Anda di halaman 1dari 12

Nama : Dayu Aridayanti

NPM : 11.2015.1.00519

TUGAS PENGELOLAAN LIMBAH B3


“Cara Pengambilan Sampel Tanah dan Air”

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL TANAH

Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji


tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur
kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk
penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun,
hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal
yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu
pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji
tanah.
Sampel tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam
namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat
pengambilan sampel tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas
lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk
pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada
kondisi basah.

Peralatan untuk pengambilan contoh sampel tanah :


1. Alat untuk mengambil contoh tanah seperti bor tanah (auger, tabung), cangkul,
sekop.
2. Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti pisau dan sendok tanah
untuk mencampur atau mengaduk
3. Ember plastic untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu
4. Kantong plastic agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong plastic
untuk label.
5. Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label luar
6. Spidol (water proof) untuk menulis isi label
7. Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel :


1. Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah
tererosi sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/
jerami, bekas penimbunan pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas
penggembalaan ternak.
2. Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumput-
rumputan, sisa tanaman, bahyan organic/ serasah, dan batu- batuan atau kerikil.
3. Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat.
Kantong plastic yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah dipakai
untuk keperluan lain.

Cara pengambilan contoh sampel tanah :


a. Sampel Sesaat (Grab Sample) : Sampel yang diambil secara langsung dari badan
tanah yang sedang dipantau. Sampel ini hanya menggmbarkan karakteritik
tanah pada saat pengambilan sampel.
b. Sampel komposit (Compsite sample) : Sampel campuran dari beberapa waktu
pengambilan. Pengambilan sampel komposit dapat dilakukan secara manual
ataupun secara otomatis dgn menggunakan peralatan yang dapat mengambil air
pada waktu-waktu tertentu. Pengambilan sampel secara otomatis hanya
dilakukan jika ingi mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas tanah
secara terus-menerus. Cara mengambil sampel tanah komposit :
1. Menentukan tempat pengambilan sampel tanah individu, terdapat dua cara
yaitu cara sistematik seperti sistem diagonal atau zig- zag dan cara acak.
2. Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organik
segar/ serasah yang terdapat dipermukaan tanah di bersihkan.
3. Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan sampel tanah
sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu
kondisi kira- kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang untuk lahan sawah
contoh tanah sebaiknya diambil pada kondisi basah atau seperti kondisi saat
terdapat tanaman.
4. Sampel tanah individu diambil menggunakan bor tanah (auger atau tabung)
atau cangkul dan sekop. Jika menggunakan bor tanah, sampel tanah individu
diambil pada titik pengambilan yang telah ditentukan, sedalam +20 atau
lapisan olah. Sedangkan jika menggunakan cangkul dan sekop, tanah
dicangkul sedalam lapisan olah (akan membentuk seperti huruf v), kemudian
tanah pada sisi yang tercangkul diambil setebal 1,5 cm dengan menggunakan
cangkul atau sekop (gambar 2)
5. Sampel- sampel tanah indivisu tersebut dicampur dan diaduk merata dalam
ember plastic, lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan
teraduk rata, diambil sampel seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam
kantong plastic (sampel tanah komposit). Untuk menghindari kemungkinan
pecah pada saat pengiriman, kantong plastic yang digunakan rangkap
dua.Pemberian label luar dan dalam. Label dalam harus dibungkus dengan
plastic dan dimasukkan diantara plastik pembungkus supaya tulisan tidak
kotor atau basah, sehingga label tersebut dapat dibaca sesampainya
dilaboratorium tanah. Sedangkan label luar disatukan pada sat pengikatan
plastic. Pada label diberi keterangan mengenai kode pengambilan, nomor
sampel tanah, asal dari (desa/kecamatan/kabupaten), tanggal pengambilan,
nama dan alamat pemohon. Selain label yang diberi keterangan, akan lebih
baik jika sampel tanah yang dikirim dilengkapi dengan peta situasi atau peta
lokasi .
c. Sampel gabungan tempat (integrated sample) : Sampel gabungan yang diambil
secara terpisah dari beberpa tempat, dengan volume yang sama. Selain itu ada
juga satu metode yang biasa digunakan dalam pengammbilan sampel penelitian
yaitu:
d. Automatic Sampling (Pengambilan Contoh Otomatis). Cara ini dikembangkan
untuk memenuhi program pengamatan kualias sampel secara penyeluruh.
Peralatan memerlukan bangunan khusus dengan penampungan dan
pemeliharaan yang baik alat mengambil contoh otomatis biasanya bekerja dalam
24 jam.
e. Pengambilan contoh tanah terusik di lapisan permukaan
1. Memilih tempat yang tidak tergenang air, tak terkena sinar matahari langsung
datar dan mewakili tempat sekitarnya.
2. Membersihkan seresah, batuan dan benda alam lain di lapisan permukaan
sehingga tubuh tanah terlihat.
3. Mengambil sekitar 1-2 kg contoh tanah kering dengan menggunakan pacul,
cethok dan memasukannya ke dalam plastic yang beritiket : Kode tempat,
kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan, dan ciri-ciri istimewa lainnya.
f. Pengambilan contoh tanah terusik dengan bor
1. Meletakkan mata bor di permukaan tubuh tanah
2. Memutar pegangan bor perlahan-lahan ke arah kanan dengan disertai tekanan
sampai seluruh kepala bor terbenam
3. Kepala bor perlahan dikeluarkan dari tubuh tanah dengan memutar pegangan
bor tanah ke arah kiri dengan disertai tarikan
4. Contoh tanah yang terbawa kepala bor dilepaskan perlahan sampai bersih dan
diusahakan tidak banyak merusak susunan tanah
5. Pengeboran dilanjutkan lagi pada setiap ketebalan tanah 20 cm sampai
kedalaman yang dikehendaki
6. Contoh tanah hasil pengeboran pada setiap ketebalan 20 cm itu diletakkan
tersusun menurut kedalaman aslinya, sehingga akan diperoleh gambaran
profil tanah.
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL AIR

Cara-cara pengambilan sample air permukaan :


a. Menentukan lokasi pengambilan sampel. Lokasi pengambilan sampel air
permukaan dapat berasal dari daerah pengaliran sungai dan danau/ waduk
b. Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai (Permukaan air)
berdasarkan pada :
1. Sumber air alamiah :
Yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau masih sedikit pencemaran.
2. Sumber air tercemar :
Yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami perubahan atau dihilir sumber
pencemar.
3. Sumber air yang dimanfaatkan
Yaitu lokasi pada tempat penyadapan pemanfaatan sumber air tersebut.
c. Pemantauan kualitas air pada danau/ waduk.
1. Tempat masuknya sungai ke danau/ waduk
2. Ditengah danau/ waduk
3. Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan
4. Tempat keluarnya air danau/ waduk.
d. Setelah tahapan tersebut selesai, lalu dilanjutkan untuk persiapkan botol steril
tempat sample
e. Buka botol steril.
f. Isi sampel air permukaan ke dalam botol sampai penuh
g. Angkat botol,kemudian buang sedikit isi botol sehingga terdapat rongga udara
Catatan : Pada pengambilan air permukaan, pengisian air didalam botol sebaikanya
di rendamkan kira-kira 20 cm dari permukaan air.

Cara pengambilan sampel untuk air limbah :


1. Memilih lokasi dan jenis air limbah yang akan diambil sampelnya
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Menggunakan masker dan sarung tangan karet.
4. Mengisi jeringen sampai penuh dengan limbah cair dari inlet dengan bantuan
gayung dan corong (hindari terjadinya aerasi atau masuknya udara di dalam
jerigen).
5. Setelah penuh, jerigen ditutup rapat dan diberi label (lokasi sampling, waktu
sampling, jenis pemeriksaan, pengambil sampel).
6. Kemudian mengambil sampel untuk pemeriksaan BOD dengan menggunakan
botol oksigen di inlet dan outlet.
7. Kemudian mengambil sampel untuk pemeriksaan COD dan TSS dengan
menggunakan jerigen kecil di inlet dan outlet.
8. Mengirim sampel ke laboratorium dasar untuk diperiksa dan laboratorium
rekayasa untuk diolah secara sederhana.
CARA PENGURAIAN LIMBAH

1. Fitoremediasi : Suatu cara dimana tanaman tertentu bekerjasama dengan


mikroorrganisme dalam media (tanah, koral, dan air) mengubah
zat kontaminasi(pencemar/polutan) menjadi kurang atau idak
berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi.
Pada proses fitoremediasi, tanaman berfungsi sebagai alat pengolah bahan
pencemar dimana limbah padat atau cair yang akan diolah, dialirkan ke dalam
suatu lahan yang telah ditanami dengan tanaman tertentu yang dapat menyerap,
mengumpulkan, serta mendegradasi bahan-bahan pencemar tertentu yang
terdapat di dalam limbah tersebut.
Jenis-jenis tanaman yang sering digunakan di Fitoremediasi adalah; Anthurium
Merah/Kuning, Alamanda Kuning/Ungu, Akar Wangi, Bambu Air, Cana
Presiden Merah/Kuning/Putih, Dahlia, Dracenia Merah/Hijau, Heleconia
Kuning/Merah, Jaka, Keladi Loreng / Sente / Hitam, Kenyeri Merah/Putih, Lotus
Kuning/Merah, Onje Merah, Pacing Merah/Putih, Padi-padian, Papirus, Pisang
Mas, Ponaderia, Sempol Merah/Putih, Spider Lili, dll.
Proses dalam fitoremediasi berlangsung secara alami dengan enam tahap proses
secara serial yang dilakukan tumbuhan terhadap zat pencemar yang berada di
sekitarnya. Antara lain :
a. Phytoacumulation (phytoextraction)
Ialah proses dimana tumbuhan menarik zat kontaminan dari media sehingga
berakumulaassi di sekitar akar tumbuhan. Proses ini disebut juga
hyperacumulation. Logam kontaminan dalam tanah diserap oleh akar,
kemudian dipindah ke tunas (translokasi) dan disimpan pada tumbuhan yang
berada di atas tanah. Setelaah tanaman tumbuh dan menyerap logam, mereka
dipanen dan dibuang dengan aman.
b. Rhizofiltration
Merupakan proses adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan oleh akar untuk
menempel pada akar. Rhizofiltration mirip dengan phyroextraction tapi
digunakan untuk membersihkan air tanah yang terkontaminasi oleh tanah
yang tercemar. Tanaman hidroponik di tanam pada media air, hingga sistem
perakaran tanaman berkembang. Setelah sistem akar yang besar pasokan air
diganti untuk pasokan air tercemar untuk menyesuaikan diri tanaman. Setelah
tanaman menjadi acclimatised kemudian ditanam di daerah tercemar di mana
serapan akar air tercemar dan kontaminannya sama. Setelah akar menjadi
jenuh kemudian tanaman dipanen dan dibuang.
c. Phytosstabilization
Merupakan penempelan zat-zat kontaminan tertentu pada akar yang tidak
mungkin terserap kedalam batang tumbuhan. Kontaminan organik dalam
tanah adalah: diserap oleh akar tanaman dan dipecah menjadi bagian-bagian
mereka dengan "eksudat" dalam sistem akar tanaman.
d. Rhyzodegradetion
Yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas mikroba yang berada di
sekitar akar tumbuhan.

e. Phytodegradation (phyto transformation)


Merupakan proses yang dilakukan tumbuhan untuk menguraikan zat
kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi bahan
yang tidak berbahaya dengan susunan molekul yang lebih sederhana yang
dapat berguna bagi pertumbuhan tanaman itu sendiri.

f. Phytovolatization
Yaitu proses menarik dan transpirasi zat kontaminan oleh tumbuhan dalam
bentuk yang telah terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk
selanjutnya diuapkan ke atmosfer. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air
200 sampai 1000 liter per hari untuk setiap batang.
Keuntungan fitoremediasi : Potensial untuk diaplikasikan, aman untuk
digunakan, dampak negatif relatif kecil,
memberikan efek positif yang multiguna, biaya
operasi relatif murah, mampu mereduksi
volume kontaminan, serta memberikan
keuntungan langsung bagi kesehatan
masyarakat.
Kekurangan fitoremediasi : Batasan konsentrasi kontaminan yang dapat ditolerir
oleh tumbuhan, masalah kebocoran kontaminan
yang sangat larut dalam air dan lamanya waktu yang
diperlukan pada fitoremediasi tanah yang tercemar.
2. Bioremediasi : Pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan
memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan
pencemaran. Bioremediasi mempunyai potensi untuk menjadi
salah satu teknologi lingkungan yang bersih, alami, dan paling
murah untuk mengantisipasi masalah-masalah lingkungan
(Munir,2006).
Mikroba yang hidup di tanah dan air tanah memakan senyawa minyak. Setelah
senyawa minyak dimakan, proses pencernaan pada hama tersebut secara alami
mengubah senyawa minyak menjadi air dan gas yang tidak berbahaya. Proses
bioremediasi mengembalikan tanah ke bentuk asalnya, sehingga aman untuk
digunakan di berbagai jenis lingkungan.
Pengelolaan yang efektif dan efisien dalam program bioremediasi dapat
mempercepat proses dan menghasilkan tanah yang bersih dan aman dalam siklus
3- 4 bulan. Lokasi pengolahan dan kapasitasnya didisain dan dibangun secara
terencana untuk mampu menampung dan mengolah volume tanah yang mungkin
terpapar dalam periode mendatang.

Agen bioremediasi meliputi khamir, fungi (mycoremediasi), yeast, alga, dan


bakteri.
1. Kelebihan bioremediasi :
 Bioremediasi sangat aman digunakan karena menggunakan mikroba yang
secara alamiah sudah ada di
 Bioremediasi tidak menggunakan atau menambahkan bahan kimia
berbahaya (ramah lingkungan).
 Tidak melakukan proses pengangkatan
 Teknik pengolahannya mudah diterapkan dan murah
 Dapat dilaksanakan di lokasi atau di luar
 Menghapus resiko jangka panjang
2. Kelemahan bioremediasi :
 Tidak semua bahan kimia dapat diolah secara
 Membutuhkan pemantauan yang intensif
 Berpotensi menghasilkan produk yang tidak dikenal
 Membutuhkan lokasi tertentu

Anda mungkin juga menyukai