Ben Wakerkwa, Program Studi Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sam Ratulangi
Abstrak
Metode Penelitian
Jenis Penelitan ini adalah penelitian deskriptif dalam arti mendeskripsikan
kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang tumbuh dan proses yang sedang
berkembang. Metotode penelitian deskriptif adalah prosedur pemecahan masala
yang disediliki dengan mengabarkan atau melukiskan subjek /objek penelitian
(seseorang, lembaga masyarakat). Berdasrkan fakta-fakta yang tampil
sebagaimana adanya (Nawawiha, 1983:63) sedangkan bongda dan toylor
mendefisinikan Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat di amati (Moleong Lexy, 2003).
Fokus penelitian ini adalah partisipasi masyarakat melalui BPD dalam
proses pembuatan keputusan, sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Oakley
(1991:9), yaitu:
1. Dimensi Kontribusi Masyarakat dijabarkan menjadi indikator-indikator:
(1) Kontribusi Pemikiran
(2) Kontribusi Dana
(3) Kontribusi Tenaga
(4) Kontribusi Sarana.
2. Dimensi Pemberdayaan Masyarakat dijabarkan menjadi indikator-
indikator:
(1) Peran Masyarakat
(2) Aksi Masyarakat
(3) Motivasi Masyarakat
(4) Tanggungjawab Masyarakat
Hasil Penelitian
Partisipasi masyarakat secara langsung dalam setiap proses pembangunan
suatu masyarakat mutlak bagi tercapainya tujuan pembangunan. Idealnya suatu
merupakan luaran dan partisipasi mesyarakat yaitu usaha untuk menumbuhkan
kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi, sehingga proses pembangunan dapat
meringangkan beban dan akhirnya pembangunan itu dapat dirasakan secara adil
dan sejahtera, demikian pula secara sederhana dapat diketahui bahwa masyarakat
hanya akan terlihat dalam aktifitas selanjutnya apabila mereka merasa ikut ambil
dalam menentukan apa yang akan dilaksanakan.
Hal penting yang perlu di perhatikan adalah kesediaan untuk membantu
berhasilnya setiap program sesuai kemampuan yang dimiliki setiap orang tanpa
berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri sudah di kategorikan ke dalam
pengertian partisipasi. Oleh sebab itu dalam partisipasi Non Fisik masyarakat
sangat mendasar sekali, terutama dalam tahap perencanaan dan pengambilan
keputusan. Karena keikut sertaan ini adalah ukuran tingkat partisipasi masyarakat.
Semakin besar kemampuan untuk menentukan nasib sendiri semakin besar
partisipasi dalam pembangunan. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan Kepala
Desa yang mengemukakan bahwa:
”…pembangunan yang ada di desa Ekanom sebagian besar adalah hasil
musrembang yang telah di laksanakan bersama masyarakat. Secara tidak
langsung ide dan gagasan pembangunan awalnya merupakan bagian dari
partisipasi masyarakat, jadi masyarakat memang sudah berpartisipasi,
hasil keputusan itulah yang akan ditindaklanjuti oleh pemerintah desa
dengan BPD yang selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan
program pembangunan desa…”.
Keberhasilan suatu pembangunan, bagaimana bentuk dan hasilnya tidak
dapat dilepaskan oleh adanya putusan-putusan yaitu melalui tahapan-tahapan
pengambilan keputusan. Pada tahap-tahap tertentu keterlibatan masyarakat
sangatlah di butuhkan mengingat ide-ide atau pemikiran dapat menjadi bahan
pertimbangan. Partisipasi masyarakat dalam bentuk non fisik adalah bagaimana
masyarakat terlibat dalam memberikan buah pikirannya dalam proses
pembangunan. Partisipasi dapat di wujudkan pada berbagai macam kesempatan,
seperti melalui pertemuan/rapat, melalui surat/saran dan tanggapan terhadap
proses pembangunan.
Berdasarkan wawancara kepada beberapa informan mayarakat dapat
diperoleh informasi bahwa masyarakat menyatakan sangat aktif mengikuti rapat
dan memberikan pendapat dan sarannya karena mereka selalu di undang oleh
pemerintah desa. Selain itu karena adanya kesadaran pribadi untuk membantu
terlaksananya pembangunan, namun ada juga informan yang peneliti temui
menyatakan kurang aktif karena mereka tidak pernah diundang di samping itu ada
juga masyarakat yang pasif mengikuti rapat karena tidak mempunyai kemampuan
berbicara di depan umum. Hal ini sesuai dengan apa yang di jelaskan oleh
sekertaris Desa Ekanom, yang mengatakan bahwa:
“…sebagai pemerintah tentunya kami sering mengundang masyarakat
jika ada pembangunan yang akan di laksanakan, harus disadari bahwa
tidak semua masyarakat desa harus kami undang, tetapi dalam rapat
tersebut hanyalah mereka yang dianggap tokoh-tokoh dan juga orang
yang mempunyai kemampuan”.
Walaupun tingkat partisipasi non fisik masyarakat dalam kategori yang
biasa-biasa saja, tidak berarti dalam pemikiran yang bersumber dari masyarakat
tidak diakomodasi secara proporsional.
Wawancara yang berhasil peneliti lakukan adalah dengan tokoh
masyarakat desa Ekanom, yang mengatakan bahwa:
“rapat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa, biasanya
mengundang para tokoh yang ada, hasil rapat biasanya didasarkan pada
saran yang disampaikan oleh peserta rapat, tetapi yang paling aktif
mencatat itu adalah pihak perangkat desa, sedangkan dari BPD hanya
mendengar, yang seharusnya BPD harus mencatat karena aspirasi dari
masyarakat itu seharusnya diperjuangkan oleh BPD”.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa peran BPD dalam
menampung aspirasi yang diberikan oleh masyarakat desa dalam suatu wadah
pertemuan umum antara masyarakat dan pemerintah desa, belumlah seperti yang
diharapkan oleh masyarakat desa, peneliti melakukan wawancara dengan ketua
BPD beliau mengungkapkan bahwa:
“rapat itu yang melaksanakan adalah pemerintah desa, sehingga itu
adalah kewenangan desa sebenarnya ide yang disampaikan oleh
masyarakat itu menjadi masukan bagi pemerintah desa hal itu menjadi
usulan program yang berasal dari pemerintah desa, dalam hal ini BPD
hanyalah sebagai pihak yang terundang”.
Lebih jauh lagi peneliti mendalami peran BPD tersebut, khususnya dalam
melakukan rapat atau pertemuan dengan masyarakat yang dilakukan oleh BPD,
ketua BPD mengatakan bahwa:
Sampai sejauh ini, BPD belum pernah melakukan rapat dengan
masyarakat, biasanya saran itu langsung disampaikan kepada personil
BPD secara langsung, jadi aspirasi itu kami tampung dan nantinya akan
diteruskan kepada kepala desa”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua BPD tersebut nampak jelas
bahwa pengambilan keputusan oleh BPD tidak menitikberatkan pada partisipasi
ide atau pemikiran yang disampaikan oleh masyarakat, hal ini tentunya
menghambat dalam penyaluran aspirasi masyarakat desa, karena seharusnya BPD
sebagai lembaga perwakilan yang ada di desa dengan salah satu fungsinya adalah
penyaluran aspirasi masyarakat tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pembangunan yang dilaksanakan
menelan biaya yang cukup besar dan dana yang digunakan lebih banyak dari
swadaya masyarakat dibandingkan dengan dana yang berasal dari bantuan
pemerintah. Sesuai dengan wawancara dengan kepala desa, yakni:
“…pelaksanaan pembangunan biasanya pemerintah menyampaikan
kepada masyarakat bahwa bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi
untuk pembangunan dapat membantu dalam bentuk uang dalam bentuk
swadaya masyarakat, tetapi hal ini tidak dipaksakan, karena pemerintah
tidak bisa mengharap sepenuhya terhadap dana yang ada dari pemerintah
kabupaten, sampai sejauh ini respon masyarakat cukup baik”.
Berdasarkan data yang diperoleh serta pengalaman langsung peneliti,
diketahui bahwa partisipasi dalam bentuk uang dalam kategori yang biasa saja,
karena untuk menyumbang dalam bentuk uang sangat mudah prosedurnya dan
tidak banyak menyita waktu maupun tenaga. Kenyataan seperti itu memberikan
indikasi bahwa partisipasi masyarakat dalam bentuk uang sebagai suatu bagian
partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan menunjukkan bahwa kesadaran
akan pembangunan membutuhkan dana yang cukup.
Dalam setiap bulannya biasanya masyarakat memberikan sumbangan
untuk kegiatan pembangunan terutama dalam hal pembangunan fisik, dan
masyarakat dalam memberikan sumbangan bukan karena adanya paksaan dari
pemerintah atau dari pihak lain tetapi karena adanya kesadaran untuk membangun
daerahnya. Salah satu contohnya yaitu tentang swadaya masyarakat dalam bentuk
uang pembangunan gereja selama tahun 2014. Sumbangan masyarakat tersebut
memang cukup besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena
pada saat itu pendapatan dari hasil perkebunan dan pertanian masyarakat juga
meningkat. Jadi sumbangan yang diberikan masyarakat dalam bentuk uang
tergantung dari pendapatan masyarakat itu sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan salah satu masyarakat yakni:
“… dilihat dalam laporan keuangan paling banyak sumbangan dari
masyarakat, karena jumlah pemasukan untuk pembangunan yakni palinng
banyak dari swadaya masyarakatsedangkan dari pemerintah tidak ada”.
Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di
desa Enakom senantiasa tidak terlepas dari peranan pemerintah desa sebagai
motivator dalam menyampaikan setiap program-program pembangunan
kepada masyarakat baik perencanaan, pelaksanaan maupun komunikasi di dalam
memelihara hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan.
Dalam hal ini pemerintah desa berfungsi sebagai komunikator
yang menentukan program apa yang akan dilakukan di desa,
bagaimana cara pelaksanaannya supaya keputusan dapat dilaksanakan dengan
baik dan efektif. Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti menanyakan
kepada Kepala Desa mengenai fungsi kepemimpinan dalam pemberian instruksi
sebagai administrator pembangunan dengan pertanyaan „apakah ada intsruksi Bapak
dalam pelaksanaan pembangunan, beliau menjawab:
“Ada, kalau tidak ada intrusksi dari saya bagaimana pelaksanaan
pembangunan ini berjalan dengan baik. Saya selaku kepala desa
sudah seharusnya melakukan intruksi kepada aparat desa maupun
kepada masyarakat yang terlibat didalamnya bagaimana pembangunan
yang ada didesa ini supaya berjalan dengan lancar dan harus menunggu
intruksi dari saya”.
Pembahasan
Pada dasarnya pembangunan desa adalah pembangunan yang melibatkan
seluruh lapisan masyarakat. Semakin tinggi peran serta masyarakat desa tersebut,
maka semakin cepat pula pembangunan desa yang bersangkutan dapat terealisasi,
terutama dalam otonomi daerah sekarang ini. Dengan keberadaan delegasi
masyarakat desa dalam pembangunan sangatlah penting, dimana terbukanya kran
partisipasi masyarakat untuk ikut menentukan dan mengawasi penentuan
kebijakan pembangunan daerahnya.
Adapun bentuk- bentuk partisipasi yang diberikan oleh masyarakat desa
Enakom adalah sebagai berikut :
a) Partisipasi dalam bentuk uang atau benda
Salah satu dari bentuk partisipasi masyarakat dalam mendukung program-
program pembangunan di desa Enakom adalah dalam bentuk uang atau benda,
yaitu merupakan bantuan dana yang sifatnya menunjang kelancaran pelaksanaan
dari program-program pembangunan yang akan dilaksanakan.
Partisipasi masyarakat dalam bentuk uang atau benda ini tentunya akan sangat
mendukung pelaksanaan program pembangunan desa. Dimana bahwa partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan yang didukung berupa uang atau
benda adalah merupakan suatu upaya yang sangat nyata, maka untuk itu
pemerintah desa harus bijak dalam mempergunakan anggaran-anggaran bantuan
dana pembangunan, dengan demikian pembangunan akan berjalan dengan baik
dan lancar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, bahwa partisipasi masyarakat desa
dalam bentuk uang dan benda kurang berpartisipasi, dimana rata-rata masyarakat
desa Enakom tergolong masyarakat yang berpendapatan rendah, sehinggga
masyarakat merasa berat atau terbeban untuk turut serta memberikan partisipasi
dalam bantun uang atau dana.
b) Partisipasi dalam bentuk pikiran atau ide
Gagasan atau ide yang cemerlang dapat menunjang keberhasilan suatu
rencana yang telah ditetapkan dan yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu,
sumbangan pikiran berupa saran ataupun ide-ide sangat diharapkan dapat
membantu dalam upaya pencapaian dan perbaikan program-program
pembangunan yang akan dan telah dilakukan supaya mencapai hasil yang
maksimal.
Partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran atau ide adalah bentuk
partisipasi yang tidak kalah pentingnya dari partisipasi masyarakat dalam bentuk
uang atau benda yang biasanya disampaikan dalam musyawarah atau
penyampaian program-program pembangunan desa.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, partisipasi
masyarakat desa Enakom dalam bentuk pikiran dan ide masih sangat kurang,
dimana masih ada masyarakat yang tidak ikut serta menyumbangkan pikiran dan
ide yang cemerlang atau kreatif untuk keberhasilan pembangunan yang akan
dilaksanakan. Adapun yang menjadi faktor penyebab masih kurangnya partisipasi
masyarakat desa Enakom dalam bentuk pikiran dan ide adalah masih rendahnya
tingkat pendidikan rata-rata penduduk (masyarakat), sehingga kurang mampu
dalam mencetuskan ide-ide atau pikiran yang kreatif guna mensukseskan
program-program pembangunan di desa Enakom.
c) Partisipasi dalam bentuk tenaga
Tingkat partisipasi masyarakat yang paling sederhana dan lazim diberikan
oleh anggota masyarakat dalam membantu mensukseskan pelaksanaan suatu
program pembangunan adalah berupa tenaga atau dapat disebut dengan gotong
royong. Gotong royong menurut Kuncara Ningrat adalah adalah pengerahan
tenaga kerja tanpa bayaran untuk suatu proyek yang bermanfaat untuk umum atau
yang berguna untuk pemerintah (1990:60 ). Dari uraian yang dipaparkan oleh
Kuncara Ningrat tersebut di atas bahwa aktifitas gotong-royong selalu diiringi
dengan pengerahan tenaga tanpa pamrih untuk kepentingan umum atau bersama.
Demikian pula halnya dengan pelaksanaan program-program pembangunan di
Desa Enakom, kegiatan gotong royong selalu dilaksanakan untuk meringankan
pelaksanaan program-program pembangunan. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, bahwa partisipasi masyarakat desa Enakom dalam bentuk tenaga
(Gotong-Royong) masih kurang.
Untuk melaksanakan suatu pembangunan partisipasi masyarakat sangatlah
diperlukan. Partisipasi masyarakat tersebut dapat berupa partisipasi dalam
kegiatan perencanaan, partisipasi ikut serta dalam kegiatan pembangunan yang
dilakukan di desa. Namun, tidak hal yang mudah dalam membangun partisipasi
masyarakat dalam suatu pembangunan. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha
yang dapat membangun dan meningkatkan partisipasi masyarakat.
Adapun hal yang dapat dilakukan adalah dengan pemberdayaan
masyarakat oleh perangkat desa. Diharapkan dengan adanya pemberdayaan
masyarakat, pembangunan desa dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Pembangunan pada prinsipnya adalah suatu proses dan usaha yang
dilakukan oleh suatu masyarakat secara sistematis untuk mencapai situasi dan
kondisi yang lebih baik dari saat ini. Dilaksanakannya proses pembangunan ini
tidak lain karena masyarakat tidak puas dengan keadaan saat ini yang dirasakan
oleh masyarakat kurang ideal. Namun demikian, perlu disadari bahwa
pembangunan adalah sebuah proses evolusi, sehingga masyarakat yang perlu
melakukan secara bertahap sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan masalah
yang sedang dihadapi. Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang
tepat, sehingga sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan
efisien.
Pembangunan dapat dikatakan berhasil apabila desa tersebut memiliki
sarana dan prasarana yang lengkap atau paling tidak pembangunan yang
dilakukan dapat mendukung kemajuan masyarakat, baik dalam kemajuan di
bidang ekonomi, sosial dan pendidikan masyarakat. Namun pembangunan yang
dilakukan khususnya pembangunan desa tersebut tidak akan dapat tercapai apabila
masyarakat dan pemerintah tidak saling bekerjasama untuk kemajuan desa.
Adanya kerjasama antara pemerintah desa dengan masyarakat tergantung kepada
pemerintah desa yaitu kepala desa dan aparat desa, karena merekalah pemimpin
atau aktor dalam terlaksananya pembangunaan desa yang dilakukan, dimana
pemerintah desa berperan dalam menumbuhkan kesadaran warga desa untuk
berperan serta dalam pembangunan yaitu berpartisipasi untuk keberhasilan
pembangunan. Di desa Enakom pembangunan yang dilakukan masih relatif
rendah, bahkan bisa dikatakan minim. Hal ini dapat dilihat dari fasilitas untuk
mengadakan rapat tidak ada, sehingga rapat atau pertemuaan-pertemuan seringkali
dilakukan di rumah kepala desa.
Suatu pembangunan dikatakan berhasil apabila pembangunan yang
dilakukan tersebut dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, tanpa ada yang
merasa dirugikan. Namun pembangunan di desa Enakom ada yang sudah dapat
dinikmati oleh masyarakat. Adapun pembangunan yang dapat dirasakan oleh
masyarakat adalah pembangunan rumah layak huni, dimana sudah lumayan
banyak dan layak dihuni atau ditempati oleh masyarakat. Disamping
pembangunan yang sudah dapat dinikmati oleh masyarakat, masih adanya
pembangunan yang telah dilakukan di desa Enakom yang tidak dapat dinikmati,
yaitu pembangunan sumur bor. Pembangunan sumur bor ini dirasakan oleh
masyarakat tidak bermanfaat, dimana air yang dihasilkan dari pengeboran sumur
ini tidak layak untuk dikonsumsi. Air yang dihasilkan adalah air yang keruh dan
berbau, sehingga sangat tidak mungkin lagi masyarakat meminumnya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang partisipasi masyarakat melalui BPD
dalam pembuatan keputusan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Partisipasi masyarakat melalui penyampaian aspirasi kepada BPD belum
sepenuhnya diperjuangkan oleh BPD, terutama hal-hal yang berkaitan dengan
program pelaksanaan pembangunan fisik, hal ini ditunjukan dengan masih
rendahnya antusias masyarakat untuk menghadiri rapat-rapat dalam
perencanaan pembangunan, masih rendahnya masyarakat dalam
menyampaiakan ide dan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan, masih
kurangnya partisipasi masyarakat dalam bentuk sumbangan barang atau
peralatan serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam bentuk bahan-bahan
bangunan, rendahnya partisipasi masyarakat terjadi karena adanya sikap apatis
karena BPD kurang memperjuangkan aspirasi masyarakat desa.
2. Berdasarkan hasil penelitian peran Pemerintah Desa untuk
meningkatkan partispasi masyarakat dalam pembangunan bahwa
pemerintah desa telah melakukan upaya dan peran, seperti mengajak
masyarakat untuk ikut dalam berbagai kegiatan desa dengan
tujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
sesuai dengan isi, tujuan, dan maksud dari setiap program-program
pembangunan yang ingin dilaksanakan sesuai dengan tanggung
jawabnya dan masyarakat sebagai faktor pendukungnya dinyatakan
kurang baik bila dilihat dari rendahnya partisipasi masyarakat desa.
Saran
1. Perlu dilakukan pembenahan kepada BPD dalam hal melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai lembaga desa yang menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat, sebaiknya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan harus lebih dioptimalkan dengan mengupayakan
berbagai cara untuk merangsang masyarakat untuk berpartisipasi seperti
melakukan sosialisasi lebih giat lagi kepada masyarakat pada setiap
pembangunan yang akan dilaksanakan, dan pemberian motivasi kepada
masyarakat.
2. Agar pemerintah desa sebagai penggerak dan motivator dalam pembangunan
desa lebih baik, maka pemerintah desa hendaknya mencari alternatif-alternatif
lain yang dapat digunakan sebagai wadah atau saluran untuk menyampaikan
informasi dari setiap program pembangunan, pemerintah desa harus lagi
meningkatkan intensitas pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan dengan
masyarakat
DAFAR PUSTAKA