Anda di halaman 1dari 27

Kurnia Dewi Anggraeny

Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama


Dalam Perspektif Hukum

PENAFSIRAN TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA


DALAM PERSPEKTIF HUKUM

Kurnia Dewi Anggraeny


(Dosen Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Ahmad Dahlan, Meraih Sarjana Hukum (S.H.) dari Unversitas Islam Indonesia
(2008), dan Master Hukum (M.H.) dari Universitas Islam Indonesia (2013)).

Abstract
This paper examines the interpretation of the crime of religious blasphemy as defined by grammatical
interpretation and meaning in Indonesian positive law. Background case of religious defamation by Basuki
Tjahaja Purnama or Ahok. with the decision of No.1537Pid.B / 2016 / PN. Jkt Utr. In that case there is a
phrase "Be lied to use Al-Maidah letters" mentioned Ahok in front of citizens with the context of choosing
leaders according to Islam in a working visit to the Thousand Islands on 27 September 2016. The word lied
is an instrument that is not neutral because the word is lied to, humbled when juxtaposed with the word of
the Quran. The author uses normative juridical methods in searching for the meaning of religious
defamation through the perspective of Indonesian positive law and the opinions of some Muslim jurists and
scholars. Law No.1 / PNPS / Year 1965 is used as the basis and guidance in handling the issue of the
Crime of Blasphemy in Indonesia, while Article 156 and Article 156 a of the Criminal Code are copies of
Law No.1 / PNPS / Year 1965 which is the source in the verdict in every decision in case of defamation of
religion in Indonesia. The formulation of the crime itself does not contain a clear explanation and
interpretation of deeds classified as defamation of religion, so that the formulation of religious defamation
rules is needed to narrow the space of interpretation in the draft Penal Code (R-KUHP).

Keywords: Interpretation, Blasphemy, Legal Perspective

I. PENDAHULUAN keagamaan adalah penodaan agama.


A. Latar Belakang Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih
Agama di Indonesia merupakan hal dikenal dengan Ahok dengan jabatan
yang utama untuk ditegakkan dan sebagai Gubernur DKI Jakarta saat ini
dihormati keberadaannya karena sekaligus calon Gubernur tahun
mengandung nilai kesusilaan, sehingga 2017-2022, belum lama ini membuat
untuk daerah-daerah tertentu agama akan publik banyak melakukan kecaman
menjadi pemersatu dan sehingga muncul sebuah catatan dalam
keanekaragamannya, tetapi menjadi sejarah Indonesia pada tanggal 4
suatu masalah besar bagi daerah-daerah November 2016 terjadi sebuah demo
rawan konflik mengenai kehidupan besar di beberapa daerah demi menuntut
beragama 1 . Salah satu masalah besar sebuah kebenaran dan keadilan hukum
baru-baru ini yang terjadi menyangkut untuk sebuah penodaan agama.
Sebenarnya masalah atau kasus
1
L.J Van Apeldorn, Pengantar Ilmu Hukum, tentang penodaan agama, sebelumnya
(Jakarta, Pradnya Paramita, 1981), 41.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 267
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

sudah pernah ada yang terjadi di petunjuk kepada orang-orang yang


zalim.”
Indonesia. Contoh kasus penodaan
agama yang sudah mendapatkan vonnis
Ada sebuah kalimat “Dibohongi
dari hakim yakni putusan dengan nomor
pakai surat Al-Maidah” yang disebutkan
perkara No.69/Pid.B/2012/PN.Spg,
Ahok di depan warga dengan konteks
No.81/Pid.B/2015/PN Bna dan beberapa
memilih pemimpin menurut Islam dalam
putusan hakim terkait penodaan agama
kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu
yang lain.
pada 27 September 2016.
Kasus penodaan agama yang
Menurut seorang ahli Bahasa dari
menjadikan masyarakat Indonesia
Universitas Mataram M Husni Muadz
hingga melakukan serangkaian aksi
menyebutkan bahwa kata dibohongi
menuntut keadilan terhadapnya berawal
pada kasus penistaan agama Gubernur
ketika dalam video di media sosial
DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama
dengan durasi yang tidak lama yaitu
atau Ahok, itu merupakan instrumen
youtube, Basuki Tjahaja Purnama atau
yang tidak netral karena kata dibohongi,
Ahok berdialog di depan publik yang
bersifat merendahkan saat disandingkan
mengakibatkan umat muslim mengecam
dengan kata Al-Quran 2 . Padahal dalam
perbuatan itu sebagai penodaan agama.
konteks umat Islam, Al-Quran itu
“Mulutmu Harimaumu”, itulah
memiliki nilai mutlak kebenarannya.
ungkapan tepat bagi Ahok dengan apa
Oleh sebab itu, ucapan Ahok itu
yang telah diucapkannya yang
merupakan penistaan agama kepada
menyinggung wahyu Allah SWT dalam
umat muslim.
Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 51 yang
Penodaan agama termasuk dalam
artinya :
kejahatan kekerasan pada agama dan ini
“Hai orang-orang yang beriman,
merupakan hal yang buruk karena agama
janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani mengajarkan nilai-nilai luhur, di mana
menjadi pemimpin-pemimpin(mu);
agama ikut bertanggung jawab atas
sebahagian mereka adalah pemimpin
bagi sebahagian yang lain.
Barangsiapa diantara kamu
mengambil mereka menjadi 2
Faisal, “Menurut Ahli Bahasa Ucapan Ahok
pemimpin, maka sesungguhnya Merupakan Penistaan Agama”,
orang itu termasuk golongan mereka. http://aceh.tribunnews.com/2016/11/16/ahli-
Sesungguhnya Allah tidak memberi bahasa-ucapan-ahok-merupakan-penistaan-a
gama, diakses 16 November 2016.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 268
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

moral dan perbuatan pelakunya. Marl tidak menahan Ahok karena berbagai
Juergensmeyer menyatakan3 : pertimbangan seperti: kooperatif, tidak
“Violence has always been endemic menghilangkan barang bukti, tidak
to religion. Images of destruction
melarikan diri, dan tidak mengulangi
and death are envoked by some of
religion’s most popular symbols, and perbuatannya.
religious wars have left through
Dalam proses penyelidikan oleh tim
history a trail of blood. The savage
martyrdom of Hussain in Shiite penyelidik Badan Reserse dan Kriminal
Islam, the crucifixion of Jesus in
Markas Besar Kepolisian Republik
Christianity, the sacrifice of Guru
Tegh Bahadur in Sikhism, the bloody Indonesia (Bareskrim Mabes Polri)
conquest in the Hebrew Bible, the
ditemukan perbedaan pendapat yang
terrible battles in the Hindu epics,
and the religious wars attested to in tajam di antara para saksi ahli, baik
Sinhalese Buddhist chronicles
pidana, bahasa, dan agama dalam kasus
indicate that in virtually every
tradition images of violence occupy Ahok. Di kalangan penyidik yang
as central a place as portrayals of
berjumlah 21 orang pun, terjadi
non-violence.”
perbedaan pandangan, ada yang
Dalam pernyataannya tersebut,
menyatakan ucapan Ahok menyebut
Juergensmeyer menilai bahwa sumber
Surat Al-Maidah ayat 51 itu pidana,
utama konflik dan kekerasan di dunia
sebagian menyebutkan tidak5.
adalah agama4.
Rizieq Shihab selaku saksi ahli
Berdasarkan kajian sejumlah bukti di
agama dari pihak jaksa penuntut umum
antaranya video, beberapa dokumen, dan
yang hadir dalam sidang ke-12 kasus
keterangan saksi-saksi serta para ahli,
penodaan agama dengan terdakwa
Kapolri Jenderal Tito Karnavian
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok
memberikan keputusan untuk menaikkan
menyatakan bahwa tindakan Ahok
kasus dugaan penodaan agama oleh
adalah murni penodaan agama.
Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki
Sedangkan guru besar ilmu tafsir IAIN
Tjahaja Purnama atau Ahok ke tingkat
Alauddin Makassar, Profesor Hamka
penyidikan dilakukan berdasarkan fakta
Haq, MA. yang dihadirkan pula sebagai
hukum yang ada. Meski demikian, polisi
ahli agama dalam persidangan tersebut

3 5
Marl Juergensmeyer, Violence and the Sacred http://www.voaindonesia.com/a/kapolri-ahok-te
in the Modern World, (1992), 1. rsangka-obyektif-profesional/3598071.html.,
4
Ibid. 2016: 1.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 269
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

menyatakan bahwa kasus dugaan B. Rumusan Masalah


penodaan agama yang dituduhkan 1. Bagaimana penafsiran
kepada Gubernur DKI Jakarta non-aktif gramatikal tentang pengertian
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok penodaan agama?
merupakan persoalan agama yang 2. Bagaimana penafsiran penodaan
menjadi persoalan politik, karena jika hal agama sesuai hukum positif
itu merupakan masalah agama Indonesia?
seharusnya dapat diselesaikan dengan
menggunakan cara Al-Quran untuk II. PEMBAHASAN
menyelesaikannya seperti yang tertera A. Pengertian Penafsiran
dalam surat An-Nisa ayat 140 dan surat 1. Penafsiran Hukum
Al-An’am ayat 686. Penafsiran hukum adalah suatu
Adanya perbedaan penafsiran upaya yang pada dasarnya menerangkan,
tentang tindak pidana penodaan agama menjelaskan, menegaskan baik dalam
seperti yang telah dilakukan oleh Basuki arti memperluas maupun membatasi /
Tjahaja Purnama atau Ahok sehingga mempersempit pengertian hukum yang
menjadikannya sebagai tersangka dalam ada dalam rangka penggunaannya untuk
kasus tersebut atau beberapa masalah memecahkan masalah atau persoalan
tindak pidana penodaan agama yang yang sedang dihadapi. Istilah lain untuk
pernah terjadi sebelumnya di Indonesia, penafsiran hukum adalah interpretasi
perlu dikaji lebih mendalam melalui hukum.
penelitian ini sehingga masyarakat Dalam penelitian ini penafsiran
Indonesia pada umumnya dan umat hukum yang digunakan adalah
muslim pada khususnya dapat penafsiran gramatikal. Penafsiran
memberikan penilaian yang bijaksana gramatikal yaitu suatu penafsiran hukum
serta sesuai dengan peraturan hukum yang didasarkan pada maksud pengertian
yang ada di Indonesia. perkataan-perkataan yang tersusun
dalam ketentuan suatu peraturan hukum,
dengan catatan bahwa pengertian
6
Dadan Eka Permana, “Prof. Hamka Haq, maksud perkataan yang lazim bagi
Menilai Kasus Ahok Persoalan Politik”,
http://www.bintang.com/lifestyle/read/26530 umum dan dipakai sebagai jawabannya.
65/prof-hamka-haq-menilai-kasus-ahok-pers
oalan-politik, diakses 15 November 2016.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 270
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

2. Penafsiran Gramatikal Penodaan terhadap serangan kata-kata mengejek


Agama terhadap Tuhan. Tidak terdapat suatu
Penafsiran adalah menafsirkan perundang-undangan khusus bagi
konsep, bukan menentang konsep. Pada seseorang yang melakukan penghinaan
konteks ini, penafsiran harus dipahami kepada Tuhan
sebagai aktifitas intepretasi terhadap (Godslasteringswet/blasphemous libel).
suatu konsep, bukan pertentangan Hal ini dikemukakan sebagai suatu
terhadap konsep. Penafsiran merupakan kekurangan yang vital dalam suatu
hak menyampaikan pendapat, ekspresi negara yang berdasarkan atas Ketuhanan
ataupun pikiran sesuai keyakinan Yang Maha Esa.
masing-masing yang dijamin dan Penodaan terhadap agama memiliki
dilindungi oleh konstitusi UUD 1945 dan pemahaman yang sangat luas tergantung
peraturan hukum lainnya. Jika ada dari konsep masing-masing agama.
perbedaan tentang sebuah penafsiran Dalam hukum Musa penodaan agama
maka dapat direspon dengan opini bukan diartikan secara luas sebagai
dengan kriminalisasi. menunjukkan rasa tidak hormat kepada
Secara umum penodaan agama Tuhan, meragukan kekuasaannya serta
diartikan sebagai pertentangan hal-hal tidak mematuhi perintah Tuhan 8 . Pada
yang dianggap suci atau yang tidak boleh agama Islam, tidak mengatur secara
diserang (tabu) yaitu, simbol-simbol khusus tentang penodaan agama,
agama / pemimpin agama / kitab suci Al-Quran menggunakan istilah
agama. Bentuk penodaan agama pada kemurtadan/ketidakhormatan dan kafir9.
umumnya adalah perkataan atau tulisan Adapun alasan-alasan diperlukannya
yang menentang ketuhanan terhadap kriminalisasi perbuatan atas agama
agama-agama yang mapan7. adalah10:
Indonesia dengan Pancasila dengan
sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai
8
L.W.Levy, Blasphemy: Verbal Offences
dasar alasan yang utama (causa prima), Againts The Sacred From Moses To Salman
Rusdhie, (New York, Knopf, 1993), 3.
tidak memiliki suatu pembelaan (afweer) 9
Ibid.
10
Barda Nawawi Arief, Delik Agama Dan
Penghinaan Tuhan (Blasphemy) Di Indonesia
7
Pultoni dkk., Panduan Pemantauan Tindak Dan Perbandingannya Di Berbagai Negara,
Pidana Penodaan Agama dan Ujaran (Semarang, Universitas Diponegoro, 2007),
Kebencian, (Jakarta, ILRC, 2012), 44. 2.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 271
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

a. Teori perlindungan agama fakta yang berkembang, berkaitan


Menurut teori ini, agama dilihat dengan dampak yang akan ditimbulkan.
sebagai kepentingan hukum/objek Pembentuk Undang-Undang perlu
yang akan dilindungi oleh negara mengetahui keadaan masyarakat
melalui peraturan sebenarnya dan perundang-undangan
perundang-undangan yang yang ada11.
dibuatnya. Tindak pidana terhadap agama
b. Teori perlindungan perasaan adalah istilah yang digunakan untuk
keagamaan menjelaskan tentang tindak pidana yang
Teori ini menjelaskan bahwa berhubungan dengan keyakinan atau
kepentingan hukum yang akan agama. Beberapa bentuk tindak pidana
dilindungi adalah rasa/perasaan yang dikenal sebagai tindak pidana
keagamaan dari orang-orang terhadap agama adalah murtad
beragama. (apostasy) dan penghinaan (blasphemy)
c. Teori perlindungan termasuk perbuatan-perbuatan lain yang
perdamaian/perasaan keagamaan dikategorikan sebagai tindak pidana
Kedamaian/ketentraman beragama terhadap agama dalam hal ini dikenal
diantara pemeluk dengan istilah hukum sebagai penodaan
agama/kepercayaan adalah agama.
kepentingan hukum yang dilindungi Seringkali perumusan yang tidak
menurut teori ini. jelas tentang pengertian penodaan agama
memberikan kekuatan kepada kelompok
Keanekaragaman agama di Indonesia mayoritas terhadap dissenters dan negara
menjadi sebuah kesatuan dan sekaligus terhadap individu. Pada negara yang
sesuatu hal sensitif ketika unsur dari multi kultur dan multi agama tentu akan
agama itu disalahgunakan untuk tujuan sangat rentan dengan isu penghinaan.
tertentu. Akibat dari perbuatan tersebut, Dilihat dari sifat agama, keyakinan
maka bagi pelakunya dapat seseorang terhadap satu hal dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana berbeda dengan keyakinan orang lain,
terhadap agama. Pembentukan bahkan menyalahkan keyakinan orang
Undang-Undang harus mampu melihat 11
Sudarto, Hukum Pidana Dan Perkembangan
Masyarakat, Jakarta, Sinar Baru, 1983), 109.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 272
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

lain dan perbedaan ini dapat dianggap Manusia 1948 (DUHAM). Keempat,
sebagai penghinaan terhadap agama Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang
lain12. No. 12 Tahun 2005 tentang
Dengan kata lain, penafsiran yang Pengesahan Kovenan Internasional
berbeda-beda dianggap sebagai bentuk tentang Hak-Hak Sipil dan Politik
penodaan agama. Menurut salah satu (International Covenant on Civil
konsultan hukum, Boris Tampubolon, and Political Rights / ICCPR).
adanya penafsiran berbeda dari suatu
ajaran agama bukan merupakan 1) Pasal 28E ayat (2) UUD 1945
penodaan terhadap agama. Tetapi ada “Setiap orang berhak atas
kebebasan meyakini
beberapa alasan yang dapat
kepercayaan, menyatakan
dikemukakan, yaitu13: pikiran dan sikap, sesuai dengan
hati nuraninya.”
a. Penafsiran adalah hak asasi manusia
yaitu hak kebebasan berekspresi dan
2) Pasal 23 ayat 2 UU HAM
menyatakan pendapat yang dijamin
“Setiap orang bebas untuk
dan dilindungi Konstitusi. mempunyai, mengeluarkan dan
menyebarluaskan pendapat
Setidaknya ada empat instrumen
sesuai hati nuraninya, secara
hukum yang memberi kerangka lisan dan atau tulisan melalui
media cetak maupun elektronik
umum pada kebebasan berpendapat
dengan memperhatikan
dan berekspresi di Indonesia. nilai-nilai agama, kesusilaan,
ketertiban, kepentingan umum,
Pertama, Pasal Pasal 28E ayat (2)
dan keutuhan bangsa.”
UUD 1945. Kedua, Pasal 23 ayat (2)
UU HAM. Ketiga, Pasal 18 dan 19 3) Pasal 18 DUHAM
Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi “Setiap orang berhak atas
kebebasan pikiran, hati nurani
dan agama; dalam hal ini
12
Nella Sumika Putri, Widati Wulandari dan termasuk kebebasan berganti
Raden Ayumas Zisni, Kajian Tindak Pidana agama atau kepercayaan, dengan
Terhadap Agama Di Indonesia Dibandingkan
Dengan Pengaturannya Menurut Hukum kebebasan untuk menyatakan
Internasional Dan Di Negara-Negara Lain, agama atau kepercayaann
(Semarang, DIPA Fakultas Hukum dengan cara mengajarkannya,
Universitas Padjajaran, 2015), 19. melakukannya, beribadat dan
13
Boris Tampubolon, “Penodaan Agama mentaatinya, baik sendiri
Menurut Konstitusi dan Hak Asasi Manusia”,
https://konsultanhukum.web.id/penodaan-aga maupun bersama-sama dengan
ma-menurut-konstitusi-dan-hak-asasi-manusi
a/, diakses 16 November 2016.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 273
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

orang lain, di muka umum menyatakan pendapat sesuai hati


maupun sendiri.”
nurani dari setiap warga negara yang
dijamin dan dilindungi konstitusi
4) Pasal 19 DUHAM
dan sebenarnya menggambarkan
“Setiap orang berhak atas
kehidupan masyarakat kita yang
kebebasan mempunyai dan
mengeluarkan pendapat; dalam demokratis dan ideal.
hal ini termasuk kebebasan
b. Penafsiran itu implikasi dari Hak
menganut pendapat tanpa
mendapat gangguan, dan untuk Asasi adalah milik manusia, bukan
mencari, menerima dan
ide, gagasan, kepercayaan, dan
menyampaikan
keterangan-keterangan dan konsep-konsep abstrak lainnya.
pendapat dengan cara apa pun
Pasal 19 ayat (3) ICCPR
dan dengan tidak memandang
batas-batas.” memberikan batasan untuk
menyampaikan pendapat ataupun
5) Pasal 18 ayat (1) Kovenan
pikiran dengan beberapa hal yang
Hak-Hak Sipil Politik
menjadi pertimbangan.
(International Covenant on Civil
Pelaksanaan hak-hak yang
and Political Rights / ICCPR)
diicantumkan dalam ayat 2 pasal ini
“Setiap orang berhak atas
menimbulkan kewajiban dan
kebebasan berpikir, keyakinan
dan beragama. Hak ini tanggung jawab khusus. Oleh
mencakup kebebasan untuk
karenanya dapat dikenai
menetapkan agama atau
kepercayaan atas pilihannya pembatasan tertentu, tetapi hal ini
sendiri, dan kebebasan, baik
hanya dapat dilakukan seesuai
secara sendiri maupun
bersama-sama dengan orang dengan hukum dan sepanjang
lain, baik di tempat umum atau
diperlukan untuk:
tertutup, untuk menjalankan
agama dan kepercayaannya 1) Menghormati hak atau nama
dalam kegiatan ibadah,
baik orang lain;
pentaatan, pengamalan, dan
pengajaran.” 2) Melindungi keamanan nasional
atau ketertiban umum atau
Berdasarkan ketentuan-ketentuan
kesehatan atau moral umum.
hukum tersebut, dapat dipahami
Namun perlu dipahami, dalam
bahwa penafsiran adalah bentuk
konteks hak asasi manusia, hak
ekspresi, kebebasan berpikir dan
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 274
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

asasi adalah milik manusia, menafsirkan suatu Undang-Undang


bukan milik ide, gagasan, hakim tidak dapat dengan
gagasan, kepercayaan dan sebebas-bebasnya menafsirkan suatu
konsep-konsep abstrak lainnya. ketentuan pidana, hakim tetap dibatasi
Sehingga perlu dicatat bahwa oleh keinginan dan sejarah dari
agama tidak termasuk dalam terbentuknya ketentuan pidana itu
ketentuan Pasal 19 ayat 3 sendiri 16 . Berbagai bentuk penafsiran
ICCPR yang mengacu pada yang dapat digunakan oleh hakim antara
ketentuan ini yang dilindungi lain, penafsiran gramatikal, penafsiran
adalah manusia bukan agama14. historis (sejarah), penafsiran sistematik
KUHP sendiri tidak memberikan (menafsirkan undang-undang menurut
suatu konteks dan penafsiran yang jelas sistem yang ada dalam hukum),
tentang tindak pidana terhadap agama penafsiran sosiologis/teologis,
baik itu permusuhan, penyalahgunaan penafsiran otentik/resmi, penafsiran
maupun penodaan agama. Penegak interdisipliner dan penafsiran
hukum sangat memerlukan suatu multidisipliner. Untuk menafsirkan
mekanisme penafsiran terhadap penodaan agama, menurut peneliti hakim
pengertian penodaan agama itu sendiri. memerlukan penafsiran multidisipliner
Hakim wajib menafsirkan suatu unsur untuk membantu hakim melakukan
tindak pidana yang tidak jelas untuk verifikasi dan bantuan dari disiplin ilmu
membuat keputusan sesuai dengan apa lain, dalam hal ini adalah ilmu agama.
yang diingkan oleh hukum itu sendiri,
15
untuk mencapai kepastian hukum . B. Peraturan Kebebasan Beragama
Akan tetapi pada dasarnya meskipun di Indonesia
hakim diberikan kebebasan untuk Dalam pengaturan hukum di
Indonesia, kedudukan agama diberi
14
Farid Hanggawan, dkk, “Ketika Berekspresi
Berbuah Bui Tinjauan Kritis atas tempat yang terhormat. Di dalam
Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan
Negeri Muaro No.45/Pid/B/2012/PN.MR. Pancasila kehidupan beragama oleh
dengan Terdakwa Alexander An”, Jurnal
keadilan Sosial: Kebebasan Bangsa Indonesia ditempatkan pada
Beragama/Kepercayaan, Nomor 03 (Juli peringkat pertama dari sila pertama yaitu
2013): 113.
15
Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Penafsiran dan
Konstruksi Hukum, (Bandung, Alumni,
16
2000), 8. Ibid.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 275
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

Ketuhanan Yang Maha Esa. Adapun c. Pasal 28 I ayat (1)


pengaturan penghormatan terhadap “Hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa, hak kemerdekaan
kebebasan beragama tersebut dari mulai
pikiran dan hati nurani, hak
Undang-undang Dasar 1945 sampai beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui
dengan peraturan perundangan lainnya.
sebagai pribadi dihadapan
Serta pembatasan perbuatan pidana hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang
terhadap kebebasan beragama, peraturan
berlaku surut adalah hak asasi
tersebut dapat kita lihat sebagai berikut : manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan
1. Pasal 28 D ayat (1), Pasal 28 E ayat
apapun.”
(1 dan 2), Pasal 28 I ayat (1), Pasal
29 ayat (2) di dalam Undang-undang d. Pasal 29 ayat (2)
Dasar 1945. “Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk
a. Pasal 28 D ayat (1)
memeluk agamanya
“Setiap orang berhak atas masing-masing dan untuk
pengakuan, jaminan, beribadat menurut agamanya dan
perlindungan, dan kepastian kepercayaannya itu”.
hukum yang adil serta perlakuan
yang sama dihadapan hukum.”
2. Pasal 18, tentang
DUHAM/Deklarasi Universal Hak
b. Pasal 28 E Ayat (1 dan 2)
Asasi Manusia Tahun 1948.
Ayat 1
“Setiap orang bebas memeluk “Setiap orang berhak atas
agama dan beribadat menurut kebebasan berfikir, berkeyakinan
agamanya, memilih pendidikan dan beragama; hak ini meliputi
dan pengajaran, memilih kebebasan untuk mengubah agama
pekerjaan, memilih atau keyakinan, serta kebebasan
kewarganegaraan, memilih secara pribadi atau bersama-sama
tempat tinggal diwilayah negara dengan orang-orang lain dan secara
dan meninggalkannya, serta terbuka atau pribadi, untuk
berhak kembali.” menjalankan agama atau
keyakinannya dalam pengajaran,
Ayat 2 praktek, ibadah dan ketaatan17.”
“Setiap orang berhak atas
kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya”.

17
Marsudi Utoyo, Tindak Pidana Penistaan
Agama oleh Kelompok Aliran di Indonesia,
(Palembang, Pranata Hukum, 2012), 19.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 276
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

3. Undang-Undang No.5 Tahun 1998, ICCPR/International Covenant on


Pengesahan Convenion against Civil and Political Rights.
Torture and Othe Cruel, Inhuman
and Degrading Treatment or C. Penodaan Agama
Punishment (Konvensi yang 1. Pengertian Penodaan Agama
menentang penyiksaan/CAT)18. Pengertian penodaan agama menurut
4. Pasal 4 dan Pasal 22 ayat (1 dan 2) Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Undang-Undang No.39 Tahun 1999 Penodaan berarti menghinakan;
tentang Hak Asasi Manusia (HAM) merendahkan (derajat dan sebagainya).
Ayat 1 Beberapa pakar hukum lebih memilih
“Setiap orang bebas memeluk
menggunakan kata cela atau mencela
agamanya masing-masing dan
beribadat menurut agamanya dan dibandingkan nista atau menista,
kepercayaannya itu”.
perbedaan istilah tersebut disebabkan
Ayat 2 oleh penerjemahan kata smaad dari
“Negara menjamin kemerdekaan
bahasa Belanda. Kesimpulannya, secara
setiap orang memeluk agamanya
masing-masing dan beribadat umum menistakan agama adalah
menurut agamanya dan
perilaku, perbuatan yang menghinakan
kepercayaannya itu”.
dan/atau merendahkan agama tertentu21.
5. Undang-Undang No.29/1999,
Undang-Undang No.1 Tahun 1965 pada
tentang Pengesahan Internasional
Pasal 4 menyebutkan bahwa pada Kitab
Convention of the Elimination of All
Undang-Undang Hukum Pidana
Forms of Racial
diadakan Pasal baru yaitu Pasal 156 a,
19
Dicsrimination/CERD .
sebagai berikut:
6. Undang-Undang No.11/2005,
Dipidanakan dengan pidana penjara
tentang Pengesahan International
selama-lamanya lima tahun barang siapa
Covenant on Economic, Social and
dengan sengaja di muka umum
Culturel Rights20.
mengeluarkan perasaan atau melakukan
7. Pasal 18 Undang-Undang
perbuatan:
No.12/2005, tentang
21
Sadiq Adhetyo, “Delik Penistaan Agama
Dalam Hukum Positif Indonesia”,
18
Ibid. http://rajapena.org/delik-penistaan-agama-dal
19
Ibid. am-hukum-positif-indonesia/, diakses 27
20
Ibid. April 2017.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 277
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

a. Yang pokoknya bersifat permusuhan, beragama, pada dasarnya


penyalahgunaan atau penodaan menghianati sila pertama dari negara
terhadap suatu agama yang dianut di secara total, dan oleh karenanya
Indonesia. adalah pada temannya, bahwa
b. Dengan maksud agar supaya orang perbuatannya itu dipidanakan
tidak menganut agama apapun juga, sepantasnya.
yang bersendikan ketuhanan yang
maha esa.
Tindak pidana ini mirip dengan apa
Penjelasan umum yang dapat dilihat yang dinamakan blasphemy atau
dari peraturan tersebut bertujuan untuk godslastering, yang berarti penghinaan
melindungi ketentraman setiap orang terhadap Allah.
dalam beragama dari
penodaan/penghinaan agama atau 2. Peraturan Penodaan Agama di
ajaran-ajaran yang tidak memeluk Indonesia
agama. Agama di Indonesia merupakan hal
Pada penjelasan pasal demi pasal prioritas utama untuk ditegakkan dan
tentang Pasal 4 tersebut dinyatakan dihormati keberadaannya karena nilai
bahwa: kesusilaan di dalamnya, sehingga agama
Cara mengeluarkan perasaan atau akan menjadi pemersatu dan
melakukan perbuatan dapat dilakukan keanekaragamannya22.
dengan lisan, tulisan ataupun perbuatan Pada Kitab Undang-Undang Hukum
lain. Pidana (KUHP) sebenarnya tidak ada
a. tindak pidana yang dimaksudkan di pasal khusus mengenai delik agama,
sini ialah semata-mata (pada
meski ada delik yang sebenarnya dapat
pokoknya) ditunjukkan kepada niat
untuk memusuhi atau menghina. dikategorikan sebagai delik terhadap
Dengan demikian maka
agama yaitu Pasal 156 KUHP yang
uraian-uraian tertulis maupun lisan
yang dilakukan secara objective, mengatur hukuman pidana penjara
zakelijk dan ilmiah mengenai sesuatu
paling lama empat tahun untuk seseorang
agama, yang disertai dengan usaha
untuk menghindari adanya kata-kata yang dengan sengaja menyatakan
atau susunan kata-kata yang bersifat
perasaan permusuhan, kebencian, atau
permusuhan atau penghinaan,
bukanlah tindak pidana menurut penghinaan terhadap suatu atau beberapa
pasal ini.
golongan rakyat Indonesia. Dengan
b. orang yang melakukan tindak pidana
tersebut di sini, disamping
mengganggu ketentraman orang 22
L.J Van Apeldorn, Op.cit., 41.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 278
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

demikian dapat dikatakan hukum pidana KUHP sebelumnya tidak secara tegas
itu memberi aturan-aturan untuk mengatur hukum untuk tindak penodaan
menanggulangi perbuatan jahat. Hukum agama. Pasal-pasal serupa yang
pidana mempunyai pengaruh preventif membahas tindak penodaan agama atau
terhadap terjadinya terkait kebencian terhadap suatu
pelanggaran-pelanggaran norma hukum, golongan, yaitu 154, 155, dan 156, baru
diterapkan terhadap pelanggaran yang secara spesifik mengatur hukuman untuk
konkrit dan sudah tercantum dalam tindakan penyebaran kebencian terhadap
peraturan hukum (Theorie des suku, golongan, pemerintah, dan
Psychischen Zwanges/ajaran paksaan kelompok tertentu, yang selanjutnya
psikis)23. dipertegas melalui Putusan MK
Setelah diundangkannya No.140/PUU-VII/2009 tanggal 19 April
Undang-Undang No.1 / PNPS / 1965 2010. Putusan MK ini menegaskan
tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan tentang keberadaan Pasal 28 (J) ayat 2
atau Penodaan Agama, maka dalam tentang pembatasan atas ketentuan hak
KUHP ditambahkan Pasal 156 a. Pasal asasi manusia, sehingga
156 a dimasukkan dalam KUHP Bab V memperkenankan negara untuk
tentang Kejahatan terhadap Ketertiban membatasi kebebasan beragama dan
Umum yang mengatur perbuatan berkeyakinan di Indonesia25.
menyatakan perasaan permusuhan, Mantan Menteri Agama Surya
kebencian atau penghinaan terhadap Dharma Ali menilai bahwa tidak adanya
orang atau golongan lain di depan umum definisi atau penjelasan yang jelas
dan juga terhadap orang atau golongan menurut Undang-Undang membuat pasal
yang berlainan suku, agama, keturunan penodaan agama ini multitafsir dan tidak
24
dan sebagainya . Pemerintah memberikan kepastian hukum (pasal
mengeluarkan peraturan PNPS karena

23 25
Sunaryo & Ajen Dianawati, Tanya Jawab Nella Sumika Putri & Tim LBH Bandung,
Seputar Hukum Acara Pidana, (Jakarta, “Analisis Pasal 156 a KUHP dan UU No.1
Transmedia Pustaka, 2010), 10. Tahun 1965 Terkait Tindak Pidana Penodaan
24
Tajus Subki, Multazaam Muntahaa & Ainul Agama yang Terjadi di Jawa Barat”,
Azizah, “Analisis Yuridis Tindak Pidana http://www.lbhbandung.or.id/media/2017/03/
Penodaan Agama Studi Putusan Pengadilan Analisis-Pasal-156-a-KUHP-dan-UU-No-1-t
Negeri Sampang Nomor: ahun-1965-terkait-tindak-pidana-penodaan-a
69/Pid.B/2012/PN.Spg”, Journal Etika gama-yang-terjadi-di-Jawa-Barat.pdf, diakses
Hukum, Volume 1, Nomor 1 (April 2014): 55. Maret 2016.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 279
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

karet), sehingga dapat menimbulkan orang-orang maupun debat-debat atau


permasalahan di Indonesia26. pandangan kritis. Tergantung
Hal ini menjadikan pasal penodaan kepentingan siapa yang muncul paling
agama belum memenuhi asas lex certa dominan, sehingga sudah bukan lagi
dan dianggap melanggar HAM 27 , yaitu untuk kepentingan penegakan hukum
khususnya Pasal 28 D ayat (1) secara adil namun untuk
Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 kepentingan-kepentingan yang lain.
Jo Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Sedangkan, siapapun bisa menjadi
No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi korban ketidakadilan dan kriminalisasi
Manusia (Undang-Undang HAM) yaitu dari pasal penodaan agama yang belum
hak mendapat kepastian hukum dan jelas ini.
keadilan. Padahal di dalam hukum Perumusan yang tidak jelas atau
pidana dikenal asas lex certa terlalu rumit hanya akan memunculkan
(bestimmtheitsgebot), yaitu pembuat ketidakpastian hukum dan menghalangi
Undang-Undang (legislatif) harus keberhasilan upaya penuntutan (pidana)
merumuskan secara jelas dan rinci tanpa karena warga selalu akan dapat membela
samar-samar (nullum crimen sine lege diri bahwa ketentuan-ketentuan seperti
stricta), mengenai perbuatan yang itu tidak berguna sebagai pedoman
disebut dengan tindak pidana / kejahatan perilaku 29 . Kata-kata/bahasa yang tidak
(crimes), sehingga tidak ada perumusan jelas seringkali digunakan dalam suatu
yang ambigu mengenai perbuatan yang hukum/Undang-Undang karena banyak
dilarang dan diberikan sanksi28. hal-hal umum yang ingin dijelaskan
Tidak jelasnya konsep penodaan meskipun hal ini menimbulkan suatu
agama dalam peraturan ketidakpastian mengenai perbuatan apa
perundang-undangan membuatnya yang sebenarnya ingin dilarang oleh
rentan disalahgunakan (misus). Tidak pembuat Undang-Undang30.
jarang pasal penodaan agama ini
dijadikan alat untuk membungkam
29
Jan Remmelink, Hukum Pidana: Komentar
Atas Pasal-pasal Terpenting dari Kitab
26
Boris Tampubolon, Op.cit., 1. Undangundang Hukum Pidana Belanda dan
27
Ibid. Padanannya dalam Kitab Undang-Undang
28
Roelof H. Heveman, The Legality of Adat Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta, PT
Criminal Law in Modern Indonesia, (Jakarta, Gramedia, 2003), 358.
30
Tata Nusa, 2002), 50. Putri & Tim LBH, Op.cit., 17.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 280
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

Pada praktiknya, kebanyakan kasus dapat dilihat secara sendiri-sendiri. Hal


penodaan agama yang berujung pada ini dapat dicermati dari susunan tata
vonnis pengadilan adalah berkaitan bahasa serta rumusan pasal tersebut,
dengan perbedaan penafsiran yang dimana huruf a mengatur soal perbuatan,
dilakukan seseorang maupun kelompok dan huruf b mengenai kesalahannya,
terhadap suatu ajaran atau ayat kitab suci ketidakterpisahan ini juga terlihat dari
yang selama ini diajarkan atau diyakini dipergunakannya tanda baca titik koma
(mainstream). pada bagian akhir huruf a31.
Kasus penodaan agama yang terjadi Peraturan terkait terdapat di dalam
di Indonesia mempunyai beberapa arti Undang-Undang No. 1/PNPS/Tahun
dalam penafsiran masyarakat. Namun 1965 Pasal 1 yang berbunyi:
penulis merujukkan kepada peraturan “Setiap orang dilarang dengan
sengaja di muka umum
perundang-undangan dalam Kitab
menceritakan, menganjurkan atau
Undang-Undang Hukum Pidana Pasal mengusahakan dukungan umum,
untuk melakukan penafsiran tentang
156 a yang berbunyi:
sesuatu agama yang dianut di
Dipidana dengan pidana penjara Indonesia atau melakukan
kegiatan-kegiatan keagamaan yang
selama-lamanya lima tahun barang siapa
menyerupai kegiatan-kegiatan
dengan sengaja di muka umum keagamaan dari agama itu,
penafsiran dan kegiatan mana
mengeluarkan perasaan atau melakukan
menyimpang dari pokok-pokok
perbuatan: ajaran agama itu.”
a. Yang pada pokoknya bersifat
permusuhan, penyalahgunaan atau Penjelasan Pasal 1 Undang-Undang
penodaan terhadap suatu agama
No. 1/PNPS/1965 ini menggambarkan
yang dianut di Indonesia;
b. Dengan maksud agar supaya orang bahwa penduduk Indonesia mempunyai
tidak menganut agama apapun juga,
beberapa keyakinan dalam beragama dan
yang bersendikan Ketuhanan Yang
Maha Esa. diantaranya ialah Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Budha dan Khong Hu Cu.
Menurut Dr. Eva Achjani Zulfa,
S.H., M.H., seorang pakar hukum pidana 31
Kosyi, “Ahli Hukum Pidana: Pasal 156a
Fakultas Hukum Universitas Indonesia KUHP Huruf A dan B Tidak Dapat
Dipisahkan Penerapannya”,
menyatakan bahwa Pasal 156 a huruf a https://www.bantuanhukum.or.id/web/ahli-h
ukum-pidana-pasal-156a-kuhp-huruf-dan-b-t
dan b merupakan satu kesatuan, dan tidak idak-dapat-dipisahkan-penerapannya/,
diakses 1 Februari 2017.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 281
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

Agama-agama ini tetap dijamin Apabila, setelah tindakan tersebut


keberadaannya sepanjang tidak telah dilakukan, tetapi masih terjadi
melanggar peraturan pelanggaran ketentuan Pasal 1 UU No.1 /
perundang-undangan yang berlaku. PNPS / 1965 itu maka orang, penganut,
Penodaan agama di Indonesia sangat anggota dan/atau anggota pengurus
berkaitan dengan kehidupan sosial yang organisasi yang bersangkutan dari aliran
syarat dengan norma/kaidah sosial, itu dipidana dengan pidana penjara
karena agama itu sendiri merupakan selama-lamanya 5 tahun. Pada Pasal ini
kaidah agama yang penerapannya terdapat larangan untuk dengan sengaja
terletak pada sikap batin di dalam di muka umum menceritakan,
masyarakat dan memiliki peranan menganjurkan atau mengusahakan
penting dalam kehidupan sosial. Kaidah dukungan umum, untuk melakukan
agama akan dilindungi pelaksanaannya penafsiran tentang suatu agama yang
oleh kaidah hukum setiap negara. dianut di Indonesia atau melakukan
Kaidah hukum di Indonesia kegiatan-kegiatan keagamaan yang
memberikan petunjuk tentang hal menyerupai kegiatan dari agama itu,
tersebut, bila ada orang yang melanggar penafsiran dan kegiatan-kegiatan yang
aturan ini maka akan diberi perintah dan menyimpang dari pokok ajaran agama itu
32
peringatan keras untuk menghentikan (Soesilo, 1996: 134-135).
perbuatannya itu melalui Surat Tindak pidana penodaan agama yang
Keputusan Bersama (SKB) Menteri diatur di dalam Pasal 156
Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Negeri. Bila yang melanggar adalah No.1 Tahun 1946 tentang Kitab
organisasi atau aliran kepercayaan maka Undang-Undang Hukum Pidana, adalah
Presiden Republik Indonesia dapat salah satu dari peraturan perbuatan
membubarkan atau menyatakan aliran pidana yakni kejahatan
terlarang organisasi atau aliran itu setelah (haatzaai-artikelen) yang terkenal/diakui
mendapat pertimbangan dari Menteri (befaamd) dirumuskan dengan perbuatan
Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam pidana yang kontroversial, yaitu
Negeri. 32
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Serta
Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal
Demi Pasal, (Bogor, Pliteia, 1996), 134-135.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 282
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

mengeluarkan pernyataan perasaan sumber dalam putusan dalam setiap


bermusuhan, benci atau merendahkan putusan dalam kasus penodaan agama di
dengan objek dari perbuatan pidana Indonesia.
tersebut, ialah golongan penduduk, yang Penodaan agama di Indonesia sangat
kemudian diikuti oleh interprestasi berkaitan dengan kehidupan sosial yang
otentik 33 . Dikatakan dalam Pasal 156 syarat dengan norma, karena agama itu
Undang-Undang Republik Indonesia No. sendiri memiliki peranan penting dalam
1 Tahun 1946 tentang Kitab kehidupan sosial. Menurut Jalaludin,
Undang-Undang Hukum Pidana perlu dipahami peran norma dalam
kemudian, bahwa yang dimaksudkan kehidupan sosial yaitu34:
dengan golongan penduduk ialah “Norma dalam kehidupan sosial
merupakan nilai-nilai luhur yang
golongan yang berbeda, antara lain
menjadi tolok ukur tingkah laku
karena agama dengan golongan sosial. Jika tingkah laku yang
diperlihatkan sesuai dengan norma
penduduk yang lain. Maka suatu
yang berlaku, maka tingkah laku
pernyataan perasaan di muka umum yang tersebut dinilai baik dan diterima,
sebaliknya jika tingkah laku tersebut
bermusuhan, benci atau merendahkan
tidak sesuai atau bertentangan
terhadap golongan agama, dapat dengan norma yang berlaku, maka
tingkah laku tersebut dinilai buruk
dipidanakan berdasarkan Pasal 156 a
dan ditolak. Tingkah laku yang
Undang-Undang Republik Indonesia menyalahi norma yang berlaku ini
disebut dengan tingkah laku yang
No.1 Tahun 1946 tentang Kitab
menyimpang.”
Undang-Undang Hukum Pidana.
Undang-Undang No. 1/PNPS/Tahun Dalam kehidupan masyarakat
1965 dijadikan dasar dan pedoman dalam beragama penyimpangan yang demikian
menangani persmasalahan Tindak itu salah satunya terjadi pada kasus
Pidana Penodaan Agama di Indonesia, penodaan agama yang diarahkan pada
sedangkan Pasal 156 a KUHP Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
merupakan salinan dari Undang-Undang
No. 1/PNPS/Tahun 1965 yang dijadikan 3. Tindak Pidana Penodaan Agama
Tindakan penodaan agama di
33
Ikhsan, “Fungsionalisasi Undang-Undang Indonesia diatur melalui instrumen
No. 1/PNPS/Tahun 1965 dan Pasal 156 a
KUHP Terhadap Tindak Pidana Penistaan
Agama di Indonesia”, JOM Fakultas Hukum, 34
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta, Raja
Volume 3, Nomor 1 (Februari 2016): 9 . Grapindo Persada, 2005), 267.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 283
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

Penetapan Presiden Republik Indonesia yang salah satu pembedaannya


No. 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan berdasarkan agama. Dengan demikian
Penyalahgunaan/Penodaan Agama. pernyataan perasaan permusuhan,
Ketentuan yang lebih dikenal dengan kebencian, atau penghinaan terhadap
Undang-Undang PNPS No. 1 Tahun golongan ini merupakan tindak pidana.
1965 ini sangat singkat isinya, karena Hal ini dimaksudkan untuk memelihara
hanya berisi 5 pasal saja. perdamaian di antara golongan agama
Pasal 4 pada Undang-Undang No. yang berbeda-beda, sehingga ketertiban
1/PNPS/1965 sendiri yang telah umum dapat tercapai dengan tidak
memasukkan unsur pidana kedalam terganggunya perdamaian tersebut.
aturan perundang-undangan yang isinya: Ketentuan ini sepadan dengan letak Pasal
“Pada Kitab Undang-Undang 156 yang merupakan Kejahatan terhadap
Hukum Pidana, diadakan pasal baru
Ketertiban Umum, selain itu, apabila
yang berbunyi sebagai berikut; pasal
156a. dihubungkan dengan teori tindak pidana
Dipidana dengan pidana penjara
terhadap agama termasuk dalam
selama-lamanya lima tahun barang
siapa dengan sengaja dimuka umum Friedensschutz Theorie, karena teori ini
mengeluarkan perasaan atau
memandang ketertiban / ketenteraman
melakukan perbuatan:
a) yang pada pokoknya bersifat umum sebagai kepentingan hukum yang
permusuhan, penyalah-gunaan
harus dilindungi.
atau penodaan terhadap suatu
agama yang dianut di Indonesia; Tindak pidana penodaan agama telah
b) dengan maksud agar supaya
dibahas sebelumnya dalam sebuah
orang tidak menganut agama
apapun juga, yang bersendikan penelitian analisis yuridis terhadap
ke-Tuhanan Yang Maha Esa.”
putusan dengan nomor perkara
36
Tindak pidana yang ditujukan No.69/Pid.B/2012/PN.Spg yang
terhadap penistaan agama dapat bertujuan untuk mengetahui kesesuaian
ditemukan dalam ketentuan Pasal 156, antara Jaksa Penuntut Umum
156a, dan 157 KUHP35. Tindak pidana menggunakan dakwaan alternatif dalam
yang ditentukan dalam Pasal 156 KUHP perkara No.69/Pid.B/2012/PN.Spg
mempunyai obyek golongan penduduk dengan tindak pidana yang dilakukan dan
untuk mengetahui kesesuaian antara
35
Moch. Anwar, H.A.K., Hukum Pidana
36
Bagian Khusus (KUHP Buku II) Jilid Tajus Subki, Multazaam Muntahaa & Ainul
1. (Bandung, Citra Aditya Bakti, 1994), 7. Azizah, Op.cit., 1.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 284
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

penjatuhan pidana lebih ringan dari kebencian atau penghinaan terhadap


tuntutan Jaksa Penuntut Umum dengan suatu golongan rakyat Indonesia,
tujuan pemidanaan. sebagaimana diatur dalam Pasal 156
Dalam penelitian tersebut belum KUHP dalam dakwaan alternatif kedua.
dilakukan pembahasan dari aspek Kasus Ahok bermula pada hari
gramatikal tentang penodaan agama, Selasa tanggal 27 September 2016 sekira
tetapi dalam penelitian ini penulis akan pukul 08.30 WIB terdakwa selaku
lebih memperhatikan penafsiran tentang Gubernur DKI (Daerah Khusus Ibu kota)
tindak pidana penodaan agama dari Jakarta mengadakan kunjungan kerja di
aspek gramatikal dari ahli hukum, ahli Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pulau
bahasa dan ahli agama. Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang,
Kecamatan Pulau Seribu Selatan
4. Pendapat Para Ahli Hukum Kabupaten Administrasi Kepulauan
tentang Penodaan Agama (Studi Seribu, Propinsi DKI Jakarta dalam
Kasus Tindak Pidana Penodaan rangka panen ikan kerapu dengan
Agama oleh Basuki Tjahja didampingi antara lain oleh anggota
Purnama alias Ahok) DPRD DKI Jakarta, Bupati Kepulauan
Kasus penodaan agama yang telah Seribu, Kepala Dinas Kelautan,
terjadi dan memperoleh putusan hakim Perikanan dan Ketahanan Pangan
Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada Provinsi DKI Jakarta, Asisten Ekonomi
perkara No.1537/Pid.B/2016/PN.Jkt Utr. dan dihadiri oleh para nelayan, tokoh
Dengan terdakwa Basuki Tjahaja agama, tokoh masyarakat dan aparat
Purnama alias Ahok, dinyatakan dalam setempat. Pada saat terdakwa
vonnisnya sebagai berikut. mengadakan kunjungan kerja tersebut
Majelis hakim Pengadilan Negeri terdakwa telah terdaftar sebagai salah
Jakarta Utara yang memeriksa dan satu calon Gubernur DKI Jakarta yang
mengadili perkara ini memutuskan; pemilihannya akan dilaksanakan pada
menyatakan terdakwa Basuki Tjahaja bulan Februari 2017.
Purnama alias Ahok terbukti melakukan Bahwa meskipun pada kunjungan
tindak pidana di muka umum kerja tersebut tidak ada hubungannya
menyatakan perasaan permusuhan, dengan pelaksanaan pemilihan Gubernur

Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 285


Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

DKI Jakarta, akan tetapi oleh karena Surat Al-Maidah ayat 51 sebagai alat
terdakwa telah terdaftar sebagai salah atau sarana untuk membohongi dan
satu calon Gubernur maka ketika membodohi masyarakat dalam rangka
terdakwa memberikan sambutan dengan pemilihan Gubernur DKI Jakarta,
sengaja memasukkan kalimat yang dipandang sebagai penodaan terhadap
berkaitan dengan agenda pemilihan Al-Qur’an sebagai Kitab Suci agama
Gubernur DKI dengan mengaitkan surat Islam, sejalan dengan Pendapat dan
Al-Maidah ayat 51 yang antara lain Sikap Keagamaan Majelis Ulama
mengatakan sebagai berikut: Indonesia (MUI) tanggal 11 Oktober
“... ini pemilihan kan dimajuin jadi 2016 angka 4 yang menyatakan bahwa
kalo saya tidak terpilih pun saya
kandungan Surah Al-Maidah ayat 51
berhentinya Oktober 2017 jadi kalo
program ini kita jalankan dengan yang berisi larangan menjadikan Yahudi
baik pun bapak ibu masih sempet
dan Nasrani sebagai pemimpin adalah
panen sama saya sekalipun saya tidak
terpilih jadi gubernur. Jadi cerita ini sebuah kebohongan, hukumnya haram
supaya bapak ibu semangat, jadi ga
dan termasuk penodaan terhadap
usah pikiran ah..nanti kalau ga ke
pilih, pasti Ahok programnya bubar, Al-Qur’an.
engga........saya sampai Oktober
Fakta tersebut menjadikan Jaksa
2017, jadi jangan percaya sama
orang, kan bisa aja dalam hati kecil Penutut Umum (JPU) memberikan
bapak ibu ga bisa pilih saya, ya
dakwaan alternatif pertama dengan
kan dibohongi pakai surat
Al-Maidah 51, macem-macem ancaman pidana dalam Pasal 156 a huruf
itu itu hak bapak ibu yah jadi kalo
a Kitab Undang Undang Hukum Pidana.
bapak ibu perasaan gak bisa kepilih
nih karena saya takut masuk neraka Dakwaan alternatif kedua
karna dibodohin gitu ya enga papa,
menyebutkan tentang perbuatan
karna inikan panggilan pribadi bapak
ibu program ini jalan saja, jadi terdakwa diancam pidana dalam Pasal
bapak ibu gak usah merasa gak enak,
156 Kitab Undang-Undang Hukum
dalam nuraninya ga bisa milih Ahok,
gak suka sama Ahok nih, tapi Pidana, selanjutnya dinyatakan pada
programnya gua kalo terima ga enak
hal-hal berikut ini:
dong jadi utang budi jangan bapak
ibu punya perasaan ga enak nanti - Bahwa dengan perkataan terdakwa
mati pelan-pelan loh kena stroke.”
tersebut, pemeluk dan penganut
agama Islam yang merupakan salah
Bahwa perbuatan terdakwa yang
satu golongan rakyat Indonesia,
telah mendudukkan atau menempatkan

Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 286


Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

seolah olah adalah orang yang sebahagian mereka adalah


pemimpin bagi sebahagian yang
membohongi dan membodohi dalam
lain. Barangsiapa diantara kamu
menyampaikan kandungan Surat mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya
Al-Maidah ayat 51 yang merupakan
orang itu termasuk golongan
bagian dari Al Quran Kitab Suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada
umat Islam tentang larangan
orang-orang yang zalim.”
menjadikan non-muslim sebagai
pemimpin kepada masyarakat dalam Terjemahan dan interprestasinya
rangka pemilihan Gubernur DKI menjadi domain bagi pemeluk dan
Jakarta, karena menurut terdakwa penganut agama Islam, baik dalam
kandungan Surat Al-Maidah ayat pemahamannya maupun dalam
51 tidak ada hubungannya dalam penerapannya.
memilih kepala daerah, dimana Beberapa saksi ahli dalam
pendapat tersebut didasarkan pada persidangan kasus penodaan agama yang
pengalaman terdakwa saat dilakukan Basuki Tjahaja Purnama alias
mencalonkan diri sebagai Gubernur Ahok, memberikan pengertian tentang
Bangka Belitung, saat itu terdakwa penafsiran penodaan agama, antara lain
mendapatkan selebaran-selebaran (Putusan No. 1537Pid.B/2016/PN.Jkt
yang pada pokoknya berisi larangan Utr.):
memilih pemimpin non muslim yang a. Prof. H. Mahyuni, MA., PhD.
antara lain mengacu pada Surat Ahli adalah ahli bahasa dalam
Al-Maidah ayat 51 yang diduga arti linguistik, ilmu kajian bahasa
dilakukan oleh lawan-lawan politik tetapi fokus pada wacana kritis, jadi
terdakwa. wacana ini didekati oleh banyak
- Bahwa Surat Al-Maidah ayat 51 disiplin ilmu lain, ada unsur sosio
berdasarkan terjemahan linguistik, sosiologi bahasa ada unsur
Departemen/Kementerian Agama makna yang disebut simantik, ada
adalah: unsur struktur bahasa disebut sinteks,
“Wahai orang-orang yang ada unsur kosa kata disebut vocab
beriman, janganlah kamu
termasuk linguistik jadi discuse atau
mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu);
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 287
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

wacana ini digempur dari banyak positif, dengan kata lain kata itu
disiplin ilmu. sendiri yang negatif.
Pengertian kata penistaan dan b. Prof. DR. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag.
penodaan adalah jika bicara bentuk Ahli sebagai ahli agama Islam
kata menista itu kata kerjanya, memiliki keahlian di bidang tafsir
penistaan itu kata bendanya, jadi dan Ulumul Quran, yaitu ilmu
proses menista orang itulah yang tentang Al-Quran, apa itu Al-Quran,
disebut penistaan, jika menodai itu bagaimana Al Quran diturunkan,
mencederai, jika kita melihat definisi Nasih Mansuh, sampai kepada ilmu
kamus besar kurang lebih seperti itu, tafsir Al-Quran.
sedangkan jika dilihat dari gradasi, Al-Quran tidak mengatur secara
sebenarnya itu hanya sinonim khusus mengenai ayat-ayat yang
menurut yang ahli pahami walaupun menjadi ukuran ini menista, ini
dari segi kualitas ujaran itu menista menghina atau mengolok-olok, tetapi
lebih berat daripada menodai. banyak sekali di dalam Al-Quran
Ahli menyebutkan sebagai celaan terhadap orang yang
intenden meaning dan terdapat melakukan Istihza’ atau
implicatcher, tentang intenden mengolok-olok atau merendahkan
meaning ada maksud setiap orang Al-Quran.
berbicara pasti sengaja pasti Bahwa dari video tersebut yang
terpikirkan dan keluar menjadi dimintakan pendapat oleh penyidik
produksi ujaran. Mengenai fokusnya pada kata-kata yang
implicatcher, itu adalah istilah ilmu menistakan agama, yaitu pada
ahli, ada ujaran yang terungkap kata-kata di bohongi menggunakan
seperti makna yang dipahami, setiap Al-Ma’idah ayat 51, dan pendapat
ujaran itu punya makna, jadi pilihan ahli yaitu ahli mengatakan bahwa
kata menjadi ujaran itu kan ada yang dari perkataan itu ada penistaan dan
biasa, tapi kalau pilihan kata tadi penodaan agama, pertama terhadap
yang kita fokus itu adalah bohong, itu ulama yang menyampaikan
jelas bahwa itu adalah menegasi Al-Ma’idah dan terhadap
makna positif, menegatifkan makna Al-Ma’idah itu sendiri.

Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 288


Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

Dasar pendapat ahli tersebut yang cukup jelas tentang


adalah dari kata dibohongi, karena perbuatan-perbuatan yang tergolong
masalah perbedaan pendapat di sebagai penodaan terhadap agama.
antara ulama sejak dulu sudah biasa, Sehingga tidak terdapat suatu pemisahan
saling menyatakan salah, tetapi tidak yang jelas apakah suatu perbuatan
boleh mengatakan bohong. Dalam tergolong dalam penafsiran yang
ilmu Hadits, suatu ilmu yang sangat menyimpang atau penyesatan atau
penting untuk menilai apakah sabda berisikan permusuhan dan yang lainnya.
Rasul itu murni, diperlukan Sanad. DPR akan mempersempit ruang
Sanad itu adalah urutan-urutan penafsiran terhadap rumusan pasal
periwayatan dari hadits seperti penodaan agama dalam rancangan
Bukhari, Muslim, Tarmidzi, Abu KUHP (R-KUHP) yang saat ini masih
Daud sampai Rasulullah SAW dibahas bersama dengan pemerintah.
diperlukan 4-5 generasi, untuk Menurut anggota Komisi III DPR Fraksi
menilai itu perlu ada orang yang PPP Arsul Sani, hal itu dilakukan untuk
menyampaikan harus jujur, menghindari adanya multitafsir terhadap
pribadinya baik, dari segi pasal penodaan agama selama ini37. Pasal
kepribadiannya dan diakui keilmuan 348 R-KUHP menjadi salah satu pasal
dalam periwayatan, salah satu sifat yang mendapat catatan dari DPR agar
yang paling menjatuhkan itu adalah pemerintah merumuskan
bohong. perbuatan-perbuatan apa saja yang
masuk ke kategori penodaan agama agar
Pada saat menafsirkan suatu nanti penerapannya tidak bersifat
perbuatan termasuk dalam kategori subjektif. Hal ini perlu untuk dikaji
penodaan agama, penegak hukum bahwa pasal penodaan agama tidak boleh
khususnya jaksa dan hakim sangat memunculkan interpretasi yang beragam.
tergantung dengan keterangan dari para Peraturan yang baik ialah peraturan yang
ahli yang memberikan keterangan di
pengadilan. Hal ini dikarenakan dalam
rumusan tindak pidana sendiri tidak
37
Oje, “Penafsiran Pasal Penodaan Agama
Dipersempit”,
terdapat suatu penjelasan dan penafsiran http://news.metrotvnews.com/politik/ybDRO
zPK-penafsiran-pasal-penodaan-agama-diper
sempit, diakses 17 Mei 2017.
Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 289
Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

dirumuskan dan tidak menimbulkan peraturan tersebut bertujuan untuk


multitafsir dalam implementasinya. melindungi ketentraman setiap orang
dalam beragama dari
III. PENUTUP penodaan/penghinaan agama atau
A. Kesimpulan ajaran-ajaran yang tidak memeluk
Pengertian penodaan agama secara agama.
gramatikal yaitu menghinakan, Pada kasus tindak penodaan agama
merendahkan (derajat dan sebagainya). oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok
Beberapa pakar hukum lebih memilih dengan putusan perkara No.
menggunakan kata cela atau mencela 1537/Pid.B/2016/PN.Jkt Utr., hakim
dibandingkan nista atau menista, memutuskan bahwa Ahok terbukti
perbedaan istilah tersebut disebabkan melakukan tindak pidana di muka umum
oleh penerjemahan kata smaad dari menyatakan perasaan permusuhan,
bahasa Belanda. Secara umum kebencian atau penghinaan terhadap
menistakan agama adalah perilaku, suatu golongan rakyat Indonesia,
perbuatan yang menghinakan dan/atau sebagaimana diatur dalam Pasal 156
merendahkan agama tertentu. KUHP. Beberapa ahli menyatakan
Pada Kitab Undang-Undang Hukum bahwa terdapat intenden meaning dan
Pidana (KUHP) terdapat delik yang implicatcher, tentang intenden meaning
dikategorikan sebagai delik terhadap ada maksud setiap orang berbicara pasti
agama yaitu Pasal 156 KUHP untuk sengaja pasti terpikirkan dan keluar
mengatur seseorang yang dengan sengaja menjadi produksi ujaran. Sedangkan
menyatakan perasaan permusuhan, implicatcher adalah istilah ilmu ahli, ada
kebencian, atau penghinaan terhadap ujaran yang terungkap seperti makna
suatu atau beberapa golongan rakyat yang dipahami, setiap ujaran itu punya
Indonesia. Setelah diundangkannya makna, jadi pilihan kata menjadi ujaran
Undang-Undang No. 1/PNPS/1965 itu kan ada yang biasa, tapi kalau pilihan
tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan kata tadi yang kita fokus itu adalah
atau Penodaan Agama, maka dalam bohong, itu jelas bahwa itu adalah
KUHP ditambahkan Pasal 156 a. menegasi makna positif, menegatifkan
Penjelasan umum yang dapat dilihat dari

Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 290


Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

makna positif, dengan kata lain kata itu dari public figure, seharusnya dapat
sendiri yang negatif. diberikan sanksi sesuai dengan peraturan
Saat menafsirkan suatu perbuatan yang berlaku.
termasuk dalam kategori penodaan
agama, penegak hukum khususnya jaksa
dan hakim sangat tergantung dengan DAFTAR PUSTAKA
keterangan dari para ahli yang
memberikan keterangan di pengadilan. Buku
Ardhiwisastra, Yudha Bhakti. Penafsiran
B. Saran dan Konstruksi Hukum. 8.
Saran penulis adalah lembaga Bandung: Alumni, 2000.
legistlatif di Indonesia harus segera Arief, Barda Nawawi. Delik Agama Dan
meratifikasi peraturan mengenai Penghinaan Tuhan (Blasphemy)
penodaan agama khususnya tentang Di Indonesia Dan
Pasal 156 KUHP terkait kalimat di muka Perbandingannya Di Berbagai
umum dalam materi pasal yang Negara. 2. Semarang:
menyebutkan tindak pidana di muka Universitas Diponegoro, 2007.
umum menyatakan perasaan Apeldoren, L.J. Van. Pengantar Ilmu
permusuhan, kebencian atau penghinaan Hukum. 41. Jakarta: Pradnya
terhadap suatu golongan rakyat Paramita, 1981.
Indonesia. Perumusan peraturan tersebut Blasphemy, L.W.Levy. Verbal Offences
harus diperjelas penafsirannya dan Againts The Sacred From Moses
dipersempit ruang lingkupnya, sehingga To Salman Rusdhie.3. New York:
pengertiannya di muka umum akan lebih Knopf, 1993.
jelas kriterianya. H.A.K., Moch. Anwar. Hukum Pidana
Pada kasus penodaan agama Bagian Khusus (KUHP Buku
selanjutnya, kasus Ahok yang sempat II) Jilid 1. 7. Bandung: Citra
menjadi sorotan utama nantinya dapat Aditya Bakti, 1994.
menjadi salah satu yurisprudensi dan Heveman, Roelof H. The Legality of
contoh pada masyarakat bahwa ketika Adat Criminal Law in Modern
ada kasus penodaan agama yang bukan Indonesia. 50. Jakarta: Tata Nusa,

Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 291


Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

2002. Komentar-Komentarnya Lengkap


Jalaludin. Psikologi Agama. 267. Jakarta: Pasal Demi Pasal. 134-135.
Raja Grapindo Persada, 2005. Bogor: Pliteia, 1996.
Juergensmeyer, Marl. Violence and the Sudarto. Hukum Pidana Dan
Sacred in the Modern World, 1, Perkembangan Masyarakat. 109.
1992. Jakarta: Sinar Baru, 1983.
Pultoni dkk. Panduan Pemantauan Sunaryo & Ajen Dianawati. Tanya
Tindak Pidana Penodaan Agama Jawab Seputar Hukum Acara
dan Ujaran Kebencian. 44. Jakarta: Pidana. 10. Jakarta: Transmedia
ILRC, 2012. Pustaka, 2010.
Putri, Nella Sumika dkk. Kajian Tindak Utoyo, Marsudi. Tindak Pidana
Pidana Terhadap Agama Di Penistaan Agama oleh Kelompok
Indonesia Dibandingkan Dengan Aliran di Indonesia. 19.
Pengaturannya Menurut Hukum Palembang: Pranata Hukum, 2012.
Internasional Dan Di
Negara-Negara Lain. 19. Jurnal
Semarang: DIPA Fakultas Hukum Hanggawan, Farid dkk. “Ketika
Universitas Padjajaran, 2015. Berekspresi Berbuah Bui Tinjauan
Remmelink, Jan. Hukum Pidana: Kritis atas Pertimbangan Hukum
Komentar Atas Pasal-pasal Putusan Pengadilan Negeri Muaro
Terpenting dari Kitab No.45/Pid/B/2012/PN.MR.
Undangundang Hukum Pidana dengan Terdakwa Alexander An”.
Belanda dan Padanannya dalam Jurnal keadilan Sosial: Kebebasan
Kitab Undang-Undang Hukum Beragama/Kepercayaan. Nomor
Pidana Indonesia. 358. Jakarta: 03 (Juli 2013): 113.
PT Gramedia, 2003. Ikhsan. “Fungsionalisasi
Soemitro, Rony Hanitijio. 1998. Undang-Undang No.1 / PNPS /
Metodologi Penelitian Hukum dan Tahun 1965 dan Pasal 156 a
Juri Metri, Jakarta: Ghalia. KUHP Terhadap Tindak Pidana
Soesilo, R. Kitab Undang-Undang Penistaan Agama di Indonesia”,
Hukum Pidana (KUHP) Serta JOM Fakultas Hukum. Volume 3,

Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 292


Kurnia Dewi Anggraeny
Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama
Dalam Perspektif Hukum

Nomor 1 (Februari 2016): 9. Oje. “Penafsiran Pasal Penodaan Agama


Subki, Tajus dkk. “Analisis Yuridis Dipersempit”.
Tindak Pidana Penodaan Agama http://news.metrotvnews.com/polit
Studi Putusan Pengadilan Negeri ik/ybDROzPK-penafsiran-pasal-p
Sampang Nomor: enodaan-agama-dipersempit.
69/Pid.B/2012/PN.Spg”, Journal Diakses 17 Mei 2017.
Etika Hukum. Volume 1, Nomor 1 Permana, Dadan Eka. “Prof. Hamka Haq,
(April 2014): 55. Menilai Kasus Ahok Persoalan
Politik”.
Website http://www.bintang.com/lifestyle/r
Adhetyo, Sadiq. “Delik Penistaan ead/2653065/prof-hamka-haq-men
Agama Dalam Hukum Positif ilai-kasus-ahok-persoalan-politik.
Indonesia”. Diakses 15 November 2016.
http://rajapena.org/delik-penistaan Tampubolon, Boris. “Penodaan Agama
-agama-dalam-hukum-positif-indo Menurut Konstitusi dan Hak Asasi
nesia/. Diakses 27 April 2017. Manusia”.
Faisal. “Menurut Ahli Bahasa Ucapan https://konsultanhukum.web.id/pe
Ahok Merupakan Penistaan nodaan-agama-menurut-konstitusi
Agama”. -dan-hak-asasi-manusia/. Diakses
http://aceh.tribunnews.com/2016/1 16 November 2016.
1/16/ahli-bahasa-ucapan-ahok-mer
upakan-penistaan-agama. Diakses
16 November 2016.
Kosyi. “Ahli Hukum Pidana: Pasal 156a
KUHP Huruf A dan B Tidak Dapat
Dipisahkan Penerapannya”.
https://www.bantuanhukum.or.id/
web/ahli-hukum-pidana-pasal-156
a-kuhp-huruf-dan-b-tidak-dapat-di
pisahkan-penerapannya/. Diakses
1 Februari 2017.

Volume 2, No. 1, Juni 2017 | 293

Anda mungkin juga menyukai