6458 13581 1 SM
6458 13581 1 SM
2 2016
ISSN : 2087-2879
ABSTRAK
Banyak masyarakat mengalami gejala hilangnya kebermaknaan spiritualitas yang mengakibatkan terjadinya
penurunan kebahagiaan dan kesejahteraan psikologi. Akibatnya kekerasan banyak terjadi dan seolah menjadi
cara menyelesaikan masalah. Bahkan diantaranya melakukan perilaku merusak diri sendiri seperti
penyalahgunaan NAPZA. Salah satu cara yang digunakan untuk memulihkan pengguna NAPZA adalah dengan
rehabilitasi. Kemampuan pengguna NAPZA kembali normal disebut resiliensi. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui gambaran tingkat resiliensi pasien NAPZA selama masa rehabilitasi. Jenis penelitian adalah
deskriptif korelatif dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 sampai dengan
17 Juni 2016. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 30 responden.
Teknik pengumpulan data dengan membagikan angket pada pasien NAPZA yang dibantu oleh perawat
pelaksana yang bertugas di ruang tersebut dalam bentuk skala Likert yang terdiri dari 13 pernyataan. Metode
analisis data menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat resiliensi
pasien NAPZA selama masa rehabilitasi terdapat 13 responden (43,3%) mengalami tingkat resiliensi rendah
dan sebanyak 17 responden (56,7%) mengalami tingkat resiliensi tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini,
penulis menyarankan kepada penyedia kesehatan, kelurga, serta masyarkat untuk selalu memberikan dukungan
baik secara intrernal diri pasien maupun eksternal pasien untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan
resiliensi pada pasien rehabilitasi NAPZA Rumah Sakit Jiwa Provinsi Aceh di Banda Aceh.
ABSTRACT
Many people experience the symptoms of loss meanigfulness spiritualty which resulted the decreasing of
happiness and posperity pyschological. As a result, violence occurs substantialy and it considers as the way to
solve the problem for instance, doing self-destructive behavior, namely drug abuse. One way that can be used
to recover the drug user is by rehabilitation. The ability of drug user’s return to be normal is called resilience.
But it needs a good spirituality in order to mantain the resilience. The purpose of this study is to determine
level resilience of drug patients in rehabilitation room. This research was conducted on 10 until June 17,
2016. The method used for this research was a descriptive correlative research with a cross sectional study
design. The sample was selected by using a purposive sampling technique, and 30 respondents were selected.
Technique of data collection in this study was by distributing questionnaires to the drug patients that assisted
by a nurse who officiated in the room in the form of Likert scale, consisting of 13 statements. The data was
analyzed statistically by using a chi-square test. The result of this study shows that level resilience of the drug
patients in rehabilitation have 13 respondents (43,3%) experiencing low resilience and as much 17 respondents
(56,7%) experiencing high resilience. Based on this study, researchers suggested on healthcare provider,
family, and society can give support internal and eksternal in patients to retain and increase the resilience of
the drug patients resilience in psychriatric hospital Province Aceh in Banda Aceh.
dan Joewan, 2006). NAPZA ini juga jika dilihat pada saat penghentian narkoba yang
dikonsumsi terus menerus akan akan menimbulkan gejala abstinensi (gejala
mempengaruhi tubuh sehingga menyebabkan hebat akibat penggunaan obat dihentikan)
gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sehingga membuat pengguna yang berniat
sosialnya akibat kebiasaan, ketagihan serta berhenti kembali menggunakannya serta
ketergantungan (dependensi) terhadap ketergantungan psikologis yang terjadi ketika
NAPZA. Istilah NAPZA ini umumnya pengguna narkoba ingin menghindari
digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan persoalan hidup yang dihadapi dan
yang menitikberatkan pada upaya melepaskan diri dari kesullitan hidup berupa
penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, tekanan ekonomi, konflik dalam keluarga,
psikis, dan sosial sebagai zat psikoaktif, yaitu masalah pekerjaan atau masalah-masalah
zat yang bekerja pada otak, sehingga lainnya yang dapat menimbulkan stress dan
menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, mendorong seseorang untuk menggunakan
dan pikiran (Anggraini, 2015, p.2). NAPZA (Sasangka, 2003)
Dikarenakan banyaknya pengaruh Persoalan ini juga disebabkan oleh
buruk yang diakibatkan oleh NAPZA, Badan yang pada awal mulanya coba-coba,
Narkotika Nasional (BNN, 2012) menyatakan berkelanjutan sehingga menyebabkan adiksi
bahwa dalam kurun waktu 2008-2014, jumlah yaitu ketagihan pada pemakai dan membuat
penggunaan narkoba, psikotropika dan bahan pemakai harus mengkonsumsi obat tersebut
adiktif di Indonesia mencapai 11.659.486 dan terus mendorong meningkatkan dosis
orang, sedangkan kasus jumlah penggunaan obat yang digunakan dan kejadian ini akan
NAPZA di Aceh mencapai 190.887 orang membuat semakin sulit untuk menghentikan
yang dirilis dalam BNN setahun terakhir pemakaian dan jika hal ini terus berlanjut dan
jumlah penggunaan NAPZA pemakai narkoba tidak ditangani segera maka akan
mencapai 48.300 orang, angka tersebut menyebabkan overdosis pada pemakai yang
dilansir berdasarkan data pengguna yang berakhir dengan kematian (Hawari, 2007).
dilapor BNN Aceh atau yang tercatat oleh Pemberhentian penggunaan NAPZA
BNN berdasarkan kasus-kasus yang ditangani memang sulit untuk dilakukan namun ada
polisi, jaksa bahkan sampai ke pengadilan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
(BNN, 2014, p.91-108). mengatasinya yaitu dengan terapi dalam masa
Prevalensi tingkatan trend jumlah rehabilitasi, namun terapi ini sering tidak
barang bukti sitaan NAPZA di Indonesia membawa hasil yang baik bagi pengguna
didapatkan sebanyak 44.904.13 sedangkan di NAPZA bahkan banyaknya pasien yang telah
Aceh terutama Banda Aceh didapatkan diterapi dapat kembali kepanti rehabilitasi
sebanyak 1.690.93 sitaan (BNN, 2015, p.188). dalam keadaan lebih parah. Hal ini
Sedangkan jumlah narapidana ataupun disebabkan karena kesembuhan pengguna
tahanan kasus narkoba berdasarkan jumlah NAPZA tidak hanya bergantung hal eksternal
pengguna dan pengedar di Indonesia seperti yang diberikan di panti rehabilitasi
mencapai 61.819 orang dan di Aceh mencapi akan tetapi ada hal internal yang harus
sebanyak 1.654 orang (BNN, 2015, p.188). dimiliki oleh pengguna NAPZA dalam masa
Selain ditemukan banyaknya kasus rehabilitasi yaitu resiliensi. Resiliensi
dalam hal pengguna, pengedar disisi lain merupakan suatu kemampuan dalam diri
BNN juga menyatakan bahwa banyaknya untuk bertahan mengatasi rasa frustasi dan
pasien yang di rehabilitasi baik di ruang permasalahan yang dialami oleh individu.
rehabilitasi rumah sakit jiwa maupun pusat Individu yang resilien akan lebih tahan
rehabilitasi. Berdasarkan hasil pengambilan terhadap stres dan lebih sedikit mengalami
data awal didapatkan data pasien rehabilitasi gangguan emosi dan perilaku sehingga lebih
NAPZA ruang rehabilitasi rumah sakit jiwa memudahkan pasien untuk sembuh selama
Aceh 2016 sebanyak 79 orang dalam kurun masa rehabilitasi atau setelahnya serta tidak
waktu 5 bulan dan terjadinya peningkatan kembali relapse (Aisha, D. L, 2014).
pasien rehabilitasi setiap tahunnya. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah
Penyebab tingginya angka dijelaskan diatas, peneliti bertujuan untuk
penyalahgunaan NAPZA baik secara mengidentifikasi resiliensi pasien NAPZA
nasional, regional, maupun daerah disebabkan selama masa rehabilitasi.
karena adanya ketergantungan fisik dapat
67
Idea Nursing Journal Budi Satria,dkk
METODE tahun)
Penelitian ini merupakan penelitian d. Lansia Awal 30 100
deskriptif yang menggunakan pendekatan (46-55 tahun)
Cross Sectional Study dan dilakukan di ruang e. Lansia Akhir
rehabilitasi. Pengambilan sampel dilakukan (56-65 tahun)
dengan menggunakan teknik purposive f. Manula (> 65
sampling terhadap 30 responden. tahun)
Pengumpulan data dilakukan pada 2. Status
tanggal 10-17 Juni 2016 dengan a. Belum 21 70,0
menggunakan alat pengumpulan data berupa Menikah 9 30,0
kuesioner sebagai alat ukur untuk mengukur b. Menikah
setiap variabel, yang terdiri atas 13 3 Pendidikan
pernyataan dengan rentang skor untuk setiap Terakhir 2 6,7
jawaban responden adalah 3 (untuk jawaban a. Dasar 17 56,7
selalu), 2 (untuk jarang), dan 1 (untuk tidak b. Menengah 11 36,7
pernah). Analisa data dilakukan dengan c. Tinggi
menggunakan program SPSS versi 16 dengan Pekerjaan
4
hasil 56,7%
a. Petani/Buruh 1 3,3
b. Wiraswasta 17 56,7
HASIL PENELITIAN
c. PNS 6 20,0
Karakteristik demografi responden
Karakteristik responden pada penelitian d. Tidak 6 20,0
ini berupa data demografi diantaranya: usia, Bekerja
status, pendidikan, pekerjaan, dan lama 30
rehabilitasi. Data demografi yang didapatkan 5. Lama
bedasarkan hasil yang diperoleh pada 30 Rehabilitasi 7 23,3
responden dapat dilihat pada tabel 1. a. 1-3 bulan 23 76,7
b. 4-6 bulan
Berdasarkan tabel 1 dibawah ini dapat
Total 30 100
dilihat bahwa responden berada pada 17-35
tahun dengan jumlah responden terbanyak 17 Sumber : Data Primer (Diolah 2016
atau 56,7%, tabel diatas juga Resiliensi Pasien NAPZA Di Ruang
menginformasikan bahwa responden Rehabilitasi
terbanyak dengan status belum menikah Berdasarkan hasil pengolahan data
sebanyak 21 atau 70,0%. Sebagian besar variabel resiliensi pasien rehabilitasi NAPZA
responden dengan pendidikan terakhir SMA diperoleh nilai total 3450 dan nilai rata-rata =
yaitu 17 atau 56,7%. Kemudian dilihat dari 34,5, maka hasil dikatakan tinggi x ≥ 34,5
segi pekerjaan, sebagian besar responden dan dikatakann belum rendah x < 34,5. Hasil
bekerja swasta 17 atau 56,7% dan dilihat juga pengumpulan data yang juga dapat diperoleh
dari segi lama rehabilitasi responden pada 30 responden yang secara umum
terbanyak terdapat pada 4-6 bulan yaitu 23 disajikan dalam tabel berikut:
orang atau 76,7%.
Tabel 5.2. Resiliensi Pasien NAPZA Di
Tabel 5.1. Distribusi Data Demografi
Ruang Rehabilitasi (n=30)
Pasien NAPZA di Ruang Rehabilitasi No Kategori Frekuensi Persentase
(n=30) 1 Tinggi 17 56,7
No Data Demografi Frekuen Presenta
2 Rendah 13 43,3
si se
1 Usia Total 30 100
a. Remaja (17- 2 6,7 Sumber: Data Primer (Diolah 2016)
25 tahun) 17 56,7 Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat
b. Dewasa Awal 5 16,7 diketahui bahwa resiliensi pasien rehabilitasi
(26-35 tahun) 3 10,0 NAPZA terbanyak berada dalam kategori
c. Dewasa 2 6,7 tinggi 56.7%.
Akhir (36-45 1 3,3
68
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 2 2016