TENTANG
MEMUTUSKAN:
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari Tujuan Nasional.Untuk itu perlu ditingkatkan
upaya guna memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau.
Selain itu dengan semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan
sosial ekonomi masyarakat, maka sistem nilai dan orientasi dalam
masyarakatpun mulai berubah. Masyarakat mulai cenderung menuntut
pelayanan umum yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu
termasuk pelayanan kesehatan.
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu
pelayanan Rumah Sakit maka fungsi pelayanan RSUD Sawerigading
Palopo secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih
efektif dan efisien serta memberi kepuasan kepada pasien, keluarga
maupun masyarakat.
Dalam rangka peningkatan mutu tesebut pelayanan RSUD
Sawerigading dapat seperti yang diharapkan maka perlu disusun
Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasein RSUD
Sawerigading Palopo. Buku pedoman ini merupakan konsep dan
program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien RSUD Sawerigading
Palopo, yang disusun sebagai acuan bagi seluruh komponen RSUD
Sawerigading Palopo baik manajerial maupun klinis dalam
melaksanakan upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Dalam buku pedoman ini diuraikan tentang indikator
mutu masing-masing unit kerja, penentuan area prioritas, indikator
kunci area manajerial, indikator kunci area klinis, indikator kunci
sasaran keselamatan pasien, ruang lingkup, model perbaikan mutu,
deskripsi program, manajemen risiko, prinsip upaya peningkatan mutu,
serta langkah-langkah pelaksanaannya.
2
B. Tujuan
Tujuan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit :
Umum : Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien RSUD
Sawerigading Palopo secara efektif dan efisien sebagai
basis akreditasi RS versi 2012.
Khusus : Tercapainya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
RSUD Sawerigading Palopo melalui :
1. Optimalisasi sumber daya (tenaga, sarana, dan
prasarana).
2. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi
dan standar pelayanan yang dilaksanakan secara
menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan
pasien.
3. Penetapan, pengukuran, pengumpulan, dan analisis
serta tindak lanjut atas area klinik, area manajerial
dan sasaran keselamatan passion.
4. Peningkatan peran serta seluruh stake holder dalam
rangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
2. Misi
Berdasarkan visi diatas, maka dirumuskan misi, yaitu Rumusan
umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi, yaitu:
3
BAB II
KONSEP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU RSUD SAWERIGADING
PALOPO
A. Defenisi Mutu
Rumah sakit yang mampu bersaing dalam era globalisasi adalah
rumah sakit yang mampu menyediakan produk atau jasa berkualitas.
Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk terus melakukan perbaikan
terutama pada kualitas pelayanannya. Mutu adalah faktor yang
4
BAB III
KEBIJAKAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
4. PMKP 3.3
a. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopo
menetapkan indikator kunci untuk menilai setiap Sasaran
Keselamatan Pasien meliputi :
1) Ketepatan Idenifikasi Pasien
2) Peningkatan Komunikasi yang Efektif
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High Alert
Medications) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
pasien operasi.
4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
6) Pengurangan risiko pasien jatuh
b. Data dari hasil penilaian klinis dikumpulkan dan digunakan
untuk mengevaluasi efektivitas dari peningkatan.
data PMKP Rumah sakit secara internal, rumah sakit lain bila
tersedia, serta dengan perbandingan dengan praktik yang baik.
4. PMKP 5
a. Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopo
mengintegrasikan kegiatan validasi data kedalam proses
manajemen mutu dan proses peningkatan;
b. Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopo menggunakan
proses internal untuk melakukan validasi data oleh Tim Validasi
data yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur;
c. Proses validasi data dilaksanakan sesuai dengan masing-masing
indikator yang telah ditetapkan.
5. PMKP 5.1
a. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopo
menjamin bahwa data yang disampaikan ke publik dapat di
pertanggung jawabkan dari segi mutu dan hasilnya (outcome);
b. Data yang disampaikan kepada publik telah dievaluasi dari segi
validitas dan reliabilitasnya.
6. PMKP 6
a. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopo
menetapkan definisi dari kejadian sentinel yang meliputi :
1) Kematian yang terduga dan tidak terkait dengan perjalanan
penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya
(Misal: Bunuh diri);
2) Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan
penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya;
3) Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien bedah;
4) Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada yang
bukan orang tuanya;
b. Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopo melakukan
analisis akar masalah ‘RCA’ terhadap semua kejadian sentinel
yang terjadi dalam batas waktu 45 hari;
15
7. PMKP 7
Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopo melakukan
analisis intensif jika menemukan atau mencurigai adanya perubahan
yang tidak diinginkan / kecenderungan KTD antara lain ;
a. Semua reaksi transfusi;
b. Semua kejadian kesalahan obat;
c. Semua kesalahan medis;
d. Semua ketidakcocokan (discrepanscy) antara diagnosis pra dan
pasca operasi;
e. Semua kejadian tidak diharapkan dalam keadaan sedasi atau
selama dilakukan anastesi; dan
f. Kejadian lain seperti ledakan infeksi mendadak/Infection
Outbreak)
untuk mencari solusi paling tepat untuk dilakukan perbaikan.
8. PM KP 8
Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopomenetapkan
definisi dan jenis KNC serta sistem pelaporan yang digunakan untuk
melakukan analisis dan memepelajari proses yang diperlukan agar
KNC dapat dikurangi /tidak terjadi
2. PMKP 10
a. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading
Palopomemprioritaskan untuk melaksanakan kegiatan
peningkatan mutu pada area yang telah ditetapkan;
b. Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopo menggunakan
sumber daya atau lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
peningkatan/perbaikan pada area yang telah ditetapkan dan
menunjukkan data/bukti untuk memastikan bahwa peningkatan
tercapai secara efektif dan dapat dipertahankan.
3. PMKP 11
a. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopo
menerapkan kerangka acuan manajemen risiko yang meliputi :
1) Identifikasi dari risiko;
2) Menetapkan prioritas risiko;
3) Pelaporan tentang risiko;
4) Managemen risiko pada proses evaluasi terhadap KNC dan
proses lain yang dapat berubah dan berakibat terjadinya
sentinel.
b. Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopo melaksanakan
dan mendokumentasikan manajemen resiko secara proaktif yaitu
FMEA (Failure Mode and Effect Analisis) terhadap risiko dalam
salah satu prioritas proses risiko sekali dalam setahun
c. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Palopo
membuat rancang ulang dari proses yang mengandung risiko
tinggi berdasarkan analisis.
17
BAB IV
PENGORGANISASIAN
DIREKTUR SPI
KOMITE
MEDIK
PFT
PANITIA
PMKP
TIM
Keselamatan
Pasien UNIT/INSTALA
SI
22
BAB V
KEGIATAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
2. Area Manajerial :
a. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk
memenuhi kebutuhan pasien;
b. Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan;
c. Manajemen risiko;
24
D. Ruang Lingkup
Meningkatkan secara continue budaya mutu dan keselamatan pasien melalui:
o Pemantauan Sasaran Keselamatan Pasien;
o Pemantauan indikator klinik dan manajerial;
o Pemantauan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD);
o Pemantauan pedoman praktik klinis dan alur klinis untuk 5 area
prioritas.
Disamping itu ada beberapa program yang diintegrasikan dalam program
PMKP yaitu :
1. Penyelenggaraan keselamatan pasien;
2. Standar Pelayanan Minimal (SPM);
3. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI);
4. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP);
5. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3);
6. Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
25
BAB VI
PENDEKATAN MODEL PERBAIKAN MUTU
26
Planlangkah
berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat dijabarkan dalam enam
(1)
seperti diperlihatkan dalam gambar
(6) 2. Menentukan
Action
Mengambil Tujuan dan sasaran
tindakan
(2)
yang tepat
Menetapkan
Metode untuk
Mencapai tujuan
(5)
Menyelenggarakan
Memeriksa akibat Pendidikan dan
pelaksanaan latihan
Check
(4)
(3)
Melaksanakan
pekerjaan n
g
ja
w
Gambar 1. Relationship Between Control and Improvement Under P-D-C-A a
b
d
al
a
m
Plan Do Check p
Action
e
n
g
ol
Follow-up a
Corrective
h
Action a
n
Improvement d
at
a.
27
Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 2 di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Langkah 1. Menentukan tujuan dan sasaran → Plan
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang
ditetapkan. Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Kepala RS atau
Kepala Divisi. Penetapan sasaran didasarkan pada data pendukung dan
analisis informasi.
Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula
diungkapkan dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua
karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh
penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
2. Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan → Plan
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil
dicapai tanpa disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang
ditetapkan harus rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak
menyulitkan karyawan untuk menggunakannya. Oleh karena ituD dalam
menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikuti ndengan
g
penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua
ja
karyawan. w
3. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan → Do a
b
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja.
d
Agar dapat dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan
al para
karyawan untuk memahami standar kerja dan program yang ditetapkan. a
m
4. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan →Do
p
e
n
g
ol
h
a
n
28 d
at
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi
a.
dan standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat
berubah. Oleh karena itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat
dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam
pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah
ditetapkan.
5. Langkah 5: Memeriksa akibat pelaksanaan →Check
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan
dengan baik atau tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan dan mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan
dapat diabaikan. Hal yang harus disampaikan kepada karyawan adalah atas
dasar apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah
penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan
dasar, tujuan, metode (standar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan
jelas baik oleh karyawan maupun oleh manajer. Untuk mengetahui
penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang timbul dari pelaksanaan
pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.
6. Langkah 6 : Mengambil tindakan yang tepat →Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan
penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab
timbulnya penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang
tepat agar tidak terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor
penyebab yang telah mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi
yang penting dalam pengendalian kualitas pelayanan.
29
A. Pencatatan
1. Pencatatan seluruh kegiatan dan pengumpulan data dilakukan oleh
penanggung jawab data masing- masing;
2. Penanggung Jawab data ditetapkan dengan mempertimbangkan
kesesuaian indikator kunci.
B. Pelaporan
1. Pengumpulan data dilakukan setiap bulan dari masing-masing unit kerja
oleh penanggung jawab data berdasarkan surat Keputusan Bupati;
2. Segala kegiatan yang menyangkut peningkatan mutu dan keselamatan
pasien didokumentasikan dan dilaporkan secara rutin setiap bulan
kepada Panitia PMKP;
3. Panitia PMKP bertanggung jawab dalam pengolahan data;
4. Panitia PMKP melaporkan hasil capaian kegiatan, monitoring dan evaluasi
program PMKP setiap 3 bulan sekali kepada Direktur.
BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI
31
1. Monitoring
Monitoring dilkaksanakan dengan melalukan analisis terhadap data capaian
masing- masing indikator .Analisis dilakukan dengan cara :
a. Membandingkan trend dari waktu ke waktu;
b. Membandingkan dengan target;
c. Membandingkan dengan standar/best practis;
d. Membandingkan dengan rumah sakit lain yang setara.
2. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara berbeda, yaitu setiap 3 bulan melalui laporan
pelaksanaan kegiatan. Hasil analisis yang dilaporkan akan diberikan
rekomendasi oleh Direktur dengan memperhatikan prinsip PDCA
BAB IX
PENUTUP
yang berkaitan dengan upaya peningkatan mutu rumah sakit sehingga tuntutan
akan pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat terpenuhi.