Anda di halaman 1dari 23

TUGAS PETROLOGI BATUAN GUNUNG API

GENESA BATUAN UNDERSATURATED

Disusun Oleh:

NAMA : ARYA CANDRA WIGUNA

NIM : 410016038

KELAS:03

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2018
Kejenuhan ( Saturated ) Silika

Jika magma oversaturated atas material silika, maka mineral silika seperti kuarsa,
kristobalit, tridimit, atau koesit seharusnya terendapkan dari magma dan hadir dalam batuan. Di
sisi lain, jika magma undersaturated atas material silika, maka mineral silika seharusnya tidak
terendapkan dari magma, dan seharusnya tidak hadir dalam batuan. Konsep kejenuhan silika
dapat digunakan untuk mengelompokkan batuan dengan undersaturated silika, saturated silika,
oversaturated silika.

 Batuan Undersaturated Silika, dalam batuan ini kita seharusnya dapat menemukan
mineral yang terbentuk bersama dengan kuarsa. Mineral tersebut di antaranya ialah :

Nefelin- NaAlSiO4 Leusit - KAlSi2O6


Forsteritik Olivin - Mg2SiO4 Sodalit - 3NaAlSiO4.NaCl
Nosean - 6NaAlSiO4.Na2SO4 Haüyne - 6NaAlSiO4.(Na2,Ca)SO4
Perovskit - CaTiO3 Melanit - Ca2Fe+3Si3O12
Melilit - (Ca,Na)2(Mg,Fe+2,Al,Si)3O7

Jadi jika kita menemukan mineral – mineral ini di dalam batu, maka kita
dapat memperkirakan batuan tersebut adalah undersaturated silika. Mineral yang
umumnya terbentuk dalam batuan undersaturated silika adalah nefelin dan/atau
leusit.

Berdasarkan pada kisaran temperatur dan pH, komposisi alterasi pada sistem emas-
tembaga hidrotermal di lingkaran Pasifik dapat dikelompokan menjadi 6 tipe
alterasi (Corbett dan Leach, 1996), yaitu:

1) Argilik sempurna (silika pH rendah, alunit, dan group mineral alunit-kaolinit.

2) Argilik tersusun oleh anggota kaolin (halosit, kaolin, dikit) dan illit (smektit,
selang-seling illlit-smektit, illit) dan group mineral transisi (klorit-illit).
3) Philik tersusun oleh anggota kaolin (piropilit-andalusit) dan illit (serisit-mika
putih) berasosiasi dengan mineral pada temperatur tinggi seperti serisit-mika-klorit.

4) Subpropilitik tersusun oleh klorit-zeolit yang terbentuk pada temperatur rendah


dan propilitik tersusun oleh klorit-epidot-aktinolit terbentuk pada temperatur
rendah.

5) Potasik tersusun oleh biotit-K-feldspar-aktinolit+klinopiroksen.

6) Skarn tersusun oleh mineral kalk-silikat (Ca-garnet, klinopiroksen, tremolit).

Gambar 7: Mineralogi alterasi di dalam sistem hidrotermal (Corbett dan


Leach, 1996)

Gambar 7: Mineralogi alterasi di dalam sistem hidrotermal (Corbett dan Leach,


1996)
Tipe Alterasi (Type of Alteration)

Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004) membuat klasifikasi alterasi hidrotermal pada
endapan tembaga porfir menjadi empat tipe yaitu propilitik, argilik, potasik, dan
himpunan kuarsa-serisit-pirit. Lowell dan Guilbert (1970, dalam Sutarto, 2004)
membuat model alterasi-mineralisasi juga pada endapan bijih porfir, menambahkan
istilah zona filik untuk himpunan mineral kuarsa, serisit, pirit, klorit, rutil,
kalkopirit. Adapun delapan macam tipe alterasi antara lain :

1. Propilitik

Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot, illit/serisit,
kalsit, albit, dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200°-300°C pada pH
mendekati netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah yang
mempunyai permeabilitas rendah. Menurut Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004),
terdapat empat kecenderungan himpunan mineral yang hadir pada tipe propilitik,
yaitu :

Klorit-kalsit-kaolinit.

Klorit-kalsit-talk.

Klorit-epidot-kalsit.
Klorit-epidot.
2. Argilik

Pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu muskovot-
kaolinit-monmorilonit dan muskovit-klorit-monmorilonit. Himpunan mineral pada
tipe argilik terbentuk pada temperatur 100°-300°C (Pirajno, 1992, dalam Sutarto,
2004), fluida asam-netral, dan salinitas rendah.

3 . Potasik

Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu sistem
hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa ratus
meter. Zona alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan berupa biotit sekunder, K
Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetite. Pembentukkan biotit sekunder ini dapat
terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama hornblende dengan larutan
hidrotermal yang kemudian menghasilkan biotit, feldspar maupun pyroksen.

Dicirikan oleh melimpahnya himpunan muskovit-biotit-alkali felspar-magnetit.


Anhidrit sering hadir sebagai asesori, serta sejumlah kecil albit, dan titanit (sphene)
atau rutil kadang terbentuk. Alterasi potasik terbentuk pada daerah yang dekat
batuan beku intrusif yang terkait, fluida yang panas (>300°C), salinitas tinggi, dan
dengan karakter magamatik yang kuat.

Selain biotisasi tersebut mineral klorit muncul sebagai penciri zona ubahan potasik
ini. Klorit merupakan mineral ubahan dari mineral mafik terutama piroksin,
hornblende maupun biotit, hal ini dapat dilihat bentuk awal dari mineral piroksin
terlihat jelas mineral piroksin tersebut telah mengalami ubahan menjadi klorit.
Pembentukkan mineral klorit ini karena reaksi antara mineral piroksin dengan
larutan hidrotermal yang kemudian membentuk klorit, feldspar, serta mineral logam
berupa magnetit dan hematit.

Alterasi ini diakibat oleh penambahan unsur pottasium pada proses metasomatis
dan disertai dengan banyak atau sediktnya unsur kalsium dan sodium didalam
batuan yang kaya akan mineral aluminosilikat. Sedangkan klorit, aktinolite, dan
garnet kadang dijumpai dalam jumlah yang sedikit. Mineralisasi yang umumnya
dijumpai pada zona ubahan potasik ini berbentuk menyebar dimana mineral
tersebut merupakan mineral – mineral sulfida yang terdiri atas pyrite maupun
kalkopirit dengan pertimbangan yang relatif sama.

Bentuk endapan berupa hamburan dan veinlet yang dijumpai pada zona potasik ini
disebabkan oleh pengaruh matasomatik atau rekristalisasi yang terjadi pada batuan
induk ataupun adanya intervensi daripada larutan magma sisa (larutan hidrotermal)
melalui pori-pori batuan dan seterusnya berdifusi dan mengkristal pada rekahan
batuan. Berikut ini ciri – ciri salah satu contoh mineral ubahan pada zona potasik
yaitu Actinolite.
Reaksi – Reaksi Pada Proses Alterasi

Reaksi – reaksi yang berperan penting didalam proses alterasi (reaksi kimia antara
batuan dengan fluida) adalah :

 Hidrolisis
Merupakan proses pembentukan mineral baru akibat terjadinya reaksi kimia antara
mineral tertentu dengan ion H+, contohnya :

3 KalSiO3 O8 + H2O(aq) Kal3Si3O10 (OH)2 + 6SiO2 + 2K

K – Feldspar Muscovite (Sericite) Kuarsa

 Hidrasi
Merupakan proses pembentukan mineral baru dengan adanya penambahan molekul
H2O. Dehidrasi adalah sebaliknya. Reaksi Hidrasi :

2 Mg2SiO4+ 2H2O + 2 H+ Mg3 Si2O5 (OH)4 + Mg2+

Olivine Serpentinite

Reaksi dehidrasi :

Al2Si2O5(OH)4 + 2 SiO2 Al2Si4O10 (OH)4 + Mg2+

Kaolinit Kuarsa Pyrophilite

 Metasomatisme alkali – alkali tanah


Contoh:

2CaCO3 + Mg2+ CaMg (CO3)2 + Ca2+

Calcite Dolomite

 Dekarbonisasi reaksi kimia yang menghasilkan silika dan§ oksida


Contoh :

CaMg(CO3)2 + 2 SiO2 (CaMg)SiO2 + 2 CO2

Dolomite Kuarsa Dioside

 Silisifikasi
Merupakan proses penambahan atau produksi kuarsa polimorfnya, contohnya:

2 CaCO3 + SiO2 + 4 H- 2Ca2- + 2 CO2 + SiO2 + 2 H2O


Calcite Kuarsa

 Silisikasi
Merupakan proses konversi atau penggantian mineral silikat, contohnya:

CaCO3 + SiO2 CaSiO3 + CO2

Calcite Kuarsa Wollastonite

 Sifat Fisik
Sifat fisik dari mineral ini ditunjukkan dengan warna hijau sampai hijau kehitaman,
Hal ini dikarenakan komposisi kimia yang terkandung pada mineral ini, densitas
pada mineral ini sebesar 3.03 – 3.24 g/cm3 kekerasan mineral ini adalah 5 – 6 skala
mohs, dengan cerat berwarna agak putih terang, kilap mineral ini termasuk kilap
kaca sampai sutera, Karena komposisi serta tekstur dan sistem mineral pada mineral
maka mineral ini dapat ditembus oleh cahaya hal itu sejalan dengan partikel
paretikel pembentuk mineral ini yang mudah dilalui oleh cahaya, Relief permukaan
sedang/lembut.

Sesuai dengan lingkungan pembentukanya yaitu pada daerah metamorfosa dan


terbentuk di dalam sekis kristalin dimana temperatur suhu sangat berpengaruh
dalam pembentukan mineral ini, maka mineral ini banyak ditemukan berasosiasi
dengan mineral magnetit dan hematit.

 Sifat Kimia
Komposisi kimia yang penting Ca, H, Mg, O, Si, merupakan salah satu mineral
anggota Amphibole, rumus kimia Ca2(Mg, Fe2+)5(Si8O22)(OH)2.

 Sifat Optik
Sistem kristal monoklin, kelas kristal prismatic, kembaran berbentuk parallel, optik
(α = 14.56-1.63, β= 1.61-1.65, γ = 1.63-1.66).

4. Filik

Zona alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona potasik. Batas zona
alterasi ini berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik yang berkembang
pada intrusi. Zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral serisit dan kuarsa sebagai
mineral utama dengan mineral pyrite yang melimpah serta sejumlah anhidrit.
Mineral serisit terbentuk pada proses hidrogen metasomatis yang merupakan dasar
dari alterasi serisit yang menyebabkan mineral feldspar yang stabil menjadi rusak
dan teralterasi menjadi serisit dengan penambahan unsur H+, menjadi mineral
phylosilikat atau kuarsa. Zona ini tersusun oleh himpunan mineral kuarsa-serisit-
pirit, yang umumnya tidak mengandung mineral-mineral lempung atau alkali
feldspar. Kadang mengandung sedikit anhidrit, klorit, kalsit, dan rutil. Terbentuk
pada temperatur sedang-tinggi (230°-400°C), fluida asam-netral, salinitas beragam,
pada zona permeabel, dan pada batas dengan urat.

Dominasi endapan dalam bentuk veinlet dibandingkan dengan endapan yang


berbentuk hamburan kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya pengaruh
metasomatik yang lebih mengarah ke proses hidrotermal. Hal ini disebabkan karena
zona ini semakin menjauh dari pusat intrusi serta berkurangnya kedalaman
sehingga interaksi membesar dan juga diakibatkan oleh banyaknya rekahan pada
batuan sehingga larutan dengan mudah mengisinya dan mengkristal pada rekahan
tersebut, mineralisasi yang intensif dijumpai pada vein kuarsa adalah logam sulfida
berupa pirit, kalkopirit dan galena. Berikut ini ciri – ciri salah satu contoh mineral
ubahan pada zona potasik yaitu Serisit.

 Sifat Fisik
Tidak berwarna – putih; kekerasan 5.5 – 6 skala mohs; kilap kaca; dapat ditembus
oleh cahaya; pecahan conchoidal; cerat putih. Umumnya berasosiasi dengan
mineral kuarsa, muskovit, dan mineral-mineral bijih seperti pirit, kalkopirit,galena,
dan lainya. Rumus kimia Ca[Al2Si4O12].2H2O.

 Sifat Optik
Sistem kristal monoclinic dengan kelas kristal prismatic, surface relief sedang, optic
nα = 1.498 nγ = 1.502.

5. Propilitik dalam ( inner propilitik )

Menurut Hedenquist dan Linndqvist (1985, , dalam Sutarto, 2004), zona alterasi
pada sistem epitermal sulfidasi rendah (fluida kaya klorida, pH mendekati netral)
ummnya menunjukkan zona alterasi seperti pada sistem porfir, tetapi
menambahkan istilah inner propylitic untuk zona pada bagian yang bertemperatur
tinggi (>300°C), yang dicirikan oleh kehadiran epidot, aktinolit, klorit, dan ilit.
6. Argilik lanjut ( advanced argilic )

Sedangkan untuk sistem epitermasl sulfidasi tinggi (fluida kaya asam sulfat),
ditambahkan istilah advanced argilic yang dicirikan oleh kehadiran himpunan
mineral pirofilit+diaspor±andalusit±kuarsa±turmalin±enargit-luzonit (untuk
temperatur tinggi, 250°-350°C), atau himpunan mineral
kaolinit+alunit±kalsedon±kuarsa±pirit (untuk temperatur rendah,< 180 °C).

7. Skarn

Alterasi ini terbentuk akibat kontak antara batuan sumber dengan batuan karbonat,
zona ini sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan yang kaya akan kandungan
mineral karbonat. Pada kondisi yang kurang akan air, zona ini dicirikan oleh
pembentukan mineral garnet, klinopiroksin dan wollastonit serta mineral magnetit
dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan pada kondisi yang kaya akan air, zona
ini dicirikan oleh mineral klorit,tremolit – aktinolit dan kalsit dan larutan
hidrotermal. Garnet-piroksen-karbonat adalah kumpulan yang paling umum
dijumpai pada batuan induk karbonat yang orisinil (Taylor, 1996, dalam Sutarto,
2004). Amfibol umumnya hadir pada skarn sebagai mineral tahap akhir yang
menutupi mineral-mineral tahap awal. Aktinolit (CaFe) dan tremolit (CaMg) adalah
mineral amfibol yang paling umum hadir pada skarn. Jenis piroksen yang sering
hadir adalah diopsid (CaMg) dan hedenbergit (CaFe).

Alterasi skarn terbentuk pada fluida yang mempunyai salinitas tinggi dengan
temperatur tinggi (sekitar 300°-700°C). Proses pembentukkan skarn akibat urutan
kejadian Isokimia – metasomatisme – retrogradasi.

Dijelaskan sebagai berikut :

 Isokimia merupakan transfer panas antara larutan magama dengan batuan samping,
prosesnya H2O dilepas dari intrusi dan CO2 dari batuan samping yang karbonat.
Proses ini sangat dipengaruhi oleh temperatur,komposisi dan tekstur host rocknya
(sifat konduktif).
 Metasomatisme, pada tahap ini terjadi eksolusi larutan magma kebatuan samping
yang karbonat sehingga terbentuk kristalisasi pada bukaan – bukaan yang dilewati
larutan magma.
 Retrogradasi merupakan tahap dimana larutan magma sisa telah menyebar pada
batuan samping dan mencapai zona kontak dengan water falk sehingga air tanah
turun dan bercampur dengan larutan.
Berikut ini ciri – ciri salah satu contoh mineral ubahan pada zona potasik yaitu
Kalsit

 Sifat Fisik
Secara megaskopis mineral ini berwarna putih, kuning,dan merah; kekerasan 3
skala mohs; cerat putih; pecahan uneven/irrengular ; densitas 2.711 g/cm3; belahan
1 arah; kilap kaca, dapat ditembus oleh cahaya.

 Sifat Kimia.
Komposisi kimia yang penting C, Ca, O; merupakan anggota dari Calcite grup
mineral; mengandung unsur karbonat; rumus kimia CaCO3. Mineral ini kaya
terhadap kandungan kalsium sehingga dalam proses pelarutan dengan mineral asam
ia sangat cepat beraksi.

 Sifat Optik.
Sistem kristal trigonal, termasuk dalam kelas hexagonal scalenohedral, optik nω =
1.640 – 1.660 nε = 1.486.

 Lingkungan Pembentukan.
Terbentuk di laut, sebagai nodul dalam batuan sedimen, selain itu juga bisa
terbentuk pada urat-urat hydrothermal sebagai mineral gang di dalam berbagai
batuan beku. Umumnya berasosiasi dengan mineral magnetit, hematit.

8. Greisen

Himpunan mineral pada greisen adalah kuarsa-muskovit (atau lipidolit) dengan


sejumlah mineral asesori seperti topas, turmalin, dan florit yang dibentuk oleh
alterasi metasomatik post-magmatik granit (Best, 1982, Stempork, 1987, dalam
Sutarto, 2004).

9. Silisifikasi

Merupakan salah satu tipe alterasi hidrotermal yang paling umum dijumpai dan
merupakan tipe terbaik. Bentuk yang paling umum dari silika adalah (E-quartz, atau
β-quartz, rendah quartz, temperatur tinggi, atau tinggi kandungan kuarsanya
(>573°C), tridimit, kristobalit, opal, kalsedon. Bentuk yang paling umum
adalahquartz rendah, kristobalit, dan tridimit kebanyakan ditemukan di batuan
volkanik. Tridimit terutama umum sebagai produk devitrivikasi gelas volkanik,
terbentuk bersama alkali felspar.

Selama proses hidrotermal, silika mungkin didatangkan dari cairan yang


bersirkulasi, atau mungkin ditinggalkan di belakang dalam bentuk silika residual
setelah melepaskan (leaching) dari dasar. Solubilitas silika mengalami peningkatan
sesuai dengan temperatur dan tekanan, dan jika larutan mengalami ekspansi
adiabatik, silika mengalami presipitasi, sehingga di daerah bertekanan rendah siap
mengalami pengendapan (Pirajno, 1992).

10. Serpentinisasi

Batuan yang telah ada beruabah menjadi serperite yang mineral utamanya adalah
Cripiolite disamping ada juga mineral – mineral lain. Batuan semuala biasanya
batuan basa ( andesitte ) yang berubah karena proses hidrotermal maka batuan basa
ini berubah menjadi serpertisasi. Misal : Geruilite di sulawesi dari kalimantan
diubah menjadi serpentinisasi. Serpentinisasi bisa pula akibat dari pada Weathering,
tetapi daerah yang teralterasi relatif terbatas kecil.

Permasalahannya, seringkali kita mendapati dalam satu contoh batuan ditemukan


beberapa mineral dari dua tipe atau lebih. Prosedur yang baik untuk tahap awal
observasi batuan tersebut di atas adalah menulis semua mineral yang tampak
sebagai himpunan mineral. Apabila dalam satu batuan dijumpai mineral-mineral
klorit, kuarsa, kalsit, dan kaolinit, maka disebut sebagai himpunan mineral klorit-
kuarsa-kalsit-kaolinit (Sutarto, 2004).

Pola Alterasi (Style of Alteration)

Kuantitas alterasi pada batuan disebabkan oleh derajat dan lamanya proses alterasi.
Terdapat tiga jenis pola alterasi (Sutarto, 2004), yaitu :

a. Pervasive

Yaitu penggantian seluruh atau sebagian besar mineral pembentuk batuan. Semua
mineral primer pembentuk batuan telah mengalami alterasi, walaupun intensitasnya
berbeda.
b. Selectively pervasive

Proses alterasi hanya terjadi pada mineral-mineral tertentu pada batuan. Misalnya
klorit pada andesit hanya mengganti piroksen saja, sedangkan plagioklas tidak ada
yang terubah sama sekali.

c. Non-pervasive

Hanya bagian tertentu dari keseluruhan batuan yang mengalami alterasi


hidrotermal.

Proporsi Mineral Alterasi

Proporsi satu mineral alterasi tertentu dalam batuan digolongkan sebgai berikut
(Sutarto, 2004) :

 Jarang (rare) :<1%


 Sedikit (minor) : 1-5%
 Sedang (moderate) : 5-10%
 Banyak (major) : 10-50%
 Melimpah (predominant) : >50%
Derajat Alterasi (Rank of Alteration)

Derajat alterasi terkait dengan tingginya temperatur pada saat proses alterasi
berlangsung. Derajat temperatur dicirikan oleh mineral-mineral indeks temperatur
tertentu. Sebagai contoh adalah sikuen pada mineral-mineral kalsium aluminium
silikat.

Temperatur (T)

120 Mordenit (NaCaAlSi)

210 Laumonit (NaAlSiO)

250 Wairakit (CaAlSi)

300 Epidot (Ca (Al,Fe) Si)

Garnet (CaAlSi)

Intensitas Alterasi

a. Tidak terubah (unaltered) : tidak ada mineral sekunder


b. Lemah (weak) : mineral sekunder <25 batuan="batuan"
span="span" volume="volume">

c. Sedang (moderate) : mineral sekunder 25-75% volume batuan

d. Kuat (strong) : mineral sekunder >75% volume batuan

e. Intens (intense) : seluruh mineral primer terubah (kecuali


kuarsa, zirkon, dan apatit), tetapi tekstur primernya masih terlihat

f. Total (total) : seluruh mineral primer terubah (kecuali


kuarsa, zirkon, dan apatit), serta tekstur primer sudah tidak tampak lagi

Ukuran Mineral

Penggolongan ukuran mineral seperti yang digunakan pada batuan beku (Morrison,
1997) :

 Sangat halus (very fine) : <0 mm="mm" span="span">


 Halus (fine) : 0,05 – 1 mm
 Sedang (medium) : 1 – 5 mm
 Kasar (coarse) : 5 – 30 mm
 Sangat kasar (very coarse) : >30 mm
Alterasi yang Terjadi Pada fase Hidrothermal

Setiap tipe endapan hidrothermal selalu membawa mineral-mineral yang tertentu


(spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi
minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-
florida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal. Sedangkan
alterasi yang ditimbulkan untuk setiap tipe endapan pada berbagai batuan dinding
dapat dilihat pada Tabel 1.

Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit
(Fe3O4), hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS),
galena (PbS), pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4),
kasiterit (SnO2), Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS),
dengan mineral-mineral gangue antara lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa,
tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat
Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite
(Sn, Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb
sulfida, stibnit (Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS),
dan kalkopirit (CuFeS2), dengan mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat,
kuarsa, dan pirit.

Paragenesis endapanephitermal dan mineral ganguenya adalah : native cooper (Cu),


argentit (AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2),
cinabar (HgS), realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan
mineral-mineral ganguenya : kalsedon (SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit
(MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Al-silikat)

Batas – batas peralihan antara batuan – batuan yang terbentuk pada kondisi
hypotermal ; mesotermal dan epitermal tidak begitu terlihat, serupa bisa diberikan
dengan membandingkan kandungan – kandungan mineralnya pada endapan
hypotermal, mesotermal dan epitermal, karena ada mineral yang khas terdapat pada
kondisi yang tertentu.

Disamping itu ada juga mineral – mineral yang kita dapat pada semua kondisi
(hypotermal , mesotermal dan epitermal). Misal : mineral Pirite, Chalcopirite dan
kwarsa yang bisa terbentuk pada hampir semua temperatur dari juga hampir semua
batuan memungkinkan terdapatnya mineral tersebut.

Secara umum alterasi hidrotermal akan membentuk satu “ Aureole “ “ hale “


terhadap tubuh bijih hidrotermal ataupun “ Channelwey “ termineralisasi yang pada
umumnya dapat diindentifikasi secaara megaskopis di lapangan dan dipetakan
menjadi beberapa zone – subzone berdasarkan asosiasi minerral khusus.

MINERALISASI DAN ALTERASI

Mineralisasi adalah suatu proses pengendapan mineral bijih (metal) dari media
yang membawanya akibat perubahan lingkungan kimia dan fisik sekitarnya.

Mineralisasi = “ Ore Deposit ”

Klasifikasi “Ore Deposit”

1. Deposit yang berhubungan dengan Batuan Beku Mafik (Kimberlites, Carbonatite


dll.)
2. Deposit yang berhubungan dengan Oceanic Crust (Alpine Peridotite Chromite dll.)
3. Deposit yang berhubungan dengan intrusi intermediate dan felsik (Porphyry Base
Metal Deposit, Skarn Deposit dll.)
4. Deposit yang berhubungan dengan Subaerial Volcanism (Epithermal Silver-Gold
Deposit, Carlin-Type Gold Deposit dll.)
5. Deposit yang berhubungan dengan Submarine Volcanism (VMS Deposit, Banded
Iron Formation dll.)

Porphyry Copper Deposit

Terkait dengan “porphyritic rocks”

1. Umumnya berupa epizonal atau hypabyssal dasit, latit, quartz latit, rhyolit,
quartz diorit, monzonit, quartz monzonit dan granit.

2. Porphyritic texture terjadi akibat proses-proses kimia, termal, barometric yang


berlangsung pada kondisi hypabyssal dengan tekanan 1-2kb,
kedalaman 1.5-4km dan temperatur 750-850 C.

In Fact : Jantung porphyry copper deposit adalah lingkungan epizonal.

 Tekanan 1-2kb.
 Temperatur 250-500 C dan jarang 600 atau 700 C.
Gambar 1. Alterasi pada Porphyry Copper

Gambar 2. Distribusi bijih dan polanya pada Porphyry Copper


Gambar 3. Porphyry Copper Deposit di Chuquicamata, Chili
Gambar Skarn Deposit
ALTERASI

Alterasi adalah Setiap perubahan dalam mineralogi suatu batuan yang terjadi
karena proses-proses fisika dan kimia, khususnya oleh aktivitas fluida
hydrothermal.

Alterasi dicirikan oleh pembentukan mineral-mineral sekunder yang mengandung


hidroksil (biotit, serisit, khlorit, mineral lempung) disamping kuarsa dan juga
karbonat.

Fenomena Alterasi dapat disebabkan oleh:

 Proses diagenesis pada sedimen


 Metamorfosa
 Proses “cooling” post magmatic/volkanik
 Proses mineralisasi
Produk Alterasi tergantung pada :

 Jenis reaksi alterasi


 Komposisi batuan samping (wall rock)
 Temperatur dan tekanan
Alterasi terjadi akibat reaksi fluida dengan “wall rocks”

Reaksi dalam proses alterasi:

1. Hydrolisis (keterlibatan H+)


2. Hydration-dehydration (lepasnya molekul air dari fluid ke mineral dan sebaliknya)
3. Alkali dan alkali tanah metasomatism (substitusi kation)
4. Decarbonation (pembebasan CO2)
5. Silicification (penambahan SiO2)
6. Silication (penggantian oleh silikiat)
7. Oksidasi dan reduksi
Kontrol Temperatur dan pH Dalam Mineralogi Alterasi

Menurut Corbett dan Leach (1996) temperatur dan pH fluida merupakan dua faktor
yang paling utama yang mempengaruhi mineralogi sistem hidrotermal, (Corbett
dan Leach, 1996) membagi kelompok alterasi menjadi 7 group utama :

1. Group Mineral Silika /kuarsa.


Merupakan mineral yang stabil pada pH rendah < 2. Pada kondisi yang sangat asam
ini, silika opalin, kristobalit, dan tridimit terbentuk pada suhu <100 amorf="amorf"
c.="c." dingin="dingin" fase="fase" fluida="fluida" kondisi="kondisi"
kuarsa="kuarsa" lebih="lebih" merupakan="merupakan" pada="pada" ph="ph"
silika="silika" span="span" suhu="suhu" terbentuk="terbentuk" tinggi.="tinggi."
tinggi="tinggi" utama="utama" yang="yang">

2. Group Mineral Alunit.

Alunit ternentuk pada pH yang sedikit lebih besar dari 2, terbentuk bersama dengan
group silika dalam rentang temperatur yang besar, berasosiasi dengan andalusit
pada temperatur yang tinggi (> 300-350C) dan korundum hadir pada suhu
yang lebih tinggi lagi. Ada 4 macam alunit, alunit steam-heated, alunit supergen,
alunit magmatic, dan alunit liquid.

3. Group Mineral Kaolinit.

Dijumpai pada pH sekitar 4, biasa hadir bersama group alunit-andalusit-korundum


pada pH 3-4. Halloysit merupakan produk supergene utama group ini. Kaolinit
terbentuk pada kedalaman dangkal dan temperatur yang rendah. Dikit terbentuk
pada suhu yang tinggi dan pada suhu yang lebih tinggi lagi akan terbentuk
pirophilit. Diaspor setempatsetempat dijumpai dalam zona silifikasi yang intens
dengan group alunit dan/atau kaolinit.

4. Group Mineral Illit.

Terbentuk pada fluida dengan pH yang lebih tinggi (4-6). Smektit terbentuk pada
temperatur < 100°-150ºC, interlayer illit-smektit (100°-200ºC), illit (200°-250ºC),
serisit (muskovit) >200-250 C, phengit >250-300C. Kandungan smektit pada
interlayer illit smektit akan berkurang bersamaan dengan naiknya temperature. 22
Interlayer illit-smektit dapat menunjukkan temperatur fluida hidrothermal
padakisaran 160-220 C (Lawless dan White, 1997). Alterasi dengan mineral alterasi
yang dominan illit menunjukkan temperatur fluida pada kisaran 220-270 C
(Lawless dkk, 1997). Sebagaimana illit umumnya stabil pada temperature lebih
tinggi dari 220 C, berkurangnya temperatur akan meningkatkan stabilitas smektit.
Pada umumnya illit banyak dijumpai pada zona permeabel dan permeabilitas
berkurang dengan bertambahnya mineral klorit (Lawless dkk, 1997).
5. Group Mineral Klorit

Pada kondisi pH yang sedikit asam mendekati netral, fase klorit-karbonat menjadi
dominan, dimana mineral ini terbentuk bersama dengan group illit pada lingkungan
transisi pH 5-6. interlayer klorit-smektit akan terbentuk pada temperatur rendah,
dan klorit akan dominan pada suhu yang lebih tinggi. Klorit bukan merupakan
mineral yang baik untuk indikator paleo temperatur, karena dapat dijumpai pada
temperatur rendah sampai temperatur lebih tinggi dari 300 C, tetapi mineral ini
merupakan mineral yang baik untuk menunjukkan pH pembentukan yang
mendekati netral 6-7 (Lawless dan White, 1997).

6. Group Mineral Kalksilikat

Group kalksilikat terbentuk pada kondisi pH netral sampai alkali, pada temperatur
rendah membentuk zeolit-klorit-karbonat, dan epidot diikuti amfibol (umumnya
aktinolit) terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi. Di beberapa sistem prehnit
atau pumpellyit dijumpai berasosiasi dengan epidot. Epidot dengan kristalinitas
yang rendah terbentuk pada suhu 180-220 C, pada kristalinitas yang lebih baik pada
suhu yang lebih tinggi (>220-250 C). Amfibol sekunder (aktinolit) terbentuk pada
suhu 280-300 C. Biotit umumnya tersebar luas di dalam atau di sekitar intrusi
porfiri dan terbentuk pada suhu 300-325 C.

7. Phase Mineral Lain

Mineral Karbonat terbentuk pada range pH (> 4) dan temperatur yang lebih luas,
dan berasosiasi dengan phase kaolin, illit, klorit, dan kalk-silikat. Mineral yang
termasuk dalam kelompok ini adalah siderit, rhodokrosit, ankerit, kutnahorit,
dolomit, magnesian-kalsit, dan kalsit. Mineral Feldspar umumnya berassosiasi
dengan phase klorit dan kalk-silikat, terbentuk pada pH netral sampai basa. Mineral
yang termasuk kelompok ini adalah albit, adularia, dan orthoklas. Mineral Sulfat
terbentuk pada hampir semua suhu dan temperatur dalam hidrothermal system.
Mineral yang termasuk dalam kelompok ini adalah anhidrit, gipsum, dan jarosit.
Alterasi merupakan perubahan komposisi mineralogy batuan (dalam keadaan
padat) karena pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dantidak dalam kondisi
isokimia menghasilkan mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfida logam. Proses
alterasi merupakan peristiwa sekunder, berbeda dengan metamorfisme yang
merupakan peristiwa primer. Alterasi terjadi pada intrusi batuan beku yang
mengalami pemanasan dan pada struktur tertentu yang memungkinkan masuknya
air meteoric untuk dapat mengubah komposisi mineralogi batuan
DAFTAR PUSTAKA
http://geoenviron.blogspot.co.id/2012/10/petrologi-seluk-beluk-
batuan_8582.html
https://hedihastriawan.wordpress.com/geologi-dasar-3/genesa-mineral/

www.academia.edu/9771553/Batuan_Beku_Berdasarkan_Tempat_Terbentuknya

Anda mungkin juga menyukai