Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar Motorik yang dibimbing oleh :
Bapak Asim
Oleh :
Hosbi F.
Andi eko P
M Anwar Z.
APRIL, 2009
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis aturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, taufik,
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pengerjaan makalah ini. Diantaranya kami tujukan kepada :
Bapak Asim selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Belajar Motorik yang terus
membagi ilmunya kepada kami.
Teman - teman dari angkatan 2008 yang telah banyak membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini.
Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah dengan iklas
membantu kami.
Adapun makalah ini penulis beri judul “Memori dan Proses Informasi dalam
Belajar Motorik ”, disusun untuk memenuhi tugas dari bapak Asim matakuliah Belajar
Motorik semester II tahum ajaran 2009
Seperti halnya kata pepatah,“ Tak Ada Gading Yang Tak Retak”. Meskipun dalam
penulisan makalah ini penulis telah mengoptimalkan kemampuan yang penulis miliki,
tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan didalamnya. Untuk itu penulis mohon
maaf.
Akhir kata, semoga penyusunan dan penulisan makalah ini memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I . PENDAHULUAN
BAB II . PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000:
175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan
dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu
strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak
melalui beberapa indera. (http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-pemrosesan-
informasi.html (diakses 22, April 2009)).
Proses penguasaan keterampilan dalam olahraga sama sekali tak lepas dari
penguasaan informasi yang diterima seseorang. Bagaimana kejadian yang terjadi semenjak
informasi dterima, diolah dan kemudian ditranformasikan dalam bentuk respon gerak,
dapat dipahami dari salah satu pandangan yang mengatakan manusia adalah pemrosesan
informasi. Pandangan itu beranggapan, informasi yang datang dari lingkungan sekitar dan
diterima seseorang, seterusnya disimpan dalam berbagai “ sitem penyimpanan “ yang
disebut memori (Lutan, Rusli, 1988: 144), hingga kemudian mengalami pemrosesan.
Memori biasanya disebut juga dengan ingatan, tetapi menurut Muhibbin Syah memori
adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan merupakan storage
system, yaitu sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang ada dalam otak
manusia. (http://alumniiainibpadang.blogspot.com/2009/01/mengenal-manusia-belajar-
memori-dan.html(diakses 22 April 2009)).
Istilah proses disini berarti bahwa informasi itu dikode dan diklasifikasi menurut
jenisnya dan kode-kode itu bisa berubah dari satu bentuk kebentuk lain, informasi bisa
dikombinasi dengan informasi lainnya, dan seterusnya. Yang dimaksud dengan
pengkodean ialah pengalihan atau transmisi informasi kedalam satu bentuk yang dapat
diingat kembali untuk disimpan dalam memori. Sebagai contoh,ketika seseorang membaca
suatu buku dan ia tidak ingat kata-kata itu, melainkan mencoba untuk mendapat/kan
intisari gagasan utama yang telah ditandainya. Fakta bahwa seseorang dapat ingat
informasi berhari-hari, minggu, atau tahun membuktikan bahwa informasi itu adalah
tersimpan dengan baik, mengacu pada proses yang dapat mendorong kearah ingatan yang
kurang baik.Informasi mungkin disimpan dalam memori, menyimpan dalam memori ibarat
menyimpan dalam kain kasa yang tidak terjamin informasi tersebut terus ada.
Makalah ini akan membahas model pemrosesan informasi dalam kaitanya dengan
pelaksanaan gerak, yang akan dibahas ialah macam-macam informasi yang bermanfaat
untuk pelaksanaan gerak, bagaimana informasi itu diproses, bagaimana tindakan dikontrol
dan bagaimana informasi disimpan dalam memori.
1.4 Ruang lingkup pembahasan
Tahap pemrosesan informasi diangap sebagai proses yang berlangsung linier. Setelah
rangsang diterima oleh saraf sensoris, rangsang diidentifikasi, responn diseleksi, kemudian respon
diprogam hingga muncul hasilnya berupa gerak. Rangsang yang diterima harus diolah menjadi pola
gerak, dan dianalisis yang lazim disebut abstraksi gerak. Setelah rangsang diidentifikasi, responn
yang serasi harus diseleksi, dan hal itu dengan sendirinya membutuhkan waktu untuk memilih
respon.
BAB 2
PEMBAHASAN
Model pemrosesan informasi secara sederhana dapat dilihat pada gambar 1.1.
Pendekatan model terebut dipilih, dengan pertimbangan pemrosesan informasi yang terjadi
dalam diri manusia, rasanya tidak mungkin dapat dipelajari secara langsung. Oleh karena
itu pendekatan tak langsung dengan menggunakan model digunakan sebagai pendekatan
untuk mempelajari proses pengolahan informasi.
Input Output
Konsep dasar tentang tahap – tahap yang terdapat antara stimulus dan respons
sudah lama dikenal, meskipun yang mempopulerkanya adalah psikolog dari pandangan
psikologi kognitif. Teori Donders pada dasarnya menyatakan, terdapat dua tahap dalam
pemrosesan informasi, yaitu tahap – tahap membaeda – bedakan dan tahap pemilihan.
Schmidt (1988) membagi tahap pemrosesan menjadi dua, yaitu serial dan paraiei
Tahap pemrosesan informasi tersebut berlaku juga bagi manusia. Pemrosesan
informasi yang datang dari luar berlangsung selama waktu tertentu. Pemrosesan informasi
itu mungkin diantaranya terjadi secara paralel dan yang lain – lainya secara serial.
Proses informasi merupakan sesuatu yang abstrak, yang terjadi di bagian dalam
sebagai proses psikologis. Berdasarkan arus masuknya pemrosesan informasi tersebut
dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : tahap indentifikasi rangsang, tahap seleksi respons,
dan tahap pemrograman respons. Ketiga tahap ini memang amat sederhana jika
dibandingkan dengan kompleksitas yang terjadi pada diri manusia.
Rangsang Gerak
Yang dimaksud dengan inforasi dalam kaitanya dengan kajian ini adalah
pengetahuan tentang pesan, sinyal atau peringatan dari lingkungan sekitar yang
memberikan kepada kita tentang dunia sekitar. Menurut schmidt (1988) bahwa faktor
utama yang mempengaruhi tahap pengenalan rangsang adalah faktor yang bersumber dari
karakteristik rangsang. Persoalan yang dihadapi adalah rangsang yang masuk ke suatu
sistem, jarang ekali dikenal. Rangsang tersebut pada umumnya harus diolah terlebih
dahulu, disarikan dalam suatu pola gerak yang bervariasi sesuai dengan tugas yang
dilakukan. Pada tahap identifikasi rangsang ini informasi di abtraksikan sebagai elemen
spesifik, dikode, dan dikombinasikan kedalam satu pola yang bermakna dan abstrak.
2.2.2 Tahap Seleksi Respons
Setelah tahap pengenalan rangsan berakhir, maka diasumsikan masuk informasi itu
merupakan dasar bagi pembentukan pengetahuan kita tentang apa yang terjadi di
lingkungan. Sebagai akibat dari perkembagan dan hasil penelitian, maka Hick (1959) telah
menghasilkan sebuah hukum yang berbunyi : waktu reaksi memilih respons meningkat
konstan (sekitar 150 miliddetik) pada setiap kali jumlah alternatif respons meningkat dua
kali. Hukum ini cenderung menegaskan bahwa hubungan antara waktu reaksi memilih dan
logaritma dari alternatif jumlah rangsang respons adalah linier.
Persoalan lain dalam tahap menyeleksi respons ialah : ketidak pastian. Hukum
peluang dan ketidak pastian rupanya juga berlaku pada tahap menyeleksi respons. Hal ini
dapat kita telaah lebih lanjut dngan memanfaatkan fakta empirik, khususnya dalam situasi
yang melibatkan pemilihan respons dimana terdapat unsur ketidak pastian didalamnya.
Ada beberapa masalah yang terkait dengan penerapan hukum waktu reaksi memilih
terutama jika ditinjau dari sudut kepentingan praktis. Yang pertama ialah keserasian antara
stimulus dan respons. Keserasian S-R berarti sejauh mana stimulus dan respons yang serasi
dikaitkan dalam satu cara yang alamiah. Konsep keserasian stimulus – respons
mengandung implikasi praktis dalam pelaksanaan gerak atau penempilan teknik dalam
olah raga.
Persoalan kedua ialah, apakah ada efek latihan terhadap peningkatan waktu reaksi?
Kesulitan yang dihadapi oleh seseorang untuk memberikan respons yang serasi dan
stimulus karena ‘susunan’ kedua aspek tersebut tak terbiasa bagi yang bersangkutan.
Setelah stimulus diidentifikasi dan respons diseleksi, maka tahap berikutnya ialah
mengorganisasi informasi yang diperoleh itu untuk dijelmakan kedalam gerak atau
perilaku nyata. Proses ini terjadi pada tahap pemograman respons. Seperti halnya tahap –
tahap sebelumnya, proses yang berlangsung dalam pemograman respons ini sangat
kompleks. Untuk lebih mudah dipahami proses yang berlangsung sejak stimulus
diidentifikasi hingga terwujud gerak atau perilaku nyata, maka tahap pengenalan stimulus
yang akan dipengaruhi oleh variabel tertentu kita sebut variabel input. Selanjutnya yang
mempengaruhi gerak nyata setelah respons diprogram variabel output.
Di antara kedua variabel tersebut berlangsung tahap pemilihan respons.
Henry dan Rogers (1960) mengkaji keadaan gerak yang dilakukan dalam
paradigma waktu-reaksi sederhana, dimana subjek mengetahui respons yang akan
diberikan ada setiap trial. Waktu-reaksi yang meningkat tatkala gerakan semakin kompleks
berkaitan dengan peningkatan waktu yang dibutuhkan untuk memprogram gerakan pada
tahap pemograman respons.
Suatu sistem yang dianggap dapat menyimpan informasi dan tempat pemrosesan
informasi untuk dapat diproses pada waktu berikutnya disebut memory. Memory tidak
hanya mempengaruhi persepsi kita melalui saringan persepsi, tetapi juga keputusan dan
pilihan yang kita ambil dalam saluran terbatas, dan sebagian konsepsi dalam
mengorganisasi kontrol gerakan. Bedasarkan keunikan latar belakang pengalaman yang
telah dimiliki oleh setiap individu , individu tersebut akan memberikan interprestasi sesuai
dengan informasi yang diterima dari lingkungan.
Dari sejumlah pengamatan dan bukti – bukti empiris tentang bagaimana informasi
disimpan, bentuk informasi, maka kerangka memori secara konseptual dilukiskan
seumpama “kotak” dimana didalamnya disimpan berbagai hal, dan menampung informasi
yang berpindah dari satu kotak, ke kotak yang lainya. Kotak kotak tersebut meliputi :
Short-Term Sensory Store (STSS), Short-Term Memory (STM), dan Long-term Memory
Sistem ini berfungsi untuk menyimpan sejumlah besar informasi yang diterima
dalam waktu yang singkat. Kompartemen dari sistem ini memerima tampa mencatatnya,
dan dalam waktu yang singkat akan hilang karena penembahan informasi baru. Hal ini
dapat kita andaikan , sebuah setrika yang sudah agak panas yang kemudian panasnya
berkurang dan sama sekali “hilang”. Sistem tersebut akan diterpa oleh berbbagai bentuk
stimulus-penglihatan,perabaan, pendengaran, kinesthesis, dan seterusnya. Terdapat
kemungkinan, berbagai rangsang sensoris yang berasal dari luar itu diterima secara
simultan dan masing masing rangsang tersimpan selama waktu yang singkat.
3.1.2 Short-Term Memory
Informasi yang masuk pada sistem penyimpangan jangka pendek tidak semua
diproses pada tahap berikutnya, karena adanya penyaringan terhadap informasi yang
relefan dan tidak relefan. Proses seleksi ini ditentukan oleh kondisi tugas yang dilakukan
seseorang (misalnya mengamati perjalanan shuttlecock dalam permainan bulu tangkis)
atau oleh momen tertentu dalam suatu tugas (mula – mula penglihatan , kemudian
pendengaran seperti kerasnya suara”cock” dipukul). Informasi yang akan diproses ketahap
berikutnya ialah karena kesesuaian dengan suatu situasi untuk diproses kedalam sistem
memori jangka pendek (STM). Memori ini merupakan tempat penyimpanan informasi,
bagi yang berasal dari Short-Term Sensory Store (STSS) maupun yang berasal dari Long-
term Memory (LTM).
Kompartemen memori jangka pendek jangka panjang adalah jumlah waktu dari
informasi yang dapat disimpan selain kemempuan menyimpan informasi. Bedasarkan teori
kotak memori dapat dijelaskan bahwa aktifitas memproses informasi disalurkan dari
penyimpanan jangka pendek ke penyimpanan jangka panjang, dimana informasi akan
tersimpan secara permanen supaya tidak hilang
Kesimpulan
Manusia dianggap sebagai pemroses informasi. Semua rangsang yand diterima dari
luar mula-mula dikode kedalam satu bentuk yang dapat diingat kembali untuk disimpan
dalam memori hingga kemudian dapat dipanggil untuk mengerjakan atau melaksanakan
suatu tugas gerak. Bagaimana informasi itu diproses, sungguh kompeks, sehingga
disederhanakan menjadi sebuah model.
Daftar rujukan
(http://alumniiainibpadang.blogspot.com/2009/01/mengenal-manusia-belajar-memori-
dan.html(diakses 22 April 2009)).
Lutan , Rusli (1988). Belajar keterampilan motorik pengentar teori dan metode : P2LPTK Ditjen
Dikti Depdikbud.
Winarno, M.E. BELAJAR MOTOR. Malang: Depdikbud Instutut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Malang