Disusun Oleh:
NIM : 410016038
KELAS:03
Jika magma oversaturated atas material silika, maka mineral silika seperti kuarsa,
kristobalit, tridimit, atau koesit seharusnya terendapkan dari magma dan hadir dalam batuan. Di
sisi lain, jika magma undersaturated atas material silika, maka mineral silika seharusnya tidak
terendapkan dari magma, dan seharusnya tidak hadir dalam batuan. Konsep kejenuhan silika
dapat digunakan untuk mengelompokkan batuan dengan undersaturated silika, saturated silika,
oversaturated silika.
Batuan Undersaturated Silika, dalam batuan ini kita seharusnya dapat menemukan
mineral yang terbentuk bersama dengan kuarsa. Mineral tersebut di antaranya ialah :
Jadi jika kita menemukan mineral – mineral ini di dalam batu, maka kita
dapat memperkirakan batuan tersebut adalah undersaturated silika. Mineral yang
umumnya terbentuk dalam batuan undersaturated silika adalah nefelin dan/atau
leusit.
Berdasarkan pada kisaran temperatur dan pH, komposisi alterasi pada sistem emas-
tembaga hidrotermal di lingkaran Pasifik dapat dikelompokan menjadi 6 tipe
alterasi (Corbett dan Leach, 1996), yaitu:
2) Argilik tersusun oleh anggota kaolin (halosit, kaolin, dikit) dan illit (smektit,
selang-seling illlit-smektit, illit) dan group mineral transisi (klorit-illit).
3) Philik tersusun oleh anggota kaolin (piropilit-andalusit) dan illit (serisit-mika
putih) berasosiasi dengan mineral pada temperatur tinggi seperti serisit-mika-klorit.
Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004) membuat klasifikasi alterasi hidrotermal pada
endapan tembaga porfir menjadi empat tipe yaitu propilitik, argilik, potasik, dan
himpunan kuarsa-serisit-pirit. Lowell dan Guilbert (1970, dalam Sutarto, 2004)
membuat model alterasi-mineralisasi juga pada endapan bijih porfir, menambahkan
istilah zona filik untuk himpunan mineral kuarsa, serisit, pirit, klorit, rutil,
kalkopirit. Adapun delapan macam tipe alterasi antara lain :
1. Propilitik
Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot, illit/serisit,
kalsit, albit, dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200°-300°C pada pH
mendekati netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah yang
mempunyai permeabilitas rendah. Menurut Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004),
terdapat empat kecenderungan himpunan mineral yang hadir pada tipe propilitik,
yaitu :
Klorit-kalsit-kaolinit.
Klorit-kalsit-talk.
Klorit-epidot-kalsit.
Klorit-epidot.
2. Argilik
Pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu muskovot-
kaolinit-monmorilonit dan muskovit-klorit-monmorilonit. Himpunan mineral pada
tipe argilik terbentuk pada temperatur 100°-300°C (Pirajno, 1992, dalam Sutarto,
2004), fluida asam-netral, dan salinitas rendah.
3 . Potasik
Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu sistem
hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa ratus
meter. Zona alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan berupa biotit sekunder, K
Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetite. Pembentukkan biotit sekunder ini dapat
terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama hornblende dengan larutan
hidrotermal yang kemudian menghasilkan biotit, feldspar maupun pyroksen.
Selain biotisasi tersebut mineral klorit muncul sebagai penciri zona ubahan potasik
ini. Klorit merupakan mineral ubahan dari mineral mafik terutama piroksin,
hornblende maupun biotit, hal ini dapat dilihat bentuk awal dari mineral piroksin
terlihat jelas mineral piroksin tersebut telah mengalami ubahan menjadi klorit.
Pembentukkan mineral klorit ini karena reaksi antara mineral piroksin dengan
larutan hidrotermal yang kemudian membentuk klorit, feldspar, serta mineral logam
berupa magnetit dan hematit.
Alterasi ini diakibat oleh penambahan unsur pottasium pada proses metasomatis
dan disertai dengan banyak atau sediktnya unsur kalsium dan sodium didalam
batuan yang kaya akan mineral aluminosilikat. Sedangkan klorit, aktinolite, dan
garnet kadang dijumpai dalam jumlah yang sedikit. Mineralisasi yang umumnya
dijumpai pada zona ubahan potasik ini berbentuk menyebar dimana mineral
tersebut merupakan mineral – mineral sulfida yang terdiri atas pyrite maupun
kalkopirit dengan pertimbangan yang relatif sama.
Bentuk endapan berupa hamburan dan veinlet yang dijumpai pada zona potasik ini
disebabkan oleh pengaruh matasomatik atau rekristalisasi yang terjadi pada batuan
induk ataupun adanya intervensi daripada larutan magma sisa (larutan hidrotermal)
melalui pori-pori batuan dan seterusnya berdifusi dan mengkristal pada rekahan
batuan. Berikut ini ciri – ciri salah satu contoh mineral ubahan pada zona potasik
yaitu Actinolite.
Reaksi – Reaksi Pada Proses Alterasi
Reaksi – reaksi yang berperan penting didalam proses alterasi (reaksi kimia antara
batuan dengan fluida) adalah :
Hidrolisis
Merupakan proses pembentukan mineral baru akibat terjadinya reaksi kimia antara
mineral tertentu dengan ion H+, contohnya :
Hidrasi
Merupakan proses pembentukan mineral baru dengan adanya penambahan molekul
H2O. Dehidrasi adalah sebaliknya. Reaksi Hidrasi :
Olivine Serpentinite
Reaksi dehidrasi :
Calcite Dolomite
Silisifikasi
Merupakan proses penambahan atau produksi kuarsa polimorfnya, contohnya:
Silisikasi
Merupakan proses konversi atau penggantian mineral silikat, contohnya:
Sifat Fisik
Sifat fisik dari mineral ini ditunjukkan dengan warna hijau sampai hijau kehitaman,
Hal ini dikarenakan komposisi kimia yang terkandung pada mineral ini, densitas
pada mineral ini sebesar 3.03 – 3.24 g/cm3 kekerasan mineral ini adalah 5 – 6 skala
mohs, dengan cerat berwarna agak putih terang, kilap mineral ini termasuk kilap
kaca sampai sutera, Karena komposisi serta tekstur dan sistem mineral pada mineral
maka mineral ini dapat ditembus oleh cahaya hal itu sejalan dengan partikel
paretikel pembentuk mineral ini yang mudah dilalui oleh cahaya, Relief permukaan
sedang/lembut.
Sifat Kimia
Komposisi kimia yang penting Ca, H, Mg, O, Si, merupakan salah satu mineral
anggota Amphibole, rumus kimia Ca2(Mg, Fe2+)5(Si8O22)(OH)2.
Sifat Optik
Sistem kristal monoklin, kelas kristal prismatic, kembaran berbentuk parallel, optik
(α = 14.56-1.63, β= 1.61-1.65, γ = 1.63-1.66).
4. Filik
Zona alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona potasik. Batas zona
alterasi ini berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik yang berkembang
pada intrusi. Zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral serisit dan kuarsa sebagai
mineral utama dengan mineral pyrite yang melimpah serta sejumlah anhidrit.
Mineral serisit terbentuk pada proses hidrogen metasomatis yang merupakan dasar
dari alterasi serisit yang menyebabkan mineral feldspar yang stabil menjadi rusak
dan teralterasi menjadi serisit dengan penambahan unsur H+, menjadi mineral
phylosilikat atau kuarsa. Zona ini tersusun oleh himpunan mineral kuarsa-serisit-
pirit, yang umumnya tidak mengandung mineral-mineral lempung atau alkali
feldspar. Kadang mengandung sedikit anhidrit, klorit, kalsit, dan rutil. Terbentuk
pada temperatur sedang-tinggi (230°-400°C), fluida asam-netral, salinitas beragam,
pada zona permeabel, dan pada batas dengan urat.
Sifat Fisik
Tidak berwarna – putih; kekerasan 5.5 – 6 skala mohs; kilap kaca; dapat ditembus
oleh cahaya; pecahan conchoidal; cerat putih. Umumnya berasosiasi dengan
mineral kuarsa, muskovit, dan mineral-mineral bijih seperti pirit, kalkopirit,galena,
dan lainya. Rumus kimia Ca[Al2Si4O12].2H2O.
Sifat Optik
Sistem kristal monoclinic dengan kelas kristal prismatic, surface relief sedang, optic
nα = 1.498 nγ = 1.502.
Menurut Hedenquist dan Linndqvist (1985, , dalam Sutarto, 2004), zona alterasi
pada sistem epitermal sulfidasi rendah (fluida kaya klorida, pH mendekati netral)
ummnya menunjukkan zona alterasi seperti pada sistem porfir, tetapi
menambahkan istilah inner propylitic untuk zona pada bagian yang bertemperatur
tinggi (>300°C), yang dicirikan oleh kehadiran epidot, aktinolit, klorit, dan ilit.
6. Argilik lanjut ( advanced argilic )
Sedangkan untuk sistem epitermasl sulfidasi tinggi (fluida kaya asam sulfat),
ditambahkan istilah advanced argilic yang dicirikan oleh kehadiran himpunan
mineral pirofilit+diaspor±andalusit±kuarsa±turmalin±enargit-luzonit (untuk
temperatur tinggi, 250°-350°C), atau himpunan mineral
kaolinit+alunit±kalsedon±kuarsa±pirit (untuk temperatur rendah,< 180 °C).
7. Skarn
Alterasi ini terbentuk akibat kontak antara batuan sumber dengan batuan karbonat,
zona ini sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan yang kaya akan kandungan
mineral karbonat. Pada kondisi yang kurang akan air, zona ini dicirikan oleh
pembentukan mineral garnet, klinopiroksin dan wollastonit serta mineral magnetit
dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan pada kondisi yang kaya akan air, zona
ini dicirikan oleh mineral klorit,tremolit – aktinolit dan kalsit dan larutan
hidrotermal. Garnet-piroksen-karbonat adalah kumpulan yang paling umum
dijumpai pada batuan induk karbonat yang orisinil (Taylor, 1996, dalam Sutarto,
2004). Amfibol umumnya hadir pada skarn sebagai mineral tahap akhir yang
menutupi mineral-mineral tahap awal. Aktinolit (CaFe) dan tremolit (CaMg) adalah
mineral amfibol yang paling umum hadir pada skarn. Jenis piroksen yang sering
hadir adalah diopsid (CaMg) dan hedenbergit (CaFe).
Alterasi skarn terbentuk pada fluida yang mempunyai salinitas tinggi dengan
temperatur tinggi (sekitar 300°-700°C). Proses pembentukkan skarn akibat urutan
kejadian Isokimia – metasomatisme – retrogradasi.
Isokimia merupakan transfer panas antara larutan magama dengan batuan samping,
prosesnya H2O dilepas dari intrusi dan CO2 dari batuan samping yang karbonat.
Proses ini sangat dipengaruhi oleh temperatur,komposisi dan tekstur host rocknya
(sifat konduktif).
Metasomatisme, pada tahap ini terjadi eksolusi larutan magma kebatuan samping
yang karbonat sehingga terbentuk kristalisasi pada bukaan – bukaan yang dilewati
larutan magma.
Retrogradasi merupakan tahap dimana larutan magma sisa telah menyebar pada
batuan samping dan mencapai zona kontak dengan water falk sehingga air tanah
turun dan bercampur dengan larutan.
Berikut ini ciri – ciri salah satu contoh mineral ubahan pada zona potasik yaitu
Kalsit
Sifat Fisik
Secara megaskopis mineral ini berwarna putih, kuning,dan merah; kekerasan 3
skala mohs; cerat putih; pecahan uneven/irrengular ; densitas 2.711 g/cm3; belahan
1 arah; kilap kaca, dapat ditembus oleh cahaya.
Sifat Kimia.
Komposisi kimia yang penting C, Ca, O; merupakan anggota dari Calcite grup
mineral; mengandung unsur karbonat; rumus kimia CaCO3. Mineral ini kaya
terhadap kandungan kalsium sehingga dalam proses pelarutan dengan mineral asam
ia sangat cepat beraksi.
Sifat Optik.
Sistem kristal trigonal, termasuk dalam kelas hexagonal scalenohedral, optik nω =
1.640 – 1.660 nε = 1.486.
Lingkungan Pembentukan.
Terbentuk di laut, sebagai nodul dalam batuan sedimen, selain itu juga bisa
terbentuk pada urat-urat hydrothermal sebagai mineral gang di dalam berbagai
batuan beku. Umumnya berasosiasi dengan mineral magnetit, hematit.
8. Greisen
9. Silisifikasi
Merupakan salah satu tipe alterasi hidrotermal yang paling umum dijumpai dan
merupakan tipe terbaik. Bentuk yang paling umum dari silika adalah (E-quartz, atau
β-quartz, rendah quartz, temperatur tinggi, atau tinggi kandungan kuarsanya
(>573°C), tridimit, kristobalit, opal, kalsedon. Bentuk yang paling umum
adalahquartz rendah, kristobalit, dan tridimit kebanyakan ditemukan di batuan
volkanik. Tridimit terutama umum sebagai produk devitrivikasi gelas volkanik,
terbentuk bersama alkali felspar.
10. Serpentinisasi
Batuan yang telah ada beruabah menjadi serperite yang mineral utamanya adalah
Cripiolite disamping ada juga mineral – mineral lain. Batuan semuala biasanya
batuan basa ( andesitte ) yang berubah karena proses hidrotermal maka batuan basa
ini berubah menjadi serpertisasi. Misal : Geruilite di sulawesi dari kalimantan
diubah menjadi serpentinisasi. Serpentinisasi bisa pula akibat dari pada Weathering,
tetapi daerah yang teralterasi relatif terbatas kecil.
Kuantitas alterasi pada batuan disebabkan oleh derajat dan lamanya proses alterasi.
Terdapat tiga jenis pola alterasi (Sutarto, 2004), yaitu :
a. Pervasive
Yaitu penggantian seluruh atau sebagian besar mineral pembentuk batuan. Semua
mineral primer pembentuk batuan telah mengalami alterasi, walaupun intensitasnya
berbeda.
b. Selectively pervasive
Proses alterasi hanya terjadi pada mineral-mineral tertentu pada batuan. Misalnya
klorit pada andesit hanya mengganti piroksen saja, sedangkan plagioklas tidak ada
yang terubah sama sekali.
c. Non-pervasive
Proporsi satu mineral alterasi tertentu dalam batuan digolongkan sebgai berikut
(Sutarto, 2004) :
Derajat alterasi terkait dengan tingginya temperatur pada saat proses alterasi
berlangsung. Derajat temperatur dicirikan oleh mineral-mineral indeks temperatur
tertentu. Sebagai contoh adalah sikuen pada mineral-mineral kalsium aluminium
silikat.
Temperatur (T)
Garnet (CaAlSi)
Intensitas Alterasi
Ukuran Mineral
Penggolongan ukuran mineral seperti yang digunakan pada batuan beku (Morrison,
1997) :
Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit
(Fe3O4), hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS),
galena (PbS), pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4),
kasiterit (SnO2), Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS),
dengan mineral-mineral gangue antara lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa,
tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat
Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite
(Sn, Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb
sulfida, stibnit (Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS),
dan kalkopirit (CuFeS2), dengan mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat,
kuarsa, dan pirit.
Batas – batas peralihan antara batuan – batuan yang terbentuk pada kondisi
hypotermal ; mesotermal dan epitermal tidak begitu terlihat, serupa bisa diberikan
dengan membandingkan kandungan – kandungan mineralnya pada endapan
hypotermal, mesotermal dan epitermal, karena ada mineral yang khas terdapat pada
kondisi yang tertentu.
Disamping itu ada juga mineral – mineral yang kita dapat pada semua kondisi
(hypotermal , mesotermal dan epitermal). Misal : mineral Pirite, Chalcopirite dan
kwarsa yang bisa terbentuk pada hampir semua temperatur dari juga hampir semua
batuan memungkinkan terdapatnya mineral tersebut.
Mineralisasi adalah suatu proses pengendapan mineral bijih (metal) dari media
yang membawanya akibat perubahan lingkungan kimia dan fisik sekitarnya.
1. Umumnya berupa epizonal atau hypabyssal dasit, latit, quartz latit, rhyolit,
quartz diorit, monzonit, quartz monzonit dan granit.
Tekanan 1-2kb.
Temperatur 250-500 C dan jarang 600 atau 700 C.
Gambar 1. Alterasi pada Porphyry Copper
Alterasi adalah Setiap perubahan dalam mineralogi suatu batuan yang terjadi
karena proses-proses fisika dan kimia, khususnya oleh aktivitas fluida
hydrothermal.
Menurut Corbett dan Leach (1996) temperatur dan pH fluida merupakan dua faktor
yang paling utama yang mempengaruhi mineralogi sistem hidrotermal, (Corbett
dan Leach, 1996) membagi kelompok alterasi menjadi 7 group utama :
Alunit ternentuk pada pH yang sedikit lebih besar dari 2, terbentuk bersama dengan
group silika dalam rentang temperatur yang besar, berasosiasi dengan andalusit
pada temperatur yang tinggi (> 300-350C) dan korundum hadir pada suhu
yang lebih tinggi lagi. Ada 4 macam alunit, alunit steam-heated, alunit supergen,
alunit magmatic, dan alunit liquid.
Terbentuk pada fluida dengan pH yang lebih tinggi (4-6). Smektit terbentuk pada
temperatur < 100°-150ºC, interlayer illit-smektit (100°-200ºC), illit (200°-250ºC),
serisit (muskovit) >200-250 C, phengit >250-300C. Kandungan smektit pada
interlayer illit smektit akan berkurang bersamaan dengan naiknya temperature. 22
Interlayer illit-smektit dapat menunjukkan temperatur fluida hidrothermal
padakisaran 160-220 C (Lawless dan White, 1997). Alterasi dengan mineral alterasi
yang dominan illit menunjukkan temperatur fluida pada kisaran 220-270 C
(Lawless dkk, 1997). Sebagaimana illit umumnya stabil pada temperature lebih
tinggi dari 220 C, berkurangnya temperatur akan meningkatkan stabilitas smektit.
Pada umumnya illit banyak dijumpai pada zona permeabel dan permeabilitas
berkurang dengan bertambahnya mineral klorit (Lawless dkk, 1997).
5. Group Mineral Klorit
Pada kondisi pH yang sedikit asam mendekati netral, fase klorit-karbonat menjadi
dominan, dimana mineral ini terbentuk bersama dengan group illit pada lingkungan
transisi pH 5-6. interlayer klorit-smektit akan terbentuk pada temperatur rendah,
dan klorit akan dominan pada suhu yang lebih tinggi. Klorit bukan merupakan
mineral yang baik untuk indikator paleo temperatur, karena dapat dijumpai pada
temperatur rendah sampai temperatur lebih tinggi dari 300 C, tetapi mineral ini
merupakan mineral yang baik untuk menunjukkan pH pembentukan yang
mendekati netral 6-7 (Lawless dan White, 1997).
Group kalksilikat terbentuk pada kondisi pH netral sampai alkali, pada temperatur
rendah membentuk zeolit-klorit-karbonat, dan epidot diikuti amfibol (umumnya
aktinolit) terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi. Di beberapa sistem prehnit
atau pumpellyit dijumpai berasosiasi dengan epidot. Epidot dengan kristalinitas
yang rendah terbentuk pada suhu 180-220 C, pada kristalinitas yang lebih baik pada
suhu yang lebih tinggi (>220-250 C). Amfibol sekunder (aktinolit) terbentuk pada
suhu 280-300 C. Biotit umumnya tersebar luas di dalam atau di sekitar intrusi
porfiri dan terbentuk pada suhu 300-325 C.
Mineral Karbonat terbentuk pada range pH (> 4) dan temperatur yang lebih luas,
dan berasosiasi dengan phase kaolin, illit, klorit, dan kalk-silikat. Mineral yang
termasuk dalam kelompok ini adalah siderit, rhodokrosit, ankerit, kutnahorit,
dolomit, magnesian-kalsit, dan kalsit. Mineral Feldspar umumnya berassosiasi
dengan phase klorit dan kalk-silikat, terbentuk pada pH netral sampai basa. Mineral
yang termasuk kelompok ini adalah albit, adularia, dan orthoklas. Mineral Sulfat
terbentuk pada hampir semua suhu dan temperatur dalam hidrothermal system.
Mineral yang termasuk dalam kelompok ini adalah anhidrit, gipsum, dan jarosit.
Alterasi merupakan perubahan komposisi mineralogy batuan (dalam keadaan
padat) karena pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dantidak dalam kondisi
isokimia menghasilkan mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfida logam. Proses
alterasi merupakan peristiwa sekunder, berbeda dengan metamorfisme yang
merupakan peristiwa primer. Alterasi terjadi pada intrusi batuan beku yang
mengalami pemanasan dan pada struktur tertentu yang memungkinkan masuknya
air meteoric untuk dapat mengubah komposisi mineralogi batuan
DAFTAR PUSTAKA
http://geoenviron.blogspot.co.id/2012/10/petrologi-seluk-beluk-
batuan_8582.html
https://hedihastriawan.wordpress.com/geologi-dasar-3/genesa-mineral/
www.academia.edu/9771553/Batuan_Beku_Berdasarkan_Tempat_Terbentuknya