PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang sedang berkembang. Dalam kaitan ini, masyarakat Indonesia telah mulai
kota besar. Akhir – akhir ini masalah tersebut cenderung menjadi masalah
nasional yang dirasa semakin sulit untuk dihindari, ditanggulangi, dan diperbaiki
kembali.
– segi kriminal yang secara yuridis formal menyalahi ketentuan yang termasuk di
Kondisi ini jauh lebih rumit daripada sekedar kondisi destruktif dalam perspektif
“Disela - sela kondisi destruktif yang serba rumit itu, para ilmuwan,
rohaniawan, pemuka masyarakat dan pemerintah telah berusaha secara ,maksimal
untuk melakukan langkah – langkah nyata guna mencegah dan menanggulangi
kenakalan remaja. Termasuk juga usaha memperbaiki kembali serta
meresosialisasi anak – anak yang terlibat dalam kenakalan remaja. Walaupun
usaha tersebut telah dilakukan secara intensif oleh pemerintah bersama
masyarakat,namun tingkat keberhasilannya masih tahap analisis”. 2
2
R. Sudarsono, Kenakalan remaja, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hal.v
anak yang di lahirkan dan di besarkan dalam lingkungan yang baik dengan
perhatian dan bimbingan, kasih sayang yang diberikan oleh orang tua akan
melahirkan suatu individu yang berkualiatas. Kenakalan sebagai salah satu bentuk
problema sosial merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap
lapisan masyarakat.
belum dapat dilakukan karena keadaan pengetahuan kriminologi ini belum tegas
dapat di cari faktor – faktor yang berkaitan dengan kondisi masyarakat tertentu
pada masa tertentu pula, yang berhubungan erat dengan timbulnya kenakalan
remaja.
yang cukup meresahkan bagi masyarakat. Kondisi ini memberi dorongan kuat
kepada pihak – pihak yang bertanggung jawab mengenai masalah ini, seperti
kenakalan adalah : 4
3
Ibid,hal 2
4
Ninik Widayanti-Panji Anaroga, Perkembangan Kenakalan dan Masalahnya Ditinjau
dari Segi Kriminologi dan Sosial,Pradnya Paramita, Jakarta 1987,hal. 2
norma baru yang tumbuh dalam proses dan pergesaran sosial yang cepat,
c. Memudarnya pola – pola kepribadian individu yang terkait kuat pada pola
negatif dari perubahan global yang cepat meliputi ilmu pengetahuan dan
bisnis dan tidak semakin perduli terhadap lingkungan sekitarnya dan menipisnya
hubungan sosial dan rasa keperdulian terlebih – lebih terhadap masyarakat yang
Pihak lain yang ikut bertanggung jawab dalam proses pembinaan anak
remaja adalah para pendidik di sekolah. Pembinaan ini dilakukan secara formal
dalam proses belajar – mengajar, interaksi dalam proses belajar – mengajar ini
bukan semata – mata menghasilkan hal – hal yang positif, akan tetapi ada pula
bagi mereka, karena sering terjadi kebiasaan negatif seorang anak didik
Kondisi negatif yang sangat kompleks ini merupakan entitas yang realistik di
Karena itu, perlu adanya tindakan – tindakan dan perilaku khusus dari
lingkungan yang sehat, baik secara fisik maupun secara psikis. Kemiskinan atau
masalah ekonomi, penyebab anak putus sekolah juga disebabkan oleh kondisi
samping gedung sekolah yang tidak memenuhi syarat dan jarak sekolah yang
terlalu jauh.
negara
5
Ibid ,hal 7
Contoh yang sangat sederhana dalam hal ini antara lain pencurian oleh remaja,
anak remaja.
Demikian juga sikap anak yang memusuhi orang tua dan sanak
saudaranya, atau perbuatan – perbuatan lain yang tercela seperti menghisap ganja,
mengedarkan pornografis dan coret – coret tembok pagar yang tidak pada
tempatnya.
pelik apabila ditinjau secara integral, akan tetapi apabila ditinjau secara terpisah –
pisah maka upaya ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara
memberi penjelasan secara luas dan rinci kepada anak – anak remaja tentang
beberapa aspek yuridis yang relevan dengan perbuatan nakal yang kerap kali
mereka lakukan. Dengan demikian, anak remaja akan dapat memiliki pemahaman,
kaum remaja untuk dapat menjadi anggota masyarakat dengan perilaku positif.
Internalisasi nilai – nilai kaidah sosial dan internalisasi nilai – nilai agama dapat
memiliki rasa solidaritas sosial yang tebal sehingga mereka merasa ikut memiliki
Pencapaian kondisi sosial ini penting sekali terutama dalam rangka upaya dasar
remaja. 6
agar manfaat maksimal dapat dicapai, upaya preventif dan upaya – upaya lain
6
Ibid ,hal. 6
kriminologi?
kriminologi?
perspektif kriminologi
perspektif kriminologi
a. Manfaat teoritis
Penulis berharap karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi ini dapat
b. Manfaat praktis
anak remaja.
D. Keaslian Penulisan
dengan mengambil panduan dari buku – buku dan sumber lain yang berkaitan
dengan judul skripsi ini. Adapun yang menjadi judul penulisan skripsi ini adalah
kota Medan
Perlindungan Anak)
E. Tinjauan Kepustakaan
Anak – anak adalah sumber potensial dari suatu negara yang besar.
kesejeteraan umum, atau yang lebih menyedihkan lagi bila mereka hanya menjadi
Anak dan generasi muda adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan,
karena anak merupakan bagian dari generasi muda. Selain anak, di dalam generasi
muda ada yang disebut remaja dan dewasa. Generasi muda terdiri atas masa kanak
tahun.
7
Ibid , hal. 23
remaja adalah masa goncang karena banyaknya perubahan yang terjadi dan tidak
Mengenai batas umur bagi para remaja yang berlaku di Indonesia perlu
pula mendapat perhatian khusus, batas umur tertinggi untuk para remaja menurut
KUH Perdata adalah 21 tahun sedangkan menurut KUH Pidana adalah 16 tahun.
Mengenai batas umur terendah di Indonesia belum ada kepastian, demi adanya
kepastian hukum maka batas umur bagi remaja sangat perlu mendapat
delinquency, kata delinquency berasal dari kata latin delinquere yang berarti
atau penyimpangan terhadap pola – pola tingkah laku yang telah diterima di suatu
masyarakat.
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa, istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas yang
tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi
Anak remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan
dari masa anak – anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan
cepat dalam segala bidang, perubahan tubuh, perasaan, kecerdasan, sikap sosial
dan kepribadian.
terjadi dan tidak stabilnya emosi yang kadang – kadang menyebabkan timbulnya
sikap dan tindakan yang oleh orang dewasa dinilai perbuatan nakal. 8
sekitar rumah, teman satu sekolah atau teman satu kelompok, kalau teman –
kaum remaja yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di masyarakat.
1. Kenakalan biasa
3. Kenakalan khusus
8
Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta, 2007 hal. 4
9
Akirom Syamsudin Meliala dan E. Sumarsono, cetakan pertama, Kenakalan Anak
Suatu Tinjauan dari Psikologi dan Hukum, Liberti,Yogyakarta,1985,hal. 20
keluar rumah tanpa pamit kepada kedua orang tuanya, keluyuran, berkelahi
dengan teman, suka bolos, suka menipu, suka terlambat ke sekolah, dan lain
sebagainya.
film porno, atau menggandakan serta mengedarkan obat – obatan terlarang, dan
lain sebagainya.
Anak – anak muda ini umumnya bersifat labil, sangat emosional, agresif, tidak
mampu mengenal nilai – nilai etis dan cenderung suka menceburkan diri dalam
secara sosial itu juga dapat dikelompokkan dalam satu kelas detektif secara sosial
dan mempunyai sebab – sebab – musabab yang majemuk, jadi sifatnya multi –
: 10
1. Teori Biologis
Tingkah – laku sosiopatik atau delinkuen pada anak – anak dan remaja
dapat muncul karena faktor – faktor fisiologis dan struktur jasmaniah seseorang,
juga dapat oleh cacat jasmaniah yang dibawa sejak lahir. Kejadian ini
berlangsung:
a. Melalui gen atau plasma pembawa sifat dalam keturunan, atau melalui
kombinasi gen, dapat juga disebabkan oleh tidak adanya gen tertentu, yang
10
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Anak, Grafindo Persada, Jakarta, 1998,
hal. 25
2. Teori Psikogenis
anak dari aspek psikologis atau isi kejiwaannya. Antara lain faktor inteligensi, ciri
“bentuk penyelasaian” atau kompensasi dari masalah psikologis dan konflik batin
dalam menanggapi stimuli eksternal/ sosial dan pola – pola hidup keluarga yang
patologi. Kurang lebih 90% dari jumlah anak – anak delinkuen berasal dari
terganggu pada diri anak – anak, sehingga mereka mencari kompensasi di luar
delinkuen.
mengurangi beban tekanan jiwa sendiri lewat tingkah – laku agresif, impulsif dan
primitif. Karena itu kejahatan mereka pada umumnya erat berkaitan dengan
11
Ibid
Akibat kelalaian orang tua dalam mendidik anak – anaknya dan tidak
adanya kontrol yang terus – menerus, serta tidak berkembangnya disiplin – diri,
ketiga hal tersebut dengan mudah membawa anak tersebut pada lingkungan sosial
menyimpang dari norma – norma sosial. Biasanya anak – anak itu juga ditambahi
beban ekstra berupa tekanan – tekanan batin, sakit karena pengaruh alkohol dan
3. Teori Sosiogenis
anak – anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial – psikologis sifatnya.
kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi simbolis yang
keliru.
bahkan mendominasi struktur lembaga – lembaga sosial dan peranan sosial setiap
Jadi sebab – sebab kejahatan anak remaja itu tidak hanya terletak pada
lingkungan familial dan tetangga saja, akan tetapi terutama sekali disebabkan oleh
lingkungan sekitar yang buruk dan jahat, ditambah dengan kondisi sekolah yang
terjadinya kenakalan remaja itu ialah: pergaulan dengan anak – anak muda lainnya
sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya (subkultural) yang khas dari
lingkungan familial, tetangga dan masyarakat yang didiami oleh para remaja
delinkuen tersebut.
– subkultur delinkuen dalam konteks yang lebih luas dan kehidupan masyarakat
12
Ibid, hal 30
pangkalan udara dan laut, dan sebagainya. Karena itu negara – negara yang sangat
maju secara ekonomis dan teknologi juga mempunyai tingkat kenakalan remaja
paling tinggi di dunia. Dengan begitu ada hubungan yang erat antara tingkat
membuat anak tadi menjadi terlalu manja, lemah secara mental, bosan karena
Maka dalam iklim subkultur makmur – santai tadi anak – anak remaja
ini menjadi agresif dan memberontak, lalu berusaha mencari kompensasi bagi
hebat”.
“Tipe lain dari tingkah – laku kejahatan remaja ialah: kerusuhan dan kejahatan
yang dilakukan pada musim liburan sekolah, berupa perusakan milik orang lain,
dengan sengaja melanggar otoritas orang dewasa dan moralitas konvensional,
disertai kejahatan impulsif dan agresif. Pada prinsipnya tindak kenakalan remaja
mereka itu tidak menjadi tujuan primer mereka, akan tetapi merupakan akibat dari
keisengan dan keliaran anak – anak muda”. 13
13
Ibid, hal 36
sebagai warisan dari orang tuanya, keadaan badaniah, kelamin, umur, intelek,
knowledge” yang ditunjang oleh ilmu pengetahuan dan hasil penelitian berbagai
disiplin ilmu,sehingga aspek pendekatan terhadap objek studinya luas sekali, dan
secara inter – disipliner dari ilmu – ilmu sosial dan humaniora serta dalam
pengertian yang luas, mencakup pula kontribusi dari ilmu – ilmu eksakta.
a. Antropologi kriminal
yang jahat dari tingkah laku, karakter dari sifat dan ciri tubunya
seperti apa, juga meneliti apa ada hubungan antara suku bangsa
b. Sosiologi Kriminal
c. Psikologi kriminil
penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf. Apakah sakit jiwa atau urat
e. Penologi
14
H.R. Abdussalam, kriminologi, Restu Agung, Jakarta,2007, hal. 9
a. Higiene kriminil
b. Politik kriminil
c. Kriminalistik
15
Ibid, hal. 10
1. Sosiologi hukum
hukum pidana.
2. Etiologi kejahatan
3. Penologi
masyarakat.
16
Ibid, hal. 12
1. Kejahatan
(kejahatan kerah putih) meliputi tindak pidana korupsi, pelanggaran pajak, dan
penyalahgunaan wewenang yang dilkukan oleh tingkat elite dikenal dengan istilah
17
Ibid, hal. 15
melakukan kejahatan. 18
kecilnya kerugian yang ditimbulkan atau karena bersifat amoral, melainkan lebih
hukum pidana dan telah diputus oleh pengadilan atas pelanggarannya dan dalam
asumsi dasar bahwa penjahat berbeda dengan bukan penjahat, perbedaan mana
terhadap narapidana atau bekas narapidana, dengan cara mencarinya pada ciri –
18
Ibid, hal. 17
1. Metode Pendekatan
Perlindungan Anak ).
19
Soerjono Soekanto dan Sri Mumujdi, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta, Rajawali, 1985, halaman 17
atau mengambarkan tentang suatu peristiwa yang lebih luas dan umum. Sehingga
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer, sumber
data sekunder, dan sumber data tersier. Sumber data primer adalah asal data yang
diperoleh langsung dari sumbernya, sumber data sekunder adalah asal data yang
diperoleh tidak langsung dari sumbernya dan sumber data tersier adalah data yang
memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
Dalam hal ini sumber data primernya adalah bang Iwan S.H, selaku salah satu
catatan – catatan yang relevan, koran, Undang – undang, majalah, serta hasil riset
tersiernya adalah seperti Kamus Besar Indonesia, serta kamus – kamus keilmuan
lainnya.
menggunakan dua cara yaitu studi lapangan, dengan memperoleh data – data
primer atau data yang langsung dari sumbernya dengan mengadakan wawancara
dan observasi. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam
Iwan S.H selaku staf pegawai PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ) di
sekunder atau data yang tidak langsung dari sumbernya dengan metode
documenter, yaitu dengan cara membaca dan menelaah buku – buku literatur,
Undang – undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, serta hasil
5. Analisis Data
Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengelolahan data merupakan pekerjaan
seorang peneliti yang memerlukan ketelitian dan pencurahan daya pikir secara
optimal dan secara nyata kemapuan metodelogis peneliti diuji.21 Hasil analisis ini
dalam skripsi ini dan akhirnya dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan
serta memberikan saran seperlunya. Adapun analisis data yang saya lakukan
20
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 1996,
halaman 72
21
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada,
2002, halaman 7
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, yang tiap bab dibagi pula atas beberapa sub
bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud dari penulisan skripsi ini. Adapun
dari 7 (tujuh) sub bab yaitu : Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan
Sistematika Penulisan.
yang terdiri dari 3 (tiga) sub bab yaitu : dampak kenakalan remaja di
Bab III: “Faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja di kota Medan” yang
terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : perkembangan kenakalan remaja dan
yang terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : klasifikasi kenakalan remaja dan
Bab V : “Kesimpulan dan saran”, bab ini merupakan penutup dari keseluruhan
materi skripsi yang terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : kesimpulan dan
saran.