Anda di halaman 1dari 8

Tiara Rahmah Dini Hanjari

NPM. 1406650046
Kelompok 3 Gerbong A RSF
Keperawatan Medikal Medah

LAPORAN PENDAHULUAN
EFUSI PLEURA

A. Patofisiologi
1. Definisi
Efusi Pleura merupakan kondisi jumlah cairan yang abnormal di paru-paru
(Ratini, 2014). Sedangkan menurut Hacking & Jones (2014) efusi pleura
merupakan kondisi terperangkapnya cairan didalam rongga pleura yang terbagi
menjadi cairan eksudat dan transudat.
2. Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,
eksudat dan hemoragis
a. Cairan eksudat terjadi karena peningkatan permeabilitas pada mikrosirkulasi
atau perubahan drainase di ruang pleura menuju nodus limfe. Contoh
penyakit:
1) Karsinoma bronchial
2) Metastase maligna
3) Embolisme pulmonal
4) Pneumonia
5) Tuberkulosis
6) Mesothelioma
7) rematoid arthritis
8) Sistemic lupus eritematosus (SLE)
9) limfoma
Cairan eksudat ini mengandung:
1) Konsentrasi protein:
- >30g/L
- Total cairan protein: serum >0,5
2) Lactic acid dehidroginase (LDH)
- >20 IU/L
- cairan LDH: serum >0,6
3) Sfesific gravity: >1,016
Tiara Rahmah Dini Hanjari
NPM. 1406650046
Kelompok 3 Gerbong A RSF
Keperawatan Medikal Medah

b. Cairan transudat terjadi karena adanya peningkatan tekanan hidrostatik atau


penurunan tekanan onkotik kapiler. Contoh penyakit:
1) Gagal jantung
2) Nefrotik sindrom
3) sirosis
4) Sirosis: hidrothoraks hepatic
5) Sindrom Dressler
6) Trauma
7) Sindrom yellow nail
Cairan transudat ini mengandung:
1) Konsentrasi protein:
- <30g/L absolut
- Total cairan protein: serum <0,5
2) Lactic acid dehidroginase (LDH)
- <20 IU/L
- cairan LDH: serum <0,6
3) Sfesific gravity: <1,016

3. Pathways
4. Dalam keadaan normal rongga pleura mengandung kurang lebih 10-20cc cairan
dengan konsentrasi protein rendah, terdapat diantara pleura parietalis dan pleura
visceralis yang berfungsi sebagai pelicin agar gerakan kedua pleura tidak terganggu
saat respirasi. Cairan ini dibentuk oleh kapiler pleura parietalis dan direabsorbsi oleh
kapiler dan pembuluh getah bening pleura visceralis. Keseimbangan ini tergantung
pada tekanan hidrostatik dan osmotik dan kemampuan reabsorbsi oleh kapiler dan
pembuluh getah bening pleura dan kemampuan penyaluran oleh pemuluh getah
bening. Pada keadaan patologis rongga pleura dapat menampung beberapa liter
cairan. Efusi pleura dapat terjadi karena adanya peningkatan tekanan hidrostatik
sistemik, penurunan tekanan osmotik koloid darah akibat hipoproteinemi, kerusakan
dinding pembuluh darah, gangguan penyerapan kembali cairan pleura oleh saluran
pembuluh getah bening, robeknya pembuluh darah atau saluran getah bening dan
cairan acites yang dapat masuk melalui pembuluh getah bening diafragma.
Tiara Rahmah Dini Hanjari
NPM. 1406650046
Kelompok 3 Gerbong A RSF
Keperawatan Medikal Medah

5. Manifestasi klinik
Efusi pleura sering tidak menampakan gejala. Gejala muncul ketika efusi pleura
telah menjadi moderat atau meluas, dan terdapat inflamasi. Gejala yang tampak
diantaranya:
a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita
akan sesak napas.
Tiara Rahmah Dini Hanjari
NPM. 1406650046
Kelompok 3 Gerbong A RSF
Keperawatan Medikal Medah

b. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri


dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi),
banyak keringat, batuk, banyak riak.
c. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis Ellis Damoiseu).
e. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah
pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi
daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
6. Komplikasi
Komplikasi umum yang terjadi adalah perforasi usus. Drainase bedah dan
antibiotik diperlukan jika perforasi terjadi. Peritonitis dapat terjadi setelah
perforasi. (Black & Hawks, 2014).
B. Rencana Keperawatan
1. Pengkajian
Aktifitas/istirahat
Gejala : dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat
Sirkulasi
Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi, DVJ
Integritas ego
Tanda : ketakutan, gelisah
Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus
nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat: Nyeri yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen
Tiara Rahmah Dini Hanjari
NPM. 1406650046
Kelompok 3 Gerbong A RSF
Keperawatan Medikal Medah

Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi


Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma,
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi
interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat), Perkusi
dada : hiperresonan di area terisi udara dan bunyi pekak di area terisi cairan
Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau
kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,berkeringat,
krepitasi subkutan

2. Diagnosa Keperawatan
Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan),
gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan,
penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA tak normal.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
- Menunjukkan pola napas normal/efektif dengan GDA normal
- Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
Intervensi :
- Identifikasi etiologi atau factor pencetus
- Evaluasi fungsi pernapasan (napas cepat, sianosis, perubahan tanda vital)
- Auskultasi bunyi napas
- Catat pengembangan dada dan posisi trakea, kaji fremitus.
- Pertahankan posisi nyaman biasanya peninggian kepala tempat tidur
- Bila selang dada dipasang :
a. periksa pengontrol penghisap, batas cairan
b. Observasi gelembung udara botol penampung
c. Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran
d. Awasi pasang surutnya air penampung
e. Catat karakter/jumlah drainase selang dada.
- Berikan oksigen melalui kanul/masker
Tiara Rahmah Dini Hanjari
NPM. 1406650046
Kelompok 3 Gerbong A RSF
Keperawatan Medikal Medah

Nyeri dada b.d faktor (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
- Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikontrol
- Pasien tampak tenang
Intervensi :
- Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri
- Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi
- Amankan selang dada untuk membatasi gerakan dan menghindari iritasi
- Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri

Resiko tinggi trauma/henti napas b.d proses cidera, system drainase dada, kurang pendidikan
keamanan/pencegahan
Tujuan : tidak terjadi trauma atau henti napas
Kriteria hasil :
- Mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk mencegah komplikasi
- Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik
Intervensi :
- Kaji dengan pasien tujuan/fungsi unit drainase, catat gambaran keamanan
- Amankan unit drainase pada tempat tidur dengan area lalu lintas rendah
- Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, ganti ulang kasa penutup steril
sesuai kebutuhan
- Anjurkan pasien menghindari berbaring/menarik selang
- Observasi tanda distress pernapasan bila kateter torak lepas/tercabut.

3. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah
penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu.
Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif,
pneumonia, sirosis).
Tiara Rahmah Dini Hanjari
NPM. 1406650046
Kelompok 3 Gerbong A RSF
Keperawatan Medikal Medah

- Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen


guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
- Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari
tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan
elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan
pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase
water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan
paru.
- Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam
ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan
lebih lanjut.
- Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada,
bedah plerektomi, dan terapi diuretic.
http://www.adamimages.com/Appendectomy----series---Incision-Illustration/PI13743/F4
4. Data Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
- Rontgen dada : Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang
dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan
adanya cairan. Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks
posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura
sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA paling
tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi
AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.
- CT scan dada: CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan
dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
- USG dada: USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan
yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan
b. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior,
pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah
Tiara Rahmah Dini Hanjari
NPM. 1406650046
Kelompok 3 Gerbong A RSF
Keperawatan Medikal Medah

(hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa


mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
c. Analisa cairan pleura
Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian
cairan pleura diambil dengan jarum, yaitu melalui thorakosentesis. Setelah
didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:
- Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin,
amylase, pH, dan glucose
- Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui
kemungkinan terjadi infeksi bakteri
- Pemeriksaan hitung sel
- Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan
d. Biopsi
Diagnosis dari Pleuritis TB secara umum ditegakkan dengan analisis cairan
pleura dan biopsi pleura. Biopsi pleura parietal telah menjadi tes diagnositik
yang paling sensitif untuk Pleuritis TB. Pemeriksaan histopatologis jaringan
pleura menunjukkan peradangan granulomatosa, nekrosis kaseosa, dan BTA
positif.

DAFTAR PUSTAKA

Black, J.M., and Hawks, J.H. (2005). Medical Surgical Nursing Clinical Management For
Positive Outcomes Volume2 (7th Ed). Elvesier: St.Louis Missouri

Brunner & Suddarth. (2008). Textbook Of Medical Surgical Nursing. Philadelphia. USA
Hacking, C. & Jones, J. (2014). Pleural Effusion. Retrieved from:
http://radiopaedia.org/articles/pleural-effusion
Ratini, M. (2014). Pleural Effusion. Retrieved from: http://www.webmd.com/lung/pleural-
effusion-symptoms-causes-treatmentsWebMD
Wilkinson J.M. & Ahern N.R. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA
Internensi NIC Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai