A. Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman dalam Membangun Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Indonesia
Menurut pasal 30 ayat 2 UUD 1945, dalam menghadapi berbagai macam ancaman militer, Indonesia
melaksanakan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata). Penyelenggaraan
Sishankamrata didasarkan pada kesadaran hak dan kewajiban seluruh warga negaraserta keyakinan akan
kekuatan sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.
b. Kesemestaan, yaitu sumber daya nasional digunakan semaksimal mungkin sebagai upaya
pertahanan.
c. Kewilayahan, yaitu melaksanakan di seluruh wilayah NKRI sesuai kondisi geografis sebagai negara
kepulauan.
Dalam mengahadapi ancaman militer, disiapkan komponen utama untuk melaksanakan Operasi Militer
dalam Perang (OMP) dan komponen cadangan dilaksanakan sebagai pengganda komponen utama bila
diperlukan, melalui proses mobilisasi/demobilisasi. Selagi komponen pertahanan siap dikerahkan,
namun setiap bentuk perselisihan diutamakan melalui jalan damai terlebih dahulu. Penggunaan
kekuatan pertahanan hanya dilaksanakan apabila cara damai tidak berhasil.
Berikut adalah beberapa ancaman militer yang saat ini terjadi dan pernah terjadi di Indonesia:
a. Saat ini, TNI terpecah menjadi beberapa kubu sehingga memungkinkan perang saudara antar TNI
yang berkelanjutan yang dapat membuat integrasi Indonesia terancam.
b. 19 Desember 1948 : Agresi militer Belanda II di kota Yogyakarta yang saat itu masih ibu kota
Indonesia.
d. 24 dan 25 Februari 2007 terjadi pelanggaran wilayah yang dilakukan Malaysia terhadap Indonesia
yang berlokasi di Ambalat yaitu terletak di laut Sulawesi
2. Strategi Menghadapi Ancaman Nir Militer
Strategi menghadapi ancaman ini dihadapi dengan konsep pertahanan berlapis berikut:
1) Lapisan terdepan dalam konsep penanganannya terdiri atas unsur pertahanan nir-militer, yakni
kementrian atau lembaga pemerintah non-kementrian yang membidangi ideologi.
2) Unsur pemerintah yang membidangi politik dalam dan luar negeri mengerahkan seluruh istrumen
pemerintahan untuk menangkal pihak lain yang mengancam ideologi Pancasila.
3) Unsur pemerintah yang membidangi informasi mempercepat gerakan untuk melakukan operasi
informasi imbangan sehingga masyarakat dapat menangkal berbagai pengaruh asing yang mengancam
ideologi.
5) Unsur pemerintah yang membidangi agama memberdayakan para pemimpin agama untuk
membangun kerjasama dengan pemerintah demi membetengi masyarakat dari penetrasi ideologi asing.
Strategi pertahanan ancaman di bidang politik ditentukan oleh kemampuan sistem politik dalam
menanggulangi segala bentuk ancaman yang ditujukan kepada kehidupan politik bangsa Indonesia.
Terwujud dengan kehidupan politik berlandaskan demokrasi Pancasila dan politik luar negeri bebas aktif.
Langkah –langkah yang ditempuh:
1) Pendekatan ke dalam
Pembangunan sistem politik demokrasi yang menghargai kebhinnekaan atau kemajemukan bangsa.
Tertulis dalam 3 pilar penataan kedalam :
- Penguatan penyelenggaraan pemerintah Negara yang sah, efektif, bersih, berwibawa, dan bebas KKN,
serta bertanggung jawab.
2) Pendekatan keluar
- Pada lingkup supraregional : politik luar negeri Indonesia untuk meningkatkan kerjasama antar Negara
dengan fokus menjaga keutuhan wilayah NKRI.
- Pada lingkup global : memperjuangkan kepentingan nasional melalui keberadaan Indonesia dalam
PBB serta mengidentifikasi ancaman yang mungkin terjadi sehingga dapat mencegah ancaman tersebut.
- pembangunan infrastruktur,
- Indonesia harus membangun dan menjaga hubungan baik dengan negara-negara yang memiliki
kekuatan ekonomi-politik dunia.
- mengembangkan pilihan strategis untuk membantu unsur utama dari pertahanan nir-militer
- meningkatkan usaha pertahanan untuk menciptakan kondisi keamanan nasional dan kebutuhan pokok
masyarakat terutama di daerah-daerah pedalaman.
- Program Bakti TNI yang melibatkan kerja sama dengan unsur pertahanan nir-militer lainnya lebih
ditingkatkan pada perbaikan sarana prasarana masyarakat yang membawa dampak pada peningkatan
kemampuan ekonomi masyarakat.
Ancaman yang berdimensi sosial budaya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Isu kemiskinan
- Isu kebodohan
- Isu keterbelakangan
- Isu ketidakadilan
- Separatisme
- Terorisme
- Kekerasan
- Perusakan lingkungan
Sebaiknya kita melakukan penyaringan atau penyesuaian dengan budaya bangsa Indonesia terhadap
budaya asing yang masuk ke Indonesia. Apabila kita tidak menyaring budaya asing tersebut, maka dapat
mengakibatkan terdesaknya nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa oleh beberapa nilai berikut:
- Nilai individualisme
- Nilai konsumerisme
- Nilai hedonisme
B. Partisipasi Warga Negara dalam Mengatasi Ancaman guna Membangun Persatuan dan Kesatuan
Bangsa Indonesia
a) UUD 1945 Pasal 27 ayat (3) : “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara".
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai
kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Pasal 68 : "setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan warga negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan".
Pasal 9 ayat (1) :"setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara."
Menurut Pasal 9 ayat (2) UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dikemukakan bahwa
keikutsertaan warga negara dalam usaha pembelaan negara diselenggarakan melalui :
a. Pendidikan Kewarganegaraan
Pada pasal 37 ayat (1) UU No. 20/2003 dijelaskan bahwa pembentukan rasa kebangsaan dan cinta tanah
air dapat dibina melalui pendidikan kewarganegaraan, dimana pendidikan kewarganegaraan ini berfungsi
:
- Sebagai wahana untuk membina kesadaran peserta didik untuk ikut serta dalam bela negara
- menanamkan komitmen kebangsaan, termasuk mengembangkan nilai dan perilaku demokratis dan
bertanggung jawab sebagai warga negara Indonesia.
Salah satu komponen warga negara yang mendapat pelatihan dasar militer adalah unsur mahasiswa
yang tersusun dalam organisasi Resimen Mahasiswa (Menwa) atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bela
Negara. Setelah memasuki organisasi tersebut, mereka harus mengikuti latihan dasar kemiliteran.
Anggota Menwa bisa didayagunakan dalam kegiatan pembelaan terhadap negara. Di luar organisasi
tersebut, para pemuda pun dapat melakukan kegiatan latihan dasar bela negara, seperti yang dilakukan
BPK (Barisan Pemuda Kutai).
Tentara Nasional Indonesia merupakan alat pertahanan NKRI. Dalam pasal 10 ayat (3) UU No. 3 tahun
2002 disebutkan bahwa TNI memiliki tugas untuk :
Dalam penjelasan UU No. 3 tahun 2002 yang dimaksud pengabdian sesuai profesi adalah pengabdian
warga negara yang mempunyai profesi tertentu untuk kepentingan pertahanan negara termasuk dalam
menanggulangi dan/atau memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam atau bencana
lainnya. Beberapa profesi yang terutama berkaitan dengan hal tersebut yaitu antara lain petugas PMI,
para medis, tim SAR, Polri, petugas bantuan sosial, dan Linmas (Perlindungan Masyarakat).
Untuk mengatasi ancaman non-militer perlu adanya keamanan atau ketahanan lingkungan, energi,
pangan dan ekonomi, maka pengabdian bela negara melalui profesi terbuka sangat luas. Misalnya para
petani dan nelayan melakukan upaya bela negara melalui pengabdiannya terutama untuk keamanan
pangan. Usaha Kecil Menengah (UKM) dan para pengusaha besar melakukan upaya bela negara melalui
pengabdiannya pada keamanan ekonomi. Begitu pula yang menekuni bidang lingkungan melakukan
pengabdiannya untuk keamanan lingkungan. Ketika semua warga negara mengabdikan diri sesuai
dengan profesi dalam usaha pembelaan negara, maka tentu saja akan meningkatkan ketahanan nasional
kita.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah alat negara yang berperan dalam memelihara
keamanan. Dalam UU No. 2 tahun 2002 dijelaskan bahwa “Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.” Sedangkan, tugas pokok kepolisian
dijelaskan dalam pasal 13 UU No. 2 tahun 2002, yang berbunyi: “Tugas pokok Kepolisian Negara
Republik Indonesia adalah:
b. Menegakkan hukum
Dalam hal ini, POLRI memiliki fungsi preventif yakni menjalankan kewenangannya untuk mencegah
timbulnya ancaman-ancaman terhadap keamanan nasional Indonesia.