Menurut saudara, apakah Tindak Pidana Penganiayaan yang diatur dalam KUHP (Bukan
KUHPM) dapat diterapkan bagi Militer? Jelaskan dengan menyebutkan dasar hukumnya.
Secara khusus, aturan tindak pidana yang dilakukan oleh anggota TNI tertuang dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM). Namun demikian, pada praktiknya ketentuan yang
digunakan bagi anggota TNI yang melakukan tindak pidana selama dikategorikan sebagai tindak
pidana umum, tetap menggunakan aturan yang terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(“KUHP”) akan tetapi tetap diadili di Pengadilan Militer. Dalam hal ini, anggota TNI yang melakukan
pemukulan terhadap warga dapat dikenakan Pasal 351 ayat (1), ayat (2), atau ayat (3) KUHP yang
menyatakan sebagai berikut :
1. Penganiayaan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda
sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah.
2. Jika perbuatan itu berakibat luka berat, yang bersalah dipidana dengan pidana penjara selama-
lamanya lima tahun.
3. Jika perbuatan tersebut menyebabkan matinya orang, maka yang bersalah dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya tujuh tahun.”
2. Menurut saudara, penyelesaian terhadap perkara tersebut, apakah dapat diselesaikan secara
Hukum Disiplin Militer atau secara Hukum Pidana Militer (Prosesnya melalui mekanisme
Acara Pidana Militer)
Penyelesaian kasus tersebut dapat diselesaikan secara Hukum Pidana Militer, karena dalam kasus
anggita Militer menganiaya seorang Satpol PP yang sedang menertibkan lalulintas khususnya jalur
busway, dan dalam kasus ini juga terdapat korban luka – luka, dalam pasal 351 ayat (2) KUHP
menjelaskan bahwa apabila penganiayaan menimbulkan korban luka – luka maka dikenakan pidana
paling lama 5 (lima) tahun. Jalur hukum pidana militer diambil juga untuk menertibkan penegakkan
hukum itu sendiri.
3. Menurut saudara dalam perkara tersebut, siapakah yang berwenang melakukan penyidikan
terhadap Militer.
Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam UU 31/1997 untuk mencari serta mengumpulkan bukti-bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.
Oditurat merupakan badan pelaksana kekuasaan pemerintahan negara di bidang penuntutan dan
penyidikan di lingkungan Angkatan Bersenjata berdasarkan pelimpahan dari Panglima, dengan
memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan keamanan negara.
Sedangkan Penyidik adalah:
a. Atasan yang Berhak Menghukum
Atasan yang Berhak Menghukum adalah atasan langsung yang mempunyai wewenang untuk
menjatuhkan hukuman disiplin menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
berwenang melakukan penyidikan berdasarkan UU 31/1997
b. Polisi Militer
c. Oditur
Oditur adalah pejabat yang diberi wewenang untuk bertindak sebagai penuntut umum, sebagai
pelaksana putusan atau penetapan Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer atau Pengadilan
dalam lingkungan peradilan umum dalam perkara pidana, dan sebagai penyidik sesuai dengan
ketentuan UU 31/1997.
Jadi, Oditurat merupakan badan pelaksana kekuasaan pemerintahan negara di bidang penuntutan dan
penyidikan di lingkungan Angkatan Bersenjata. Sedangkan yang melakukan penyidikan adalah
Atasan Yang Berhak Menghukum, Polisi Militer, dan Oditur.
Apabila ada laporan atau pengaduan terhadap suatu peristiwa yang diduga tindak pidana yang
dilakukan oleh anggota TNI, maka akan dilakukan tindakan penyidikan yang diperlukan. Jika yang
menerima laporan atau pengaduan adalah Atasan yang Berhak Menghukum, ia segera menyerahkan
pelaksanaan penyidikan kepada Polisi Militer dan Oditur untuk melakukan penyidikan. Jika yang
mengetahui, menerima laporan atau pengaduan adalah Polisi Militer dan Oditur, mereka wajib
melakukan penyidikan dan segera melaporkannya kepada Atasan yang Berhak Menghukum
Tersangka.
4. Jelaskan secara singkat bagaimana tahapannya proses acara pidana menurut Sistem Peradilan
Pidana Militer?
Sebelum perkara pidana tersangka disidangkan, diperlukan proses dalam hal administrasi, antara
lain penerimaan berkas perkara, pengolahan perkara, danpenyerahan perkara kepada pengadilan.
Proses beracara dalam lingkungan peradilan militer sama halnya dengan proses beracara
dalam lingkungan peradilan umum, yaitu:
Pelaksanaan Putusan
Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap kecuali yang memuat pidana mati,
wajib dengan segera dilaksanakan oleh oditur sesuaidengan ketentuan hukum yang berlaku:
1. Pidana penjara dan pidana kurungan dilaksanakan dibadan-badan permasyarakatan militer
apabila ditempat kedudukan Badilmil serta Boatmil tidak terdapat badan permasyarakatan
militer, maka terpidana dikirim ke Bamasmil terdekat.
2. Setelah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, apabilaterdakwa dijatuhi pidana
tambahan berupa pemecatan dari dinas TNI, makaterpidana menjalani pidananya di LPU
(Lembaga Pemasyarakatan Umum) tanpa menunggu keputusan pemecatan dari pejabat
administrasi yang berwenang.
3. Pidana mati dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari presiden republik Indonesia.
4. Setelah diucapkan putusan pembebasan daridakwaan atau diepaskan dari segala tuntutan
hukum, oditur yang bertindak sebagai penuntut umum seketika itu juga membebaskan
terdakwa apabila ia adadalam tahanan.
5. Jika terpidana dijatuhi hukuman pidana penjara ataukurungan dan kemudian dijatuhi pidan
ayang sejenis sebelum ia menjalani pidanayang dijatuhkan terdahulu, maka pidana yang satu
dan pidana yang lain harus dijalani berturut-turut berkesinambungan.
6. Putusan pidana denda, jangkawaktu yang diberikan kepada terpidana ialah satu bulan
terhitung sejak putusanmemperoleh kekuatan hukum tetap untuk melunasinya, kecuali dalam
halpelanggaran lalu lintas harus dilunasi seketika itu juga.
7. Pengadilan menetapkan bahwa barang bukti dirampas untuk negara, Ka Otmil mengesahkan
pelelangan barang bukti tersebut kepada kantor lelang negara setempat dan dalam waktu 3
(tiga) bulan sesudah dijual, hasil lelang disetor kerekening bendahara umum negara pada bank
Indonesia.
8. Pelaksanaan pidana mati dilakukan dengan cara ditembak sampai mati oleh regu tembak
sesuaidengan ketentuan yang diatur untuk pelaksanaan pidana tambahan, Ka Otmil wajib
meneruskan salinan putusan tersebut kepada instansi yang berwenangdengan permohonan
dilaksanakan.
9. Untuk pengawasan dan pengamatan pelaksanaan putusan, setiap putusan pengadilan.
5. Menurut saudara apakah Sistem Pembuktian dan Alat Bukti dalam Acara Pidana Militer sama
dengan Sistem Pembuktiandan Alat Bukti dalam Acara Pidana Sistem Peradilan Pidana
Umum?
Dalam segi pembuktian terlihat jelas memiliki kesamaan, dalam Hukum Pidana hal yang paling
penting adalah pembuktian dari saksi – saksi yang memberikan keterangan terkait kejadian yang
diperkarakan. Selain itu keterangan ahli juga diperlukan dalam hukum Pidana Militer untuk
menunjang kebenaran dalam pengadilan. Selain dari alat pembuktian, sistem pembuktian dari Hakim
Pidana Militer juga tidak jauh berbeda dengan Hukum Pidana Umum.