Anda di halaman 1dari 3

Keekonomian Operasional PLTN : Studi

kasus di Beberapa Negara


Banyak studi, termasuk salah satu yang dibuat baru-baru ini oleh The Nuclear Energy
Agency of the OECD (OECD/NEA) dan IAEA, menunjukkan bahwa instalasi tenaga nuklir
di sebagian besar negara sangat kompetitif bila dibandingkan secara ekonomi dengan jenis energi
lainnya. Selain itu penggunaan energi nuklir telah mempertimbangkan perbandingan dengan
alternatif-alternatifnya dari beberapa segi antara lain pendanaan, unjuk kerja dan keandalan,
ketergantungan dari fluktuasi dalam ketersediaan dan harga pemasok, serta dampak lingkungan
dan kesehatan.

Pembangunan PLTN membutuhkan biaya investasi yang besar, tetapi pada saat PLTN beroperasi
hanya memerlukan biaya bahan bakar yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit
yang lain. Hal ini dikarenakan oleh bahan bakar nuklir yang sangat kompak dan mempunyai
kandungan energi yang lebih besar dibandingkan dengan bahan bakar fosil ataupun minyak.
Biaya bahan bakar yang rendah ini menjadikan biaya produksi listrik PLTN akan kompetitif
terhadap pembangkit lain, serta lebih stabil karena tidak rentan terhadap perubahan harga bahan
bakar dunia.

Di banyak negara biaya pembangkitan listrik PLTN sudah dapat bersaing dengan PLTU batubara
maupun gas. Terlebih jika biaya lingkungan atau eksternalitas ikut diperhitungkan. Menurut
perhitungan yang ada, biaya pembangkitan listrik PLTN sudah dapat ditekan menjadi sekitar 5-6
cent USD/kWh.

Pembangunan PLTN memerlukan investasi yang cukup besar, mengingat biaya pembanguan
sesaat (overnightcost)sekitar 1800-2700 USD/kWe. Sehingga untuk pembangunan dua unit
(twin) PLTN 2x1000 MWe diperlukan dana sekitar 3,6-5,4 billion USD. Untuk itu diperlukan
jaminan pemerintah dan kemudahan lain, jika ingin mendatangkan investasi yang besar tersebut.
Apalagi proses persiapan dan pembangunan PLTN hingga pengoperasian komersial memerlukan
waktu yang cukup panjang sekitar 8-10 tahun.

Banyak model pendanaan pembangunan PLTN yang dapat dilakukan, tetapi yang perlu
diperhatikan saat ini adalah model pendanaan yang tidak memberatkan posisi keuangan
pemerintah atau anggaran negara, misalnya antara lain:
1. Pinjaman Pemerintah
2. Kredit Eksport Pemerintah
3. Investasi Perusahaan Swasta atau Konsorsium.

Saat ini dibeberapa negara menggunakan pola BOT (Build Operate and Transfer) untuk
membangun PLTN, seperti di Turki dan Uni Emirate Arab. Rusia dan Turki sepakat untuk
membangun PLTN 1200 MW dengan Model BOO. Listrik akan dibeli oleh Perusahaan Listrik
Turki dengan harga 12,35 Cent $/KWh selama 15 Tahun.Sedangkan Korea Selatan akan
membangun empat unit PLTN dengan total daya 5.600 MW di Uni Emirate Arab dengan masa
kontrak BOT selama 60 tahun.
Perkiraan Biaya Investasi PLTN di Indonesia

Biaya sesaat pembangunan (overnight cost) PLTN bergantung kepada beberapa faktor, termasuk
kondisi daerah/wilayah PLTN akan dibangun, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kondisi tapak (faktor kegempaan, kondisi geologi, dll): daerah/wilayah yang aktif secara
seismik akan lebih mahal
2. Harga material dan upah pekerja
3. Kandungan lokal
4. Jenis kontrak

Menurut Nuclear Technology Review 2009, IAEA, Vienna 2009, biaya sesaat untuk
Pembangunan PLTN di wilayah Asia adalah yang paling rendah berdasar pada pengalaman
terkini membangun PLTN. Biaya sesaat di Asia terendah sekitar 1.500 US$/kWe dan tertinggi
sekitar 3.600 US$/kWe (lihat gambar 1). Biaya investasi tertinggi di Asia adalah di Jepang,
mengingat daerahnya mempunyai intensitas dan frekuensi kegempaan yang tinggi, sehingga
memerlukan standar konstruksi yang lebih tinggi. Pembangunan PLTN di Amerika Utara
memerlukan investasi yang lebih tinggi karena labour cost-nya tinggi serta minimnya data yang
tersedia dalam membangun PLTN

Gambar 1. Biaya sesaat PLTN baru menurut wilayah

Tabel 1. Menyajikan data tentang Peak Ground Acceleration (PGA) yang menunjukkan tingkat
seismisitas calon tapak potensial PLTN di Indonesia dan Tapak PLTN di Jepang dan Korea.

Tabel 1. Data Peak Ground Acceleration(PGA) PLTN

Tabel 2. Biaya Pembangunan PLTN untuk beberapa Proyek PLTN

Sumber: World Nuclear Association, 2010

Dengan mempertimbangkan hal-hal penting di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Biaya pembangunan PLTN di wilayah Asia, yaitu terendah 1.500 US$/kWe dan tertinggi
3.600 US$/kWe (khususnya di Jepang). Dalam memperkirakan biaya pembangunan PLTN di
Indonesia, harus mengacu pada biaya pembangunan di wilayah Asia tersebut. Oleh karena nilai
PGA di calon tapak potensial di Indonesia lebih rendah disbanding nilai PGA di Jepang, maka
estimasi biaya tertinggi adalah 3000 US$/kWe ( lebih rendah dari Jepang)
2. Berdasarkan nilai PGA tapak potensial di Indoesia, maka perkiraan biaya pembangunan akan
lebih rendah dari nilai tertinggi di Asia atau setara dengan biaya pembangunan di Korea (1.850
US$/kWe)
3. Berdasarkan informasi terkini dari KEPCO, biaya pembangunan PLTN (overnight cost) di
United Arab Emirate adalah sekitar 2.000 US$/kWe

Biaya Pembangkitan Listrik PLTN


Jika di banyak Negara harga listrik PLTN lebih murah dengan harga listrik pembangkit fosil,
bagaimana kalau PLTN akan dibangun di Indonesia. Akan lebih murahkah dan dapat bersaing
dengan pembangkit lainnya? Tentunya sebelum pembangunan PLTN dilaksanakan sudah
dilakukan dulu kelayakan ekonomi, dilakukan dulu studi komparasi dengan pembangkit listrik
lainnya.

Ciri khas PLTN adalah padat modal, namun murah dalam biaya operasi dan bahan bakar
sehingga tidak rentan terhadap perubahan harga bahan bakar. Biaya pembangkitan listrik PLTN
terdiri dari:
* Biaya Investasi: biaya kontruksi, bunga pinjaman, dll
* Biaya operasi dan Perawatan:
* upah dan gaji
* asuransi
* inspeksi keselamatan
* dekomisioning, dll
* Biaya bahan bakar: front-end (biaya penambangan sampai dengan fabrikasi)dan back-end
(pengelolaan limbah radioaktif)

Dengan berpedoman pada perkiraan harga sesaat pembangunan PLTN untuk kondisi Indonesia
yang diasumsikan akan setara dengan harga di Korea yaitu 1.850 US$/kWe, maka harga listrik
PLTN akan berkisar 4,8 cent$/kWh. Sebagai perbandingan, menurut statistik PLN tahun 2008,
harga pembangkitan listrik rata-rata untuk PLTU adalah sebesar Rp. 597,26 atau 6,5 cent$/kWh
(1 USD =9200).

Tinjauan keekonomian PLTN tidak hanya ditinjau dari harga listrik yang dibangkitkan oleh
PLTN, namun juga dari aspek eksternalitas (internalisasi biaya eksternal), yaitu biaya yang
seharusnya dibayar bila mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan, misalnya aspek
kesehatan penduduk di sekitar lokasi dan emisi karbon. Hal ini dikarenakan PLTN sudah
dilengkapi dengan sistem keselamatan yang sangat tinggi sehingga akhirnya tergolong sebagai
pembangkit listrik teknologi yang bersih dan ramah lingkungan.

http://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-2/artikelnuklir/120-keekonomian-operasional-pltn-
studi-kasus-di-beberapa-negara

Anda mungkin juga menyukai