Anda di halaman 1dari 9

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
LITERASI ISLAM & LITERASI SAINS SEBAGAI PENJAMIN MUTU
KUALITAS MANUSIA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

Fuad Jaya Miharja


Prodi Pendidikan Biologi – FKIP Univ. Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang
email: fuad.jayamiharja@gmail.com

Abstrak
Perkembangan globalisasi membawa dampak yang teramat luas, baik dampak positif
maupun dampak negatif. Kualitas masyarakat yang baik sangat dibutuhkan untuk dapat
bertahan dan turut mengendalikan perkembangan global ke arah yang baik. Masyarakat
yang berkualitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan berliterasi sains yang baik
meliputi kemampuan berpikir kreatif, menganalisis masalah, mengambil keputusan,
bersikap dan menyelesaikan masalah. Namun, untuk membendung dampak negatif
perkembangan global tidak cukup dengan kemampuan literasi sains tetapi juga butuh
kemampuan literasi islam yang baik. kemampuan berliterasi islam yang baik sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT meliputi pemahaman nilai-nilai tauhid uluhiyah dan
tauhid rububiyah. Keseimbangan dalam pembangunan manusia berdasarkan kedua ranah
ini merupakan aspek penting untuk menghasilkan manusia Indonesia yang beradab,
berkepribadian dan berkemajuan.
Kata Kunci: literasi sains, literasi islam, kualitas manusia Indonesia

PENDAHULUAN
Kebutuhan akan perkembangan ilmu pendidikan berjalan seiring dengan
perkembangan globalisasi. Perkembangan ilmu pendidikan tersebut turut berdampak
terhadap pembangunan kualitas masyarakat. Ciri masyarakat yang berkualitas ditunjukkan
dengan kemampuan literate meliputi kemampuan berpikir kreatif, menganalisis,
mengambil keputusan, bersikap dan memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan
informasi ilmiah yang diperoleh sebelumnya. Dalam era globalisasi seperti saat ini, setiap
orang harus memiliki kemampuan untuk berhubungan dalam percakapan dan debat publik
secara cerdas berdasarkan perkembangan IPTEK (Zuriyani, 2012). Individu yang mampu
melakukan komunikasi dan mengikuti perkembangan IPTEK tentu dapat bertahan atau
bahkan mengendalikan era globalisasi
Di sisi lain, perkembangan IPTEK yang semakin maju tidak hanya memberikan
dampak positif tapi juga dampak negatif. Hal tersebuut tampak karena setiap
perkembangan IPTEK seringkali dibarengi dengan permasalahan baru seperti
permasalahan etika, moral, serta hal-hal lain yang dapat menurunkan harkat dan martabat
manusia (Rahayu, 2014). Ketidakmampuan dalam pengendalian dampak negatif ini
dikhawatirkan akan menghasilkan peradaban yang lebih jahiliyah dari kaum yang pernah
ada sebelumnya. Kekhawatiran ini setidaknya sudah banyak bermunculan bahkan pada
berbagai level usia seperti masih banyaknya angka penyalahgunaan narkotika,
psikotropika, dan zat aditif (NAPZA) oleh remaja, serta kasus kenakalan yang bersifat
destruktif seperti perkelahian, tawuran, dan aksi bullying (Miharja, 2015).
Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah pembangunan kualitas
masyarakat Indonesia tidak boleh hanya difokuskan pada dimensi yang bersifat jasmaniah-
duniawi saja melainkan pembangunan kualitas ruhaniyah-Ilahiyah pun sangat dibutuhkan.
1010
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Pembangunan kedua dimensi harus berjalan seiring sejalan dan saling melengkapi satu
sama lain. Pembangunan jasmaniah yang baik harus dapat mengarah pada kualitas
ruhaniyah-Ilahiyah yang mantap sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Keseimbangan pembangunan kedua ranah ini merupakan aspek penting untuk
menghasilkan manusia Indonesia yang beradab dan berkepribadian.
Peningkatan kualitas manusia secara jasmaniah ini dapat dibangun melalui
kemampuan berliterasi sains, sedangkan pembangunan kualitas ruhaniyah-Ilahiyah
dibangun berdasarkan penguatan pengetahuan melalui kegiatan kajian dan aplikasi nilai-
nilai luhur islam atau disebut dengan literasi islam. Sebuah proses literasi islam disusun
tidak hanya sampai pada ranah pengetahuan dan pemahaman, melainkan sampai pada
ranah terapan dan aktualisasi dalam kehidupan sehari-hari (Miharja, 2015).

TINGKAT LITERASI SAINS MANUSIA INDONESIA


Tingkat literasi sains manusia Indonesia dapat diidentifikasi dari berbagai indikator
mikro (Tjalla, 2012). Secara umum, tingkat literasi berbanding lurus dengan kualitas
pendidikan suatu negara. Indikator mikro tentang tingkat literasi sains manusia dan kualitas
pendidikan Indonesia dikaji oleh beberapa studi internasional seperti The Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS), The Programme for International
Student Assesment (PISA), dan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS).
Hasil studi TIMSS tahun 2011 menunjukkan bahwa peserta didik di Indonesia belum
menunjukkan prestasi sains yang memuaskan. Studi TIMSS 2011 menempatkan Indonesia
di posisi 59 dari 63 negara yang berpartisipasi dengan skor rata-rata 386 (Mullis, 2011).
Hasil ini menunjukkan bahwa prestasi sains peserta didik Indonesia masuk kategori rendah
(low achievement) dengan estimasi lebih dari 15% namun tidak lebih dari 25%. Skor tahun
2011 ini ternyata lebih rendah 11 poin dibandingkan dengan skor yang diperoleh pada
studi TIMSS 2007 (397). Disparitas prestasi gender juga tampak sangat signifikan
berdasarkan hasil studi TIMSS. Prestasi peserta didik perempuan (392) lebih tinggi dari
pada prestasi peserta didik laki-laki (379) pada tahun 2007. Hal ini berarti, menurut sudut
pandang TIMSS prestasi peserta didik Indonesia mengalami penurunan skor rata-rata
walaupun masih pada level yang sama .
Hasil studi PISA mendefinisikan literasi sains sebagai kapasitas individu dalam
menggunakan pengetahuan ilmiah, mendefinisikan pertanyaan, menarik kesimpulan dan
mengambil keputusan berdasarkan bukti yang dipahami tentang dunia dan interaksi
manusia (OECD, 2012). Hasil penilaian terbaru PISA tahun 2012 terhadap kemampuan
literasi sains Indonesia adalah 375 dari nilai rata-rata 494 dan berada di peringkat 63 dari
64 anggota. Skor penilaian ini lebih rendah 1.9 poin dari skor yang diperoleh pada saat
Indonesia pertama kali bergabung pada tahun 2000, sedangkan untuk kemampuan
membaca meningkat 2.3 poin pada tahun yang sama. Lebih lanjut, penilaian PISA terhadap
proporsi tingkat pencapaian anak-anak Indonesia terhadap literasi matematika mayoritas
pada level 0 dan level 1 (76%) sehingga masih masuk kategori low achievers (Baswedan,
2014). Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan berliterasi manusia Indonesia masih
rendah. Di lingkup Asia Tenggara (ASEAN) posisi Indonesia masih di belakang Vietnam
(411), Thailand (427), dan Malaysia (421).

1011
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Studi PIRLS berfokus pada penilaian terhadap kemampuan membaca peserta didik
yang meliputi dua dimensi yaitu dimensi membaca sebagai sebuah pengalaman (reading
for literary experience) dan dimensi membaca untuk memperoleh dan menggunakan
informasi (reading to acquire and use information). Skor literary experience peserta didik
Indonesia sebesar 418 dan skor acquire and use information sebesar 439 dengan skor rata-
rata 428 (Thompson, 2012). Skor rata-rata tahun 2011 lebih tinggi dari skor yang diperoleh
tahun 2006 (405). Hasil ini juga menunjukkan kemampuan membaca peserta didik
Indonesia masih dalam kategori rendah (low) dan dapat dideskripsikan bahwa kebanyakan
peserta didik di Indonesia hanya dapat membaca eksplisit tanpa mampu berpikir lebih
lanjut (kritis-analitis) dari apa yang sudah mereka baca.

PENGEMBANGAN LITERASI SAINS DALAM ERA GLOBALISASI


Penerapan Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum pendidikan sebagai sebuah visi masa depan tidak lepas
dari faktor-faktor yang berhubungan dengan kurikulum seperti tantangan internal,
tantangan eksternal, penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, dan
penguatan materi. Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan
(SNP). Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia
dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Tantangan eksternal antara lain terkait
dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional.
Penyempurnaan terhadap pola pikir tampak pada adanya pergeseran dari
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada peserta
didik (student centered), interaksi guru harus lebih berkembang menjadi interaktif,
pembelajaran pasif menjadi aktif, dan lain sebagainya. Faktor lain yang mendukung
berkembangnya suatu kurikulum adalah penguatan tata kelola kurikulum yang menyoroti 3
hal yaitu, 1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
kolaboratif, 2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen
kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader), dan 3) penguatan
sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran. Faktor
terakhir yang juga sangat mendukung ialah penguasaan materi yang dilakukan dengan cara
pendalaman dan peluasan materi yang relevan bagi peserta didik.
Penguatan karakteristik dalam Kurikulum 2013 diantaranya terkait pengembangan
sikap peserta didik, sekolah sebagai sebuah bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar, alokasi waktu yang cukup, penjelasan mengenai kompetensi,
kompetensi inti, dan kompetensi dasar. Perancangan Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar
bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas

1012
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum
2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa
kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih
baik di masa depan.
2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi
ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang
harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik.
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan
bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran
disiplin ilmu (essentialism).
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik
dari masa lalu dengan konsep ketuhanan (ketaqwaan kepada Allah SWT), berbagai
kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan
berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism).

Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif


Terbentuknya masyarakat yang melek sains (science literate) merupakan salah satu
fokus pembangunan pada masa globalisasi. Menurut Setyaningrum (2014) konsep sains
yang berupa fenomena alam penting digunakan sebagai dasar pemikiran dalam
memecahkan masalah dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan literasi
sains dibangun dengan membudayakan dan meningkatkan kemampuan literasi seperti
membaca, menulis, dan berdiskusi. Pembangunan sumber daya manusia yang berliterasi
ditanamkan dalam model-model pembelajaran yang bersifat melibatkan dan mengaktifkan
seluruh potensi peserta didik (pembelajaran kooperatif). Model-model pembelajaran
seperti inquiry, problem based learning (PBL), dan project based learning (PjBL)
merupakan model yang banyak dikembangkan dalam Kurikulum 2013.
Model pembelajaran kooperatif menurut (Nur, 2005; Susanti 2013) menginisiasi tiga
tujuan pembelajaran sebagai berikut.
1. Hasil belajar akademik yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja mahapeserta didik
dalam tugas-tugas akademik. Selain itu, model pembelajaran ini juga dapat memberi
keuntungan baik pada peserta didik kelompok bawah maupun atas yang bekerja sama
dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik. Peserta didik kelompok bawah dapat
memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya yang memiliki orientasi dan bahasa
yang sama.
2. Kompetensi sosial seperti penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda baik ras,
budaya, kelas sosial, pola pikir dan kemampuan maupun ketidakmampuan antar
peserta didik, serta antara peserta didik dengan lingkungan di sekitarnya.
3. Tujuan yang ketiga adalah pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran
kooperatif memberi peluang kepada peserta didik yang berbeda latar belakang dan
1013
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
kondisi untuk bekerja sama, saling tergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama
dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar menghargai satu
sama lain.
Penerapan model pembelajaran kooperatif juga menginisiasi tumbuhnya nilai
percaya diri, optimis, tidak takut gagal, menghargai orang lain dan beberapa sikap positif
lainnya. Kepercayaan diri peserta didik terbangun dari kepercayaan yang diberikan oleh
guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Rasa percaya diri yang tinggi merujuk pada
adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki
kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman,
potensi aktual, prestasi, serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri (Rahmawati,
2010). Kepercayaan diri akan timbul secara simultan dengan berkembangnya nilai-nilai
positif lainnya. Optimisme yang tinggi akan tumbuh seiring dengan perkembangan
kepercayaan dirinya melalui serangkaian pembelajaran mandiri, praktikum, asistensi, serta
diskusi.
Pembelajaran kooperatif pada dasarnya memberikan ruang berfikir dan berkreasi
yang jauh lebih luas dari pembelajaran konvensional. Sehingga, pembiasaan penerapan
model pembelajaran kooperatif dalam jangka panjang mampu menanamkan nilai positif
yang menjadi spirit pengembangan dan penerapan kurikulum 2013. Lebih lanjut,
pembelajaran kooperatif menuntut peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran
sehingga pembelajaran model ini tidak hanya menitikberatkan pada hasil akhir melainkan
pada proses yang terjadi. Penghargaan peserta didik terhadap sebuah proses yang jauh
lebih penting dari sekadar hasil akhir menjadi bekal yang baik dalam menghadapi
kehidupan pada periode berikutnya.

Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Pengembangan mutu pendidikan manusia Indonesia tidak lepas dari faktor
ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Kebijakan pembangunan bidang pendidikan
yang diutamakan oleh pemerintah (pemerintah pusat maupun daerah) terfokus dalam
membantu peserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuan belajar secara optimal,
yaitu diantaranya: (1) menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik
belajar dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olahraga dan ruang ruang bermain
yang memadai dan ruang kerja guru; (2) Menyediakan media pembelajaran yang kaya,
yang memungkinkan peserta didik terus-menerus belajar dengan membaca buku wajib,
buku rujukan, dan buku bacaan (termasuk novel), serta kelengkapan laboratorium dan
perpustakaan, yang memungkinkan peserta didik belajar sampai tingkatan menikmati
belajar (Yudi, 2012).
Pengembangan literasi di lingkungan sekolah mulai banyak dikembangkan dengan
menyediakan fasilitas internet (wifi), pojok baca, peningkatan kualitas (upgrading) majalah
dinding, dan penggunaan waktu luang untuk kebiasaan membaca (Erman, 2014). Melalui
aktivitas membaca dan kegiatan literasi ini peserta didik mampu mengisi waktu dengan
berbagai kegiatan positif. Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan tidak hanya pada
lingkungan pendidikan formal saja. Kepedulian pemerintah daerah dengan banyak
menyediakan ruang terbuka hijau seperti taman baca, perpustakaan, dan gazebo di ruang

1014
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
publik dan dilengkapi dengan fasilitas internet memberikan sebuah stimulus bagi
berkembangnya kemampuan dalam berliterasi.
Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan secara berkesinambungan
disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ditetapkan. Pembangunan kualitas literasi
sains dapat dikembangkan dengan keberadaan:
1. Laboratorium untuk kegiatan yang bersifat eksperimen. Kegiatan laboratoris secara
simultan mampu membentuk pola berpikir ilmiah (sains) berdasarkan atas kejadian
atau pengamatan yang dilakukan.
2. Ruang baca, baik berupa perpustakaan (konvesional) dengan koleksi buku-buku
referensi ilmiah dan popular, maupun perpustakaan berbasis online yang dilengkapi
dengan fasilitas sarana untuk terciptanya ruang diskusi bagi peserta didik.
3. Ketersediaan peralatan penunjang pembelajaran, baik pembelajaran di kelas maupun
di dalam laboratorium seperti alat pembelajaran audio-visual untuk mendapatkan
kualitas pembelajaran terbaik.
4. Ketersediaan sarana penunjang lain seperti instalasi listrik, air, kelengkapan tulis
kantor untuk menciptakan suasana yang nyaman dalam belajar.

LITERASI ISLAM SEBAGAI PENUNJUK ARAH PEMBANGUNAN MANUSIA


INDONESIA
Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan ilmu pengetahuan (science-
friendly). Banyak bidang ilmu pendidikan yang berkembang pesat melalui pemikiran-
pemikiran umat islam. Ilmu kedokteran berkembang menurut pemikiran dan penelitian
Ibnu Sina, begitu juga perkembangan ilmu pendidikan tidak lepas dari pemikiran-
pemikiran ilmuwan islam seperti Hassan Al-Banna. Perkembangan ilmu pengetahuan
merupakan hasil peradaban umat islam yang peduli terhadap ilmu sehingga pemahaman
(literate) yang baik terhadap nilai-nilai islam dapat dijadikan sebagai petunjuk bagi
manusia dalam melakukan setiap aktivitasnya. Al-Quran sebagai sebuah mukjizat bagi
Rasullullah SAW dan pegangan hidup umat islam (sumber dari segala sumber ilmu)
menjadi inisiator atau stimulus bagi perkembangan ilmu pengetahuan (sains).
Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah cara sadar yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia. Kualitas hidup manusia yang dimaksud tentunya
bermuaran pada terwujud masyarakat yang beradab dan berkepribadian islami.
Pembangunan pendidikan di Indonesia yang diharapkan melalui penerapan kurikulum
2013 adalah terbentuknya manusia yang memiliki karakter dan dekat dengan Allah SWT
yang tertuang dalam kompetensi inti 1 (KI 1) dan kompetensi inti 2 (KI 2). Pemerintah
mulai menyadari bahwa kualitas hidup manusia Indonesia membutuhkan suatu
keseimbangan, tidak hanya terkait pada ranah keilmuan saja tetapi pada saat yang sama
butuh pembangunan atau penguatan ranah keimanan (agama).
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia haruslah mempertimbangkan dua aspek
yaitu keadilan dan kemaslahatan. Ketidakpahaman dan ketidakpedulian masyarakat
terhadap nilai-nilai luhur agama adalah pintu awal timbulnya kerusakan. Sebagian besar
bencana yang ditimpakan oleh Allah SWT terhadap manusia adalah akibat dari perbuatan
manusia itu sendiri. Seperti Firman Allah SWT ―Telah tampak kerusakan di daratan dan
di lautan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka
1015
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar‖ (QS.
Ar-rum [30]: 41).
Timbulnya berbagai kerusakan di masyarakat seperti penyalahgunaan narkotika,
psikotropika, dan zat aditif (NAPZA) oleh remaja, serta kasus kenakalan yang bersifat
destruktif merupakan dampak dari ketidakpahaman dan ketidakpedulian masyarakat dalam
membaca, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai luhur Al-Quran sehingga terjadi
ketimpangan dan ketidakadilan. Allah SWT dalam Surat Al-Maidah: 8 menjelaskan
tentang konsep keadilan sebagai berikut: ―Hai orang-orang yang beriman, hendaklah
kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan‖.
Konsep keadilan menurut Islam tidak hanya terpatok pada satu bidang kajian
melainkan berlaku universal pada berbagai jenis bidang kajian. Keadilan dalam
pembangunan kehidupan bernegara, baik dalam bidang pendidikan, budaya, hukum, tata
kelola lingkungan, dan sebagainya. Hal ini penting, karena tidak ada kebebasan yang
mutlak melainkan dibatasi oleh kebebasan-kebebasan yang lain. Allah Azza wa Jalla yang
memiliki kebebasan dalam penguasaan alam semesta sehingga ketika manusia menetapkan
kebijakan dalam lingkungan harus memperhatikan keadilan bagi alam dan sesama
manusia.
Pilar terakhir adalah istishlah atau kebaikan/kemaslahatan bagi manusia. Al-Quran
secara eksplisit menjelaskan akan larangan untuk membuat kerusakan dimuka bumi,
sehingga setiap kebijakan yang diputuskan oleh manusia harus memperhatikan pilar ini.
Pelaksanaan pilar bangunan ini hanya memberikan dua rambu yaitu halal dan haram yang
masing-masing memiliki konsekuensi yaitu pahala atau dosa. Jika semua kebijakan
terhadap pembangunan pendidikan membawa kebaikan bagi kualitas hidup manusia maka
hal tersebut halal dilakukan dan mereka berhak mendapatkan pahala karena telah
menjalankan ketaatan terhadap perintah Allah Azza wa Jalla sedangkan sebaliknya jika
mereka membuat kebijakan yang dapat merusak kualitas hidup manusia maka hal tersebut
haram dari sisi aturan dan dosa jika tetap dilakukan.
Pada akhirnya, pembangunan kualitas manusia dengan menitikberatkan pada
pembangunan keilmuan dan keimanan mampu menghasilkan generasi baru yang cerdas
berilmu dan berkemajuan dan memiliki spirit keimanan dan tauhid kepada Allah Azza wa
Jalla. Sehingga islam hadir pada setiap pola pikir masyarakat, pada setiap pengambilan
keputusan, serta pada segenap lini kehidupan di masyarakat. Implikasi lebih jauh dari hal
tersebut adalah terciptanya lingkungan serta kehidupan social-masyarakat yang baik dan
beradab.

PENUTUP
Kesimpulan
Kerusakan yang tampak di tengah-tengah masyarakat saat ini terbentuk akibat
ketidakpahaman dan ketidakpedulian terhadap nilai-nilai luhur islam. Pembangunan
terhadap literasi sains saja tidak dapat menyelesaikan semua permasalahan yang terjadi
1016
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
tanpa adanya kemampuan literasi islam yang baik. Pemahaman terhadap nilai-nilai luhur
islam mampu membentuk manusia yang lebih berbudi, beradab, dan berkemajuan dengan
bekal ilmu yang dimiliki.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Bahriah, Evi Sapinatul. 2014. Meningkatkan Literasi Sains Peserta didik pada Aspek
Proses Sains melalui Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan IPA ―Pengembangan Profesi Guru Sains melalui Penelitian dan
Karya Teknologi yang Sesuai Tuntutan Kurikulum 2013‖. 11 September 2014
[2] Baswedan, Anies. 2014. Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia. Makalah
disampaikan pada Silaturahmi Kementerian dengan Kepala Dinas Tanggal 1
Desember 2014. Retrieved by http://www.republika.co.id/files/kemendikbud/Paparan-
Menteri-Kadisdik-141201-Low-v.0.pdf. diakses 14 Mei 2015
[3] Erman. 2014. Berdaya Saing dengan Literasi Sains. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan IPA ―Pengembangan Profesi Guru Sains melalui Penelitian dan Karya
Teknologi yang Sesuai Tuntutan Kurikulum 2013‖. 11 September 2014
[4] Mullis, IVS., Martin, MO., Foy, P. 2011. TIMSS 2011 International Results in
Mathematics. TIMSS & PIRLS International Study Center, Lynch School of
Education, Boston College
[5] Miharja, Fuad Jaya. 2015 Peran Media Pembelajaran Islam dalam Mengembangkan
Kualitas Pendidikan Nasional di Era Global. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
―Reformasi Pendidikan dalam Asean Economic Community (AEC)‖ di FKIP
Universitas Jember. 30 Mei 2015
[6] Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan
Matematika Sekolah UNESA
[7] OECD. 2012. PISA 2012 Results in Focus: What 15-Year-Olds Know and What They
Can Do With What They Know. Retrieved by
http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf. diakses 9 Juli
2015
[8] OECD. 2013. PISA 2012 Assessment and Analytical Framework: Mathematics,
Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy. OECD Publishing
[9] Rahmawati, Anis. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Student Teams
Achievement Divisions (STAD) pada Matakuliah Struktur Baja Untuk Meningkatkan
Pemahaman dan Kepercayaan Diri Mahasiswa. Retrieved by
http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Essay/197904262002122001seminas%20kara
kter.doc. diakses 8 Oktober 2015
[10] Susanti, Arik. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Mahapeserta didik D3
Administrasi Negara FIS UNESA. Retrieved by
http://id.scribd.com/doc/189876536/Pengembangan-Model-Pembelajaran-Kooperatif-
Tipe-CIRC-Untuk-Meningkatkan-Kemampuan-Menulis-Bahasa-Inggris-Mahapeserta
didik-D3-Administrasi-Negara-FIS-Unesa#scribd. diakses 8 Oktober 2015
[11] Tjalla, Awaluddin. 2012. Potret Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau dari Hasil-hasil
Studi Internasional. Retrieved by http://pustaka.ut.ac.id/pdfartikel/TIG601.pdf
1017
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
[12] Thompson, S., Provasnik, S., Kastberg, D., Ferraro, D., Lemanski, N., Roey, S., and
Jenkins, F. 2012. Highlights From PIRLS 2011: Reading Achievement of U.S. Fourth-
Grade Students in an International Context (NCES 2013–010 Revised). National
Center for Education Statistics, Institute of Education Sciences, U.S. Department of
Education. Washington, DC. Government Printing Office
[13] Yudi, Alex Aldha. 2012. Pengembangan Mutu Pendidikan Ditinjau dari Segi Sarana
dan Prasarana (Sarana dan Prasarana PPLP). Jurnal Cerdas Sifa Vol.1 Mei-Agustus
2012.
[14] Zuriyani, Elsi. 2012. Literasi Sains dan Pendidikan. Retrieved by
http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/wagj1343099486.pdf. diakses 8 Juli 2015

1018

Anda mungkin juga menyukai