Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

PENGOLAHAN SUMBER DAYA MINERAL DAN


ENERGI
PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN BIJIH NIKEL LATERIT
PT. VALE INDONESIA

Nama :

M. Ilham Firmansyah ( 03021181520143)

M. Kahfi Habibi ( 03021181621011)

Qara’a Alfath ( 03021281621051)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia perdagangan nikel dunia, Indonesia mempunyai peranan yang
sangat strategis. Pada Januari 2014, Indonesia memberlakukan larangan ekspor
bijih tambang mentah sebagai amanat dari UU No 4 tahun 2009, atau yang sering
disebut dengan UU Minerba. Seketika itu pula harga nikel merangkak naik dari
level sekitar USD 14.000 /ton ke level sekitar USD 18.000/ton. Begitu pula saat
pemerintah memberlakukan relaksasi ekspor bijih tambang mentah tahun ini,
harga nikel yang berada pada level sekitar USD 10.500 /ton ke level sekitar USD
9.000/ton. Ini karena Indonesia merupakan salah satu produsen utama bijih nikel
dunia. Produksi bijih nikel Indonesia memang mengalami pasang surut
menyesuaikan dengan perubahan regulasi yang ada. Puncak produksi nikel
Indonesia terjadi pada tahun 2013, dimana Indonesia menjadi produsen bijih nikel
terbesar no 2 di dunia dengan 440.000 metrik ton nikel, hanya terpaut 6.000
metrik ton dari Filipina yang berada di no 1. Perusahaan penghasil nikel terbesar
di Indonesia adalah PT. Vale Indonesia.
Sebanyak 68% dari nikel yang diproduksi di dunia digunakan sebagai bahan
dalam pembuatan stainless steel (baja tahan karat). Sisanya digunakan untuk
pembuatan alloy (16%), plating (9%), baterei (3%), dll. Stainless steel sendiri
banyak digunakan untuk rangka bangunan, industri otomotif, industri berat dan
industri energi. Karena itu, supply and demand nikel akan sangat dipengaruhi oleh
kondisi perekonomian dunia. Saat pertumbuhan ekonomi meningkat, banyak
kegiatan konstruksi dan pembangunan, produksi otomotif meningkat, industri
berat berkembang, dan eksploitasi sumber energi serta pembangunan pembangkit
listrik juga bertambah. Ini tentu akan mengakibatkan kebutuhan stainless steel
meningkat dan ujungnya juga akan meningkatkan kebutuhan nikel. Maka dari itu
kita harus mengetahui proses dari pengolahan dan pe,urnian nikel sehingga dapat
digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana proses Pengolahan dan Pemurnian Nikel hingga bias digunakan
di PT. Vale Indonesia ?

1.3 Tujuan
Mengetahui proses Pengolahan dan Pemurnian Nikel hingga bias digunakan
di PT. Vale Indonesia
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nikel

Nikel ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang
disebutnya kupfernickel (nikolit). Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak
dalam meteorit dan menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari
mineral lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel
berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di
kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan
dunia akan nikel. Deposit nikel lainnya ditemukan di Kaledonia Baru, Australia,
Cuba, dan Indonesia.
Berdasarkan tahapan proses, pengolahan nikel dapat dilakukan dalam tiga
tahapan proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering.
Kegiatan pengolahan ini bertujuan untuk membebaskan dan memisahkan mineral
berharga dari mineral yang tidak berharga atau mineral pengotor sehingga setelah
dilakukan proses pengolahan dihasilkan konsentrat yang bernilai tinggi dan tailing
yang tidak berharga. Metode yang dipakai bermacam-macam tergantung dari sifat
kimia, sifat fisika, sifat mekanik dari mineral itu sendiri. Nikel merupakan logam
berwarna putih keperak – perakan, ringan, kuat antin karat, bersifat keras, mudah
ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik
terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang
dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga. Spesifik gravitynya 8,902 dengan
titik lebur 14530C dan titik didih 27320C, resisten terhadap oksidasi, mudah
ditarik oleh magnet, larut dalam asam nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak,
sedikit larut dalam hidrokhlorik dan asam belerang. Memiliki berat jenis 8,8 untuk
logam padat dan 9,04 untuk kristal tunggal.
Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu
mineral sulfida dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan
ada oksida. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri dan cara
pengolahannya pun juga tidak sama. Dalam bahasan kali ini akan dibatasi
pengolahan bijih nikel dari mineral oksida (Laterit).
Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya
ditemui yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan
menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium),
bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit
sebaliknya. Bijih Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu
HGSO (High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya
HGSO mempunyai kadar Ni ≥ 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni.
Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan nikel
melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan,
Pemurni, dan Granulasi dan Pengemasan.

2.2 Daerah penghasil Nikel


Daftar daerah penghasil NIKEL ini diperoleh dari database pemerintah
terkait bidang Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) maupun berdasarkan data
yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Pemerintah Indonesia (BPS). Daftar
daerah penghasil NIKEL disajikan meliputi keberadaan NIKEL baik itu yang
telah atau sementara dalam tahapan inventarisasi (eksplorasi) maupun telah masuk
dalam tahapan produksi (tambang). Berikut adalah daftar nama-nama daerah
penghasil NIKEL di Indonesia tersebut:
1. Bahadopi, Morowali, Sulawesi Tengah.
2. Petasia Timur, Morowali, Sulawesi Tengah.
3. Petasia, Morowali, Sulawesi Tengah.
4. Menui Kepulauan, Morowali, Sulawesi Tengah.
5. Bungku Selatan, Morowali, Sulawesi Tengah.
6. Bungku Pesisir, Morowali, Sulawesi Tengah.
7. Bungku Timur, Morowali, Sulawesi Tengah.
8. Sindue, Donggala, Sulawesi Tengah.
9. Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
10. Banggai, Sulawesi Tengah.
11. Nuha, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
12. Malili, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
13. Pomala, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
14. Talaga Raya, Buton, Sulawesi Tenggara.
15. Latambaga, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
16. Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
17. Seram Barat, Seram Bagian Barat, Maluku.
18. Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara.
19. Weda Tengah, Halmahera Tengah, Maluku Utara.
20. Wasile, Halmahera Timur, Maluku Utara.
21. Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat.
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Pengolahan Dan Pemurnian Bijih Nikel Laterit PT. Vale Indonesia

Penambangan nikel dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka dan


sistem tambang dalam. Di Indonesia penambangan nikel dilakukan dengan cara
tambang terbuka dengan membuat jenjang (bench) pada lereng bukit dan
penggaliannya dilakukan secara backfilling.
Operasi penambangan nikel PT Vale di Sorowako digolongkan sebagai
tambang terbuka dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pemboran
Pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah
guna mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut
2. Pembersihan dan pengupasan
lapisan tanah penutup setebal 10– 20 meter yang kemudian dibuang di tempat
tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna tambang.
3. Penggalian
Lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke
stasiun penyaringan.
4. Pemisahan
Bijih di stasiun penyaringan berdasarkan ukurannya. Produk akhir hasil
penyaringan bijih tipe Timur adalah -6 inci, sedangkan produk akhir bijih tipe
Barat adalah – 4/-2 inci.
5. Penyimpanan
Bijih yang telah disaring di suatu tempat tertentu untuk pengurangan kadar air
secara alami, sebelum dikonsumsi untuk proses pengeringan dan penyaringan
ulang di pabrik.

Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya
ditemui yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan
menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium),
bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit
sebaliknya.
Pabrik pengolahan PT Inco di Sorowako mempunyai kapasitas produksi
72.500 ton nikel setahun. Proses pengolahan dilakukan untuk menghasilkan nikel
matte yaitu produk dengan kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama
dalam proses pengolahan adalah sebagai berikut:
1. Pra Pengolahan
Pada tahap ini dilakukan persiapan bahan baku. Bahan baku dalam proses
pengolahan adalah bijih nikel (laterit) dengan antrasit sebagai reduktor serta batu
kapur sebagai flux dengan komsumsi sebagai berikut :
- Bijih nikel sebanyak 320.000 ton bijih basah per tahun
- Antrasit sebanyak 30-40 kg per ton bijih basah.
- Batu kapur sebanyak 20-40 kg per ton bijih basah.
Bijih basah dari tambang diumpankan ke dalam shake out machine (SOM)
untuk memisahkan boulder yang berukuran di atas 30 cm, bijih yang berukuran di
bawah 30 dm diangkut ke ripple flow screen (RFS) dengan belt conveyor di mana
butiran berukuran lebih kecil dari 5 cm bersama-sama dengan produk impeller
breaker selanjutnya diangkut ke dalam dua buah bin yang masing-masing
berkapasitas 120 ton. bijijh nikel terpisah masing-masing ditampung dalam bin-
bin yang berkapasitas 70 ton secara Pengolahan dan ekstraksi bijih nikel
2. Pengolahan
A. Crushing
Bertujuan untuk menghancurkan bongkahan bijih nikel sebagai bahan baku
dan campuran bahan baku lainnya.
Pada proses ini menggunakan Jaw Crusher sebagai Primay crushing dan Impact
Crusher sebagai Secondary Crushing
B. Grinding
Pada proses ini menggunakan alat yaitu Ball Mill , dan menggunakan Wet
Grinding Process sehingga hasil dari proses ini haruslah dilakukan pengeringan
dengan menggunakan proses drying

3. Drying
Bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari bagian
Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran +25 mm dan – 25 mm. Produk
dari sini berupa tanah kering kadar air 34%, keluar untuk masuk ke gudang jadi
20% kadar airnya, lalu terakhir nikelnya 2%.

4. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi


Untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih menggunakan alat
Reduction Kiln. Di dalam Reduction Kiln air yang 20 persen hilang sama sekali di
sini. Setelah airnya hilang, perlahan direduksi hasilnya terbentuk kalsain 700
derajat celcius. Di kalsain sebagian nikel berbentuk nikel metal. Asalnya dari
bumi nikel oksida. Ini masih pakai energi minyak. Tahapan pada proses kalsinasi :
- Bahan baku ditimbang
- diangkut ke reduction kiln dengan belt konveyor untuk proses kalsinasi
- bahan bakar yang dipakai untuk burner tersebut adalah Heavy Oil (MFO)
- Jumlah bijih yang diolah dalam reduction kiln rata-rata sebanyak ± 40 ton
bijih basah per jam
5. Peleburan di Tanur Listrik (Electric Furnace)
Untuk melebur kalsain hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan
matte dan terak. Suhu yang biasa di gunakan dalam furnace 1500 oC. Kemudian
ditampung dalam satu wadah besar. Di dalam granulasi area, converter, and
packaging area, Vale memiliki 4 unit furnise untuk mengeluarkan nikel matte
menggunakan oksigen dan besi panjang.

6. Pengkayaan di Tanur Pemurni (converter)


Untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 25 persen menjadi di
atas 75 persen.

7. Granulasi dan Pengemasan


Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang
siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.
Nikel matte dingin yang berbentuk butiran-butiran halus ini, yang kemudian
dikeringkan dengan tanur pengering, disaring dan siap dikemas dalam kantong
dengan kapasitas 3 ton matte. Kemasan siap dikapalkan untuk kemudian diekspor
ke perusahaan Jepang, Sumitomo.

Alur proses pengolahan peleburan primer bijih nikel


BAB 4
KESIMPULAN

1. PT. Vale Indonesia merupakan perusahaan dibidang pertambangan penghasil


Nikel terbesar di Indonesia
2. Proses pengolahan dan pemurnian Nikel du PT. Vale Indonesia terdiri atas
pra pengolahan, pengolaha, pengeringan (dryng), kalsinasi dan reduksi di
tanur pereduksi, peleburan di tanur elektrik, pengkayaan di tanur pemurni
(converter), dan granulasi dan pengemasan.

Anda mungkin juga menyukai