Anda di halaman 1dari 35

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
1. PENDAHULUAN ...............................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................2
C. Tujuan .............................................................................................................2
2. PEMBAHASAN ..................................................................................................3
2.1.1 KondisI Sosial Wilayah Kabupaten Banyuwangii ...................................3
2.1.2. Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Banyuwangi .....................................14
2.2.1. Potensi di Wilayah Kabupaten Banyuwangi ...........................................18
2.2.2. Permasalahan di Wilayah Kabupaten Banyuwangi ................................24
2.3. Arah Perencanaan Wilayah yang Tepat di Kabupaten Banyuwangi ........27
3. PENUTUP ..........................................................................................................30
3.1. Kesimpulan .................................................................................................30
3.2. Saran ...........................................................................................................30
4. DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................32

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk ................................................................... ..............3
Tabel 2.2. Jumlah Kepadatan Penduduk ..................................................................5
Tabel 2.3. Jumlah Sex Ratio setiap Kecamatan .......................................................6
Tabel 2.4. Realisasi Indikator Urusan Pendidikan ...................................................8
Tabel 2.5. Proyeksi Angka Harapan Lma Studi .....................................................10
Tabel 2.6. Proyeksi Angka Rata-Rata Lama Sekolah . ..........................................10
Tabel 2.7. Proyeksi Angka Harapan Lama Studi ...................................................10
Tabel 2.8. Proyeksi Angka Rata-Rata Lama Sekolah ............................................11
Tabel 2.9. Proyeksi Indeks Pendidikan ..................................................................11
Tabel 2.10. Rekapitulasi Data Penduduk Menurut Pekerjaan................................12
Tabel 2.11. Jumlah Indikator Ketenagakerjaan......................................................13
Tabel 2.12. Susunan Geologi ................................................................................14
Tabel 2.13. Jenis Tanah ..........................................................................................15
Tabel 2.14. Jumlah Kunjungan Wisatawan ...........................................................19
Tabel 2.15. Jumlah Produksi Tanaman Pertanian ..................................................21
ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gambar Piramida Penduduk
................................................................ ..................................................................4
Gambar 2.2. Kondisi Air .......................................................................................16
Gambar 2.3. Jumlah Populasi Ternak Tahun 2013-2014.......................................22

ii
iii

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyuwangi adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa


Timur. Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung paling timur Pulau Jawa, di
kawasan Tapal Kuda dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara. Selat
Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten
Bondowoso di barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa
Timur dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km². Area kawasan hutan
dengan luas sebesar 183.396,34 ha, persawahan sebesar 66.152 ha, perkebunan
dengan luas sebesar 82.143,63 ha, permukiman dengan luas sebesar 127.454,22 ha,
dan sisanya dipergunakan untuk jalan, lading dan lain-lainnya.

Wilayah Kabupaten Banyuwangi cukup beragam, dari dataran rendah hinga


pegunungan. Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Bondowoso, terdapat
rangkaian Dataran Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung dan Gunung
Merapi. Bagian selatan terdapat perkebunan peninggalan sejak zaman Hindia
Belanda. Daerah perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan merupakan
kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam, yaitu Taman
Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan kawasa pengembangan penyu,
dan di Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam, yaitu Taman Nasional
Alas Purwo.

Banyuwangi adalah sebuah kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau


Jawa. Salah satu daerah yang historis memiliki karakter khas dalam bidang
pertumbuhan sosial dan budaya. Banyuwangi juga sebagai tempat bertemunya
beragam budaya. Terdapat berbagai macam etnis di Banyuwangi yang tentunya
membawa budaya khasnya masing-masing. Budaya-budaya tersebut mempunyai
ciri khas dan bentuk seni yang melatarbelakangi setiap lingkungan masyarakatnya.

iii
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam seni di tiap daerah tetap mempunyai pengaruh
dan hubungan yang kuat antara satu dan lainnya.

Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat. Terdapat potensi pariwisata yang indah di Kabupaten
Banyuwangi, karena terdapat banyak pantai-pantai yang indah, Taman Nasional
Baluran, dan wisata Kawah Ijen dengan menyajikan pemandangan “Blue Fire”.
Pertambangan emas yang ada di daerah Tumpang Pitu yang bisa menambah
pendapatan daerah dan menambah lapangan pekerjaan. Pertanian dan perkebunan
karena wilayah Banyuwangi yang subur dan berada di kawasan pegunungan, dan
masih banyak lagi potensi yang bisa dikembangkan di wilayah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka rumusan


msalah yang dpat diambil dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kondisi sosial dan fisik wilayah Kabupaten Banyuwangi?

b. Bagaimana potensi dan masalah yang terdapat di wilayah Kabupaten


Banyuwangi?

c. Bagaimana arah perencanaan wilayah yang tepat di Kabupaten Banyuwangi?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan di atas, maka dapat


disimpulkan tujuan dari makalah ini, yaitu:

a. Mengetahui kondisi sosial dan fisik wilayah Kabupaten Banyuwangi.

b. Mengetahui potensi dan masalah yang terdapat di wilayah Kabupaten


Banyuwangi.

c. Mengetahui arah perencanaan wilayah yang tepat di Kabupaten Banyuwangi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Sosial dan Fisik Wilayah Kabupaten Banyuwangi.

2.1.1 Kondisi Sosial Wilayah Kabupaten Banyuwangi.

a. Penduduk

Kabupaten Banyuwangi dengan luas wilayah 5.782,50 km² pada


tahun 2017 terdiri atas 25 Kecamatan, 28 Kelurahan dan 289 Desa, 87
Lingkunan dan 751 Dusun, 2.939 Rukun Warga (RW) dan 10.569 Rukun
Tetangga (RT). Tahun 2017 penduduk Kabupaten Banuwangi sebanyak
1.692.324 jiwa, terdiri dari 841.899 perempuan dan 850.425 laki-laki, dengan
sex ratio 99,99%. Penduduk terbesar di 25 Kecamatan yaitu Kecamatan
Pesanggrahan, Bangorejp, Purwoharjo, Tegaldlimo, Muncar, Cluring,
Gambiran, Srono, Genteng, Glenmore, Kalibaru, Singonjuruh, Rogojampi,
Kabat, Glagah, Banyuwangi, Giri, Wongsorjo, Songgon, Sempu, Kalipuro,
Siliragung, Tegalsari, Licin, dan kecamatan baru yakni Kecamatan
Blimbingsari.

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk dari Tahun 2010-2017

Tahun Jumlah Penduduk Perempuan Laki-Laki


2010 1.559.088 784.599 774.489
2011 1.567.084 788.289 778.795
2012 1.574.528 791.827 782.701
2013 1.582.586 795.202 787.384
2014 1.588.082 798.158 789.924
2015 1.599.811 793.018 801.065
2016 1.599.811 803.835 795.976
2017 1.692.324 841.899 850.425

3
Sumber: Data dari BPS Kabupaten Banyuwangi dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
diolah (tahun 2017)

Tabel diatas menunjukkan bahwa peningkatan penduduk Kabupaten


Banyuwangi dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk wanita lebih banyak
daripada jumlah penduduk laki-laki. Tahun 2015 peningkatan jumlah
penduduk laki-laki terjadi karena kelahiran bayi berjenis kelamin laki-laki
juga tinggi

Piramida penduduk Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2017


diperleh bahwa kelompok umur produktif (15-64 tahun) cukup banyak
mencapai 68,37%, sedangakan komposisi penduduk usia muda (0-14 tahun)
sebesar 22,55% dan usia tua (65 tahun ke atas) sebesar 9,08%. Angka
dependency ratio sebesar 46,26% yang berarti setiap 100 penduduk usi
produktif akan menanggung secara ekonomi sebanyak 46 sampai 47
penduduk usia tidak produktif.

Gambar 2.1. Piramida Penduduk Kabupaten Banyuwangi Tahun 2017

Sumber: Proyeksi Sensus Penduduk 2010

Kabupaten Banyuwangi tergolong daerah yang belum padat


penduduknya. Kepadatan penduduk di Kabupaten Banyuwangi dengan luas
5.782,50 km², pada tahun 2017 Kabupaten Banyuwangi terdapat jumlah
penduduk sebesar 1.692.324 jiwa atau dengan kepadatan sebesar 292,66

4
jiwa/km². dengan kata lain rata-rata setiap km² di Kabupaten Banyuwangi
terdapat penduduk sebanyak 293 jiwa pada tahun 2017.

Tabel 2.2. Jumlah Kepadatan Penduduk setiap Kecamatan di Kabupaten


Banyuwangi

Jumlah
Luas Wilayah Kepadatan
Penduduk
No Kecamatan

n (jiwa) Km² Penduduk

1 2 3 4 5

1 Pesanggaran 32,531 802.5 41

2 Bangorejo 50,549 137.43 368

3 Purwoharjo 68,533 200.3 342

4 Tegaldlimo 66,616 1,341.12 50

5 Muncar 133,484 146.07 914


6 Cluring 77,748 97.44 798

7 Gambiran 65,725 66.77 984

8 Srono 95,171 100.77 944


9 Genteng 90,488 82.34 1099

10 Glenmore 75,222 421.98 178

11 Kalibaru 67,22 406.76 165

12 Singojuruh 53,093 59.89 887

13 Rogojampi 57,827 - -

14 Kabat 65,859 - -

5
15 Glagah 36,205 76.75 472

16 Banyuwangi 120,333 30.13 3994

17 Giri 30,689 21.31 1440

18 Wongsorejo 82,306 464.8 177

19 Songgon 59,391 301.84 197

20 Sempu 86,027 174.83 492


21 Kalipuro 85,985 310.03 277

22 Siliragung 49,805 95.15 523

23 Tegalsari 52,82 65.23 810

24 Licin 30,537 169.25 182

25 Blimbingsari 58,16 - -

JUMLAH 1,692,324 5782.5 293

Sumber: Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil diolah (tahun 2017)

Rasio Jenis Kelamin (RKJ) adalah suatu angka yang menunjukkan


perbandingan banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada
suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya sinyatakan dalam banyaknya
jumlah penduduk laki-laki per100 penduduk perempuan. Data rasio jenis
kelamin ini berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang
berwawasan gender, tertama yang berkaitan dengan perimbangan
pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil.

Tabel 2.3. Jumlah Sex Ratio setiap Kecamatan di Banyuwangi.

Jumlah
Jumlah Penduduk Ratio Jenis
No Kecamatan Penduduk
Kelamin
L P L+P

1 2 3 4 5 6

1 Pesanggaran 16,575 15,956 32,531 103.88

2 Bangorejo 25,683 24,866 50,549 103.29

6
3 Purwoharjo 34,627 33,906 68,533 102.13

4 Tegaldlimo 33,592 33,024 66,616 101.72

5 Muncar 67,686 65,798 133,484 102.87

6 Cluring 39,22 38,528 77,748 101.80

7 Gambiran 32,938 32,787 65,725 100.46

8 Srono 48,142 47,029 95,171 102.37

9 Genteng 45,974 44,514 90,488 103.28

10 Glenmore 37,469 37,753 75,222 99.25

11 Kalibaru 33,615 33,605 67,22 100.03

12 Singojuruh 26,529 26,564 53,093 99.87

13 Rogojampi 28,72 29,107 57,827 98.67

14 Kabat 33,065 32,794 65,859 100.83

15 Glagah 17,915 18,29 36,205 97.95

16 Banyuwangi 59,589 60,744 120,333 98.10

17 Giri 15,312 15,377 30,689 99.58

18 Wongsorejo 41,217 41,089 82,306 100.31

19 Songgon 29,75 29,641 59,391 100.37

20 Sempu 43,299 42,728 86,027 101.34

21 Kalipuro 43,179 42,806 85,985 100.87

22 Siliragung 25,281 24,524 49,805 103.09

23 Tegalsari 26,768 26,052 52,82 102.75

24 Licin 15,365 15,172 30,537 101.27

25 Blimbingsari 28,913 29,247 58,16 98.86

7
JUMLAH 850,423 841,901 1,692,324 101.01

Sumber: Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil diolah (tahun 2017)

b. Pendidikan

Pendidikan menjadikan salah satu misi pembangunan daerah yang


tertuang dalam RPJMD salah satunya “Mewujudkan Aksebilitas dan
Kualitas Pelayanan Pendidikan, Kesehatan dan Kebutuhan lainnya.” tolak
ukur keberhasilan pembangunan bidang pendidikan dapat dilihat dari
beberapa indicator tersebut antara lain: Angka Paartisipasi Kasar, Angka
Partisipasi Murni (APM) dan Angka Putus Sekolah (APS), Rata-rata Lama
Sekolah (RLS), Angka Harapan Sekolah (AHS) dan Indeks Pendidikan.

Tabel 2.4. Realisasi Indikator Urusan Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun


2012-2017

TAHUN
No Uraian
2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 APK (%)

- SD/MI/Paket A 102,91 104,93 109,02 103,6 104 107,28

- SMP/MTs/
101,44 103,26 100,67 101,14 101,21 97,81
Paket B

- SMA/SMK/MA/
76,68 76,71 76,75 83,32 66,29 77,13
Paket C

2 APM (%)

- SD/MI 99,18 98,48 99,65 99,38 99,21 97.19

- SMP/MTs 93,26 94,57 96,55 95,33 97,32 85.14

- SMA/SMK/MA 58,98 66,75 77,17 67,92 74,32 63.17

Angka Putus
3
Sekolah (%)

- SD/MI 0,04 0,04 0,03 0.03 0.03 0.02

- SMP/MTs 0,44 0,42 0,39 0.33 0.29 0.22

8
- SMA/SMK/MA 0,94 0,83 0,84 0.39 0.27 0.56

Angka Melek
4 88,08 88,44 94.99 91,36 92 99,3
Huruf (%)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

Pada urusan pendidikan, terdapat beberapa indikator meliputi Angka


Partisispasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Putus
Sekolah (APS) dan Angka Melek Huruf (AMH). Table diatas, nilai APK bisa
lebih dari 100%. Hal ini disebabkan karena jumlah murid yang bersekolah
pada jenjang pendidikan tertentu mencakup anak berusia di luar batas usia
sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Adapun capaian kinerja
indicator Angka Partisipasi Kasar (APK) tahun 2012-2017 pada jenjang
pendidikan SD/MI mengalami kondisi yang fluktuatif, dan pada tahun 2017
APK SD/MI sebesar 107,28% angka ini lebih tingi dibandingkan tahun 2016
yakni APK SD/MI 104%. Pada jenjang pendidikan SMP/MTS capaian APK
pada tahun 2017 mengalami penurunan yakni 97,81%, angka ini menurun
dibandingkan pada tahun 2016 dan 2015. Sedangkan pada jenjang pendidikan
SMA/SMK.MA capaian APK pada tahun 2017 mengalami peningkatan
menjadi 77,13%.
Capaian kinerja indicator PAM pada tahun 2012-2017 pada jenjang
pendidikan SD/MI mengalami kondisi yang fluktuatif, dimana pada tahun
2014 adalah APM SD/MI tertinggi dalam rentang waktu 2012-2017 dengan
angka 99,65%, sedangkan pada tahun 2017 APM SD/MI Kabupaten
Banyuwangi turun menjadi 97,19%. Pada jenjang pendidikan SMP/MTS
capaian APM pada tahun 2017 sebesar 85,14%, menurun dibandingkan
dengan tahun 2015 dan tahun 2106. Sedangkan pada jenjang pendidikan
SMA/SMK/MA capaian APM pada tahun 2017 sebesar 63,175%.
Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah
(dalam tahun) yang diharapakan akan dirasakan oleh anak pda umur tertentu
di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap
bersekolah pada umur-umur berikutna sama dengan peluang penduduk yang
bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka
Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas.

9
HLS dapat duganakan untuk mengetahui kondisi pembangunan system
pendidikam di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya
pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.

Tabel 2.5. Proyeksi Angka Harapan Lama Studi

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017


11.04 11.22 11.25 11.39 11.81 12.20 12.55 13.10
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur (2017; angka sementara proyeksi)

Tabel 2.5, dapat dilihat perkembangan Angka Harapan Lama


Sekolah (AHS) Kabupaten Banyuwangi terus meningkat dan pada tahun 2017
hasil proyeksi dari BPS Angka Harapan Lama Sekolah mencapai angka 13,10
tahun.

Rata-Rata Lama Sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang


digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan ormal. Diasumsikan
bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama seklah suatu wilayah tidak akan
turun. Cakupan penduuduk yang dihitung dalam perhitungan rata-rata lama
sekolah adalah penduuduk berusia 25 tahun ke atas, dan pada tahun 2017
diproyeksikan angka rata-rata lama sekolah naik menjadi 7,09.

Tabel 2.6. Proyeksi Angka Rata-Rata Lama Sekolah.

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017


6.38 6.53 6.68 6.84 6.87 6.88 6.93 7.09
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur (2017; angka sementara proyeksi)

Indeks Pendidikan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2017


diproyeksikan sebesar 0,59 naik 0,01 dari tahun sebelumnya yakni pada tahun
2016. Indeks Pendidikan Kabupaten Banyuwangi masih dibawah Provinsi
Jawa Timur, yang pada tahun 2017 diproyeksikan sebesar 0,61.

Tabel 2.7. Proyeksi Angka Harapan Lama Studi

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017


0.52 0.53 0.54 0.54 0.56 0.57 0.58 0.59
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur (2017; angka sementara proyeksi)

10
Tabel 2.7, dapat dilihat perkembangan Angka Harapan Lama
Sekolah (AHS) Kabupaten Banyuwangi terus meningkat dan pada tahun 2017
hasil proyeksi dari BPS Angka Harapan Lama Sekolah mencapai angka 13,10
tahun.

Rata-Rata Lama Sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang


digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan ormal. Diasumsikan
bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama seklah suatu wilayah tidak akan
turun. Cakupan penduuduk yang dihitung dalam perhitungan rata-rata lama
sekolah adalah penduuduk berusia 25 tahun ke atas, dan pada tahun 2017
diproyeksikan angka rata-rata lama sekolah naik menjadi 7,09.

Tabel 2.8. Proyeksi Angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS).

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017


6.38 6.53 6.68 6.84 6.87 6.88 6.93 7.09
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur (2017; angka sementara proyeksi)

Indeks Pendidikan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2017


diproyeksikan sebesar 0,59 naik 0,01 dari tahun sebelumnya yakni pada tahun
2016. Indeks Pendidikan Kabupaten Banyuwangi masih dibawah Provinsi
Jawa Timur, yang pada tahun 2017 diproyeksikan sebesar 0,61.

Tabel 2.9. Proyeksi Indeks Pendidikan

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017


0.52 0.53 0.54 0.54 0.56 0.57 0.58 0.59
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur (2017; angka sementara proyeksi)

c. Pekerjaan

Kabupaten Banyuwangi dengan luas wilayah 5.782,50 km², pada


tahun 2017 terdiri atas 23 kecamatan, 28 Kelurahan dan 189 Desa, 751
Dusun, 2.839 Rukun Warga (RW) dan 10.569 Rukun Tetangga (RT). Tahun
2017 penduduk Kabupaten Banyuwangi sebanyak 1.692.324 jiwa, dengan
jumlah penduduk sebesar ini, penduduk Kabupaten Banyuwangi banyka yang
bekerja pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, wiraswasta, industri,
dan pemerintahan.

11
Tabel 2.10. Rekapitulasi Data Penduduk Menurut Pekerjaan Kabupaten Banyuwangi
Bulan Desember 2017

Sumber: Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2017

Indikator ketenagakerjaan 2017 di Kabupaten Banyuwangi dibagi


menjadi beberapa indikator yang mencerminkan kesuksesan suatu
pemerintahan daerah dalam menyejahterakan dan memberikan lapangan
pekerjaan bagi setiap penduduk yang sudah cukup usia untuk bekerja.
Indikator tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


b. Tingkat Kesempatan Kerja (TKK)
c. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

12
Tabel 2.11. Jumlah Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Banyuwangi

Sumber: Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2017

Tabel diatas menunjukkan bahwa BPS tidak melakukan sakernas


pada tahun 2016, untuk menghitung data Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) 2016 dihitung dari rata-rata TPT tahun 2015 dan 2017. Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2017 turun menjadi 3,07% (bila
dibandingkan TPT tahun 2015). Hal ini dikarenakan semakin banyaknya
wiraswasta disbanding digital ekonomi, sedangkan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2017, Kabupaten Banyuwangi sebesar
72,87% dan Tingkat Kesempatan Kerja (TPK) tahun 2017 di Kabupaten
Banyuwangi 96,98%, angka ini menurun dibandingkan dari tahun 2015.

13
2.1.2 Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Banyuwangj

a. Geologi dan Tanah

Kondisi geologi setiap wilayah bervariasi, serta memilki peranan


bagi terbentuknya suatu bentukan lahan di wilayah tersebut. Jenis Tanah di
Kabupaten Banyuwangi berdasarkan struktur geologi terdapat berbagai
susunan geologi seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.12. Susunan Geologi Wilayah Kabupaten Banyuwangi

Berdasrakan struktur geologi, luas tanah di Kabupaten banyuwangi


sebagian besar merupakan hasil Gunung Api Kwarter Muda dengan
presentase luas sebesar 29,43%. Sedangkan, hasil Gunung Api Kwarter Tua
luasnya hanya 10,26% saja. Terluas kedua untuk dtruktur geologi di
Kabupaten Banyuwamgi adalah alluvium sebesar23,27%, miosenfalses
semen 15,43%, miosenfalsen batu gamping 13,14%, dan struktur geologi
andesit merupakan struktur geologi terendah di Kabupaten Banyuwangi
dengan luas hanya sebesar 8,20%.

Jenis tanah di Kabupaten Banyuwangi terdiri dari regosol, latosol,


latosol, podsolik, dan gambut. Jenis tanah untuk Kabupaten Banyuwangi

14
terluas adalah jenis tanah podsolik dengan luas 348.684,75 ha atau 60,30%
dari luas wilayah Kabupaten Banyuwangi, jenis tanah regosol 23,96%,
lithosol 6,75%, dan gambut 6,55% dan jenis tanah lathosol hanya 2,44% dari
luas wilayah Kabupaten Banyuwangi.

Tabel 2.13. Jenis Tanah di Kabupaten Banyuwangi

Sumber: Banyuwangi dalam Angka Tahun 2015

Tanah regosol adalah jenis tanah marjinal di daerah beriklim tropika


basah yang mempunyai produktivitas rendah tetapi masih dapat dikelola dan
digunakan untuk usaha pertanian adalah Regosol (Psamment). Tanah regosol
merupakan tanah yang merupakan jenis tanah yang merupakan butiran kasar
yang berasal dari material erupsi gununng berapi. Tanah regosol terdapat
pada wilayah Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Galagah, Songgon,
Glenmore, Gambiran, Bangorejo, Cluring, Muncar, Purwoharjo, dan
Tegaldlimo.

Tanah lithosol adalah tanah yang baru mengalami perkembangan


dan merupakan tanah yang masih muda. Terbentuk dari adanya perubahan
iklim, topografi, dan adanya vulkanisme. Pelapukan batuan gunung
menyebabkan tanah lithosol juga disebut sebagai tanah yang paling muda.
Bahkan induk tanah lithosol cukup dangkal dan sangat sering terlihat di
permukaan sebagai batuan padat yang padu. Persebaran tanah lithosol di

15
Kabupaten Bnayuwangi terdapat di Kecamatan Kalibaru, Glenmore, dan
Pesanggran.

Tanah lathosol yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan
aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah.
Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah.
Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau
berada d udara terbuka disebut tanah laterit. Tanah latosol memiliki kadar liat
yang tingi dengan presentase lebih dari 60%, remah sampai gumpal, gembur.
Tanah lathosol adalah tanah yang banyak dijumpai didaerah tropik, tersebar
di seluruh Indonesia termasuk di Kabupaten Banyuwangi. Tersebar di
Kecamatan Purwoharjo dan Tegaldlimo.

Tanah podsolik adalah tanah yang mempunyai perkembangan profil,


konsistensi teguh, bereaksi masam, dengan tingkat kejenuhan basa rendah.
Podsolik merupakan segolongan tanah yang mengalami perkembangan profil
dengan batas horizon yang jelas, berwana merah hingga kuning dengan
kedalaman satu hingg dua meter. Tanah ini memiliki konsistensi yang teguh
sampai gembur, permeabilitas lambat sampai sedang, struktur gumpal pada
horizon B, tekstur beragam dan agregat berselaput liat, di samping itu sering
dijumpai konkresi besi dan kerikil kuarsa (Indrihastuti, 2004). Tanah podsolik
banyak terdapat di Kecamtan Cluring, Purwoharjo, dan Muncar.

16
b. Kondisi Air di Kabupaten Banyuwangi

Gambar 2.2. Peta Ketersediaan Air di Provinsi Jawa Timur

Sumber: BMKG Jawa Timur

Peta diatas menunjukkan bahwa ketersediaan air di wilayah


Kabupaten Banyuwangi sangat tinggi dibandingkan dengan wilayah
kabupaten lain di Jawa Timur. Hampir seluruh wilayah kecamatan di
Kabupaten Banyuwangi ketersediaan air bersih cukup untuk memenuhi
kebutuhan masyarakatnya akan air bersih. Hanya di beberapa kecamatan di
Kabupaten Banyuwangi yang ketersediaan air bersihnya kurang hingga
sangat kurang. Ketersediaan air yang kurang berada di Kecamatan
Pesanggaran, Tegaldlimo, Kalipuro, Wongsorejo, Purwoharjo, Muncar,
Gambiran, dan Tegalsari.

Faktor cukupnya ketersediaan air yang melimpah bagi wilayah


Kabupaten Banyuwangi adalah terdapat 35 DAS. Daerah yang teraliri oleh
sungai akan membuat daerahnya menjadi subur dan memiliki ketersediaan air

17
yang cukup. Selain dari banyaknya DAS yang terdapat di wilayah Kabupaten
Banyuwangi, faktor yang menyebabkan Banyuwangi memiliki ketersediaan
air yang cukup adalah karena wilayah Kabupaten Banyuwangi terdapat
gunung api aktif yang menyebabkan dapat ditemukan sumber mata air.

c. Kondisi Iklim di Kabupaten Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi cukup beragam, dari dataran rendah hingga


pegunungan. Letak lintang yakni 7°43’- 8°46’ LS dan 113°53’- 114°38’ BT.
Wilayah dengan luas 5.782,50 km² memiliki dataran tinggi ijen dengan
puncaknya Gunung Raungengan ketinggian 3.282 m dan Gunung Merapi
dengan ketinggian 2.800 m. bagian selatan terdapat perkebunan,
penininggalan zaman Belanda yang berperan penting dalam mempengaruhi
keadaan cuaca di wilayah Kabupaten Banyuwangi.

Keadaan klimatologi wilayah Kabupaten Banyuwangi berada di


selatan garis equator dan dikelilingi oleh Laut Jawa, Selat Bali, dan Samudra
Indonesia yang terbagi menjadi dua musim, yaitu: musim kemarau antara
bulan april sampai oktober dan musim penghujan antara bulan oktober sampai
april. Diantara kedua musim ini terdapat musim peralihan pancaroba sekitar
bulan april atau mei dan oktober atau november dengan curah hujan rata-rata
7,644 mm per bulan dengan bulan kering yakni april, september, dan oktober.

Pembagian iklim menurut W. Koeppen (1816-1940) pada wilayah


Kabupaten Banyuwangi berdasarkan curah hujan rata-rata bulanan dan
tahunan. Vegetasi dipandang sebagai instrument klimatologis, sehingga
batas-batas tipe iklim sesuai dengan batas-batas vegetasi. Rata-rata curah
hujan tahunan adalah 50,65 inchi dan rata-rata curah hujan bulan terkering
adalah 0,63 inchi. Maka bagan iklim Kabupaten Banyuwangi menurut W.
Koeppen berdasarkan perhitungan dan penentuan iklim, dapat disimpulkan
bahwa Kabupaten Banyuwangi beriklim Aw (tropis basah kering).

18
2.2 Potensi dan Permasalahan di Wilayah Kabupaten Banyuwangi.

2.2.1. Potensi di Wilayah Kabupaten Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak sekali potensi yang bisa


dikembangkan dengan baik, untuk meningkatkan pereokonmian masyarakat
Kabupaten Banyuwangi. Potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi
disediakan secara alami oleh alam, sehingga hanya membutuhkan pengelolaan yang
baik. Kabupaten memiliki potensi-potensinya diatanta lain: sektor pariwisata,
pertanian, peternakan, perikanan, dan industri.

A. Potensi Pariwisata

Pariwisata menjadi sekotor potensial untuk dikembangkan dalam


rangka merangsang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi. Seiring
dengan semakin menipisnya cadangan sumber daya alam yang menjadi
tumpuan industri ekstraktif, maka pemerintah harus mulai mengembangkan
sektor lain yang terbarukan guna menaikkan pertumbuhan ekonomi.
Pariwisata menjadi sekto rpotensial untuk dikembangkan karena Kabupaten
Banyuwangi memiliki keindahan alam yang mengaggumkan. Daya Tarik
wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi adalah keunikan,
keindahan alamnya, dan keanekaragaman budaya.

Tabel 2.14. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Banyuwangi Tahun 2012-2013

Data tabel 2.14 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan


baik domestik maupun mancanegara meningkat dari tahun ke tahun. Tahun

19
2013 terjadi peningkatan kunjungan wisatawan domestik sebesar 18,74%,
sedangkan untuk wisatawan mancanegara sebesar 19,54%. Peningkatan
tersebut tentu merupakan sebuah prestasi Kabupaten Banyuwangi, yang dapat
membuktikan bahwa pemerintah daerah berhasil melakukan city branding,
apabila sebelumnya Banyuwangi terkenal sebagai kota santet, saat ini
Banyuwangi terkenal sebagai kota wisata.

Kabupaten Banyuwangi memiliki paket wisata yang komplit. Mulai


dari wisata alam, terdapat banyak pantai-pantai dengan pemandangan yang
indah dan gelombang yang besar, sehingga bisa dimanfaatka untuk wisata
surfing. Pantai G-Land yang memiliki pemandangan yang indah, dengan
masih terjaganya lingkungan, pasir yang putih, air masih jernih, dan
gelombangnya yang besar sehingga cocok untuk pecinta surfing. Selain
pantai G-Land masih banyak pantai-pantai yang menawarkan keindaha
alamnya, antara lain: Pulau Merah (Red Island Beach), Teluk Hijau (Green
Bay Beach), Pantai Boom, Pantai Cemara, dan lain-lainnya.

Kawah Ijen adalah sebuah danau kawah yang bersifat asam yang
berada di Puncak Gunung Ijen dengan tinggi 2.443 meter di atas permukaan
laut. Kawah Ijen menjadi salah satu tempat wisata yang menjadi ciri khas
Kabupaten Banyuwangi, karena Kawah Ijen memiliki fenomena alam blue
fire atau api biru yang di dunia hanya ada dua tempat, yaitu Islandia dan Ijen.
Dari kawah ijen juga dapat melihat pemandangan gunung lain yang ada di
kompleks Pegunungan Ijen, diantaranya adalah puncak Gunung Merapi yang
berada di timur Kawah Ijen, Gunung Raung, Gunung Suket, dan Gunung
Rante.

Pariwisata yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi, selain wisata


alam juga terdapat wisata budaya. Keanekaragaman budaya Banyuwangi
yang menjadi daya tarik para wisatawan untuk mengenal lebih jauh tentang
kebudayaan Banyuwangi. Desa Kemiren adalah satu-satunya desa adat di
Banyuwangi yang masih menjalankan tradisi turun temurun Banyuwangi.
Kabupaten Banyuwangi tedapat suku asli Banyuwangi yang dinamakan suku
osing yang mendimi Desa Kemiren.

20
B. Potensi Pertanian

Bagian selatan Kabupaten Banyuwangi sebagian besar merupakan


dataran rendah yang banyak dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Dataran
rendah terbentang luas dari selatan sampai utara wilayah Kabupaten
Banyuwangi dan banyak sungai yang selalu mengaliri di sepanjang tahun.
Kabupaten Banyuwangi memiliki 35 DAS yang memiliki pengaruh yang
sangat kompleks terhadap pertanian di Kabupaten Banyuwangi. Banyaknya
DAS yang terdapat di Banyuwangi menyebabkan lahan tanah menjadi subur
sehingga pertanian bisa tumbuh baik.

Potensi tanaman bahan makanan terbesar di Kabupaten Banyuwangi


adalah produksi tanaman padi, dengan hal ini Kabupaten Banyuwangi
termasuk dalam lumbung padi di Provinsi Jawa Timur. Produksi padi pada
tahun 2017 sebayak 817,512 ton. Produksi tanaman bahan makanan
berikutnya yang dominan adalah jagung, dengan produksi sebanyak 218.933
ton pada tahun 2017. Potensi pertanian tanaman bahan makanan di Kabupaten
Banyuwangi sangat besar.

Tabel 2.15. Jumlah Produksi Tanaman Pertanian

Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Banyuwangi Akhir Tahun Anggaran 2017

Data tabel 2.15 menunjukkan bahwa hasil panen tanaman padi sawah mengalami
peningkatan dan penurunan, hasil panen tidak stabil atau mengalami peningkatan.
Penyebabnya adalah cuaaca yang buruk sehingga hasil panen mengalami penurunan, selain
cuaca buruk hama tanaman juga memiliki pengaruh terhadap hasi panen padi sawah. Hasil
panen padi ladang juga mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun,
disebabkan oleh curah hujan setiap tahun juga mengalami peningkatan dan penurunan yang
berakibat dengan hasil panen padi ladang. Begitupun dengan hasil panen jagung, kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar.

21
C. Potensi Peternakan

Potensi peternakan yang terbesar di Kabupaten Banyuwangi adalah


ternak ayam, kambing dan sapi potong, jumlah populasi ayam di Kabupaten
Banyuwamgi sebanyak 1.101.142 ekor, kambing adalah sebanyak 125.479
ekor pada tahun 2017, sedangkan ternak sapi potong sebanyak 116.603 ekor,
sedangkan populasi ternak terkecil adalah adalah kuda dan babi, yang
memiliki jumlah populasi kuda sebanyak 533 ekor dan babi sebanyak 634
ekor.

Gambar 2.3. Jumlah Populasi Ternak Tahun 2012-2017

Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Banyuwangi Akhir Tahun Anggaran 2017

Data gambar 2.3. menunjukkan bahwa hasil ternak terbesar adalah


sapi potong pada tahun 2012 sebanyak 164.463 ekor namun tahun berikutnya
mengalami penurunan hasil ternak karena kesulitan bahan pakan untuk sapi
yang menyebabkan reproduksi sapi menurun drastis. Tetapi, pada tahun
berikutnya hasil ternak sapi potong mulai mengalami peningkatan secara
perlahan. Hasil ternak kambing mengalami peningkatan dari tahum ke tahun,
walaupun tidak signifikan, begitupun dengan ternak domba.

D. Potensi Perikanan

22
Kabupaten Banyuwangi memiliki Panjang garis pantai sekitar 175,8
km serta jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 16 buah (tujuh diantaranya
belum bernama), dengan luas perairan sebesar 485,12 km². kawasan pesisir
dan laut Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah yang sangat strategis
karena letaknya yang merupakan sisi penghubung antara wilayah di Pulau
Jawa dan Pulau Bali. Potensi peikanan yang ada di Kabupaten Banyuwangi
sangat banyak dan beragam, tidak bearsal dari ikan saja tetapi ada juga non
ikan seperti, cumi-cumi, rajungan, kerrang-kerangan, dan lain-lain.

Keanekaragaman potensi perikanan ini sangat menguntungkan bagi


daerah. Apalagi jika dilihat beberapa hasil produksi perikanan di Kabupaten
Bnayuwangi adalah jenis ikan yang mempunyai nilia ekonomis tinggi sebagai
omoditas ekspor, seperti ikan kerapu, kakap, dan udang. Oleh karena itu
upaya pengembangan perlu dilakukan untuk meningkatkan tidak sekedar
jumlah produksinya saja tetapi juga kualitasnya, sehingga memenuhi standar
untuk di ekspor.

Kabupaten Banyuwangi juga memiliki pabrik pengelolaan ikan


sarden yang terdapat di Kecamatan Muncar. Pendirian pabrik ini karena
wilayah Kecamatan Muncar yang dekat dengan bahan baku, yaitu ikan
sebagai bahan baku untuk pengelolaan ikan sarden. Adanya pabrik ikan ini
bisa menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar pabrik ikan.
Kecamatan Muncar selain terdapat pabrik pengalengan ikan, juga terdapat
pasar ikan terbesar di Kabupaten Banyuwangi.

E. Potensi Industri

Kabupaten Banyuwangi menjadi pilot project pengembangan


industri kreatif berbasis desa. Pemerintah Banyuwangi membuat kerja sama
dengan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) yang tertuang dalam nota
kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MOU). Untuk
mengembangkan industri berbasis desa, diantaranya di Desa Tamansari di
Kecamatan Licin, Desa Gintangan di Kecamatan Rogojampi, dan Desa
Sumberbuluh di Kecamatan Songgon. Industri berbasis desa berguna untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat desa setempat.

23
2.2.2. Permasalahan di Wilayah Kabupaten Banyuwangi

Permasalahan yang dihadapi pemerintah Banyuwangi, untuk mewujudkan


Kabupaten Banyuwangi sebagai Kota Pariwisata, antara lain: Terbatasnya anggaran
pembangunan daerah, ketersedian infrastruktur yang terbatas, adanya kesenjangan
antarwilayah dan antarkelompok masyarakat, dan pengelolaan limbah pabrik yang
belum sesuai dengan IPAL.

A. Terbatasnya Anggaran Pembangunan Daerah

APBD Kabupaten Banyuwangi jumlahnya Rp.1.000.000.000 dana


ini digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan
produksi dan konsumsi masyarakat, menggairahkan perdagangan keluar dan
kedalam daerah, serta mendorong investasi dan peningkatan sarana dan
prasarana public. Namun dana tersebut tidak terlalu besar jika dibandingkan
produk domestik bruto Banyuwangi. hal tersebut menghambat sinkronisasi
pembangunan di setiap bidang.

Banyaknya kebutuhan untuk membangun Kabupaten Banyuwangi


untuk menjadikan sebagai kota pariwisata, seharusnya diimbangi dengan
APBD yang sesuai. Tahun ke tahun pemerintah selalu melakukan
pembangunan Kabupaten Banyuwangi, namun belum maksimal karena
kendala dari APBD. Pembangunan dilakukan oleh pemerintah sedikit demi
sedikit untuk mengelola anggran dengan baik.

B. Ketersedian Infrastruktur yang Terbatas

Infrastruktur Kabupaten Banyuwangi massih terbatas, apalagi di


desa-desa yeng jauh dari pusat kota. Infrastruktur masih belum merata di
setiap desa di Kabupaten Banyuwangi, masih terjadi kesenjangan
infrastruktur antara desa yang berada di kota dengan desa yang berada jauh
dari pusat kota. Pembangunan infrastruktur yang belum merata, karena
anggaran APBD Kabupaten Banyuwangi yang terbatas. Infrastruktur pada
kawasan wisata juga masih ada yang belum dibangun oleh pemerintah,
sehingga menyebabkan rendahnya kunjungan wisatawan. Seperti wisata alam

24
Air Terjun Lider yang infrastruktur masih buruk yang menyebabkan
aksebilitasnya sulit dijangkau karena wisata ini terdapat di dalam hutan.

Infrastruktur yang baik akan menambah jumlah wisaatawan yang


akan berkunjung ke Kabupaten Banyuwangi. Banyak tempat wisata yang
indah, namun pengunjungnya masih rendah karena infrastruktur yang belum
baik. Pemerintah sulit membangun infrastruktur selain anggaran APBD yang
terbatas adalah tempat wisata yang memang sulit untuk dijangkau karena
terdapat di dalam hutan. Sehingga memerlukan biaya yang lebih banyak
daripada membangun infrastruktur daerah yang dekat dengan pusat kota.

C. Adanya Kesenjangan Antarwilayah dan Antarkelompok

Kesenjangan antarwilayah dan kelompok masyarakat ini akibat dari


kualitas dan kuatitas pendidikan yang tidak merata. Sehingga jumlah
pengangguran dan kemiskinan tetap atau terus bertambah. Pengangguran
menjadi rintangan terbesar untuk mengatasi masalah kemiskinan.
Kemiskinan juga dapat menjadi salah satu pendorong adanya pengangguran.
Kemiskinan biasanya menjadi penghalang seseorang untuk memperoleh
pendidikan yang berkualitas.

Pendidikan masyarakat Kabupaten Banyuwangi yang tergolong


masih rendah, sehingga mengakibatkan kualitas SDM yang rendah. Kualitas
SDM yang rendah juga akan berdampak pada susahnya untuk membangun
Kabupaten Banyuwangi sebagai Kota Priwisata. Pemerintah dan masyarakat
harus ikut andil dalam pembangunan Kabupaten Banyuwangi untuk
menjadikan Kota Pariwisata.

Pendidikan juga berpengaruh terhadap kosakata Bahasa yang


dimilki oleh masyarakat, semakin rendah pendidikan masyarakat juga akan
mempengaruhi kosakata Bahasa masyarakat terutama di daerah wisata.
Kosakata Bahasa sangat penting bagi masyarakat untuk berkomunikasi
dengan wisatawan khususnya yang tidak mengerti Bahasa Jawa, apalagi
wisatawan macanegara. Semakin mudahnya komunikasi juga bisa
meningkatkan jumlah wisatawan, seperti di daerah Yogyakarta yang

25
umumnya masyarakat bisa berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris.

D. Pengelolaan Limbah Pabrik yang Belum Sesuai dengan IPAL

Banyaknya pabrik di Kabupaten Banyuwangi yang masih belum


mengelola limbah pabrik sesuai IPAL. Limbah pabrik masih dibuang di
sungai-sungai yang akan merusak ekosistem di sungai. Pembuangan limbah
tanpa pengelolaan terlebih dahulu akan memiliki dampak yang sangat
berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia di sekitar sungai. Banyak
masyarakat yang protes karena pembuangan limbah pabrik yang
sembarangan, masyarakat banyak dirugikan karena sungai sudah tercemar.
Banyak sumber penyakit dari pembuangan limbah sembarang yang
mengancam kesehatan masyarakat sekitar sungai.

Pemerintah masih belum menindak tegas pabrik yang membuangan


limbah secara sembarangan. Sehingga masih banyak pabrik-pabrik yang
membuang limbahnya secara langsung ke sungai. Masyarakat sekitar juga
sudah melakukan protes terhadap pihak pabrik, namun pihak pabrik tidak
menggubrisnya. Masyarakat hanya bisa diam tanpa melakukan apa-apa,
padahal yang paling merasakan dampaknya adalah masyarakat setempat.

2.3 Arah Perencanaan Wilayah yang Tepat di Kabupaten Banyuwangi

26
Salah satu sektor yang memilki potensi besar untuk meningkatkan Produk
Domestik Bruto (PDB) adalah sektor pariwisata. Hal tersebut selaras dengan tema
pembangunan daerah di Kabupaten Banyuwangi yang sejak 2009 adalah
pembangunan sektor pariwisata untuk mendukung percepatan penanggulangan
kemiskinan. Tema ini mengacu pada Pembangunan Daerah Tematik Banyuwangi
tahun 2009 yang telah ditungkan daam RPMMJD, yang memprioritaskan sektor
pariwisata sebagai leading sector.

Pembangunan pariwisata merupakan upaya untuk membuat Banyuwangi


sebagai “Kota Pariwisata yang Selaras dengan Lingkungan”. pembangunan
pariwisata tidak hanya diarahkan pada pembangunan dan pemasaran destinasi
pariwisata, tetapi lebih daripada itu, pembangunan pariwisata diarahkan untuk lebih
menekankan pada aspek potensi biofisik, aspek social, dan aspek ekonomi.
Banyuwangi memiliki potensi wisata alam yang sangat besar. Potensi pada awalnya
dapat berkembang jika dikaitkan dengan posisi strategis Banyuwangi sebagai pintu
gerbang menuju Pulau Bali melalui perjalanan darat.

Kabupaten Banyuwangi bisa menjadi Kota wisata yang selaras dengan


lingkungan, apabila membangun infrastruktur dengan baik. Infrastruktur sangat
penting karena menyangkut aksebilitas menuju tempat wisata. Banyak tempat
wisata yang belum dibangun infrastrukturnya, sehingga masih sulit untuk
dijangkau. Dengan membangun sedikit demi sedikit infrastruktur, agar bisa
terbangun secara keseluruhan dan sesuai dengan anggaran APBD.

Meningkatkan wisata yang berbasis dengan lingkungan dan kebudayaan.


Dengan tetap menjaga ekosistem di sekitar tempat wisata, dan mewajibkan
pengunjung, masyarakat setempat, dan pemerintah untuk mengelola tempat wisata
dengan baik. Menambah desa wisata selain di Desa Kemiren, agar wisatawan juga
dapat mengetahui keanekaragaman kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat
Banyuwangi. Mengedukasi masyarakat lokal untuk terus menjaga kearifan lokal
yang ada di wilayah setempat, agar kerifan lokal Kabupaten Banyuwangi tetap
terjaga dan tidak tergerus oleh budaya barat.

Mengedukasi masyarakat lokal untuk terus menjaga lingkungan dengan


membuat program mewajibkan setiap satu rumah harus menanam minimal satu

27
pohon. Program terebut bisa membuat lingkungan masyarakat menjadi lebih
nyaman karena banyak pepohononan yang bisa membuat lingkungan di wilayah
Kabupaten Banyuwangi menjadi lebih asri. Dengan lingkungan yang bersih,
pepohonan yang rindang, dan udara yang segar juga akan menambah wisatawan
yang berkunjung ke Banyuwangi.

Setiap pinggir jalan harus ditanami pepohonan, yang bermanfaaat untuk


menyerap karbondioksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor. Sehingga
pengguna kendaraan akan menghirup udara yang segar karena di setiap pinggir
jalan ditanami pohon. Ketika pohon sudah besar akan ditebang untuk dijual sebagai
tambahan PDB Kabupaten Banyuwangi, dan akan ditanami pohon lagi.

Setiap desa harus memiliki pengelolaan sampah, dalam bentuk Bank Sampah.
Sampah akan memiliki nilai ekonomi daripada dibuang atau dibakar yang akan
mencemari lingkungan. pengelolaan bank smpah juga akan bekerjasama dengan
pengepul sampah dan akan meningkatkan pendapatan mereka. Pegawai bank
sampah juga bisa dari masyarakat desa setempat untuk menambah lapangan
pekerjaan.

Wilayah perkotaan yang lahannya minim, dibangun taman vertikal supaya


tetap ada tanaman di setiap wilayah. Gedung-gedung besar wajib memiliki taman
vertikal agar udara kota lebih sejuk. Setiap perumahan juga harus memilki taman
vertikal jika lahannya kurang untuk menanam pohon. Setiap kecamatan juga harus
memilki Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk dimanfaatkan sebagai sarana olahraga
dan bermain anak-anak kecil.

Melanjutkan program pemerintah, dengan melarang pembangunan mall di


kota untuk menghindari macet di tengah kota, dan memindahkan pusat bisnis di
Kecamatan Genteng. Melarang adanya minimarket ke desa-desa di Banyuwangi
agar masyarakat bisa meningkatkan kapasitas ekonomi dengan berjualan, tanpa
takut tersaingi oleh minimarket. Membatasi konsumsi masyarakat terhadap buah
import, dan lebih meningkatkan konsumsi terhadap buah lokal yang juga akan
meningkatkan perekonomian petani buah lokal Banyuwangi.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

29
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kabupaten
Banyuwangi memiliki kondisi sosial yang secara kuantisas memumumpuni untuk
membangun Kabupaten Banyuwangi sebagai kota wisata yang berbasis lingkungan
dan budaya. Kondisi fisik yang dimiliki wilayah Kabupaten Banyuwangi sangat
beragam dan menjadikan kelebihan yang dimilki Kabupaten Banyuwangi dalam
membangun kota wisata. Berdasarkan kedua kondisi yang dimiliki Kabupaten
Banyuwangi yang saling berhubungan dapat dengan cepat untuk membangun
Kabupaten Banyuwangi sebagai kota wisata.

Potensi yang dimiliki Kabupaten Banyuwangi yang paling menonjol adalah


sektor pariwisata. Didukung dengan keragaman hayati dan budaya yang dimilki
wilayah Kabupaten Banyuwangi membuat potensi wisata yang ungggu daripada
potensi lainnya yang terdapat pada wilayah ini. Potensi-potensi yang dimilki selain
pariwisata, adalah pertanian, industri, peternakan, dan perikanan yang juga
membantu Kabupaten Banyuwangi untuk menambahkan Produk Domestik Bruto.

Perencanaan wilayah untuk Kabupaten Banyuwangi adalah menjadikan


Kabupaten Banyuwangi sebagai kota wisata yang berbasis lingkungan dan budaya.
Pembangunan Kabupaten Banyuwangi sebagai kota wisata tidak hanya diarahkan
pada destinasi wisata, melainkan juga diarahkan untuk lebih menekankan pada
aspek potensi biofisik, aspek social, dan aspek ekonomi yang dimilki oleh
Kabupaten Banyuwangi.

3.2 Saran

Pemerintah Banyuwangi harus membangun infrastuktur wisata yang baik,


agar meningkatakan jumlah wisatawan yang ada di Kabupaten Banyuwangi.
pemerintah dan masyarakat harus mengelola lingkungan dengan baik agar bisa
membangun Banyuwangi sebagai kota wisata yang berbasis lingkungan dan
budaya. Pemerintah juga harus mengelola anggaran APBD Kabupaten Banyuwangi
sehingga pembangunan yang ada di daerah Banyuwangi bisa merata di seluruh
wilayah.

Pemerintah harus memberi edukasi penambahan Bahasa Indonesia dan


Bahasa Inggris kepada masyarakat, khususnya masyarakat yang ada di daerah

30
wisata untuk memudahkan masyarakat berkomunikasi dengan wisatawan yang dari
luar Banyuwangi ataupun wisatawan mancanegara.Pemerintah harus lebih
bertindak tegas kepada pabrik-pabrik yang ada di Kaabupaten Banyuwangi yang
membuang limbah secara langsung tanpa pengelolaan terlebih dahulu yang
berdampak sangat berbahaya bagi lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Tabel Data Kabupaten Banyuwangi Tahun 2017. Badan Pusat Statistik

31
Kabupaten Banyuwangi (Online), (https://banyuwangikab.bps.go.id/),
diakses 17 Februari 2018
Kabupaten Banyuwangi 2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi
(Online), (https://banyuwangikab.bps.go.id/), diakses 17 Februari 2018
Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Banyuwangi (Online), (https://banyuwangikab.bps.go.id/), diakses 17
Februari 2018
Irawan, Eri. 2015. Implementasi Kebijakan Pembangunan Pariwisata di
Kabupaten Banyuwangi. Universitas Airalangga. Nomor 2.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-admp06ec0f4bd1full.pdf,
diakses 17 Februari 2018
Mithra, Bayu. 2014. Pembangunan Terintegrasi Dalam Mewujudkan Kota
Pariwisata Bertaraf Internasional: Studi Kasus Di Kabupaten Banyuwangi
Jawa Timur. 2 (2). https://core.ac.uk/download/pdf/147322047.pdf.
diakses 17 Februari 2018
Sekilas PT Industri Gula Glenmore. Industri Gula Glenmore (Online),
(https://www.industrigulaglenmore.com/tentang_kami/sejarah_perusahaan
), diakses 17 Februari 2017
Ribuan Warga Banyuwangi Beri Dukungan untuk Bupati Azwar Anas.
TEMPO.CO
(Online), (https://nasional.tempo.co/read/1048705/ribuan-warga-
banyuwangi-beri-dukungan-untuk-bupati-azwar-anas), diakses 17 Februari
2017
Kebijakan Top Bupati Banyuwangi: Larang Mal di Kota dan Syarat IPK 3,5 untuk
PNS. Detiknews (Online),
(https://news.detik.com/berita/2512513/kebijakan-top-bupati-banyuwangi-
larang-mal-di-kota-dan-syarat-ipk-35-untuk-pns), diakses 17 Februari
2018

32
33

Anda mungkin juga menyukai