh orang tua akan

melahirkan suatu individu yang berkualiatas. Kenakalan sebagai salah satu bentuk

problema sosial merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap

lapisan masyarakat.

Analisa atau diagnosa terhadap kenakalan yang meningkat saat ini

belum dapat dilakukan karena keadaan pengetahuan kriminologi ini belum tegas

menentukan sebab, mengapa orang melakukan kenakalan, sehingga hanya baru

dapat di cari faktor – faktor yang berkaitan dengan kondisi masyarakat tertentu

pada masa tertentu pula, yang berhubungan erat dengan timbulnya kenakalan

remaja.

Di Indonesia masalah kenakalan remaja dirasa telah mencapai tingkat

yang cukup meresahkan bagi masyarakat. Kondisi ini memberi dorongan kuat

kepada pihak – pihak yang bertanggung jawab mengenai masalah ini, seperti

kelompok edukatif di lingkungan sekolah, kelompok hakim dan jaksa di bidang

penyuluhan dan penegakan kehidupan kelompok. 3

Menurut Walter Luden,faktor – faktor yang berperan dalam timbulnya

kenakalan adalah : 4

a. Gelombang urbanisasi remaja dari desa ke kota – kota jumlahnya cukup

besar dan sukar dicegah.

3
Ibid,hal 2
4
Ninik Widayanti-Panji Anaroga, Perkembangan Kenakalan dan Masalahnya Ditinjau
dari Segi Kriminologi dan Sosial,Pradnya Paramita, Jakarta 1987,hal. 2

Universitas Sumatera Utara


b. Terjadinya konflik antara norma adat pedesaan tradisional dengan norma –

norma baru yang tumbuh dalam proses dan pergesaran sosial yang cepat,

terutama di kota – kota besar.

c. Memudarnya pola – pola kepribadian individu yang terkait kuat pada pola

kontrol sosial tradisional, sehingga anggota masyarakat terutama

remajanya menghadapi “samarpola” untuk melakukan perilakunya.

d. Berkembangnya kenakalan anak remaja yang disebabkan oleh dampak

negatif dari perubahan global yang cepat meliputi ilmu pengetahuan dan

teknologi sehingga anak melakukan perbuatan di luar kesadarannya.

Kurangnya perhatian atau perlindungan serta perlakuan yang baik dan

wajar dari keluarga dan lingkungan serta komunitas lainnya.

Masyarakat kota pada umumnya disibukkan oleh masalah – masalah

bisnis dan tidak semakin perduli terhadap lingkungan sekitarnya dan menipisnya

hubungan sosial dan rasa keperdulian terlebih – lebih terhadap masyarakat yang

hidup di bawah garis kemiskinan.

Pihak lain yang ikut bertanggung jawab dalam proses pembinaan anak

remaja adalah para pendidik di sekolah. Pembinaan ini dilakukan secara formal

dalam proses belajar – mengajar, interaksi dalam proses belajar – mengajar ini

bukan semata – mata menghasilkan hal – hal yang positif, akan tetapi ada pula

dampak negatif yang tidak dapat dihindari.

Sikap negatif pendidik yang terjadi selama dalam proses belajar –

mengajar akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan mental anak.

Universitas Sumatera Utara


Demikian pula interaksi sesama anak didik di sekolah tidak selalu menguntungkan

bagi mereka, karena sering terjadi kebiasaan negatif seorang anak didik

berpengaruh negatif pula bagi anak didik lain.

Kondisi negatif yang sangat kompleks ini merupakan entitas yang realistik di

lingkungan sekolah, terutama di kota – kota besar. 5

Karena itu, perlu adanya tindakan – tindakan dan perilaku khusus dari

para pendidik agar kondisi lingkungan sekolah dapat menjamin tersedianya

lingkungan yang sehat, baik secara fisik maupun secara psikis. Kemiskinan atau

masalah ekonomi, penyebab anak putus sekolah juga disebabkan oleh kondisi

sekolah yang tidak menyenangkan, termasuk pengajaran yang sangat rendah,

kondisi tenaga pengajar yang juga memprihatinkan. Anak – anak miskin, di

samping gedung sekolah yang tidak memenuhi syarat dan jarak sekolah yang

terlalu jauh.

Munculnya kenakalan anak remaja tanpa disadari dapat menimbulkan

berbagai masalah antara lain :

1. Mengganggu ketertiban dan kenyamanan orang lain

2. Dapat membahayakan dirinya

3. Memberikan kondisi yang subur bagi tumbunya kriminalitas

4. Memberikan kesan yang kurang baik terhadap eksistensi bangsa dan

negara

5
Ibid ,hal 7

Universitas Sumatera Utara


Kenakalan remaja tersebut meliputi perbuatan – perbuatan yang sering

menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat, sekolah maupun keluarga.

Contoh yang sangat sederhana dalam hal ini antara lain pencurian oleh remaja,

perkelahian di kalangan sekolah, mengganggu wanita di jalan yang pelakunya

anak remaja.

Demikian juga sikap anak yang memusuhi orang tua dan sanak

saudaranya, atau perbuatan – perbuatan lain yang tercela seperti menghisap ganja,

mengedarkan pornografis dan coret – coret tembok pagar yang tidak pada

tempatnya.

Kenakalan – kenakalan yang dilkukan oleh anak – anak dan remaja

seyogiyanya diupayahkan penanggulangan secara sunguh – sunguh dalam arti

penanggulangan yang setuntas – tuntasnya, upaya ini merupakan aktivitas yang

pelik apabila ditinjau secara integral, akan tetapi apabila ditinjau secara terpisah –

pisah maka upaya ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara

profesional yang menuntut ketekunan dan berkesinambungan dari suatu kondisi

menuju kondisi yang lain.

Langkah perdana dalam upaya kompleks ini dapat dilakukan dengan

memberi penjelasan secara luas dan rinci kepada anak – anak remaja tentang

beberapa aspek yuridis yang relevan dengan perbuatan nakal yang kerap kali

mereka lakukan. Dengan demikian, anak remaja akan dapat memiliki pemahaman,

penghayatan dan perilaku hukum yang sehat.

Universitas Sumatera Utara


Di samping aspek kesadaran hukum, ada aspek lain yang membimbing

kaum remaja untuk dapat menjadi anggota masyarakat dengan perilaku positif.

Internalisasi nilai – nilai kaidah sosial dan internalisasi nilai – nilai agama dapat

mendidik kaum remaja memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

memiliki penghayatan serta perilaku yang sesuai dengan perintah agama,

sedangkan terhadap larangan agama yang dianutnya tetap meninggalkan.

Perspektif ini akan mampu memberi sumbangan positif bagi

terwujudnya kehidupan sosial serta lingkungan yang sehat secara material

maupun secara moral.

Ditinjau dari aspek sosiologis anak remaja dituntut secara moral

memiliki rasa solidaritas sosial yang tebal sehingga mereka merasa ikut memiliki

kehidupan sosial dan ikut bertanggung jawab atas keamanan, ketertiban,

ketentraman dan kedamaian dalam kelangsungan hidup kelompok sosialnya.

Pencapaian kondisi sosial ini penting sekali terutama dalam rangka upaya dasar

melakukan prevensi (pencegahan) dan penanggulangan terhadap kenakalan anak

remaja. 6

Langkah – langkah positif tersebut memerlukan partipasi banyak pihak

agar manfaat maksimal dapat dicapai, upaya preventif dan upaya – upaya lain

yang relevan perlu keikutsertataan masyarakat agar penyebarluasannya dapat

mencapai sebagian terbesar anggota masyarakat, khususnya anak – anak remaja.

6
Ibid ,hal. 6

Universitas Sumatera Utara


B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun permasalahan yang dibahas

penulis dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Bagaimana dampak terjadinya kenakalan remaja dalam perspektif

kriminologi?

b. Bagaiamana faktor – faktor terjadinya kenakalan remaja di kota Medan?

c. Bagaiamana upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam perspektif

kriminologi?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Untuk lebih mengetahui dampak terjadinya kenakalan remaja dalam

perspektif kriminologi

b. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penyebab terjadinyanya

kenakalan anak remaja di Kota Medan

c. Untuk mengetahui upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam

perspektif kriminologi

Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Manfaat teoritis

Penulis berharap karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi ini dapat

memberi manfaat bagi kalangan akademis, dan dapat menambah

perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya yang membutuhkan informasi mengenai dampak kenakalan

Universitas Sumatera Utara


anak remaja dan apa upaya yang dapat dilakukan menanggulangi

kenakalan anak remaja.

b. Manfaat praktis

Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat menjadi menambah

wawasan dan cakrawala bagi pihak – pihak yang terkait dalam

melakukan suatu tindak pidana yang melanggar hukum yang berkaitan

dengan kenakalan remaja dan skripsi ini diharapkan dapat menjadi

masukan bagi aparat penegak hukum dalam menanggulangi kenakalan

anak remaja.

D. Keaslian Penulisan

Keaslian penulisan skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran

dengan mengambil panduan dari buku – buku dan sumber lain yang berkaitan

dengan judul skripsi ini. Adapun yang menjadi judul penulisan skripsi ini adalah

“DAMPAK KENAKALAN ANAK REMAJA DITINJAU DARI ASPEK

KRIMINOLOGI DI KOTA MEDAN”.

Adapun yang sama tetapi pembahasannya berbeda baik masalah,tujuan,

dan metodenya. Yang telah diperiksa di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

dan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul yang berkaitan antara lain sebagai berikut:

1. Nama: Rickson P. Hutabarat

Judul : Tinjauan aspek kriminologi terhadap kenakalan anak jalanan di

kota Medan

Universitas Sumatera Utara


2. Nama: Yudika D. Margaretha Hutabarat

Judul : Faktor pendorong kenakalan remaja geng motor di kota Medan

ditinjau dari aspek kriminologi

3. Nama: Rahmat Alfian Panggabean

Judul : Faktor – faktor yang mempengaruhi kenakalan anak ditinjau dari

aspek hukum perlindungan anak (studi di Pusat Kajian dan

Perlindungan Anak)

4. Nama: Sinuraya Marpaung

Judul : Dampak sarana hiburan terhadap kejahatan remaja di kota Medan

E. Tinjauan Kepustakaan

a. Gambaran Kenakalan Remaja

Anak – anak adalah sumber potensial dari suatu negara yang besar.

Apabila mereka gagal untuk menyumbangkan darma baktinya kepada

kesejeteraan umum, atau yang lebih menyedihkan lagi bila mereka hanya menjadi

perusak dan penghalang, maka masyarakat tidak akan mengalami kemajuan

bahkan sebaliknya hanya akan mendapatkan kehancuran. 7

Anak dan generasi muda adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan,

karena anak merupakan bagian dari generasi muda. Selain anak, di dalam generasi

muda ada yang disebut remaja dan dewasa. Generasi muda terdiri atas masa kanak

– kanak umur 0 – 12 tahun, masa remaja 13 – 20 tahun dan masa dewasa 21 – 40

tahun.

7
Ibid , hal. 23

Universitas Sumatera Utara


Masa remaja dimulai dari usia 10 tahun sampai dengan 20 tahun. Masa

remaja adalah masa goncang karena banyaknya perubahan yang terjadi dan tidak

stabilnya emosi yang kadang – kadang menyebabkan timbulnya sikap dan

tindakan yang oleh orang dewasa dinilai sebagai perbuatan nakal.

Mengenai batas umur bagi para remaja yang berlaku di Indonesia perlu

pula mendapat perhatian khusus, batas umur tertinggi untuk para remaja menurut

KUH Perdata adalah 21 tahun sedangkan menurut KUH Pidana adalah 16 tahun.

Mengenai batas umur terendah di Indonesia belum ada kepastian, demi adanya

kepastian hukum maka batas umur bagi remaja sangat perlu mendapat

keseragaman agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam pengambilan tindakan.

Kenakalan remaja sering disebut dalam bahasa Inggris dengan Juvenile

delinquency, kata delinquency berasal dari kata latin delinquere yang berarti

mengingkari yang dalam arti luasnya dapat diinterpretasikan sebagai Penginkaran

atau penyimpangan terhadap pola – pola tingkah laku yang telah diterima di suatu

masyarakat.

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa, istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas yang

mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya

tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi

tidak juga golongan dewasa atau tua.

Anak remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan

dari masa anak – anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan

yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.

Universitas Sumatera Utara


Pada masa remaja merupakan masa seorang anak mengalami perubahan

cepat dalam segala bidang, perubahan tubuh, perasaan, kecerdasan, sikap sosial

dan kepribadian.

Masa remaja adalah masa goncang karena banyaknya perubahan yang

terjadi dan tidak stabilnya emosi yang kadang – kadang menyebabkan timbulnya

sikap dan tindakan yang oleh orang dewasa dinilai perbuatan nakal. 8

Di samping itu kenakalan remaja juga disebabkan karena pengaruh

lingkungan, terutama lingkungan di luar rumah. Kebanyakan remaja senang

bermain di luar rumah, berkumpul dengan teman – temannya baik teman di

sekitar rumah, teman satu sekolah atau teman satu kelompok, kalau teman –

temannya di lingkungan tersebut berbuat tidak baik, biasanya si anak terpengaruh

sikapnya, tanpa menilai terlebih dahulu.

Sikap yang mudah terpengaruh ini tidak terlepas dari perkembangan

pribadi si remaja. Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang di lakukan

kaum remaja yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di masyarakat.

Adapun macam dan bentuk – bentuk kenakalan yang dilakukan oleh

anak dibedakan menjadi beberapa macam: 9

1. Kenakalan biasa

2. Kenakalan yang menjurus pada tindak kriminal

3. Kenakalan khusus

8
Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta, 2007 hal. 4
9
Akirom Syamsudin Meliala dan E. Sumarsono, cetakan pertama, Kenakalan Anak
Suatu Tinjauan dari Psikologi dan Hukum, Liberti,Yogyakarta,1985,hal. 20

Universitas Sumatera Utara


Ad. 1 Kenakalan biasa

Kenakalan biasa adalah bentuk kejahatan yang berupa berbohong, pergi

keluar rumah tanpa pamit kepada kedua orang tuanya, keluyuran, berkelahi

dengan teman, suka bolos, suka menipu, suka terlambat ke sekolah, dan lain

sebagainya.

Ad. 2 Kenakalan yang menjurus pada tindak kriminal

Adalah suatu bentuk kenakalan remaja yang merupakan perbuatan pidana,

berupa kenakalan yang meliputi : mencuri, menganiaya, menodong, mencopet,

menggugurkan kandungan, membunuh, memperkosa, berjudi, dan mengedarkan

film porno, atau menggandakan serta mengedarkan obat – obatan terlarang, dan

lain sebagainya.

Ad. 3 kenakalan khusus

Kenakalan khusus adalah kenakalan yang diatur dalam undang – undang

pidana khusus, seperti kenakalan di internet (cyber crime), kenakalan terhadap

HAM. Bentuk lain dari kenakalan remaja berdasarkan ciri kepribadian,yang

mendorong mereka menjadi tidak terkontrol.

Anak – anak muda ini umumnya bersifat labil, sangat emosional, agresif, tidak

mampu mengenal nilai – nilai etis dan cenderung suka menceburkan diri dalam

perbuatan yang berbahaya.

Universitas Sumatera Utara


b. Teori – Teori Mengenai Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja

Kejahatan remaja yang merupakan gejala penyimpangan dan patologis

secara sosial itu juga dapat dikelompokkan dalam satu kelas detektif secara sosial

dan mempunyai sebab – sebab – musabab yang majemuk, jadi sifatnya multi –

kausal. Para sarjana menggolongkannya menurut beberapa teori, sebagai berikut

: 10

1. Teori Biologis

Tingkah – laku sosiopatik atau delinkuen pada anak – anak dan remaja

dapat muncul karena faktor – faktor fisiologis dan struktur jasmaniah seseorang,

juga dapat oleh cacat jasmaniah yang dibawa sejak lahir. Kejadian ini

berlangsung:

a. Melalui gen atau plasma pembawa sifat dalam keturunan, atau melalui

kombinasi gen, dapat juga disebabkan oleh tidak adanya gen tertentu, yang

semuanya bisa memunculkan penyimpangan tingkah – laku dan anak – anak

menjadi delinkuen secara potensial.

b. Melalui pewarisan tipe – tipe kecenderungan yang luar biasa (abnormal),

sehingga membuahkan tingkah laku delinkuen.

c. Melalui pewarisan kelemahan konstitusional jasmaniah tertentu yang

menimbulkan tingkah – laku delinkuen atau sosiopatik. Misalnya cacat

jasmaniah bawaan brachyda ctylisme (berjari – jari pendek) dan diebetes

10
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Anak, Grafindo Persada, Jakarta, 1998,
hal. 25

Universitas Sumatera Utara


insipidius (sejenis penyakit gula) itu erat berkorelasi dengan sifat – sifat

kriminal serta penyakit mental. 11

2. Teori Psikogenis

Teori ini menekankan sebab – sebab tingkah – laku delinkuen anak –

anak dari aspek psikologis atau isi kejiwaannya. Antara lain faktor inteligensi, ciri

kepribadian, motivasi, sikap – sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi, internalisasi

diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversial, kecenderungan

psikopatologis, dan lain – lain.

Argument sentral teori ini ialah sebagai berikut : delinkuen merupakan

“bentuk penyelasaian” atau kompensasi dari masalah psikologis dan konflik batin

dalam menanggapi stimuli eksternal/ sosial dan pola – pola hidup keluarga yang

patologi. Kurang lebih 90% dari jumlah anak – anak delinkuen berasal dari

keluarga berantakan (broken home).

Kondisi keluarga yang tidak bahagia dan tidak beruntung, jelas

membuahkan masalah psikologis personal dan adjustmen ( penyesuain diri ) yang

terganggu pada diri anak – anak, sehingga mereka mencari kompensasi di luar

lingkungan keluarga guna memecahkan kesulitan batinnya dalam bentuk perilaku

delinkuen.

Anak – anak delinkuen itu melakukan banyak kejahatan didorong oleh

konflik batin sendiri. Jadi mereka mempratekkan konflik batinnya untuk

mengurangi beban tekanan jiwa sendiri lewat tingkah – laku agresif, impulsif dan

primitif. Karena itu kejahatan mereka pada umumnya erat berkaitan dengan

11
Ibid

Universitas Sumatera Utara


tempramen, konstitusi kejiwaan yang galau semrawut, konflik batin dan frustasi

yang akhirnya ditampilkan secara spontan keluar.

Akibat kelalaian orang tua dalam mendidik anak – anaknya dan tidak

adanya kontrol yang terus – menerus, serta tidak berkembangnya disiplin – diri,

ketiga hal tersebut dengan mudah membawa anak tersebut pada lingkungan sosial

yang tergabung dalam gang – gang.

Mereka lalu belajar melakukan adaptasi terhadap masyarakat secara

normal, namun justru beradaptasi terhadap masyarakat yang jahat dan

menyimpang dari norma – norma sosial. Biasanya anak – anak itu juga ditambahi

beban ekstra berupa tekanan – tekanan batin, sakit karena pengaruh alkohol dan

bahan – bahan narkotik, dan gangguan mental tertentu.

3. Teori Sosiogenis

Para sosiolog berpendapat penyebab tingkah – laku kenakalan pada

anak – anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial – psikologis sifatnya.

Misalnya disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang deviatif, tekanan

kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi simbolis yang

keliru.

Maka faktor – faktor kultural dan sosial itu sangat mempengaruhi,

bahkan mendominasi struktur lembaga – lembaga sosial dan peranan sosial setiap

individu di tengah masyarakat, status individu di tengah kelompoknya partipasi

sosial, dan pendefinisian – diri atau konsep – dirinya.

Jadi sebab – sebab kejahatan anak remaja itu tidak hanya terletak pada

lingkungan familial dan tetangga saja, akan tetapi terutama sekali disebabkan oleh

Universitas Sumatera Utara


konteks kulturalnya. Maka kariel kejahatan anak – anak itu jelas dipupuk oleh

lingkungan sekitar yang buruk dan jahat, ditambah dengan kondisi sekolah yang

kurang menarik bagi anak – anak bahkan adakalahnya justru merugikan

perkembangan pribadi anak.

Karena itu, konsep – kunci untuk dapat memahami sebab – musabab

terjadinya kenakalan remaja itu ialah: pergaulan dengan anak – anak muda lainnya

yang sudah delinkuen. 12

4. Teori Subkultural Delinkensi

Menurut teori subkultural ini, sumber kenakalan remaja ialah: sifat –

sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya (subkultural) yang khas dari

lingkungan familial, tetangga dan masyarakat yang didiami oleh para remaja

delinkuen tersebut.

Sifat – sifat masyarakat tersebut antara lain ialah:

a. punya populasi yang padat,

b. status sosial – ekonomis penghuninya rendah,

c. kondisi fisik perkampungan yang sangat buruk

d. banyak disorganisasi familial dan sosial bertingkat tinggi.

Karena itu sumber utama kemunculan kejahatan remaja ialah subkultur

– subkultur delinkuen dalam konteks yang lebih luas dan kehidupan masyarakat

slum. Fakta juga menunjukkan, bertambanya jumlah kenakalan remaja terjadi

pada masyarakat dengan kebudayaan konflik tinggi, dan terdapat di negara –

negara yang mengalami banyak perubahan sosial yang serba cepat.

12
Ibid, hal 30

Universitas Sumatera Utara


Daerah yang mengalami proses perubahan cepat itu antara lain ialah :

daerah pelabuhan, basis militer, kawasan industri, pusat perdagangan, ibukota,

pangkalan udara dan laut, dan sebagainya. Karena itu negara – negara yang sangat

maju secara ekonomis dan teknologi juga mempunyai tingkat kenakalan remaja

paling tinggi di dunia. Dengan begitu ada hubungan yang erat antara tingkat

kenakalan remaj dengan siklus kesejeteraan dan depresi ekonomisnya.

Remaja banyak yang menjadi nakal disebabkan faktor kejemuan dan

kejenuhan (jenuh hidup di tengah kemakmuran). Kemewahan dan kemakmuran

membuat anak tadi menjadi terlalu manja, lemah secara mental, bosan karena

terlalu lama mengangur, tidak mampu memanfaatkan waktu kosong dengan

perbuatan yang bermanfaat, dan terlalu enak hidup santai.

Maka dalam iklim subkultur makmur – santai tadi anak – anak remaja

ini menjadi agresif dan memberontak, lalu berusaha mencari kompensasi bagi

kehampaan jiwanya dengan melakukan perbuatan delinkuen jahat yang “hebat –

hebat”.

“Tipe lain dari tingkah – laku kejahatan remaja ialah: kerusuhan dan kejahatan
yang dilakukan pada musim liburan sekolah, berupa perusakan milik orang lain,
dengan sengaja melanggar otoritas orang dewasa dan moralitas konvensional,
disertai kejahatan impulsif dan agresif. Pada prinsipnya tindak kenakalan remaja
mereka itu tidak menjadi tujuan primer mereka, akan tetapi merupakan akibat dari
keisengan dan keliaran anak – anak muda”. 13

13
Ibid, hal 36

Universitas Sumatera Utara


Faktor lingkungan itu dapat meliputi sifat individu yang diperoleh

sebagai warisan dari orang tuanya, keadaan badaniah, kelamin, umur, intelek,

tempramen, dan kesehatan.

3. Ruang Lingkup Kriminologi

Kriminologi merupakan sarana ilmiah bagi studi kejahatan dan

penjahat. Dalam wujud ilmu pengetahuan kriminologi merupakan “the body of

knowledge” yang ditunjang oleh ilmu pengetahuan dan hasil penelitian berbagai

disiplin ilmu,sehingga aspek pendekatan terhadap objek studinya luas sekali, dan

secara inter – disipliner dari ilmu – ilmu sosial dan humaniora serta dalam

pengertian yang luas, mencakup pula kontribusi dari ilmu – ilmu eksakta.

Menurut Bonger, ruang lingkup studi kriminologi dibedakan antara

kriminologi murni dan kriminologi terapan.

1. Ruang lingkup kriminologi murni, meliputi:

a. Antropologi kriminal

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti mengenai manusia

yang jahat dari tingkah laku, karakter dari sifat dan ciri tubunya

seperti apa, juga meneliti apa ada hubungan antara suku bangsa

dengan kejahatan dan seterusnya.

Apakah tingkah laku dan budaya masyarakat yang dapat

menimbulkan kejahatan dan melahirkan pelaku – pelaku kejahatan.

b. Sosiologi Kriminal

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meniliti kejahatan sebagai

suatu gejala masyarakat untuk mengetahui sampai dimana sebab -

Universitas Sumatera Utara


sebab kejahatan dalam masyarakat. Apakah masyarakat yang

melahirkan kejahatan termasuk kepatuhan dan ketaatan masyarakat

terhadap peraturan perundang – undangan. Apakah norma – norma

masyarakat tidak berfungsi dalam mencegah kejahatan. 14

c. Psikologi kriminil

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari sudut

kejiwaannya. Apakah kejiwaannya yang melahirkan kejahatan atau

karena lingkungan atau sikap masyarakat yang mempengaruhi

kejiwaan, sehingga menimbulkan kejahatan.

d. Psikopatologi dan neuropatologi kriminil

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dan

penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf. Apakah sakit jiwa atau urat

syaraf yang menimbulkan kejahatan dan kejahatan apa yang timbul

akibat sakit jiwa atau urat syaraf.

e. Penologi

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari

penjahat – penjahat yang telah dijatuhi hukuman.

Apakah penjahat yang dijatuhi hukuman tersebut akan menjadi warga

masyarakat yang baik atau masih melakukan kejahatan, bahkan

mungkin lebih meningkat kualitas kejahatannya. Apakah pemidanaan

dikaitkan dengan latar belakang dan adanya keseimbangan antara

pemidanaan dengan kejahatan yang dilakukan.

14
H.R. Abdussalam, kriminologi, Restu Agung, Jakarta,2007, hal. 9

Universitas Sumatera Utara


2. Ruang lingkup kriminologi terapan, meliputi: 15

a. Higiene kriminil

Tujuannya untuk mencegah terjadinya kejahatan, maka usaha – usaha

pemerintah yaitu menerapkan undang – undang secara konsisten,

menerapkan sistem jaminan hidup dan kesejahteraan yang dilkukan

semata – mata untuk mencegah timbulnya kejahatan. Apakah menu

dan jenis makanan yang dapat menimbulkan kejahatan serta

sejauhmana pemerintah memperhatikan hygiene warganya untuk

mencegah terjadinya kejahatan.

b. Politik kriminil

Pencurian dan penjambretan banyak dilakukan oleh para

penganggurpenganggur yang tidak memiliki pendidikan dan

keterampilan kerja, maka pemerintah harus melaksanakan program

pendidikan keterampilan kepada para penganggur sesuai dengan bakat

yang dimiliki dan menyediakan pekerjaan serta penampungannya.

c. Kriminalistik

Untuk mengungkap kejahatan, menerapkan teknik pengusutan dan

penyidikan secara scientific. Dalam mengungkap kejahatan dengan

menggunakan scientific criminalistik antara lain yaitu identifikasi,

laboratorium kriminal, alat mengetes golongan darah (DNA), alat

15
Ibid, hal. 10

Universitas Sumatera Utara


mengetest kebohongan, balistik, alat penentu keracunan, kedokteran

kehakiman, forensic toksionology, dan lain – lain scientific

kriminalistik lainnya sesuai dengan perkembangan kriminologi.

Sutherland, kriminologi meliputi ruang lingkup:

1. Sosiologi hukum

Iimu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan terhadap

kondisi – kondisi masyarakat yang mempengaruhi perkembangan

hukum pidana.

Kepatuhan dan ketaatan masyarakat terhadap hukum positif atau

peraturan perundang – undangan serta meneliti norma – norma hukum

positif dalam masyarakat yang menimbulkan kejahataan. 16

2. Etiologi kejahatan

Iimu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti mencari sebab –

musabab kejahatan. Yang diteliti adalah latar belakang akibat serta

faktor yang menimbulkan kejahatan.

Dengan mengetahui etiologi kejahatan tersebiut dapat mencegah

untuk meniadakan atau mengurangi kejahatan.

3. Penologi

Ilmu yang mempelajari dan meneliti perkembangan penerapan

hukuman termasuk manfaatnya dan faedahnya bagi penjahat maupun

masyarakat.

16
Ibid, hal. 12

Universitas Sumatera Utara


4. Obyek Studi Kriminologi

Obyek studi kriminologi meliputi kejahatan, pelaku atau penjahat dan

reaksi masyarakat terhadap kejahatan dan pelaku atau penjahat.

1. Kejahatan

Untuk mempelajari dan meneliti kejahatan menurut hukum (yuridis) dan

menurut non hukum (yuridis) atau menurut sosiologis.

a. Kejahatan menurut hukum (yuridis)

“Sutherland, kejahatan sebagai perbuatan yang telah ditetapkan oleh negara


sebagai kejahatan dalam hukum pidananya dan diancam dengan satu sanksi”. 17
Dalam buku referensi dari Anglo saxon, kejahatan menurut hukum

dikelompokkan dalam istilah conventoinal crime yaitu kejahatan (tindak pidana)

yang dicantumkan dalam KUHP.

Istilah victimless crime (kejahatan tanpa korban, meliputi pelacuran,

perjudian, pornografi, pemabukan dan penyalahgunaan narkoba yang diatur dalam

peraturan perundangan – undangan tersendiri. Istilah white collar crime

(kejahatan kerah putih) meliputi tindak pidana korupsi, pelanggaran pajak, dan

penyalahgunaan wewenang yang dilkukan oleh tingkat elite dikenal dengan istilah

korupsi, kolusi dan nepotisme.

b. Kejahatan menurut non hukum (yuridis) atau kejahatan menurut sosiologis

Kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan oleh

masyarakat. Walaupun masyarakat memiliki berbagai macam perilaku yang

berbeda – beda, akan tetapi memiliki pola yang sama.

17
Ibid, hal. 15

Universitas Sumatera Utara


Gejala kejahatan terjadi dalam proses interaksi antar bagian – bagian

dalam masyarakat yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perumusan

tentang kejahatan dengan kelompok – kelompok masyarakat mana yang memang

melakukan kejahatan. 18

Kejahatan (tindak pidana) tidak semata – mata dipengaruhi oleh besar

kecilnya kerugian yang ditimbulkan atau karena bersifat amoral, melainkan lebih

dipengaruhi oleh kepentingan – kepentingan pribadi atau kelompoknya, sehingga

perbuatan – perbuatan tersebut merugikan kepentingan masyarakat luas, baik

kerugian materi maupun kerugian/bahaya terhadap jiwa dan kesehatan manusia,

walaupun tidak diatur dalam undang – undang pidana.

2. Pelaku atau penjahat

Penjahat atau pelaku kejahatan merupakan para pelaku pelanggar

hukum pidana dan telah diputus oleh pengadilan atas pelanggarannya dan dalam

hukum pidana dikenal dengan istilah narapidana.

Dalam mencari sebab – sebab kejahatan, kriminologi positive, dengan

asumsi dasar bahwa penjahat berbeda dengan bukan penjahat, perbedaan mana

ada pada aspek biologik, psikologis, maupun sosio – kultural.

Oleh karena itu dalam mencari sebab – sebab kejahatan dilakukan

terhadap narapidana atau bekas narapidana, dengan cara mencarinya pada ciri –

ciri biologiknya dan aspek kultural.

18
Ibid, hal. 17

Universitas Sumatera Utara


F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan metode yuridis

normative dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normative dimaksudkan untuk

melakukan pengkajian terhadap hukum pidana dan penerapan pidana badan

sebagai sarana kebijakan hukum pidana, dalam rangka pembangunan dan

pembaharuan hukum pidana di Indonesia, yaitu : pendekatan yang bertitik tolak

dari ketentuan peraturan perundang – undang dan diteliti dilapangan untuk

memperoleh faktor pendukung dan hambatannya. 19

Pendekatan yuridis normative ini merupakan pendekatan dengan

berdasarkan norma – norma atau peraturan perundang – undangan yang mengikat

serta mempunyai konsekuensi hukum yang jelas.

Melalui pendekatan yuridis normative ini diharapkan dapat

mengetahui tentang Undang – Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak yang dapat diterapkan dalam mengkaji dan membahas permasalahan –

permasalahan dalam penelitian ini. Pendekatan yuridis empiris dimaksudkan

untuk melakukan penelitian terhadap dampak kenakalan remaja melalui

wawancara pada lembaga perlindungan anak yakni PKPA ( Pusat Kajian

Perlindungan Anak ).

19
Soerjono Soekanto dan Sri Mumujdi, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta, Rajawali, 1985, halaman 17

Universitas Sumatera Utara


2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

hukum yang bersifat deskriptif. Jenis penelitian ini bertujuan mendiskripsikan

atau mengambarkan tentang suatu peristiwa yang lebih luas dan umum. Sehingga

penelitian ini mencoba menggambarkan dan menjelaskan dampak kenakalan

remaja dalam perspektif kriminologi.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer, sumber

data sekunder, dan sumber data tersier. Sumber data primer adalah asal data yang

diperoleh langsung dari sumbernya, sumber data sekunder adalah asal data yang

diperoleh tidak langsung dari sumbernya dan sumber data tersier adalah data yang

memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Dalam hal ini sumber data primernya adalah bang Iwan S.H, selaku salah satu

pegawai di PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ). Sedangkan sumber data

sekundernya adalah berupa buku – buku literatur tentang kenakalan remaja,

catatan – catatan yang relevan, koran, Undang – undang, majalah, serta hasil riset

yang berhubungan dengan permasalahan yang dikemukakan dan sumber data

tersiernya adalah seperti Kamus Besar Indonesia, serta kamus – kamus keilmuan

lainnya.

4. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolahan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan dua cara yaitu studi lapangan, dengan memperoleh data – data

Universitas Sumatera Utara


tentang dampak kenakalan remaja di PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ),

kemudian studi kepustakaan. Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data

primer atau data yang langsung dari sumbernya dengan mengadakan wawancara

dan observasi. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam

percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Dalam wawancara ini

pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal. Wawancara dilakukan dengan

Iwan S.H selaku staf pegawai PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ) di

Medan. 20 Kemudian studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data

sekunder atau data yang tidak langsung dari sumbernya dengan metode

documenter, yaitu dengan cara membaca dan menelaah buku – buku literatur,

Undang – undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, serta hasil

penelitian yang ada hubungannya dengan judul skripsi saya ini.

5. Analisis Data

Analis data adalah proses menafsirkan atau memaknai suatu data.

Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengelolahan data merupakan pekerjaan

seorang peneliti yang memerlukan ketelitian dan pencurahan daya pikir secara

optimal dan secara nyata kemapuan metodelogis peneliti diuji.21 Hasil analisis ini

diharapkan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan

dalam skripsi ini dan akhirnya dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan

serta memberikan saran seperlunya. Adapun analisis data yang saya lakukan

adalah menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan

20
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 1996,
halaman 72
21
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada,
2002, halaman 7

Universitas Sumatera Utara


secara lengkap kualitas dan karateristik dari data – data yang sudah terkumpul dan

sudah dilakukan pengelolahan, kemudian dibuat kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, yang tiap bab dibagi pula atas beberapa sub

bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud dari penulisan skripsi ini. Adapun

sistematika penulisan skripsi ini secara singkat adalah sebagai berikut.

Bab I : “Pendahuluan” adalah sebagai bab pengantar dari permasalahan, terdiri

dari 7 (tujuh) sub bab yaitu : Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan

Sistematika Penulisan.

Bab II : “Dampak terjadinya kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi”

yang terdiri dari 3 (tiga) sub bab yaitu : dampak kenakalan remaja di

dalam keluarga, dampak kenakalan remaja di dalam pendidikan dan

dampak kenakalan remaja di dalam pergaulan.

Bab III: “Faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja di kota Medan” yang

terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : perkembangan kenakalan remaja dan

faktor penyebab kenakalan remaja.

Bab IV: “Upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi”

yang terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : klasifikasi kenakalan remaja dan

upaya – upaya penanggulangan kenakalan anak remaja.

Bab V : “Kesimpulan dan saran”, bab ini merupakan penutup dari keseluruhan

materi skripsi yang terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : kesimpulan dan

saran.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai