Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang selalu
berbagai pihak baik moril maupun materil penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Karya tulis ini berjudul “Gambaran Tingkat Konsumsi Zat Gizi Makro Pada
Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Paru Jawa Barat ” karya tulis ini disusun dalam
rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah metodologi penelitian. Selain itu, penulis juga
mengenal Gambaran Tingkat Konsumsi Zat Gizi Makro Pada Tuberkulosis Paru di
Rumah Sakit Paru Jawa Barat. Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menyajikan
cukup terbatas maka tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan dan kekurangan
dalam karya tulis ini. Oleh karena itu kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan
penulis.
Harapan penulis agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
penulis sendiri.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................Halaman i
DAFTAR ISI...........................................................................................Halaman ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... Halaman 1
A. Latar Belakang...............................................................................Halaman 1
B. Rumusan Masalah............................................................................Halaman 3
C. Tujuan Penelitian..............................................................................Halaman 3
D. Manfaat Penelitian...........................................................................Halaman 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................Halaman 5
A. Pengertian......................................................................................Halaman 5
B. Etiologi..........................................................................................Halaman 5
C. Patogenesa.....................................................................................Halaman 7
D. Faktor Resiko.................................................................................Halaman 7
E. Klasifikasi....................................................................................Halaman 11
F. Gejala Klinis................................................................................Halaman 13
G. Diagnose......................................................................................Halaman 15
H. Pengobatan...................................................................................Halaman 17
I. Status Gizi....................................................................................Halaman 18
J. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)......................................Halaman 23
Kerangka Teori.....................................................................................Halaman 32
Kerangka Konsep.................................................................................Halaman 33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................Halaman iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycrobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru. Penyakit ini apabila tidak diobati atau pengobatannya tidak
tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. Namun
kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam dua
abad terakhir (Depkes,2016).
Dalam laporan WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB
pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien dengan
HIV positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut berada di wilayah Afrika, pada ahun
2012 diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita Tuberkulosis Multi
Drug Resistant (TB MDR) dan 170.000 diantaranya meningggal dunia. Pada
tahun 2012 diperkirakan proporsi kasus TB anak diantara seluruh kasus TB secara
global mencapai 6% atau 530.000 pasien TB anak pertahun, atau sekitar 8% dari
total kematian yang disebabkan oleh TB.
1
yang menempatkan Indonesia pada posisi ke-3 kasus TB terbanyak setelah India
dan China.
Berasarkan data Case Notification Rate (CNR) di pulau Jawa, Jawa Barat
(141/100.000 penduduk) menempati posisi kedua setelah DKI Jakarta
(254/100.000 penduduk) yang menderita penyakit tuberculosis. Tinggi rendahnya
CNR di suatu wilayah selain dipengaruhi oleh upaya penemuan penemuan kasus
(case finding) juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain seperti kinerja system
pencatatan dan pelaporan wilayah tersebut, jumlah fasyankes yang terlibat dalam
layanan Directly Observed Treatment Shot-course (DOTS), dan banyaknya pasien
TB yang dilaporkan oleh fasyankes.
2
masuk ke dalam tubuh sebagai akibat dari keterpaparan penyakit dari penderita
TB.
Kondisi diatas diperlu adanya pemantauan mengenai asupan zat gizi pada
penderita tuberculosis. Asupan zat gizi pada penderita tuberculosis akan
berpengaruh terhadap status gizi penderita tuberculosis. Adanya peran penting
asupan zat gizi dengan status gizi, karena erat kaitannya dengan faktor
kesembuhan penderita tuberculosis.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran asuapan zat gizi makro dan status gizi pada penderita
Tubercolosis rawat inap di rumah sakit Paru Jawa Barat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
Mengetahui Gambaran Tingkat Konsumsi Zat Gizi Makro Pada Tuberkulosis Paru
di Rumah Sakit Paru Jawa Barat
Tujuan Khusus:
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
3
Untuk memberikan pengetahuan atau wawasan kepada peneliti mengenai
tingkat konsumsi zat gizi makro pada Tuberkulosis di Rumah sakit Paru
Jawa Barat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan anatara status gizi buruk, kurang, baik,
yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi hampir semua orang
sehta disuatu negara. AKG untuk Indonesia didasarkan atas patokan berat
AKG digunakan sebagai standar untuk mencapai status gizi optimal bagi
dahulu menetapkan kebutuhan faal rata-rata tubuh terdapat zat gizi yang
individu dan ketersediaan faal zat gizi antar sumber makanan dengan
demikian, AKG sudah dimasukan faktor kemanaan untuk setiap zat gizi,
5
faalinya, dan variasi antar penduduk. Kebutuhan untuk bayi dan anak
mencegah deplesi zat gizi dari tubuh yang diperkirakan melalui penelitiaan
darah dan jaringan tubuh. Untuk zat-zat gizi tertentu kebutuhan mungkin
kemudian dapat diubah menajdi zat gizi esensial, oleh karena itu AKG
dalam PGS (Pedoman Gizi Seimbang) (Depkes, 2014) yang terdiri dari :
6
1. Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan.
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan.
3. Biasakan menkonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi.
4. Biasakan menkonsumsi beranekaragam makanan pokok.
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak.
6. Biasakan sarapan.
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman.
8. Biasakna membaca label pada kemasan pangan.
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih dan mengalir.
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan
normal.
penilaian status gizi adalah Index Masa Tubuh dihitung dengan pembagian
Berat Badan (dalam kilogram) dan Tinggi Badan (dalam meter) pangkat
IMT :
Kriteria Klasifikasi
< 17,0 Status gizi sangat kurus
17,0 -18,4 Status gizi kurus
18,5-25 Status gizi normal
25,1-27 Status gizi gemuk
>27 Status gizi obesitas
7
Asupan makan adalah jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang untuk
memasok energi yang menjadi kebutuhan kita melalui tiga jenis unsur gizi
dasar penghasilan energi yaitu karbohidrat, protein, lemak. Ketiga zat gizi
terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan
Orang yang sakit harus mengatur kehidupan yang berbeda dengan apa
yang dialami setiap harinya. Terutama jumlah makanan dan variasi menu
karena menentukan bentuk atau kronis diit yang akan diberikan, orang
8
d) Riwayat Terapi
penyakit, jenis diit, penampilan dan rasa makanan yang disajikan akan
sakit akan merasa bosan apabila menu yang dihidangkan tidak menarik
skrining gizi. Skrining gizi pada pasien tuberculosis pada umumnya sama
IMT Kategori
< 17,0 Kurus (kekurangan berat badan
tingkat berat)
17,0 -18,4 Kurus (kekurangan berat badan
tingkat ringan)
18,5 -25,0 Normal
25,1 -27,0 Gemuk (kelebihan brat badan
tingkat ringan)
9
>27,0 Obes (kelebihan berat badan
tingkat berat)
Sumber: Depkes, Keluarga Sadar Gizi, 2009.
Resiztance, 2005.
(1) Biokimia Hasil pemeriksaan biokimia terkait gizi yang penting
darah
(2) Klinis Pemeriksaan klinis terkait gizi yang penting untuk dikaji
makanan
10
(d) Keringat berlebih mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan cairan
(e) Batuk mempengaruhi jumlah asupan makan
(f) Penurunan berat badan mempengaruhi peningkatan
Pasien Tuberkulosi.
(3) Riwayat Gizi Gambaran riwayat gizi diperlukan untuk
makanan
11
Diagnosis gizi merupakan masalah yang berkaitan dengan risiko
yaitu:
1) Domain Asupan Masalah gizi yang umum pada pasien tuberkulosis
badan.
3) Domain perilaku
Masalah gizi yang umum pada pasien Tuberkulosis dilihat dari
gizi
c. Intervensi: Edukasi dan konseling gizi
1) Syarat Diiit
12
2) Prinsip Diet
(1) Makanan yang diberikan mengandung energi dan protein
makan.
(8) Bila memungkinkan konsumsi susu 2 – 3 gelas/hari.
(9) Konsumsi sayur dan buah sebanyak 5 – 6 porsi/hari.
(10) Hindari pengolahan makanan dengan digoreng,
merangsang batuk.
(11) Hindari alcohol.
B. Definisi Tuberculosis
Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
13
hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5.000 tahun
1. Etiologi
Penyebab penyakit Tuberculosis adalah kuman Mycrobacterium
tuberculosis paru, selain itu dapat menyerang organ tubuh lainnya di luar
dengan BTA positif, saat penderita bersin atau batuk maka pada saat itu
pula bakteri dapat meyebar ke udara yang berasal dari batuk atau bersin
penderita dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali bauk dapat
dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
(Depkes,2014).
14
Penyakit yang sudah cukup lama ini merupakan masalah global di dunia
Neelsen.
3. Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Laweinstein
Jensen, Ogawa.
4. Bakteri Nampak berbentuk batang berwarna merah dalam
ultraviolet.
7. Paparan langsung terhadap sinar ultraviolet, sebagian besar bakteri
2. Patogenesa
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TBC. Dropet yang terhirup sangat kecil ukuranya, sehingga dapat
membawa kuman TBC kekelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini
15
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi
masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada
kuman persisten atau dorman (tidur). Kadang daya tahan tubuh tidak
3. Faktor Resiko
Faktor Karakteristik Individu Beberapa faktor karakteristik individu
usia dan paling banyak pada kelompok usia produktif yaitu usia 20-49
TB paru adalah usia produktif yaitu usia 15-50 tahun (Depkes RI,
16
dengan interaksi sosial yang lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
Pada asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya bagi kesehatan.
17
3. Klasifikasi
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,
18
radiologik sehingga dicurigai lesi aktif kembali, harus dipikirkan
beberapa kemungkinan:
• Infeksi sekunder
• Infeksi jamur
• TB paru kambuh
e. Kasus Gagal
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan)
f. Kasus Kronik
Adalah penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik
positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan
19
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada fasilitas)
4. Gejala Klinis
Keluhan yang dirasakan penderita tuberkulosis dapat bermacam-macam
tuberculosis
yang masuk.
2. Batuk
Gejala ini banyak ditemukan, batuk terjadi karena adanya iritasi pada
spuntum)
3. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas
20
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
napasnya.
5. Malaise
makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot,
keringat malam.
5. Diagnose
Diagnosis tuberculosis paru pada penderita dewasa ditegakan dengan
21
Diagnosis tuberculosis pada pasien HIV berbeda dengan diagnosis
spesifik terutaa pada pasien HIV lanjut dan pemeriksaan sputum BTA
antara lain:
1. Pemeriksaan Mikroskopis
Hasil pemeriksaan dahak tersebut adalah:
a. Hasil pemeriksaan di nyatakan positif apabila sedikitnya dua dari
rontgen,
spekrum luas tanpa ada perubahan dan pemeriksaan ulang dahak SPS
22
a. Penderita tersebut diduga mengalami komplikasi, misalnya: sesak
6. Pengobatan
Pengobatan Tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,
tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal,
sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila panduan obat yang digunakan
tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC
23
Adapun jenis dan dosis obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan
a. Isoniazid (H)
Obat ini bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman
semi dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isonoid. Dosis 10 mg/kg
seminggu.
c. Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang
C. Kerangka Teori
24
Asupan Lemak Keadaan jasmani
25
D. Kerangka Konsep
Asupan Energi
Asupan Protein
Asupan Lemak
Asupan Karbohidrat
Status Gizi
26
DAFTAR PUSTAKA
InfoDatin-2016-TB.pdf.
Pedoman-tbnasional2014.pdf.
iii