Anda di halaman 1dari 9

A.

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Menganalisis pengaruh beban terhadap ketinggian bola kelereng
b. Membandingkan nilai ketinggian anatara percobaan dengan teoritis
2. Waktu Eksperimen
Rabu, 19 Desember 2018
3. Tempat Eksperimen
Lantai II Laboraturium Fisika Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Handphone (iphone 5s)
b. Meteran
c. Gunting
2. Bahan
a. Beban 15N, 20N, 25N
b. Balok
c. Batang pendorong
d. Bola kelereng
e. Isolasi
f. Papan triplek
g. Tali

C. Landasan Teori
Impuls yang dikerjakan pada suatu benda sama dengan perubahan momentum
yang dialami benda itu, yaitu beda antara momentum akhir dengan momentum awalnya
(Marthen Kanginan, 2004:9). Adapun persamaan Impuls yaitu:

(1) I = F Δt

Tumbukan Lenting Sempurna


Telah dijelaskan bahwa jika tumbukann tidak terjadi kehilangan energi kinetik maka
tumbukan bersifat lenting sempurna. Pada gambar 3 menunjukkan dua benda bermassa
m1 dan m2 bergerak dengan kecepatan v1 dan v2 sepanjang garis lurus yang sama.
(Mikrajuddin,2016:436)

(gambar 1)

(2) m1 v1 + m2 v2 = m1 v1’ + m2 v2’

Pada tahun 1676, Robert Hooke mengusulkan sutu hokum fisika yang
menyangkut pertambahan panjang sebuah benda elastic yang dikenai oleh suatu gaya.

1
Menurut Hooke, pertambahan panjang berbanding lurus dengan yang diberikan pada
benda. Secara matematis, hokum Hooke ini dapat dituliskan sebagai:

(3) F= k . x

Dengan:
F = gaya yang dikerjakan (N)
x = pertambahan panjang (m)
k = konstanta gaya (N/m)
(Bob Foster, 2004:122-123)
Perubahan panjang suatu pegas berbanding lurus (linier) dengan gaya tarik
atau gaya tekan yang diberikan pada pegas tersebut, dimana F = Gaya yang diberikan
Δx = Pertambahan panjang, namun ada factor pengali. Faktor pengali ini disimbolkan
dengan huruf k sehingga rumusan hukum Hooke nilai k untuk tiap bahan berbeda-beda
dan merupakan ciri khusus dari tiap bahan. Nilai k ini dinamakan sebagai konstanta
pegas (Nurachmandani 2009).
Apabila suatu pegas ditarik gaya sebesar F maka pegas tersebut akan
bertambah besar, panjang. Namun pada keadaan tertentu dimana gaya yang diberikan
melebihi batas kemampuan dari pegas, maka pegas tidak dapat bertambah panjang lagi.
Artinya hukum hooke tidak berlaku lagi. Dalam keadaan seperti ini pegas dikatakan
sudah rusak. Apabila gaya yang dikenakan pada pegas dihilangkan, maka pegas akan
bergerak secara berosilasi menuju titik keseimbangan atau keadaan awal- nya (Hanafi,
1988).

2
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Dirangkai alat dan bahan seperti gambar dibawah:

(gambar 2)

2. Lintasan diberdirikan secara vertikal


3. Dimasukkan bola pada lintasan yang telah dibuat
4. Diikatkan beban dengan tali pada batang pendorong yang telah diberi pengait
seperti pada gambar dibawah

3
(gambar 3)

5. Disiapkan handphone dengan fitur kamera video slowmotion


6. Dimulai perekaman video dengan handphone
7. Dipotong tali penghubung dengan gunting antara beban dengan batang
pendorong
8. Perekaman video slowmotion diberhentikan
9. dilihat berapa ketinggian bola kelereng pada hasil video slowmotion
10. dicatat hasil ketinggian bola kelereng
11. dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dengan beban yang sama
12. setelah pengulangan dengan beban yang sama telah dilakukan, selanjutnya
dilakukan pengulangan percobaan dengan beban yang berbeda sebanyak 2
penambahan beban dengan pengulangan setiap beban yaitu 3 kali pengulangan
13. dicatat setiap hasil pengulangan

4
E. HASIL PENGUKURAN

Ketinggian
(cm)
No
Ukur
Beban (N) Δx (cm) konstanta pegas (N/cm) t (detik)
(percobaan)
1 0.32 12.00
1 15 1 0.26 11.50
1 0.33 12.90
1.5 0.56 20.00
2 20 1.5 0.1875 0.53 19.00
1.6 0.57 19.00
2.4 0.90 25.00
3 25 2.4 0.94 26.00
2.4 0.94 26.00

(table 1)
keterangan: pengulangan 1
pengulangan 2
pengulangan 3

F. ANALISIS DATA
1. Hasil berdasarkan perhitungan
Menggunakan persamaan:

w. t
𝑠=
2. 𝑘. 𝛥𝑥

Keterangan:
a. w = beban/usaha
b. t = waktu ketika kelereng terdorong dari pembatas sampai kembali lagi
ke batang pembatas
c. k = konstanta pegas
d. 𝛥𝑥 = jarak antara batang pendorong awal dengan akhir setelah diberi
beban
e. 𝑠 = ketinggian kelereng secara perhitungan

w1. t1
𝑠1 =
2. 𝑘. 𝛥𝑥1
15 . 0,32
=
2. 0,1875 . 1
=12.80 cm

Perhitungan ketinggian untuk pengulangan dilakukan dengan cara yang


sama dengan diatas, hasil dapat dilihat pada table.

w2. t2
𝑠2 =
2. 𝑘. 𝛥𝑥2

5
20 . 0,56
=
2. 0,1875 . 1,5
=19.91 cm

Perhitungan ketinggian untuk pengulangan dilakukan dengan cara yang


sama dengan diatas, hasil dapat dilihat pada table.

w3. t3
𝑠3 =
2. 𝑘. 𝛥𝑥3
25 . 0,90
=
2. 0,1875 . 2,4
=19.91 cm

Perhitungan ketinggian untuk pengulangan dilakukan dengan cara yang


sama dengan diatas, hasil dapat dilihat pada table.

Ketinggian (cm)
No Ukur Hitung
Beban (N) Δx (cm) konstanta pegas (N/cm) t (detik)
(percobaan) (teoritis)
1 0.32 12.00 12.80
1 15 1 0.26 11.50 10.40
1 0.33 12.90 13.20
1.5 0.56 20.00 19.91
2 20 1.5 0.1875 0.53 19.00 18.84
1.6 0.57 19.00 19.00
2.4 0.90 25.00 25.00
3 25 2.4 0.94 26.00 26.11
2.4 0.94 26.00 26.11
(table 2)
keterangan: pengulangan 1
pengulangan 2
pengulangan 3

Percobaan
30.00

25.00

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9

6
(grafik 1)

Teoritis
30.00

25.00

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9

(grafik 2)

G. PEMBAHASAN
Seperti yang telah diketahui bahwa, jika sebuah benda diam diberikan sebuah
momentum dan bertumbukan oleh benda yang tidak diam/bergerak, maka benda yang
diam tersebut akan memiliki gaya yang searah dengan gaya benda yang menumbuknya.
Telah diketahui Bersama tentang Pegas, Pegas merupakan salah satu contoh benda
elastis. elastis atau elastsisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke
bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Jika
sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut
berubah. Pada alat eksperimen yang telah buat ini menggunakan gabungan dari prinsip
tumbukan dan elastisitas pada pegas, untuk bagaimana rupa alat eksperimen yang telah
dibuat dapat dilihat pada gambar (2). Setelah dilakukan pengambilan data ketinggian.
Pada percobaan pertama, yakni menggunakan usaha sebesar 15N, didapatkan
hasil ketinggian kelereng sebesar 12,00 cm untuk pengulangan pertama, 11,50 cm
untuk pengulangan kedua, 12,90 cm untuk pengulangan ketiga. Berdasarkan hasil
teoritis untuk usaha sebesar 15N, pengualnagn pertama harus bernilai 12,80 cm,
pengulangan kedua harus bernilai 10,40 cm, pengulangan ketiga harus bernilai 13,20
cm. Pada hasil percobaan dengan hasil teoritis terdapat beberapa nilai yang berbeda,
namun perbedaannya tersebut tidaklah terlalu besar. Jadi untuk percobaan pertama
dapat dikatakan sesuai dengan hasil teoritis
Pada percobaan kedua, yakni menggunakan usaha sebesar 20N, didapatkan
hasil ketinggian kelereng sebesar 20,00 cm untuk pengulangan pertama, 19,00 cm
untuk pengulangan kedua, 19,00 cm untuk pengulangan ketiga. Berdasarkan hasil
teoritis untuk usaha sebesar 15N, pengualnagn pertama harus bernilai 19,91 cm,
pengulangan kedua harus bernilai 18,84 cm, pengulangan ketiga harus bernilai 19,00
cm. Pada hasil percobaan dengan hasil teoritis ada terdapat dua nilai yang berbeda dan
satu percobaan memiliki nilai yang sama dengan hasil teoritis. Namun perbedaan antara

7
percobaan dan teoritisnya tidaklah terlalu besar. Jadi untuk percobaan kedua dapat
dikatakan sesuai dengan hasil teoritis
Pada percobaan ketiga, yakni menggunakan usaha sebesar 25N, didapatkan
hasil ketinggian kelereng sebesar 25,00 cm untuk pengulangan pertama, 26,00 cm
untuk pengulangan kedua, 26,00 cm untuk pengulangan ketiga. Berdasarkan hasil
teoritis untuk usaha sebesar 15N, pengualnagn pertama harus bernilai 25,00 cm,
pengulangan kedua harus bernilai 26,11 cm, pengulangan ketiga harus bernilai 26,11
cm. Pada hasil percobaan dengan hasil teoritis ada terdapat dua nilai yang berbeda dan
satu percobaan memiliki nilai yang sama dengan hasil teoritis. Namun perbedaan antara
percobaan dan teoritisnya tidaklah terlalu besar. Jadi untuk percobaan kedua dapat
dikatakan sesuai dengan hasil teoritis
Alat eksperimen yang telah dibuat ini memiliki beberapa kekurang yakni, tidak
adanya sensor ketinggian yang sangan tepat, agar pada saat mengukur seberapa tinggi
bola kelereng tersebut terdorong keatas dapat terhitung dengan sangat tepat, pada saat
pemotongan beban yang terikat dengan batang pendorong praktikan sebaiknya
menaruh bantalan matras untuk meredam suara beban yang jatuh, karna jika tidak
diberikan matras dibawahnya ketika beban jatuh maka akan membuat suara yang sangat
bising.

H. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Pada alat eksperimen ini, beban/usaha yang diberikan sangatlah
berpengaruh pada ketinggian bola kelereng
b. Hasil percobaan dengan hasil teoritis pada hasil eksperimen ini tidaklah
memiliki nilai yang sangat signifikan, jadi hasil eksperimen ini dapat
dikatakan berhasil

2. Saran
Jika alat eksperimen ini ingin dikembangkan, disarankan untuk menggunakan
sensor untuk menentukan ketinggian bola kelereng.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I. Bandung : Intitut Teknologi Bandung


Foster,Bob. 2004. Fisika SMA Terpadu. Jakarta : Erlangga
Hanafi. 1988. Klimatologi.Bandung : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Marthen Kanginan. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 1 Untuk SMA Kelas X.Erlangga : Jakarta Pusat

Anda mungkin juga menyukai

  • Polimer
    Polimer
    Dokumen102 halaman
    Polimer
    Habib Ridwansyah
    Belum ada peringkat
  • Polimer
    Polimer
    Dokumen102 halaman
    Polimer
    Habib Ridwansyah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Fismat
    Tugas Fismat
    Dokumen13 halaman
    Tugas Fismat
    Habib Ridwansyah
    Belum ada peringkat
  • Es Kering
    Es Kering
    Dokumen7 halaman
    Es Kering
    Habib Ridwansyah
    Belum ada peringkat