Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang membentuk
sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi
adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih
abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling
tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu
sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat
dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta
sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian
berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan. Masyarakat
sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian.
Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral
nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga
disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industridan
pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat
agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya:
berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku,
chiefdom, dan masyarakat negara. Kata society berasal dari bahasa latin, societas,
yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata
socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial.
Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya
mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

1
B. Rumusan Masalah
Masyarakat desa dengan kota sering menjadi perdebatan dalam hal perbedaan
maupun interaksi. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu dipahami dan dimengerti
tentang masyarakat desa dan kota yaitu :
1. Memahami pengertian masyarakat desa
2. Memahami pengertian masyarakat kota
3. Mengetahui ciri-ciri atau karakteristik masyarakat desa dan kota
4. Mengetahui teori perkembangan desa dan kota

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas harian mata kuliah Sosiologi
Masyarakat Desa dan Kota

D. Manfaat Penulisan Makalah


a. Untuk mengetahui pengertian masyarakat desa dan kota
b. Untuk mengetahui karakteristik antara masyarakat desa dan masyarakat kota
c. Agar mahasiswa mengetahui teori dasar pengembangan desa dan kota

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Karakteristik Masyarakat Desa


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia masyarakat desa adalah masyarakat
yg penduduknya mempunyai mata pencaharian utama dl sektor bercocok tanam,
perikanan, peternakan, atau gabungan dari kesemuanya itu. Karena sistem budaya
dan sistem sosialnya mendukung mata pencaharian tersebut
Masyarakat pedesaan di Indonesia tergolong masyarakat yang sangat jauh
tertinggal, hal ini disebabkan keberedaan wilayah yang jauh dari pusat
pembangunan Nasional. Bahkan hampir tidak tersentuh oleh pembangunan
Nasional. Beberapa metode dan pendekatan telah dikembangkan untuk memahami
masalah dan membantu merumuskan kebijakan guna memecahkan masalah
pembangunan pedesaan. Sejak tahun 1970an para pakar banyak yang
memanfaatkan metode, pendekatan, dan logika berfikir survei verifikatif dalam
meriset masalah sosial masyarakat pedesaan.
Masyarakat desa adalah komunitas yang tinggal di dalam satu daerah yang
sama, yang bersatu dan bersama-sama, memiliki ikatan yang kuat dan sangat
mempengaruhi satu sama lain. Hal ini dikarenakan pada masyarakat desa tradisi
itu masih sangat kuat dan kental. Bahkan terkadang tradisi ini juga sangat
mempengaruhi perkembangan desa, karena terlalu tinggi menjunjung kepercayaan
nenek moyang mengakibatkan sulitnya untuk melakukan pembaharuan desa. Di
sisi lain banyak hal yang mengakibatkan sebuah desa sulit untuk mengalami
pembaharuan, antara lain isolasi wilayah, yaitu desa yang wilayahnya berada jauh
dari pusat ekonomi daerah, desa yang mengalami ketertinggalan di bidang
pembangunan jalan dan sarana-sarana lainnya, sulitnya akses dari luar, bahkan
desa yang mengalami kemiskinan dan keminiman tingkat pendidikan. Pada
umumnya masyarakat desa diidentikkan dengan masyarakat petani, ini
dikarenakan masyarakat pedesaan dominan bermata pencaharian dari hasil
pertanian yang merupakan petani-petani miskin yang mata pencahariannya di
bawah garis kemiskinan. Hal ini menunjukkan kesenjangan yang sangat jauh dari
masyarakat perkotaan.

3
Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat,
yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi
tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan
masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial
religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian
karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Berikut ini disampaikan sejumlah
karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang
bersifat umum yang selama ini masih sering ditemui.
Beberapa karakteristik masyarakat pedesaan
1. Sederhana
Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan ini
terjadi karena dua hal:
 Secara ekonomi memang tidak mampu
 Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.

2. Mudah Curiga
Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada:
 Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya
 Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”

3. Menjunjung tinggi “unggah-ungguh”


Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan
atau “unggah-ungguh” apabila:
 Bertemu dengan tetangga
 Berhadapan dengan pejabat
 Berhadapan dengan orang yang lebih tua atau dituakan
 Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi
 Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya

4. Guyub, kekeluargaan
Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana
kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati
sanubari mereka.

4
5. Lugas
Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa.
Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang
lain karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain.
Kejujuran, itulah yang mereka miliki.
6. Tertutup dalam hal keuangan
Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang
bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang
tersebut belum begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang
melakukan tugas penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi
tentang jumlah pendapatan dan pengeluaran mereka.Satu fenomena yang
ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara langsung ataupun tidak
langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah perasaan
mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak
banyak omong.
7. Menghargai (“ngajeni”) orang lain
Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang
pernah diterimanya sebagai “patokan” untuk membalas budi sebesar-
besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam
bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut
dengan “ngajeni”.
8. Jika diberi janji, akan selalu diingat
Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas
tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan
kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama ini
sering mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program
pembangunan di daerahnya. Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi
mereka akan menjadi “luka dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit
menghapuskannya. Contoh kecil: mahasiswa menjanjikan pertemuan di
Balai Desa jam 19.00. Dengan tepat waktu, mereka telah standby namun
mahasiswa baru datang jam 20.00. Mereka akan sangat kecewa dan selalu
mengingat pengalaman itu.

5
9. Suka gotong-royong
Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir seluruh
kawasan Indonesia adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa
lebih dikenal dengan istilah “sambatan”. Uniknya, tanpa harus dimintai
pertolongan, serta merta mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-membahu
meringankan beban tetangganya yang sedang punya “gawe” atau hajatan.
Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk
membantu orang lain. Prinsip mereka: “rugi sathak, bathi sanak”. Yang
kurang lebih artinya: lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat
keuntungan bertambah saudara.
10. Demokratis
Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan
keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui
mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan
Perwakilan Desa) sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari
warga.
11. Religius
Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian
mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga
mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan.
Misalnya: tahlilan, rajaban, Jumat Kliwonan, dll.

B. Pengertian dan Karakteristik Masyarakat Kota


Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat
kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang
berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada
masyarakat kota yaitu; kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan
kehidupan keagamaan di desa, orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya
sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah
manusia perorangan atau individu. Di kota – kota kehidupan keluarga sering sukar
untuk disatukan, sebab perbedaan kepentingan paham politik, perbedaan agama
dan sebagainya. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat
perkotaan, menyebabkan bahwa interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan
pada factor kepentingan daripada factor pribadi. pembagian kerja di antara warga-

6
warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata kemungkinan-
kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga
kota dari pada warga desa, interaksi yang terjadi lebih banyak berdasarkan pada
factor kepentingan daripaa factor pribadi pembagian waktu yang lebih teliti dan
sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu perubahan-perubahan
sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam
menerima pengaruh dari luar.
Masyarakat perkotaan biasa nya lebih cepat menyerap trend yang
sedang booming atau biasa disebut “gaul”. Tetapi terkadang masyarakat perkotaan
tidak memilih trend yang baik, jadi jika sedang booming langsung menyerapnya
tanpa memikirkan baik atau tidak nya. Maka nya kadang jika melihat masyarakat
kota yang seperti itu terlihat aneh bahkan lucu.

Karakteristik ciri sosial kehidupan masyarakat kota, antara lain :


a. Pelapisan Sosial Ekonomi
Perbedaan tingkat pendidikan dan status sosial dapat menimbulkan suatu
keadaan yang heterogen. Heterogenitas tersebut dapat berlanjut dan
memacu adanya persaingan, lebih-lebih jika penduduk di kota semakin
bertambah banyak dan dengan adanya sekolah-sekolah yang beraneka
ragam terjadilah berbagai spesialisasi di bidang keterampilan ataupun di
bidang jenis mata pencaharian.
b. Individualisme
Perbedaan status sosial-ekonomi maupun kultural dapat menimbulkan sifat
“individualisme”. Sifat kegotongroyongan yang murni sudah sangat jarang
dapat dijumpai di kota. Pergaulan tatap muka secara langsung dan dalam
ukuran waktu yang lama sudah jarang terjadi, karena komunikasi lewat
telepon sudah menjadi alat penghubung yang bukan lagi merupakan suatu
kemewahan. Selain itu karena tingkat pendidikan warga kota sudah cukup
tinggi, maka segala persoalan diusahakan diselesaikan secara perorangan
atau pribadi, tanpa meminta pertimbangan keluarga lain.
c. Toleransi Sosial
Kesibukan masing-masing warga kota dalam tempo yang cukup tinggi
dapat mengurangi perhatiannya kepada sesamanya. Apabila ini berlebihan
maka mereka mampu akan mempunyai sifat acuh tak acuh atau kurang

7
mempunyai toleransi sosial. Di kota masalah ini dapat diatasi dengan
adanya lembaga atau yayasan yang berkecimpung dalam bidang
kemasyarakatan.
d. Jarak Sosial
Kepadatan penduduk di kota-kota memang pada umumnya dapat
dikatakan cukup tinggi. Biasanya sudah melebihi 10.000 orang/km2. Jadi,
secara fisik di jalan, di pasar, di toko, di bioskop dan di tempat yang lain
warga kota berdekatan tetapi dari segi sosial berjauhan, karena perbedaan
kebutuhan dan kepentingan.
e. Pelapisan Sosial
Perbedaan status, kepentingan dan situasi kondisi kehidupan kota
mempunyai pengaruh terhadap sistem penilaian yang berbeda mengenai
gejala-gejala yang timbul di kota. Penilaian dapat didasarkan pada latar
belakang ekonomi, pendidikan dan filsafat. Perubahan dan variasi dapat
terjadi, karena tidak ada kota yang sama persis struktur dan keadaannya.

C. Teori Perkembangan Desa dan Kota


a. Teori Perkembangan Desa
Potensi suatu desa tidaklah sama, tergantung pada unsur-unsur desa yang dimiliki.
Kondisi lingkungan geografis dan penduduk suatu desa dengan desa lainnya
berbeda, maka potensi desa pun berbeda. Potensi yang tersimpan dan dimiliki
desa seperti potensi sosial, ekonomi, demografis, agraris, politis, kultural dan
sebagainya merupakan indikator untuk mengadakan suatu evaluasi terhadap maju
mundurnya suatu desa (nilai desa). Dengan adanya indikator ini, maka
berdasarkan tingkat pembangunan dan kemampuan mengembangkan potensi-
potensi yang dimiliki, desa diklasifikasikan menjadi desa swadaya, desa swakarya.

 Desa swadaya (desa terbelakang) adalah suatu wilayah desa yang


masyarakat sebagian besar memenuhi kebutuhannya dengan cara mengadakan
sendiri. Desa ini umumnya terpencil dan masyarakatnya jarang berhubungan
dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuannya sangat lamban karena
kurang berinteraksi dengan wilayah lain atau bahkan tidak sama sekali.

8
 Desa swakarya (desa sedang berkembang), keadaannya sudah lebih maju
dibandingkan desa swadaya. Masyarakat di desa ini sudah mampu menjual
kelebihan hasil produksi ke daerah lain, di samping untuk memenuhi
kebutuhan sendiri. Interaksi sudah mulai nampak, walaupun intensitasnya
belum terlalu sering.
 Desa swasembada (desa maju) adalah desa yang sudah mampu
mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara optimal. Hal ini ditandai
dengan kemampuan masyarakatnya untuk mengadakan interaksi dengan
masyarakat luar, melakukan tukar-menukar barang dengan wilayah lain
(fungsi perdaganagan) dan kemampuan untuk saling mempengaruhi dengan
penduduk di wilayah lain. Dari hasil interaksi tersebut, masyarakat dapat
menyerap teknologi baru untuk memanfaatkan sumber dayanya sehingga
proses pembangunan berjalan dengan baik

Selama ini, membangun desa-desa di Indonesia sudah banyak dilakukan oleh


pemerintah, seperti program PMD (Pembangunan Masyarakat Desa) dan
modernisasi desa. Pembangunan desa berarti membina dan mengembangkan
swadaya masyarakat desa melalui pemanfaatan potensi yang dimiliki secara
optimal, sehingga tercapai kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat
desa. Baik PMD maupun modernisasi desa pada dasarnya memiliki tujuan yang
sama, yaitu antara lain :
 memberi gairah dan semangat hidup baru dengan menghilangkan pola
kehidupan yang monoton, sehingga warga desa tidak merasa jenuh
 meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi warga desa
 meningkatkan bidang pendidikan.

Adanya pembangunan di pedesan seperti ini, diharapkan dapat menahan laju


urbanisasi yang selama ini menjadi permasalahan kompleks terutama bagi daerah
perkotaan. Perkembangan desa tidak hanya dipengaruhi oleh potensinya, beberapa
faktor lain juga sangat menentukan, seperti faktor interaksi (hubungan) dan lokasi
desa. Adanya kemajuan-kemajuan di bidang perhubungan dan lalu lintas
antardaerah, menyebabkan sifat isolasi desa berangsur-angsur berkurang. Desa-
desa yang berdekatan dengan kota mengalami perkembangan yang cepat

9
dibandingkan desa lainnya akibat dari banyaknya pengaruh kota yang masuk.
Daerah pedesaan di perbatasan kota yang mudah dipengaruhi oleh tata kehidupan
kota disebut dengan rural urban areas atau daerah desa-kota. Daerah ini juga
merupakan suburban fringe, yaitu suatu area melingkari suburban dan merupakan
daerah peralihan antara daerah rural dengan daerah urban.

b. Teori Perkembangan Kota


 Teori Konsentris
Teori ini dikemukakan oleh E.W. Burgess (Yunus, 1999), atas dasar tudy
kasusnya mengenai morfologi kota Chicago, menurutnya sesuat kota yang besar
mempunyai kecenderungan berkembang ke arah luar di semua bagian-bagiannya.
Masing-masing zona tumbuh sedikit demi sedikit ke arah luar. Oleh karena semua
bagian-bagiannya berkembang ke segala arah, maka pola keruangan yang
dihasilkan akan berbentuk seperti lingkaran yang berlapis-lapis, dengan daerah
pusat kegiatan sebagai intinya. Secara berurutan, tata ruang kota yang ada pada
suatu kota yang mengikuti suatu pola konsentris ini adalah sebagai berikut:
a. Daerah Pusat atau Kawasan Pusat Bisnis (KPB)
Daerah pusat kegiatan ini sering disebut sebagai pusat kota. Dalam daerah ini
terdapat bangunan-bangunan utama untuk melakukan kegiatan baik sosial,
ekonomi, poitik dan budaya. Contohnya : Daerah pertokoan, perkantoran,
gedung kesenian, bank dan lainnya.
b. Daerah Peralihan
Daerah ini kebanyakan di huni oleh golongan penduduk kurang mampu dalam
kehidupan sosial-ekonominya. Penduduk ini sebagian besar terdiri dari
pendatang-pendatang yang tidak stabil (musiman), terutama ditinjau dari
tempat tinggalnya. Di beberapa tempat pada daerah ini terdapat kegiatan
industri ringan, sebagai perluasan dari KPB.
c. Daerah Pabrik dan Perumahan Pekerja.
Daerah ini di huni oleh pekerja-pekerja pabrik yang ada di daerah ini. Kondisi
perumahannya sedikit lebih buruk daripada daerah peralihan, hal ini
disebabkan karena kebanyakan pekerja-pekerja yang tinggal di sini adalah dari
golongan pekerja kelas rendah.

10
d. Daerah Perumahan yang Lebih Baik Kondisinya.
Daerah ini dihuni oleh penduduk yang lebih stabil keadaannya dibanding
dengan penduduk yang menghuni daerah yang disebut sebelumnya, baik
ditinjau dari pemukimannya maupun dari perekonomiannya.
e. Daerah Penglaju.
Daerah ini mempunyai tipe kehidupan yang dipengaruhi oleh pola hidup
daerah pedesaan disekitarnya. Sebagian menunjukkan ciri-ciri kehidupan
perkotaan dan sebagian yang lain menunjukkan ciri-ciri kehidupan pedesaan,
Kebanyakan penduduknya mempunyai lapangan pekerjaan nonagraris dan
merupakan pekerja-pekerja penglaju yang bekerja di dalam kota, sebagian
penduduk yang lain adalah penduduk yang bekerja di bidang pertanian.
 Teori Sektor
Teori sector ini dikemukakan oleh Homer Hoyt (Yunus, 1991 & 1999),
dinyatakan bahwa perkembangan-perkembangan baru yang terjadi di dalam
suatu kota, berangsur-angsur menghasilkan kembali karakter yang dipunyai
oleh sector-sektor yang sama terlebih dahulu. Alasan ini terutama didasarkan
pada adanya kenyataan bahwa di dalam kota-kota yang besar terdapat variasi
sewa tanah atau sewa rumah yang besar. Belum tentu sesuatu tempat yang
mempunyai jarak yang sama terhadap KPB akan mempunyai nilai sewa tanah
atau rumah yang sama, atau belum tentu semakin jauh letak atau tempat
terhadap KPB akan mempunyai nilai sewa yang semakin rendah. Kadang-
kadang daerah tertentu dan bahkan sering terjadi bahwa daerah-daerah tertentu
yang letaknya lebih dekat dengan KPB mempunyai nilai sewa tanah atau
rumah yang lebih rendah daripada daerah yang lebih jauh dari KPB. Keadaan
ini sangat banyak dipengaruhi oleh factor transportasi, komunikasi dan segala
aspek-aspek yang lainnya :
1. Pertumbuhan Vertikat, yaitu daerah ini dihuni oleh struktur keluarga tunggal
dan semakin lama akan didiami oleh struktur keluarga ganda. Hal ini karena
ada factor pembatas, yaitu : fisik, social, ekonomi dan politik.
2. Pertumbuhan Memampat, yaitu apabila wilayah suatu kota masih cukup
tersedia ruang-ruang kosong untuk bangunan tempat tinggal dan bangunan
lainnya.
3. Pertumbuhan Mendatar ke Arah Luar (Centrifugal), yaitu biasanya terjadi
karena adanya kekurangan ruang bagi tempat tinggal dan kegiatan lainnya.
11
Pertumbuhannya bersifat datar centrifugal, karena perembetan
pertumbuhannya akan kelihatan nyata pada sepanjang rute transportasi.
 Teori Pertumbuhan Kota
Menurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah Leburan Dari bangunan dan
penduduk, sedangkan bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian
berubah sampai hal ini dipengaruhi dengan budaya yang tertentu. Bentuk kota
ada dua macam yaitu geometri dan organik.
Terdapat dikotomi bentuk perkotaan yang didasarkan pada bentuk geometri
kota yaitu Planned dan Unplanned. Bentuk Planned (terencana) dapat dijumpai
pada kota-kota eropa abad pertengahan dengan pengaturan kota yang selalu
regular dan rancangan bentuk geometrik. Bentuk Unplanned (tidak terencana)
banyak terjadi pada kota-kota metropolitan, dimana satu segmen kota
berkembang secara sepontan dengan bermacam-macam kepentingan yang
saling mengisi, sehingga akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya yang
kemudian disebut dengan organik pattern, bentuk kota organik tersebut secara
spontan, tidak terencana dan memiliki pola yang tidak teratur dan non
geometrik.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah dan
mempunyai hubungan yang erat serta perasaan yang sama terhadap adat kebiasaan yang ada
dan menunjukkan adanya kekeluargaan, seperti gotong royong dan tolong-menolong.
Masyarakat pedesaan mencari mata pencaharian dengan cara bertani di sawah atau di ladang,
di desa belum mengenal teknologi canggih yang telah ada dizaman modern. Sedangkan
masyarakat perkotaan merupakan suatu himpunan penduduk yang bertempat tinggal di dalam
pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan kesenian, ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Masyarakat kota mencari mata pencahariannya rata-rata menggunakan tekhnologi yang
canggih, seperti menggunakan tenaga mesin, komputer dan lain-lain.
Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan pada
akhirnya masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan, dan
melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaannya. Perbedaan masyarakat pedesaan dan
masyarakat kota adalah bagaimana cara mereka mengambil sikap dan kebiasaan dalam
memecahkan suata permasalahan. Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu
masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang biasa nampak
dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik
dapat dicontohkan pada kehidupan masyarakat desa di jawa. Namun dengan adanya
perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian karakteristik
tersebut sudah tidak berlaku. Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait
dengan etika dan budaya mereka yang bersifat umum.
 Sederhana
 Mudah curiga
 Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
 Mempunyai sifat kekeluargaan
 Lugas atau berbicara apa adanyaTertutup dalam hal keuangan mereka
 Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
 Menghargai orang lainDemokratis dan religius
 Jika berjanji, akan selalu diingat

13
Sedangkan cara beadaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap
kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah sikap
sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan
Berbeda dengan karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih
mengutamakan kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi atau individu.
Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai urban community. Ada beberapa ciri yang
menonjol pada masyarakat kota yaitu: Kehidupan keagamaan berkurang bila
dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Masyarakat kota hanya melakukan
kegiatan keagamaan hanya bertempat di rumah peribadatan seperti di masjid, gereja, dan
lainnya.orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada
orang laindi kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena
perbedaan politik dan agama dan sebagainya. jalan pikiran rasional yang dianut oleh
masyarkat perkotaan. interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor
kepentingan pribadi daripada kepentingan umum Hal tersebutlah yang membedakan
antara karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan, oleh karena itu, banyak orang-
orang dari perkotaan yang pindah ke pedesaan untuk mencari ketenangan, sedangkan
sebaliknya, masyarakat pedesaan pergi dari desa untuk ke kota mencari kehidupan dan
pekerjaan yang layak untuk kesejahteraan mereka.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://nicofergiyono.blogspot.com/2014/06/teori-teori-perkembangan-kota.html

http://davitariputra-david.blogspot.com/2011/11/karakteristik-masyarakat-masyarakat.html

https://galihrema.wordpress.com/2016/12/23/makalah-masyarakat-pedesaan-dan-masyarakat-
perkotaan/

https://nicofergiyono.blogspot.com/2014/06/teori-teori-perkembangan-kota.html

http://ferryfahrizal.blogspot.com/2015/04/makalah-masyarakat-perkotaan.html

15

Anda mungkin juga menyukai