Anda di halaman 1dari 3

Tafsir Surat Al ‘Ashr: Membebaskan Diri Dari KerugianAllah ta’ala berfirman, (2) ‫( إرنن اَ ص رلصنعساَنعلعرفيِ خخصسرر‬1) ‫صرر‬ ‫عواَصلعع ص‬

(3) ‫صصبرر‬ ‫صصوُاَ رباَل ن‬ ‫ق عوتععوُاَ ع‬ ‫ص‬


‫صصوُاَ رباَلعح ق‬‫ت عوتععوُاَ ع‬
‫صاَلرعحاَ ر‬ ‫” إرنل اَلنرذيِعن آععمخنوُاَ عوععرملخوُاَ اَل ن‬Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-
benar berada dalam …ByMuhammad Nur Ichwan Muslim, ST.7 April 2010893476934Allah ta’ala
berfirman,(3) ‫صصبرر‬ ‫صصوُاَ رباَل ن‬‫ق عوتععوُاَ ع‬ ‫صصوُاَ رباَصلعح ق‬‫ت عوتععوُاَ ع‬
‫صاَلرعحاَ ر‬ ‫”عواَصلعع ص‬Demi
‫( إرنل اَلنرذيِعن آععمنخوُاَ عوععرمخلوُاَ اَل ن‬2) ‫( إرنن اَ ص رلصنعساَعن لعرفيِ خخصسرر‬1) ‫صرر‬
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati
supaya menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr).Surat Al ‘Ashr merupakan sebuah surat dalam Al Qur’an yang
banyak dihafal oleh kaum muslimin karena pendek dan mudah dihafal. Namun sayangnya, sangat sedikit
di antara kaum muslimin yang dapat memahaminya. Padahal, meskipun surat ini pendek, akan tetapi
memiliki kandungan makna yang sangatdalam. Sampai-sampai Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata, ُ‫لعصو‬
‫س هعرذره اَلسسصوُعرةع لععوُعسععصتهخصم‬ ‫”تععدبنعر اَلنناَ خ‬Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan
mencukupi untukmereka.” [Tafsir Ibnu Katsir 8/499].Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin
rahimahullah berkata, ”Maksud perkataan Imam Syafi’i adalah surat ini telah cukup bagi manusia untuk
mendorong mereka agar memegang teguh agama Allah dengan beriman, beramal sholih, berdakwah
kepada Allah, dan bersabar atas semua itu. Beliau tidak bermaksud bahwa manusia cukup merenungkan
surat ini tanpa mengamalkan seluruh syari’at. Karena seorang yang berakal apabila mendengar atau
membaca surat ini, maka ia pasti akan berusaha untuk membebaskan dirinya dari kerugian dengan cara
menghiasi diri dengan empat kriteria yang tersebut dalam surat ini, yaitu beriman, beramal shalih, saling
menasehati agar menegakkan kebenaran (berdakwah) dan saling menasehati agar bersabar” [Syarh
Tsalatsatul Ushul].Iman yang Dilandasi dengan IlmuDalam surat ini Allah ta’ala menjelaskan bahwa
seluruh manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kerugian yang dimaksud dalam ayat ini bisa
bersifat mutlak, artinya seorang merugi di dunia dan di akhirat, tidak mendapatkan kenikmatan dan
berhak untuk dimasukkan ke dalam neraka. Bisa jadi ia hanya mengalami kerugian dari satu sisi saja.
Oleh karena itu, dalam surat ini Allah mengeneralisir bahwa kerugian pasti akan dialami oleh manusia
kecuali mereka yang memiliki empat kriteria dalam surat tersebut [Taisiir Karimir Rohmaan hal.
934].Kriteria pertama, yaitu beriman kepada Allah. Dan keimanan ini tidak akan terwujud tanpa ilmu,
karena keimanan merupakan cabang dariilmu dan keimanan tersebut tidak akan sempurna jika tanpa
ilmu. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (ilmu agama). Seorang muslim wajib (fardhu ‘ain) untuk
mempelajari setiap ilmu yang dibutuhkan oleh seorang mukallaf dalam berbagai permasalahan
agamanya, seperti prinsip keimanan dan syari’at-syari’at Islam, ilmu tentang hal-hal yang wajib dia jauhi
berupa hal-hal yang diharamkan, apa yang dia butuhkan dalam mu’amalah, dan lain sebagainya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ‫ضةة ععلعى خكقل عمصسلعرم‬ ‫ب اَصلرعصلرم فعررصيِ ع‬ ‫” ع‬Menuntut ilmu wajib bagi
‫طل ع خ‬
setiap muslim.” (HR.Ibnu Majah nomor 224 dengan sanad shahih).Imam Ahmad rahimahullah berkata,
‫ب رمعن اَصلرعصلرم عماَ يِعقخصوُخم برره ردصيِنعهخ‬ ‫ب أعصن يِع ص‬
‫طل ع ع‬ ‫”يِعرج خ‬Seorang wajib menuntut ilmu yang bisa membuat dirinya mampu
menegakkan agama.” [Al Furu’ 1/525].Maka merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim untuk
mempelajari berbagai hal keagamaan yang wajib dia lakukan, misalnya yang berkaitan dengan akidah,
ibadah, dan muamalah. Semua itu tidak lain dikarenakan seorang pada dasarnya tidak mengetahui
hakikat keimanan sehingga ia perlu meniti tangga ilmu untuk mengetahuinya. Allah ta’ala berfirman, َ‫عما‬
َ‫ب عول اَليِعماَخن عولعركصن عجععصلعناَهخ خنوُرراَ نعصهرديِ برره عمصن نععشاَخء رمصن رععباَردعنا‬ ‫ت تعصدرريِ عماَ اَصلركعتاَ خ‬
‫”خكصن ع‬Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui
apakah Al Quran itu dan tidak pula mengetahuiapakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu
cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.” (Asy
Syuura: 52).Mengamalkan IlmuSeorang tidaklah dikatakan menuntut ilmu kecuali jika dia berniat
bersungguh-sungguh untuk mengamalkan ilmu tersebut. Maksudnya, seseorang dapat mengubah ilmu
yang telah dipelajarinya tersebut menjadi suatu perilaku yang nyata dan tercermin dalam pemikiran dan
amalnya.Oleh karena itu, betapa indahnya perkataan Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah ‫ى‬ ‫لع يِععزاَخل اَصلععاَلرخم عجاَرهلر عحت ن‬
‫”يِعصععمعل بررعصلرمره فعإ رعذاَععرمعل برره ع‬Seorang yang berilmu akan tetap menjadi orang bodoh sampai dia dapat
َ‫صاَعر ععاَلررما‬
mengamalkan ilmunya. Apabila dia mengamalkannya, barulah dia menjadi seorang alim” (Dikutip
dariHushul al-Ma’mul).Perkataan ini mengandung makna yang dalam,karena apabila seorang memiliki
ilmu akan tetapi tidak mau mengamalkannya, maka (pada hakikatnya) dia adalah orang yang bodoh,
karena tidak ada perbedaan antara dia dan orang yang bodoh, sebab ia tidak mengamalkan ilmunya.Oleh
karena itu, seorang yang berilmu tapi tidak beramal tergolong dalam kategori yang berada dalam
kerugian, karena bisa jadi ilmu itu malah akan berbalik menggugatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,‫ى يِعصسأ ععل ععصن رعصلرمره عماَ فععععل برره‬ ‫لع تعخزصوخل قععدعماَ ععصبرد يِعصوُعم اَصلقرعياَعمرة عحت ن‬,”Seorang hamba tidak akan beranjak dari
tempatnya pada hari kiamat nanti hingga dia ditanya tentang ilmunya, apa saja yang telah iaamalkan dari
ilmu tersebut.” (HR. Ad Darimi nomor 537 dengan sanad shahih).Berdakwah kepada AllahBerdakwah,
mengajak manusia kepada Allah ta’ala, adalah tugas para Rasul dan merupakan jalan orang- orang yang
mengikuti jejak mereka dengan baik. Allah ta’ala berfirman, ِ‫صيعررة أععناَ عوعمرن اَتنبعععرني‬ ‫ار عععلى بع ر‬ ‫قخصل هعرذره عسربيرليِ أعصدخعوُ إرعلى ن‬
(١٠٨) ‫ار عوعماَ أععناَ رمعن اَصلخمصشررركيعن‬ ‫“عوخسصبعحاَعن ن‬Katakanlah, “inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada
termasuk orang-orang yang musyrik.” (Yusuf: 108).Jangan anda tanya mengenai keutamaan berdakwah
ke jalan Allah. Simak firman Allah ta’ala berikut, ‫صاَلررحاَ عوعقاَعل إرننرنيِ رمعن‬ ‫ار عوععرمعل ع‬ ‫عوعمصن أعصحعسخن قعصوُرل رمنمصن عدععاَ إرعلى ن‬
‫“اَصلخمصسلررميعن‬Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan
amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (QS.
Fushshilat : 33).Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ‫ك رمصن‬ ‫ك عرخجةل عواَرحةد عخصيةر لع ع‬ ‫ار علعصن يِخصهعدىَ بر ع‬‫فععوُ ن‬
‫خحصمرر اَلننععرم‬Demi Allah, sungguh jika Allah memberikan petunjuk kepada seseorang dengan perantara dirimu,
itu lebih baik bagimu daripada unta merah” (HR. Bukhari nomor 2783).Oleh karena itu, dengan
merenungi firman Allah dan sabda nabi di atas, seyogyanya seorang ketika telah mengetahui kebenaran,
hendaklah dia berusaha menyelamatkan para saudaranya dengan mengajak mereka untuk memahami
dan melaksanakan agama Allah dengan benar.Sangat aneh, jika disana terdapat sekelompok orang yang
telah mengetahui Islam yang benar, namun mereka hanya sibuk dengan urusan pribadi masing-masing
dan “duduk manis” tanpa sedikit pun memikirkan kewajiban dakwah yang besar ini.Pada hakekatnya
orang yang lalai akan kewajiban berdakwah masih berada dalam kerugian meskipun ia termasuk orang
yang berilmu dan mengamalkannya. Ia masih berada dalam kerugian dikarenakan ia hanya
mementingkan kebaikan diri sendiri (egois) dan tidak mau memikirkan bagaimana cara untuk
mengentaskan umat dari jurang kebodohan terhadap agamanya. Ia tidak mau memikirkan bagaimana
cara agar orang lain bisa memahami dan melaksanakan ajaran Islam yang benar seperti dirinya. Sehingga
orang yang tidak peduli akan dakwah adalah orang yang tidak mampu mengambil pelajarandari sabda
rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‫ب لرنعصفرسره‬ ‫ب رلعرخيره عماَ يِخرح س‬ ‫”عل يِخصؤرمخن أععحخدخكصم عحنتى يِخرح ن‬Tidak sempurna keimanan
salah seorang diantara kalian, hingga ia senang apabila saudaranya memperoleh sesuatu yang juga ia
senangi.” (HR. Bukhari nomor 13).Jika anda merasa senang dengan hidayah yang Allah berikan berupa
kenikmatan mengenal Islam yang benar, maka salah satu ciri kesempurnaan Islam yang anda miliki
adalah anda berpartisipasi aktif dalam kegiatan dakwah seberapapun kecilnya sumbangsih yang anda
berikan.Bersabar dalam DakwahKriteria keempat adalah bersabar atas gangguan yang dihadapi ketika
menyeru ke jalan Allah ta’ala. Seorang da’i (penyeru) ke jalan Allah mesti menemui rintangan dalam
perjalanan dakwah yang ia lakoni. Hal ini dikarenakan para dai’ menyeru manusia untuk mengekang diri
dari hawa nafsu (syahwat), kesenangan dan adat istiadat masyarakat yang menyelisihi syari’at [Hushulul
ma’mul hal.20].Hendaklah seorang da’i mengingat firman Allah ta’ala berikut sebagai pelipur lara ketika
berjumpa dengan rintangan. Allah ta’ala berfirman, ‫صبعخرواَ عععلى عماَ خكقذبخوُاَ عوخأوخذواَ عحنتى أععتاَهخصم‬ ‫ك فع ع‬ ‫ت خرخسةل رمصن قعصبلر ع‬ ‫عولعقعصد خكقذبع ص‬
(٣٤) ‫ك رمصن نعبعإ ر اَصلخمصرعسرليعن‬ ‫ت ن‬
‫ار عولعقعصد عجاَعء ع‬ ‫صخرعناَ عول خمبعقدعل لرعكلرعماَ ر‬ ‫”نع ص‬Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) para rasul
sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan(yang dilakukan)
terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka” (QS. Al-An’am : 34).Seorang da’i
wajib bersabar dalam berdakwah dan tidak menghentikan dakwahnya. Dia harusbersabar atas segala
penghalang dakwahnya dan bersabar terhadap gangguan yang ia temui. Allah ta’ala menyebutkan wasiat
Luqman Al-Hakim kepada anaknya (yang artinya),”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itutermasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”
(QS. Luqman :17).Pada akhir tafsir surat Al ‘Ashr ini, Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata,
‫َ عوعفاَعز‬،‫َ يِعخكصوُخن صاَرلصنعساَخن قعصد عسلرعم تعلرمعن اَصلخخعساَرر‬،‫للخخمصوُرر صاَلعصربعععرة‬
‫َ عوبرتعصكرمصي ر ص‬،‫َعورباَصلعصمعرصيِرن صاَلعرخصيررصيِعن يِخعكقمخل عغصيعرخه‬،‫َ يِخعكقمخل صاَرلصنعساَخن نعصفعسخه‬،‫فعرباَرلعصمعرصيِرن صاَلعنولرصيعن‬
‫ص‬ ‫ص‬
ِ[‫ح ]اَلععرظصيرم‬‫”رباَلررصب ر‬Maka dengan dua hal yang pertama (ilmu danamal), manusia dapat menyempurnakan
dirinya sendiri. Sedangkan dengan dua hal yang terakhir (berdakwah dan bersabar), manusia dapat
menyempurnakan orang lain. Dan dengan menyempurnakan keempat kriteria tersebut, manusia dapat
selamat dari kerugian dan mendapatkan keuntungan yang besar” [Taisiir Karimir Rohmaan hal.
934].Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk menyempurnakan keempat hal ini, sehingga
kita dapat memperoleh keuntungan yang besar di dunia ini, dan lebih-lebih di akhirat kelak. Amiin.

Anda mungkin juga menyukai