Anda di halaman 1dari 14

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI

AKPRIND YOGYAKARTA
Jln. Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta 55222

MAKALAH
KONVERSI ENERGI – SISTEM PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT

Disusun Oleh :

INDAR LUH SEPDYANURI 101.03.1113

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA

Fakultas Teknologi Industri – Jurusan Teknik Mesin

Jl. Kalisahak No. 28 Komplek Balapan Yogyakarta 55222. Telp. 0274


563029
Yogyakarta, Indonesia · http://www.akprind.ac.id/

By. Indar Luh Sepdyanuri


www.indarluhsepdyanuri.esy.es
www.indarluhsepdyanuri.wordpress.com
www.indarluhsepdyanuri.blogspot.com
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI
AKPRIND YOGYAKARTA
Jln. Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta 55222

KONVERSI ENERGI – SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA


LAUT

A. PENDAHULUAN

Pembangkitan energi listrik dengan memanfaatkan air laut terbagi menjadi


beberapa cara. Beberapa di antaranya adalah dengan memanfaatkan energi
arus laut, memanfaatkan energi dari gelombang lautan, memanfaatkan
energi dari pasang-surut air laut, memanfaatkan sifat osmosis, serta
memanfaatkan energi panas air laut. Dari cara-cara tersebut, yang paling
banyak dikembangkan saat ini adalah pemanfaatan gelombang dan arus
laut. Krisis energi telah diprediksikan akan melanda dunia pada tahun
2015. Hal ini dikarenakan semakin langkanya minyak bumi dan semakin
meningkatnya permintaan energi. Untuk itu diperlukan sebuah terobosan
untuk memanfaatkan energi lain, selain energi yang tidak terbarukan.
Karena kalau kita tergantung pada energi tidak terbarukan, maka di masa
depan kita juga akan kesulitan untuk memanfaatkan energi ini karena
keterbatasan populasi dari energi tersebut.
Untuk itu kita akan mencoba menggali informasi tentang tenaga ombak
yang sebenarnya sudah dimanfaatkan oleh banyak negara, termasuk
Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) dan Pemerintah Norwegia sejak tahun 1987,
terlihat bahwa banyak daerah-daerah pantai yang berpotensi sebagai
pembangkit listrik bertenaga ombak. Ombak di sepanjang Pantai Selatan
Pulau Jawa, di atas Kepala Burung Irian Jaya, dan sebelah barat Pulau
Sumatera sangat sesuai untuk menyuplai energi listrik. Kondisi ombak
seperti itu tentu sangat menguntungkan, sebab tinggi ombak yang bisa
dianggap potensial untuk membangkitkan energi listrik adalah sekitar 1,5
hingga 2 meter, dan gelombang ini tidak pecah hingga sampai di pantai.
Potensi tingkat teknologi saat ini diperkirakan bisa mengonversi per
meter panjang pantai menjadi daya listrik sebesar 20-35 kW (panjang
pantai Indonesia sekitar 80.000 km, yang terdiri dari sekitar 17.000 pulau,
dan sekitar 9.000 pulau-pulau kecil yang tidak terjangkau arus listrik
nasional, dan penduduknya hidup dari hasil laut). Dengan perkiraan
potensi semacam itu, seluruh pantai di Indonesia dapat menghasilkan lebih
dari 2~3 Terra Watt Ekuivalensi listrik, bahkan tidak lebih dari 1%
panjang pantai Indonesia (~800 km) dapat memasok minimal ~16 GW
atau sama dengan pasokan seluruh listrik di Indonesia tahun ini.
Untuk sistem mekaniknya, PLTO dikenal memakai teknologi OWC
(Oscillating Wave Column). Untuk OWC ini ada dua macam, yaitu OWC

By. Indar Luh Sepdyanuri


www.indarluhsepdyanuri.esy.es
www.indarluhsepdyanuri.wordpress.com
www.indarluhsepdyanuri.blogspot.com
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI
AKPRIND YOGYAKARTA
Jln. Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta 55222

tidak terapung dan OWC terapung. Untuk OWC tidak terapung prinsip
kerjanya sebagai berikut. Instalasi OWC tidak terapung terdiri dari tiga
bangunan utama, yakni saluran masukan air, reservoir (penampungan), dan
pembangkit. Dari ketiga bangunan tersebut, unsur yang terpenting adalah
pada tahap pemodifikasian bangunan saluran masukan air yang tampak
berbentuk U, sebab ia bertujuan untuk menaikkan air laut ke reservoir.
Bangunan untuk memasukkan air laut ini terdiri dari dua unit, kolektor
dan konverter. Kolektor berfungsi menangkap ombak, menahan energinya
semaksimum mungkin, lalu memusatkan gelombang tersebut ke konverter.
Konverter yang didesain berbentuk saluran yang runcing di salah satu
ujungnya ini selanjutnya akan meneruskan air laut tersebut naik menuju
reservoir. Karena bentuknya yang spesifik ini, saluran tersebut dinamakan
tapchan (tappered channel).
Setelah air tertampung pada reservoir, proses pembangkitan listrik
tidak berbeda dengan mekanisme kerja yang ada pada pembangkit listrik
tenaga air (PLTA).
Selain OWC tidak terapung, kita juga mengenal OWC tidak terapung
lain seperti OWC tidak terapung saat air pasang. OWC ini bekerja pada
saat air pasang saja, tapi OWC ini lebih kecil. Hasil survei
hidrooseanografi di wilayah perairan Parang Racuk menunjukkan bahwa
sistem akan dapat membangkitkan daya listrik optimal jika ditempatkan
sebelum gelombang pecah atau pada kedalam 4-11 meter. Pada kondisi ini
akan dapat dicapai putaran turbin antara 3000-700 rpm. Posisi prototip II
OWC (Oscillating Wave Column) masih belum mencapai lokasi minimal
yang disyaratkan, karena kesulitan pelaksanaan operasional alat mekanis.
Posisi ideal akan dicapai melalui pembangunan prototip III yang berupa
sistem OWC apung. Untuk OWC terapung, prinsip kerjanya sama seperti
OWC tidak terapung, hanya saja peletakannya yang berbeda.
Energi tidal juga merupakan salah satu macam dari energi ombak.
Kelemahan energi ini diantaranya adalah membutuhkan alat konversi yang
handal yang mampu bertahan dengan kondisi lingkungan laut yang keras
yang disebabkan antara lain oleh tingginya tingkat korosi dan kuatnya arus
laut.
Saat ini baru beberapa negara yang yang sudah melakukan penelitian
secara serius dalam bidang energi tidal, diantaranya Inggris dan Norwegia.
Di Norwegia, pengembangan energi ini dimotori oleh Statkraft,
perusahaan pembangkit listrik terbesar di negara tersebut. Statkraft bahkan
memperkirakan energi tidal akan menjadi sumber energi terbarukan yang
siap masuk tahap komersial berikutnya di Norwegia setelah energi hidro
dan angin. Keterlibatan perusahaan listrik besar seperti Statkraft
mengindikasikan bahwa energi tidal memang layak diperhitungkan baik

By. Indar Luh Sepdyanuri


www.indarluhsepdyanuri.esy.es
www.indarluhsepdyanuri.wordpress.com
www.indarluhsepdyanuri.blogspot.com
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI
AKPRIND YOGYAKARTA
Jln. Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta 55222

secara teknologi maupun ekonomis sebagai salah satu solusi pemenuhan


kebutuhan energi dalam waktu dekat.

SEJARAH

Tercatat, paten pertama penggunaan gelombang laut ada pada tahun 1799
di Paris, dibuat oleh Girard, namun paten ini belum diteruskan menjadi
sebuah alat konversi energi. Alat konversi energi gelombang laut pertama
dibuat oleh Bochaux-Praceique, seorang Perancis, untuk menyalakan
lampu-lampu dan alat listrik di rumahnya sendiri. Selanjutnya, dari tahun
1855 hingga 1973, sudah ada 340 paten (hanya di Inggris) mengenai
penggunaan energi gelombang laut ini. Eksperimen modern mengenai
sumber energi ini dimulai oleh seorang warga Jepang bernama Yoshio
Masuda. Dia sudah merancang berbagai alat konversi gelombang laut,
beberapa ratus di antaranya digunakan untuk menyalakan lampu navigasi
(mercusuar). Munculnya kembali ketertarikan orang untuk meneliti
sumber energi jenis ini dimulai saat krisis minyak pada tahun 1973,
banyak peneliti dari berbagai universitas yang meriset alat konversi energi
jenis ini. Tahun 1980, harga minyak turun kembali dan ketertarikan pada
sumber energi ini kembali menurun. Namun, isu perubahan iklim baru-
baru ini membuat ketertarikan pada sumber-sumber energi terbarukan,
termasuk energi gelombang laut, menjadi tinggi kembali.

Lalu, pembangkit yang menggunakan energi pasang-surut air laut pertama


dibangun antara tahun 1960 hingga 1966 di Perancis dengan kapasitas
240MW. Setelah, itu bermunculan berbagai pembangkit listrik mulai dari
kapasitas kecil (0.4 MW) hingga kapasitas 1320 MW yang dijadwalkan
akan dibangun Korea Selatan pada tahun 2017.

B. PEMBAHASAN

Prinsip Kerja

Secara umum, sistem kerja pembangkit listrik tenaga gelombang laut


sangat sederhana. Sebuah tabung beton dipasang pada ketinggian tertentu
di pantai dan ujungnya dipasang di bawah permukaan air laut. Ketika ada
ombak yang datang ke pantai, air dalam tabung beton tersebut mendorong
udara di bagian tabung yang terletak di darat. Gerakan yang sebaliknya
terjadi saat ombat surut. Gerakan udara yang berbolak-balik inilah yang
dimanfaatkan untuk memutar turbin yang dihubungkan dengan sebuah
pembangkit listrik. Terdapat alat khusus yang dipasang pada turbin

By. Indar Luh Sepdyanuri


www.indarluhsepdyanuri.esy.es
www.indarluhsepdyanuri.wordpress.com
www.indarluhsepdyanuri.blogspot.com
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI
AKPRIND YOGYAKARTA
Jln. Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta 55222

sehingga turbin berputar hanya pada satu arah walaupun arus udara dalam
tabung beton bergerak dalam 2 arah.

Ada 2 cara untuk mengkonversi energi gelombang laut menjadi listrik,


yaitu dengan sistem off-shore (lepas pantai) atau on-shore (pantai).

Sistem off-shore dirancang pada kedalaman 40 meter dengan mekanisme


kumparan yang memanfaatkan pergerakan gelombang untuk memompa
energi. Listrik dihasilkan dari gerakan relatif antara pembungkus luar
(external hull) dan bandul dalam (internal pendulum). Naik-turunnya pipa
pengapung di permukaan yang mengikuti gerakan gelombang berpengaruh
pada pipa penghubung yang selanjutnya menggerakkan rotasi turbin
bawah laut. Cara lain untuk menangkap energi gelombang laut dengan
sistem off-shore adalah dengan membangun sistem tabung dan
memanfaatkan gerak gelombang yang masuk ke dalam ruang bawah
pelampung sehingga timbul perpindahan udara ke bagian atas pelampung.
Gerakan perpindahan udara inilah yang menggerakkan turbin.

Sedangkan pada sistem on-shore, ada 3 metode yang dapat digunakan,


yaitu channel system, float system, dan oscillating water column system.
Secara umum, pada prinsipnya, energi mekanik yang tercipta dari sistem-
sistem ini mengaktifkan generator secara langsung dengan mentransfer
gelombang fluida (air atau udara penggerak) yang kemudian mengaktifkan
turbin generator.

1. Float System
Alat ini akan membangkitkan listrik dari hasil gerakan vertikal dan
rotasional pelampung dan dapat ditambatkan pada untaian rakit yang
mengambang atau alat yang tertambat di dasar laut dan dihubungkan

By. Indar Luh Sepdyanuri


www.indarluhsepdyanuri.esy.es
www.indarluhsepdyanuri.wordpress.com
www.indarluhsepdyanuri.blogspot.com
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI
AKPRIND YOGYAKARTA
Jln. Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta 55222

dengan engsel Cockerell. Gerakan pelampung ini menimbulkan tekanan


hidrolik yang kemudian diubah menjadi listrik. Menurut penelitian,
deretan rakit sepanjang 1000 km akan mampu membangkitkan energi
listrik yang setara dengan 25000 MW.

2. Oscillating Water Column System


Alat ini membangkitkan listrik dari naik turunnya air akibat gelombang
dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air ini
akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa
dan menggerakkan turbin. Sederhananya, OWC merupakan salah satu
sistem dan peralatan yang dapat mengubah energi gelombang laut menjadi
energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat OWC ini akan
menangkap energi gelombang yang mengenai lubang pintu OWC,
sehingga terjadi fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam ruang OWC,
kemudian tekanan udara ini akan menggerakkan baling-baling turbin yang
dihubungkan dengan generator listrik sehingga menghasilkan listrik.

3. Channel System (Wave Surge atau Focusing Devices)


Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau kanal
meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal yang
dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang dan
menyalurkannya melalui saluran ke dalam bangunan penjebak seperti
kolam buatan (lagoon) yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari
kolam penampung ini yang digunakan untuk membangkitkan listrik
dengan menggunakan teknologi standar hydropower.

By. Indar Luh Sepdyanuri


www.indarluhsepdyanuri.esy.es
www.indarluhsepdyanuri.wordpress.com
www.indarluhsepdyanuri.blogspot.com
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI
AKPRIND YOGYAKARTA
Jln. Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta 55222

Spesifikasi platform sistem energi yang Terkait.

Sistem ini kontrol pada pembangkit tenaga gelombang laut terdiri dari
fisik, generator turbin drive, dan inersia. Area turbin dan torsi reaksi
generator dapat dikontrol oleh berbagai tegangan dan kontrol frekuensi.
Ada beberapa sistem pendukung lainnya, misalnya rem dan katup. Sistem
kontrol dalam pembangkit harus berhubungan satu sama lain. Gambar
dibawah ini menunjukkan turbin yang dikendalikan oleh suatu algoritma
pitch dan kombinasi drive generator yang dikendalikan oleh suatu
algoritma daya.

Untuk prototipe pertama, controlsystem yang dibuat harus kuat, efisien


dan stabil. Salah satu contoh sistem kontrol pada pembangkit misalnya

By. Indar Luh Sepdyanuri


www.indarluhsepdyanuri.esy.es
www.indarluhsepdyanuri.wordpress.com
www.indarluhsepdyanuri.blogspot.com
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI
AKPRIND YOGYAKARTA
Jln. Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta 55222

pada turbin. Turbin akan dikontrol untuk menghasilkan torsi maksimum,


sehingga sebuah inherent inertia akan digunakan untuk memperhalus
pengaruh gelombang dan menjaga agar keseluruhan sistem dapat tuning
sendiri. Turbin udara pada aliran unsteady atau bi-directional dapat
menghasilkan daya yang lebih bersih jika kecepatan rotasi bervariasi.
Karena alasan inilah maka diputuskan untuk secara aktif mengontrol
kecepatan sistem dalam hubungannya dengan torsi turbin.

Teknik Pengukuran, Instrumentasi dan Kontrol

Prediksi daya yang dapat dibangkitkan melalui tenaga ombak dilakukan


dengan memanfaatkan data angin. Angin yang bertiup di permukaan laut
merupakan faktor utama penyebab timbulnya gelombang laut. Angin yang
berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air.
Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin besar
gelombang yang terbentuk. Menurut teori Sverdrup, Munk dan
Bretchneider (SMB) kecepatan angin minimum yang dapat
membangkitkan gelombang adalah sekitar 10 knot atau setara dengan 5
m/det. Untuk mengkonversi tinggi dan perioda gelombang digunakan
persamaan gelombang untuk perairan dangkal (CERC,1984). Persamaan
yang digunakan adalah:

dimana F adalah panjang fetch, UA adalah faktor stress angin, dan g


adalah percepatan gravitasi.
Sedangkan daya yang dapat dibangkitkan dari energi gelombang dihitung
dengan menggunakan persamaan daya gelombang, yaitu:

dimana P adalah daya (kW/m panjang gelombang), H adalah tinggi


gelombang (m), S adalah perioda (detik), dan Tz adalah zero crossing
period. Daya yang terkandung dalam ombak juga dirumuskan oleh K.
Hulls dalam bentuk sebagai berikut:

By. Indar Luh Sepdyanuri


www.indarluhsepdyanuri.esy.es
www.indarluhsepdyanuri.wordpress.com
www.indarluhsepdyanuri.blogspot.com
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI
AKPRIND YOGYAKARTA
Jln. Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta 55222

dimana P adalah daya, b adalah berat jenis air laut, g adalah percepatan
gravitasi, T adalah periode gelombang, dan H adalah tinggi ombak rata-
rata.

Perkembangan Teknologi

Berbagai macam riset dan teknologi telah diterapkan oleh beberapa


lembaga dan perusahaan untuk mengembangkan madel baru bagi sistem
konversi energi tenaga ombak ini sehingga dapat menghasilkan efisiensi
yang lebih tinggi. Beberapa contoh perusahaan tersebut adalah:

1. Renewable Energy Holdings, memiliki ide untuk menghasilkan listrik


dari tenaga ombak menggunakan peralatan yang dipasang di dasar laut
dekat tepi pantai sedikit mirip dengan Pelamis. Prinsipnya menggunakan
gerakan naik turun dari ombak untuk menggerakkan piston yang bergerak
naik turun pula di dalam sebuah silinder. Gerakan dari piston tersebut
selanjutnya digunakan untuk mendorong air laut guna memutar turbin.

2. SRI International, menggunakan konsep pemakaian sejenis plastik


khusus bernama elastomer dielektrik yang bereaksi terhadap listrik. Ketika
listrik dialirkan melalui elastomer tersebut, elastomer akan meregang dan
terkompresi bergantian. Sebaliknya jika elastomer tersebut dikompresi
atau diregangkan, maka energi listrik pun timbul. Berdasarkan konsep
tersebut idenya ialah menghubungkan sebuah pelampung dengan
elastomer yang terikat di dasar laut. Ketika pelampung diombang-
ambingkan oleh ombak, maka regangan maupun tahanan yang dialami
elastomer akan menghasilkan listrik.

3. BioPower System, mengembangkan inovasi sirip-ekor-ikan-hiu buatan


dan rumput laut mekanik untuk menangkap energi dari ombak. Idenya
bermula dari pemikiran sederhana bahwa sistem yang berfungsi paling
baik di laut tentunya adalah sistem yang telah ada disana selama beribu-
ribu tahun lamanya. Ketika arus ombak menggoyang sirip ekor mekanik
dari samping ke samping sebuah kotak gir akan mengubah gerakan osilasi
tersebut menjadi gerakan searah yang menggerakkan sebuah generator
magnetik. Rumput laut mekaniknya pun bekerja dengan cara yang sama,

By. Indar Luh Sepdyanuri


www.indarluhsepdyanuri.esy.es
www.indarluhsepdyanuri.wordpress.com
www.indarluhsepdyanuri.blogspot.com
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI
AKPRIND YOGYAKARTA
Jln. Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta 55222

yaitu dengan menangkap arus ombak di permukaan laut dan menggunakan


generator yang serupa untuk merubah pergerakan laut menjadi listrik.

4. Ocean Power Delivery; perusahaan ini mendesain tabung-tabung yang


sekilas terlihat seperti ular mengambang di permukaan laut (dengan
sebutan Pelamis) sebagai penghasil listrik. Setiap tabung memiliki panjang
sekitar 122 meter dan terbagi menjadi empat segmen. Setiap ombak yang
melalui alat ini akan menyebabkan tabung silinder tersebut bergerak secara
vertikal maupun lateral. Gerakan yang ditimbulkan akan mendorong piston
diantara tiap sambungan segmen yang selanjutnya memompa cairan
hidrolik bertekanan melalui sebuah motor untuk menggerakkan generator
listrik. Supaya tidak ikut terbawa arus, setiap tabung ditahan di dasar laut
menggunakan jangkar khusus.

Kiri: Pelamis Wave Energy Converters dari Ocean Power Delivery.


Tengah: Rumput laut mekanik yang disebut juga Biowave. Kanan: Sirip
ekor ikan hiu buatan yang disebut Biostream.

Kelebihan dan kekurangan

Pembangkit listrik tenaga ombak ini memiliki banyak keunggulan


dibandingkan pembangkit listrik lainnya. Sumber energi pembangkit
listrik, yaitu gelombang laut, dapat diperoleh secara gratis sehingga biaya
operasinya cenderung lebih rendah daripada pembangkit lainnya.
Pembangkit ini tidak membutuhkan bahan bakar sehingga tidak
menghasilkan limbah yang membahayakan lingkungan. Kapasitas energi
yang dihasilkan jauh lebih besar daripada pembangkit tenaga angin. Energi
yang dihasilkan oleh arus air 12 mph sebanding dengan energi yang
dihasilkan oleh angin dengan kecepatan 110 mph. Produksi listrik juga

By. Indar Luh Sepdyanuri


www.indarluhsepdyanuri.esy.es
www.indarluhsepdyanuri.wordpress.com
www.indarluhsepdyanuri.blogspot.com
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI
AKPRIND YOGYAKARTA
Jln. Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta 55222

relatif lebih stabil dan dapat diprediksi karena intensitas dan kondisi
ombak di laut dapat diperkirakan sejak jauh-jauh hari.

Di samping keunggulannya, sistem ini juga memiliki beberapa


kekurangan, yaitu ketergantungannya pada ombak, sehingga hanya dapat
mensuplai energi selama lebih kurang 10 jam setiap harinya ketika ada
pergerakan ombak masuk ataupun keluar, dan jika ombaknya kecil maka
energi yang dihasilkan juga akan kecil. Namun kekurangannya yang
paling utama adalah sangat sulitnya menemukan lokasi yang tepat untuk
dibangun pembangkit listrik, karena untuk dibangun instalasi pembangkit
listrik tenaga gelombang laut, tempat tersebut harus memiliki ombak yang
kuat dan muncul secara konsisten.

Estimasi Biaya

Meskipun biaya operasional pembangkit listrik tenaga ombak sangat


rendah, namun untuk membangun instalasi pembangkit ini diperlukan
dana yang besar. Apalagi instalasi pembangkit ini terletak di tengah laut,
sehingga diperlukan biaya yang lebih besar untuk menjamin safety dan
endurability-nya. Berikut adalah estimasi biaya yang dibutuhkan untuk
membangun sebuah instalasi pembangkit listrik dengan memanfaatkan
gelombang laut.

By. Indar Luh Sepdyanuri


www.indarluhsepdyanuri.esy.es
www.indarluhsepdyanuri.wordpress.com
www.indarluhsepdyanuri.blogspot.com
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI
AKPRIND YOGYAKARTA
Jln. Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta 55222

Potensi di Dunia

Gelombang laut memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber


energi. Ombak di perairan dalam dapat menghasilkan daya sebesar 1
hingga 10 terrawatt. Lokasi yang sangat potensial untuk menjadi tempat
pengembangan pembangkit listrik tenaga gelombang laut adalah wilayah
laut bagian barat Eropa, pantai utara Inggris, dan sepanjang garis pantai
Samudera Pasifik di Afrika Selatan, Amerika Selatan, Australia, dan
Selandia Baru. Pengembangan instalasi pembangkit energi listrik dengan
memanfaatkan energi gelombang dan pasang surut telah dilakukan hingga
mencapai tingkat komersil di beberapa negara, seperti Skotlandia dan
Portugal untuk energi gelombang, dan Perancis dan Amerika Serikat untuk
energi pasang surut.

Potensi di Indonesia dan Hambatan Pengembangan dan Aplikasi di


Indonesia

Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan wilayah perairan yang luas,


sebenarnya memiliki banyak lokasi yang potensial untuk dibangun sistem

By. Indar Luh Sepdyanuri


www.indarluhsepdyanuri.esy.es
www.indarluhsepdyanuri.wordpress.com
www.indarluhsepdyanuri.blogspot.com
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI
AKPRIND YOGYAKARTA
Jln. Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta 55222

pembangkit listrik tenaga ombak karena laut-laut di Indonesia memiliki


arus yang kuat dan ombak yang cukup besar, terutama di tempat-tempat
yang menghadap ke Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Laut
Indonesia adalah satu-satunya jalur yang mempertemukan massa air
Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia, dan tiap detiknya jalur ini
dilewati oleh kurang lebih 15 juta meter kubik air laut. Indonesia juga
merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Seorang
warga negara Indonesia bernama Zamrisyaf telah menemukan sistem
listrik tenaga gelombang laut dengan metode bandulan dan dan bahkan
telah mematenkannya. Sayangnya, pemerintah Indonesia belum mengkaji
potensi ini lebih dalam dan mengembangkannya secara maksimal.
Percobaan pengembangan instalasi untuk memanfaatkan energi
gelombang dengan sistem Oscillating Water Column pernah dilakukan di
pantai Baron, Yogyakarta, namun hingga saat ini belum menunjukkan
hasil yang memuaskan.

Ada beberapa faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan


pembangkit listrik tenaga gelombang laut di Indonesia. Pembangkit listrik
tenaga gelombang laut ini akan dihubungkan dengan jaringan bawah laut
ke konsumen sehingga perlu biaya yang mahal untuk perawatan dan biaya
instalasi. Air laut dapat mempercepat terjadinya korosi pada peralatan, dan
kekuatan arus yang besar dan ketidakkontinuan gelombang laut
disebabkan terjadinya perputaran atau biasa disebut juga arus putar pun
cenderung merusak peralatan. Outputnya mengikuti grafik sinusoidal
sesuai dengan respon pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-
Matahari. Pada saat pasang purnama, kecepatan arus akan sangat deras,
sedangkan saat pasang perbani, kecepatan arus akan berkurang kira-kira
setengah dari pasang purnama.

Teknologi ini tergolong baru dan hanya dikuasai beberapa negara sehingga
diperlukan pendanaan yang besar dalam pengembangannya di Indonesia.
Hal ini terkait kondisi sumber arus Indonesia yang spesifik dan tidak dapat
disamakan dengan negara-negara yang telah berhasil mengembangkan
teknologi ini sehingga diperlukan penelitian yang lebih mendalam baik
dalam hal perancangan alat ataupun penentuan tempat yang efektif untuk
dibangunnya teknologi ini dan tentu saja pendanaan untuk para ahli yang
bersangkutan.

Untuk pengembangan energi alternatif yang terbarukan dibutuhkan


regulasi oleh pemerintah. Regulasi yang dibutuhkan berhubungan dengan
tata niaga sumber energi dan perangkat hukum sehingga energi alternatif
dapat diperdagangkan. Ketiadaan subsidi dana untuk riset dan produksi

By. Indar Luh Sepdyanuri


www.indarluhsepdyanuri.esy.es
www.indarluhsepdyanuri.wordpress.com
www.indarluhsepdyanuri.blogspot.com
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI
AKPRIND YOGYAKARTA
Jln. Kalisahak no 28 Komplek Balapan,
Yogyakarta 55222

energi alternatif merupakan kendala serius. Hal ini berdampak terhadap


peningkatan kualitas dan pemanfaatan sumber energi alternatif belum bisa
memberikan nilai tambah yang besar. Selain itu juga kurangnya dukungan
kelembagaan, dukungan fiskal dan moneter serta dukungan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

C. DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_gelombang
http://www.listrikindonesia.com/pembangkit_listrik_tenaga_gelombang_laut_tan
pa_bahan_bakar_fosil__dan_ramah_lingkungan_70.htm

By. Indar Luh Sepdyanuri


www.indarluhsepdyanuri.esy.es
www.indarluhsepdyanuri.wordpress.com
www.indarluhsepdyanuri.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai