Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

PENGARUH PERUBAHAN SUHU PADA MEDIA AIR


TERHADAP MEMBUKA DAN MENUTUP OPERCULUM
BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Disusun Sebagai Laporan Akhir Praktikum Fisiologi Hewan Air


Tahun Akademik 2017 - 2018

Disusun oleh:

Kelompok 5 / Perikanan C

Riduwan Ibrahim 230110170119


Cahyo Shifaris Putrandy 230110170125
Rizki Ghulam Zaki 230110170166

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat sehinga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Fisiologi Hewan Air yang berjudul “Pengaruh Perubahan Suhu pada
Media Air Terhadap Membuka dan Menutup Operculum Benih Ikan Mas
(Cyprinus Carpio)”.
Terselesaikannya tugas ini tentunya tidak lepas dari dorongan dan bantuan
berbagai pihak yang telah mengarahkan, membimbing penyusun, baik tenaga, ide-
ide, maupun pemikiran dan terima kasih pada berbagai sumber yang telah
memberi referensi serta menambah pengetahuan penyusun.
Laporan praktikum telah dibuat dengan sebaik – baiknya dan mengacu
pada format penulisan, diharapkan saran – sarannya terhadap penulisan laporan ini
agar menjadi laporan yang lebih baik dan bermanfaat bagi pihak – pihak yang
membutuhkan.

Jatinangor, Maret 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ vi

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan………………….. ........................................................... 2
1.3 Manfaat ....................................................................................... 2

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas ..................................................................................... 3
2.1.1 Definisi Ikan Mas........................................................................ 3
2.1.2 Klasifikasi ................................................................................... 3
2.1.3 Morfologi .................................................................................... 4
2.1.4 Habitat Ikan Mas ......................................................................... 5
2.2 Suhu Air dan Respirasi pada Ikan............................................... 6
2.2.1 Definisi Suhu .............................................................................. 6
2.2.2 Pernapasan Pada Ikan ................................................................. 7
2.2.3 Alat Pernapasan Ikan .................................................................. 7
2.2.4 Proses Pernapasan pada Ikan ...................................................... 8
2.3 Pengaruh Suhu Terhadap Membuka dan Menutup Operculum
ikan mas ...................................................................................... 9

III METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan............................................................................ 11
3.3 Prosedur Praktikum..................................................................... 11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ........................................................................................... 12
4.1.1 Hasil Pengamatan Kelompok...................................................... 12
4.1.2 Hasil Pengamatan Kelas ............................................................. 15
4.2 Pembahasan ................................................................................ 15

V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................. 17
5.2 Saran ........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18
LAMPIRAN ................................................................................................... 20

iii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Ikan Mas.................................................................................... 5
2 Bagian Insang Ikan…………… ............................................... 7
3. Fase Inspirasi Ikan .................................................................... 8
4. Fase Ekspirasi Ikan ................................................................... 9
5. Rata-rata Perubahan Terhadap Buka Tutup Operculum
Kelompok 5 .......................................................................... 12
6. Data Perubahan Terhadap Buka Tutup Operculum
Kelas C ................................................................................. 14
7. Rata-rata Perubahan Terhadap Buka Tutup Operculum
Kelas C ............................................................................................ 14

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Tabel Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu


Kamar (27oC) ............................................................................ 24
2 Tabel Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu
Diatas 3oC Suhu Kamar ……… ............................................... 24
3. Tabel Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu
Dibawah 3oC Suhu Kamar ........................................................ 24
4. Tabel Pengamatan Kelas ........................................................... 25

v
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Alat – Alat Praktikum .......................................................... 20


2. Bahan - Bahan Praktikum .................................................... 21
3. Kegiatan Praktikum .............................................................. 22
3. Prosedur Praktikum .............................................................. 23
4. Tabel Hasil Pengamatan Kelompok ..................................... 24
5. Tabel Hasil Pengamatan Kelas ............................................. 25

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisiologi menurut Saladin & Miller (1998) berfokus pada fungsi dan proses
vital dari berbagai struktur yang membentuk tubuh. Proses fisiologis ini termasuk
kontraksi otot, indra penciuman, penglihatan, cara bernapas, dan seterusnya.
Fisiologi erat kaitannya dengan anatomi karena merupakan studi tentang
bagaimana anatomi struktur seperti sel atau tulang berfungsi sebenarnya. Fisiologi
berkaitan dengan semua proses kehidupan yang vital dan lebih kompleks dan,
karenanya, memiliki banyak subspesialis. Fisiologi manusia, fisiologi hewan,
fisiologi sel dan neurofisiologi hanyalah beberapa cabang spesifik fisiologi.
Fisiologi juga menurut Windarti et.al (2010) adalah suatu ilmu yang
mempelajari segala proses yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup, baik
organisme besel tunggal maupun bersel banyak, termasuk interaksi antar sel,
jaringan, organ serta semua komunikasi interselluler, baik energetik maupun
metabolik.
Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem
respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem
saraf, sistem endokrin dan reproduksi.

1
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan suhu panas
dan suhu dingin media air terhadap membuka dan menutup operculum benih ikan
mas.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk lebih memahami laju pernafasan
ikan, untuk membuktikan apakah ikan termasuk hewan poikiloterm yang suhu
tubuhnya mengikuti suhu lingkungannya dengan perubahan suhu media air.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Mas


2.1.1 Definisi Ikan Mas
Ikan mas umumnya dianggap sebagai ikan hama karena jumlah nya yang
banyal dan karena kecenderungannya untuk menghancurkan vegetasi dan
meningkatkan kekeruhan air dengan mencabut tanaman dan rooting di sekitar
substrat, yang menyebabkan kerusakan habitat untuk spesies yang membutuhkan
vegetasi dan air bersih (Cole 1905, Cahoon 1953, Bellrichard 1996, Laird dan
Page 1996). Tersedia literatur yang menunjukkan ikan mas dapat merusak
makrofit air secara langsung dengan mencabut atau mengkonsumsi tanaman, atau
secara tidak langsung dengan meningkatkan kekeruhan dan dengan demikian
mengurangi cahaya untuk fotosintesis. Bellrichard (1996) menemukan bahwa
perubahan dalam biomassa makrofit lebih banyak disebabkan oleh efek langsung
ikan mas. Dalam tinjauan literatur mereka, Richardson et al. (1995)
menyimpulkan bahwa ikan mas memiliki efek merugikan pada sistem biologis
termasuk perusakan habitat yang digunakan oleh ikan dan burung, dan juga
peningkatan kekeruhan. Ketika makan ikan mas mengacak bagian bawah substrat
sehingga meningkatkan jumlah endapan dan kekeruhan (Lee et al. 1980). Perilaku
makan ini juga menghancurkan tanaman air yang berakar yang menyediakan
habitat untuk spesies ikan asli dan makanan untuk unggas air (Dentler 1993). Ada
juga bukti ikan mas memangsa telur spesies ikan lainnya (Moyle 1976, Taylor et
al. 1984, Miller dan Beckman 1996). Dalam kasus lain, Miller dan Beckman
(1996) mendokumentasikan telur ikan sturgeon putih Acipenser transmontanus di
dalam perutnya ikan mas yang umum di Sungai Columbia.

2.1.2 Klasifikasi Ikan Mas


Menurut Linnaeus (1758) dalam ITIS (2010), ikan mas (Cyprinus carpio)
mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Subkingdom: Bilateria

3
Infrakingdom: Deuterostomia
Phylum: Chordata
Subphylum: Vertebrata
Infraphylum: Gnathostomata
Superclass: Osteichthyes
Class: Actinopterygii
Subclass: Neopterygii
Infraclass: Teleostei
Superorder: Ostariophysi
Order: Cypriniformes
Superfamily: Cyprinoidea
Family: Cyprinidae
Genus: Cyprinus
Species: Cyprinus carpio

2.1.3 Morfologi Ikan Mas


Tubuh ikan mas memiliki bentuk badan memanjang dan sedikit pipih ke
samping, mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan
(protektil) serta dihiasi dua pasang sungut. Selain itu di dalam mulut terdapat gigi
kerongkongan, dua pasang sungut ikan mas terletak di bibir bagian atas. Gigi
kerongkongan (pharyngeal teeth) terdiri atas tiga baris yang berbentuk geraham,
memiliki sirip punggung (dorsal) berbentuk memanjang dan terletak di bagian
permukaan tubuh, berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral) bagian
belakang sirip punggung memiliki jari-jari keras sedangkan bagian akhir
berbentuk gerigi, sirip dubur (anal) bagian belakang juga memiliki jari-jari keras
dengan bagian akhir berbentuk gerigi seperti halnya sirip punggung, sirip ekor
berbentuk cagak dan berukuran cukup besar dengan tipe sisik berbentuk lingkaran
(cycloid) yang terletak beraturan, gurat sisik atau garis rusuk (linea lateralis) ikan
mas berada di pertengahan badan dengan posisi melintang dari tutup insang
sampai ke ujung belakang pangkal ekor.

4
Gambar 1. Ikan Mas
(sumber: dokumentasi pribadi)

2.1.4 Habitat Ikan Mas


Menurut Huet (1971) habitat ikan mas hidup pada kolam-kolam air tawar
dan danau-danau serta perairan umum lainnya. Dalam perkembangannya ikan ini
sangat peka terhadap perubahan kualitas lingkungan. Ikan mas merupakan salah
satu ikan yang hidup di perairan tawar yang tidak terlalu dalam dan aliran air tidak
terlalu deras. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150- 600
meter di atas permukaan air laut dan pada suhu 25-30°C. Meskipun tergolong ikan
air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara
sungai yang bersalinitas 25-30 ppt.
2.2 Suhu Air dan Respirasi pada Ikan
2.2.1 Definisi Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda
dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam
kehidupan sehari-hari nilemyarakat untuk mengukur suhu cenderung
menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi
maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid ,misalnya
dalam hal respirasi. Sebagaimana halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu
mempunyai rentang yang dapat ditolerir oleh jenis organisme. Nilemalah ini
dijelaskan dalam kajian ekologi yaitu, “Hukum Toleransi Shelford”. Dengan alat
yang relatif sederhana, percobaan tentang pengaruh suhu terhadap aktivitas

5
respirasi organisme tidak sulit dilakukan, misalnya dengan menggunakan
respirometer sederhana (Udom 1987).
Menurut Udom (1987), Keberhasilan suatu organisme tergantung pada
lengkapnya keadaan, ketiadaan atau kegagalan suatu organisme dapat
dikendalikan oleh kekurangan maupun kelebihan baik secar kualitatif maupun
secara kuantitatif dari salah satu dari beberapa faktor yang mungkin mendekati
batas toleransi organisme tersebut. Faktor-faktor yang mendekati batas biotik
tersebut meliputi komponen biotik dan komponen abiotik yang berpengaruh
terhadap kehidupan organisme tersebut. Komponen biotik yang dimaksud tidak
terbatas pada tersedianya unsur-unsur yang dibutuhkan, tapi mencakup pula
temperatur, sinar matahari, air dan sebagainya. Tiap organisme mempunyai batas
maksimum dan minimum terhadap faktor tersebut, dengan kisaran diantaranya
batas-batas toleransi.
Diperairan tropis perbedaan atau variasi suhu air laut sepanjang tahun
tidak besar; suhu permukaan laut nusantara berkisar antara 27oC dan 32oC.
Kisaran suhu ini adalah normal untuk kehidupan biota laut di perairan Indonesia.
Suhu alami tertinggi diperairan tropis berada dekat ambang batas penyebab
kematian biota laut. Oleh karena itu, peningkatan suhu yang kecil saja dari alam
dapat menimbulkan kematian atau paling tidak gangguan fisiologis biota laut.

2.2.2 Pernapasan Pada Ikan


Proses peningkatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah
melalui permukaan alat pernafasan organisme dengan lingkungannya dinamakan
pernafasan (respirasi). Sistem organ yang berperan dalam hal ini adalah insang.
Oksigen merupakan bahan pernafasan yang dibutuhkan oleh sel untuk berbagai
reaksi metabolisme. Bagi ikan, oksigen diperlukan oleh tubuhnya untuk
menghasilkan energi melalui oksidasi lemak dan gula (Triastuti et.al,. 2009).
Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida dalam tubuh makhluk hidup
disebut pernafasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan melalui difusi.
Pada dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup
memerlukan oksigen dan karbondiokdisa. Pada hewan vertebrata terlalu besar
untuk dapat terjadinya interaksi secara langsung antara masing-masing sel tubuh

6
dengan lingkungan luar tubuhnya. Untuk itu organ-organ tertentu yang bergabung
dalam sistem pernafasan dikhususkan untuk melakukan pertukaran gas pernafasan
bagi keperluan seluruh sel tubuhnya (Farida 2008).

2.2.3 Alat Pernapasan Ikan


Insang merupakan komponen penting dalam pertukaran gas. Insang
terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras dengan beberapa lamella
primer insang didalamnya. Tiap-tiap lamella primer insang terdiri atas banyak
lamella sekunder yang merupakan tempat pertukaran gas. Tugas ini ditunjang oleh
struktur lamella sekunder yang tersusun atas sel-sel epitel tipis pada bagian luar.
Membran dasar dan sel-sel tiang sebagai penyangga pada bagian dalam. Pinggiran
lamella sekunder yang tidak menempel pada lengkung insang sangat tipis, ditutupi
oleh epitelium dan mengandung jaringan pembuluh darah kapiler (Fujaya 1999).
Insang mempunyai peranan yang sangat penting sebagai organ yang
mampu dilewati air maupun mineral serta tempat dibuangnya atau
diekskresikannya sisa metabolisme (Affandi dan Tang 2002).

Gambar 2. Bagian Insang Ikan


(Sumber: viebarker.blogspot.co.id)
Fujaya (2004), menyatakan bahwa insang yang rusak dapat mengurangi
pertukaran gas-gas pernapasan antara insang dengan lingkungan sekitarnya dan ini
dapat menyebabkan busung udara pada ikan uji tersebut.

Oksigen diambil dari oksigen yang terlarut dalam air melalui insang secara
difusi. Dari insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh
jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari

7
jantung menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Proses ini terjadi secara
terus-menerus dan berulang-ulang.

2.2.4 Proses Pernapasan Pada Ikan


Menurut Fujaya (2004) Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati
dilakukan melalui mekanisme inspirasi dan ekspirasi.
 Fase inspirasi ikan
Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap
menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar,
sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam
rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka
sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut. Perhatikan gambar di
bawah

Gambar 3. Fase inspirasi ikan


(Sumber: Zoologi Umum, Villee, Walker, dan Barnes)

 Fase ekspirasi ikan


Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang
kembali ke kedudukan semula diikuti membukanya celah insang. Air dalam
mulut mengalir melalui celah-celah insang dan menyentuh lembaran-
lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara pernapasan. Darah
melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 dari air.

8
Gambar 4. Fase ekspirasi Ikan
(Sumber: Zoologi Umum, Villee, Walker, dan Barnes)
2.3 Pengaruh Suhu Terhadap Buka Tutup Operculum Ikan Mas
Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah
diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting
dalam mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini
terutama disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam
tubuh dan sekaligus menentukan kegiatan metaboli, misalnya dalam hal respirasi.
Sebagaimana halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu mempunyai rentang
yang dapat ditolerir oleh setiap jenis organisme.
Pengaruh suhu terhadap membuka dan menutup operculum ikan mas ialah
beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi fisiologi ikan salah satunya
berhubungan dengan system respirasi. Pada adaptasi ini terlihat dari gerakan
operculum ikan. Adapatasi ini dipengaruhi oleh temperature dan keadaan
lingkungannya. Kenaikan suhu pada suatu perairan menyebabkan kelarutan
oksigen atau dissolve oxygen (DO) di peraiaran tersebut akan menurun, sehingga
kebutuhan organisme air terhadap oksigen semakin bertambah dengan pergerakan
operculum yang semakin cepat, penurunan suhu pada suatu perairan dapat
menyebabkan kelarutan oksigen dalam perairan itu meningkat sehingga
kebutuhan organisme dalam air terhadap oksigen semakin berkurang, hal ini
menyebabkan jarangnya frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada
ikan tersebut (Yulianto 2011).

9
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mengenai Pengaruh Perubahan Suhu Panas dan Suhu Dingin
pada Media Air Terhadap Membuka dan Menutup Operculum Benih Ikan Mas ini
dilaksanakan pada hari Senin, 26 Maret 2018, pukul 14.30 s.d. selesai bertempat
di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, gedung 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan


Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan sebagai
berikut:
Alat:
 Beaker glass sebagai tempat ikan untuk ikan yang akan diamati
 Wadah plastik sebagi tempat ikan sebelum dan setelah diamati
 Water bath sebagai pemanas air
 Palu / martil untuk memecah bongkahan es batu
 Termometer untuk mengukur suhu air
 Hand counter untuk menghitung bukaan operculum
 Timer / stopwatch untuk mengamati waktu
Bahan:
 Benih ikan mas sebanyak 3 ekor
 Stok air panas untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan
 Stok es batu untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan

3.3 Prosedur Praktikum


Dalam percobaan ini langkah-langkah yang harus diperhatikan antara lain:

10
1. Disiapkan sebuah beaker glass 1000 ml dan dua wadah plastic disiapkan
sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati
2. Sebanyak 3 ekor benih ikan mas diambil dan dimasukkan ke dalam salah satu
wadah plastik yang telah diberi media air.
3. Beaker glass diisi dengan air secukupnya (± ½ volumenya), lalu suhu diukur
dengan thermometer dan hasilnya dicatat.
4. Dilakukan pengamatan dengan tiga perlakuan yaitu:
a. T1 = untuk suhu kamar (± 27 ºC)
b. T2 = untuk suhu 3 ºC di atas suhu kamar
c. T3 = untuk suhu 3 ºC di bawah suhu kamar
5. Satu persatu ikan uji dimasukkan ke dalam beaker glass yang sudah diketahui
suhunya (perlakuan a) kemudian dihitung banyaknya membuka dan menutup
operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand
counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga
kali untuk masing–masing ikan. Data yang diperoleh, dicatat pada kertas
lembar kerja yang telah disediakan.
6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama, dilanjutkan dengan ikan uji
berikutnya sampai seluruh ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati
dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah disediakan
7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit.
Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
8. Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah es balok yang telah dipecahkan dengan palu sedikit
demi sedikit. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
9. Data hasil pengamatan kemudian ditabulasi

11
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan Kelompok
Praktikum yang dilakukan pada tanggal 26 Maret 2018 tentang Pengaruh
Perubahan Suhu Media Air Terhadap Membuka dan Menutup Operculum pada
Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) praktikum mendapatkan sebagai berikut:

Rata-rata Perubahan Terhadap Buka


Tutup Operculum kelompok 5
250
217.22 KALI
200 182.7 KALI
152.44 KALI
150

100

50

0
Suhu Kamar (27 C) Suhu Panas (30 C) Suhu Dingin (24 C)

Rata-Rata Perubahan Buka Tutup Operkulum

Gambar 5. Grafik rata-rata bukaan operculum kelompok 5

Dari grafik dapat dilihat rata-rata perubahan buka tutup oerculum saat suhu
kamar adalah 182.7, pada suhu panas 217.22, dan pada saat suhu dingin sebesar
152.44. Suhu kamar yang praktikan gunakan adalah 270 C, suhu panasnya 300C,
dan suhu dingin sebesar 240 C. Dari hasil praktikum di atas dapat disimpulkan
bahwa buka tutupp operculum saat suhu panas lebih cepat daripada pada suhu
kamar dan suhu dingin. Tetapi, hal lain terjadi pada yang praktikan dapatkan.
Hasil rata-rata bukaan operculum benih ikan menjadi lebih besar daripada suhu
kamar. Hal ini disebabkan karena perubahan suhu yang tidak terlalu tinggi
sehingga tidak begitu mempengaruhi bukaan iperculum benih ikan mas.
Faktor yang mengakibatkan perbedaan hasil tersebut adalah perlakuan
praktikan terhadap ikan uji. Ikan uji bisa saja terkena stress akibat perlakuan

12
praktikan yang asal – asalan dalam pelaksanaan praktikum. Selain itu jika suhu
meningkat maka metabolisme meningkat begitupun sebaliknya. Hal ini bisa
disebabkan oleh dua faktor yaitu antara kandungan DO di air atau metabolisme
tubuh ikan. Kandungan DO pada air mungkin saja bisa berkurang diakibatkan
penguapan, tetapi kemungkinannya sangat kecil untuk gas oksigen menguap pada
suhu tersebut, karena dibutuhkan suhu tinggi agar gas oksigen bisa menguap dari
dalam air. Jadi kemungkinan terbesar adalah ini dipengaruhi oleh metabolisme
tubuh ikan tersebut sehingga bukaan operculum menjadi bertambah. Metabolisme
meningkat jika suhu meningkat walaupun hanya 1°C. Hal Ini diakibatkan karena
proses metabolism tubuh membutuhkan energi, dan panas merupakan energi. Jadi
dapat disimpulkan bahwa peningkatan intensitas bukaan operculum diakibatkan
oleh aktivitas tubuh yang meningkat karena proses metabolism pada tubuh ikan.
Itulah mengapa larva ikan umumnya lebih baik dipelihara dalam air yang
bersuhu lebih hangat dibanding suhu kamar agar pertumbuhan larva ikan menjadi
semakin cepat karena metabolism tubuh yang meningkat juga (Herbing 2002).
Jika suhu pada air tersebut dingin secara otomatis metabolism tubuh menurun
karena seperti yang diketahui ikan merupakan organisme perairan yang
memerlukan panas atau energi dari lingkungan. Itulah sebabnya aktivitas bukaan
operculum pada ikan menjadi menurun dan ikan terlihat lebih tenang ketika
berada pada air yang bersuhu rendah.

13
4.1.2 Hasil Pengamatan Kelas

Rata-Rata Perubahan Suhu Terhadap Buka Tutup


Operculum Ikan Kelas C Kelompok 1-17
250

200

150

100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Suhu Kamar Suhu Panas Suhu Dingin

Gambar 6. Grafik hasil rata-rata tiap kelompok di kelas C.

Rata-rata Perubahan Terhadap Buka


Tutup Operculum Kelas C
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Suhu Kamar Suhu Panas Suhu Dingin

Rata-Rata Suhu

Gambar 7. Grafik rata-rata buka tutup operculum kelas C

4.2 Pembahasan
Berdasarkan data dari tabel tersebut menunjukan bahwa bukaan operculum
semakin banyak pada suhu panas (+30C) dibandingakan dengan pada suhu kamar
14
dan suhu 30C dibawah suhu kamar tadi. Hal ini menunjukan bahwa pada suhu
panas laju metabolism juga semakin cepat. Sedangkan proses metabolism sendiri
membutuhkan oksigen yang didapatkan dari proses pernafasan sehingga bukaan
operculum pun semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan
bahwa jika suhu meningkat maka laju metabolisme pun akan meningkat serta teori
yang menyebutkan bahwa jika suhu meningkat maka kandungan DO (Dissolved
Oxygen) menurun.
Jika diperhatikan bukaan operculum ikan meningkat pada suhu yang lebih
panas, ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kandungan oksigen terlarut
dalam air (DO) dan juga proses metabolism pada ikan. Kandungan DO pada air
semakin berkurang diakibatkan penguapan, tetapi sangat kecil kemungkinannya
untuk gas oksigen menguap pada suhu tersebut. Jadi kemungkinan besar ini
dipengaruhi oleh proses metabolism tubuh ikan tersebut sehingga bukaan
operculum menjadi semakin cepat dan intensitas bukaannya semakin bertambah.
Metabolisme meningkat jika suhu meningkat walaupun hanya 3°C. Ini
diakibatkan karena proses metabolism tubuh membutuhkan energy panas. Jadi
dapat disimpulkan bahwa peningkatan intensitas bukaan operculum diakibatkan
oleh aktivitas tubuh yang meningkat karena proses metabolism pada tubuh ikan
uji tersebut.
Jika ada beberapa kelompok yang intensitas bukaan operculumnya malah
semakin berkurang hal ini menunjukan bahwa ada beberapa kesalahan pada saat
perhitungan. Bisa jadi praktikan salah menghitung ketika stopwatch sudah
dinyalakan baru dihitung atau sebaliknya pada saat stopwatch diberhentikan masih
dihitung. Pada dasarnya laju metabolism ikan akan semakin cepat jika suhu
meningkat
Setelah dilakukan pengamatan terhadap bukaan operculum benih ikan mas
pada suhu kamar selanjutnya adalah pengamatan bukaan operculum pada suhu
30C dibawah suhu kamar, air keran didinginkan dengan cara menambahkan
beberapa potongan es batu agar suhu menurun.

15
Pada suhu 30C dibawah suhu kamar didapatkan beberapa data bukaan
operculum yang berbeda. Hal ini menunjukan bagaimana suhu mempengaruhi
bukaan operculum.
Semakin dingin suhu maka aktifitas ikan pun akan berkurang terbukti
dengan rata-rata bukaaan operculum dari beberapa kelompok yang menunjukan
penurunan bukaan operculum dari suhu ruangan tadi. Hanya beberapa kelompok
saja yang mengalami peningkatan.
Ketika suhu menurun aktivitas tubuh ikan pun akan menurun karena
metabolism sendiri membutuhkan energy yaitu berupa panas, dan jika suhu pada
lingkungan ikan tersebut menurun atau menjadi dingin secara otomatis
metabolism tubuh ikan juga menurun. Karena ikan sendiri merupakan hewan
poikilotermik yang menyesuaikan suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungannya
Itulah sebabnya aktivitas bukaan operculum pada ikan menjadi menurun dan ikan
terlihat lebih tenang ketika berada pada air yang bersuhu rendah.
Tidak jauh berbeda dengan data yang kami peroleh, data kelas pun
menunjukan bahwa semakin suhu tinggi maka akan semakin tinggi juga laju
metabolisme di tandai dengan semakin cepatnya bukaan operkulum pada benih
ikan mas ini, sebaliknya apabila suhu di turunkan, laju metabolisme akan
menurun di tandai dengan semakin lambatnya bukaan operkulum pada benih ikan
mas. Hal itu di karena kan pada suhu tinggi kadar oksigen terlarut dalam air
menurun, sedangkan pada suhu rendah kadar oksigen meningkat sehingga
terjadinya perbedaan konsumsi oksigen yang mempengaruhi terhadap laju
metabolismenya.

16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan data hasil pengamatan pada praktikum “Pengaruh Perubahan
Suhu Media Air TerhadapPada Buka Tutup Operculum Benih Ikan Mas (Cyprinus
carpio)” dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian suhu 3o C dan pemberian
suhu dibawah 3oC dibawah suhu suhu kamar akan membuat operculum membuka
dan menutup lebih lambat.

5.2 Saran
Disarankan dalam melakukan penelitian ini praktikan harus
mengikuti prosedur praktikum sehingga dapat meminimalisir kesalahan.
Selain itu diharapkan penelitian tentang pengaruh perubahan suhu panas
dan suhu dingin pada buka tutup operculum benih ikan mas dapat
dilanjutkan dan dikembangkan lebih baik lagi agar hal mengenai fisiologi,
anatomi, maupun morfologi ikan mas bisa. menjadi lebih jelas lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., Tang U.M. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press, Riau.
Bellrichard, S.J. 1996. Effects of common carp (Cyprinus carpio) on submerged
macrophytes and water quality in a backwater lake on the upper
Mississippi River. Master's thesis, University of Wisconsin-La Crosse.
Reprinted by the National Biological Service, Environmental Management
Technical Center, Onalaska, Wisconsin.
Cahoon, W.G. 1953. Commercial carp removal at Lake Mattamuskeet, North
Carolina. Journal of Wildlife Management 17(3): 312-317
Dentler, J.L. 1993. Noah's farce: The regulation and control of exotic fish and
wildlife. University of Puget Sound Law Review 17: 191-242.
Farida, W. R., dkk. 2008. Konsumsi dan Penggunaan Pakan pada Tarsius
(Tarsisus bancansus) Betina di Penangkaran. Jurnal Biodiversitas LIPI
Volume 9, Nomor 2, 148-151.
Fujaya, Y. 1999. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta, Jakarta.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan, Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. PT
Rineka Cipta. Jakarta.
Herbing, I. H. 2002. Effects of temperature on larval fish swimming performance:
the importance of physics to physiology. Journal of Fish Biology, 61: 865-
876. doi:10.1111/j.1095-8649.2002.tb01848.x
Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture.Breeding and Cultivation of Fish.Ryre &
Spottiswoode Ltd, at the Press Margate. England.
ITIS. 2011. Cyprinus carpio. Integrated Taxonomic Information System.
Lee, D.S., C.R. Gilbert, C.H. Hocutt, R.E. Jenkins, D.E. McAllister, and J.R.
Stauffer, Jr. 1980 et seq. Atlas of North American freshwater fishes. North
Carolina State Museum of Natural History, Raleigh, North Carolina.
Laird, C.A., and L.M. Page. 1996. Non-native fishes inhabiting the streams and
lakes of Illinois. Illinois Natural History Survey Bulletin 35(1): 1-5
Miller, A.I., and L.G. Beckman. 1996. First record of predation on white sturgeon
eggs by sympatric fishes. Transactions of the American Fisheries Society
125: 338-340.
Moyle, P.B. 1976. Inland Fishes of California. University of California Press,
Berkeley, California

18
Nico, L., E. Maynard, P.J. Schofield, M. Cannister, J. Larson, A. Fusaro, and M.
Neilson. 2014. Cyprinus carpio. USGS Nonindigenous Aquatic Species
Database, Gainesville, Florida.
Richardson, M.J., F.G. Whoriskey, and L.H. Roy. 1995. Turbidity generation and
biological impacts of an exotic fish Carassius auratus, introduced into
shallow seasonally anoxic ponds. Journal of Fish Biology 47: 576-585.
Saladin, K., & Miller, L. (1998). Anatomy and Physiology: Learning the
Language. Anatomy and Physiology for Health Professions: An Interactive
Journey.
Taylor, J.N., W.R. Courtenay, Jr., and J.A. McCann. 1984. Known impact of
exotic fishes in the continental United States. Pages 322-373 in W.R.
Courtenay, Jr., and J.R. Stauffer, editors. Distribution, biology, and
management of exotic fish. Johns Hopkins Press, Baltimore, Maryland.
Triastuti, J., L. Sulmartiwi dan Y. Dhamayanti. 2009. Ichtyologi. Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga: Surabaya.
Udom, P. Eugene. 1987. Dasarr-Dasar Biologi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Windarti, dkk. 2010. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas Riau: Pekanbaru.
Windarti, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau: Pekanbaru.
Yulianto, K. 1987. Pengamatan Beberapa Aspek Biologi dan Masalah yang
Dihadapi Perikanan Ikan Umpan Di Teluk Ambon, Balitbang Sumberdaya
Laut, Puslitbang Oseanologi – LIPI, Ambon. Teluk Ambon vol 11.

19
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat - alat praktikum

Hand counter Thermometer

Beaker glass Wadah plastik

Stopwatch Water bath

20
Lampiran 2. Bahan - bahan praktikum

Ikan Mas Air panas

21
Lampiran 3. Kegiatan praktikum

Beaker glass diisi air Air diukur menggunakan thermometer

Ikan Mas dimasukan ke dalam wadah

22
Lampiran 4. Prosedur kegiatan praktikum

Beaker glass diisii air 1/2 dari volumenya

Suhu media diukur menggunakan thermometer

Es ditambahkan hingga suhu 3oc dibawah suhu awal

Benih ikan diambil dan dimasukan

Buka tutup operculum dihitung selama 1 menit

Pengamatan diulang dengan mengganti ikan baru

23
Lampiran 5. Tabel pengamatan
Tabel pengamatan kelompok
Tabel 1. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas suhu kamar (27oC)
Ikan ke Ulangan Rata - Rata
1 2 3
1 167 173 174 171.33
2 188 186 179 182.33
3 190 195 199 194.66

Tabel 2. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 3oC diatas suhu
kamar

Ikan ke Ulangan Rata - Rata


1 2 3
1 220 217 202 213
2 211 226 221 219.33
3 222 221 215 219.99

Tabel 3. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 3oC dibawah
suhu kamar

Ikan ke Ulangan Rata - Rata


1 2 3
1 145 130 148 141
2 149 146 147 147.33
3 180 171 156 169

24
Tabel 4. Pengamatan kelas

Kelompok Suhu Kamar Suhu Panas Suhu Dingin


1 143,6 190,3 131,3
2 152,33 203,33 127
3 173,6 178 143.6
4 144 168,7 139,7
5 182,7 217,2 152.4
6 163 185,6 149,6
7 150,5 177,8 154
8 144,6 199 145
9 141,6 154,3 138,6
10 166.6 218,8 191,2
11 150,7 166,5 123,07
12 165,3 160,1 152,6
13 138,6 171 144,6
14 157,3 195 157
15 135 145 146
16 156,3 181,6 151
17 150 175,3 145,3
Rata-rata 154 181,6 146,5

25

Anda mungkin juga menyukai