Anda di halaman 1dari 7

HyperTheory

telusuri
NOV
29
Relasi dan Oklusi Maksila Mandibula

Pengertian Relasi dan Oklusi


Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada maksila dan mandibula, yang
terjadi selama pergerakan mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada
kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara dental system, skeletal system dan
muscular system. Oklusi gigi geligi bukanlah merupakan keadaan yang statis selama mandibula
bergerak, sehingga ada bermacam-macam bentuk oklusi, misalnya : sentrik, eksentrik, habitual,
supra-infra, mesial distal, lingual. dsb. Dikenal dua macam istilah oklusi yaitu :
1. Oklusi ideal adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak
mungkin terdapat pada manusia.
2. Oklusi normal adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang sama
dan rahang yang berlawanan, apabila gigi dikontakan dan kondilus berada dalam fosa glenoidea.
Selain itu istilah maloklusi, yaitu yang menyangkut hal-hal diluar oklusi normal. Pada oklusi
normal masih memungkinkan adanya beberapa variasi dari oklusi ideal yang secara fungsi
maupun estetik masih dapat diterima/memuaskan. Ada 2 tahap oklusi pada manusia :
1. Perkembangan gigi geligi susu.
2. Perkembangan gigi geligi permanen (rssm.iwarp.com).
Oklusi berasal dari kata occludere yang mempunyai arti mendekatkan dua permukaan yang
berhadapan sampai kedua pemukaan tersebut saling kontak. Secara teoritis, oklusi didefinisikan
sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam
suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomato-gnatik terhadap
permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi berkontak dalam keadaan
berfungsi.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa oklusi bukanlah merupakan suatu proses
statik yang hanya dapat diketahui bila seseorang penutup mulut sampai gigi geliginya dalam
keadaan kontak. Tetapi, kita harus pula memahami bahwa selain faktor gigi-geligi masih ada
faktor lain yang ikut terlibat dalam proses tersebut. Beberapa ahli menyatakan bahwa oklusi
dibentuk oleh suatu sistem struktur yang terintegrasi antara sistem otot-otot mastikasi dan sistem
neuromuskuler sendi temporomadibular dan gigi-geligi (Hamzah, Zahseni; dkk).
Dari aspek sejarah perkembangannya, dikenal tiga konsep dasar oklusi yang sejauh ini diajarkan
dalam pendidikan kedokteran gigi.
ü Pertama, konsep oklusi seimbang (balanced occlusion) yang menyatakan suatu oklusi baik atau
normal, bila hubungan antara kontak geligi bawah dan geligi atas memberikan tekanan yang
seimbang pada kedua rahang, baik dalam kedudukan sentrik maupun eksentrik.
ü Kedua, konsep oklusi morfologik (morphologic occlusion) yang penganutnya menilai baik-
buruknya oklusi melalui hubungan antar geligi bawah dengan lawannya dirahang atas pada saat
geligi tersebut berkontak.
ü Ketiga, konsep oklusi dinamik/individual/fungsional (dinamic)/individual/functional occlusion).
Oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari segi keserasian antara komponen-komponen yang
berperan dalam proses terjadinya kontak antar geligi tadi. Komponen-komponen ini antara lain
ialah geligi dan jaringan ini antara lain ialah geligi dan jaringan penyangganya, otot-otot mastikasi
dan sistem neuromuskularnya, serta sendi temporo mandibula. Bila semua struktur tersebut berada
dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan fungsinya dengan baik, maka oklusi tersebut
dikatakan normal (Gunadi, Haryanto A; dkk).

Posisi Oklusal Maksila Mandibula


Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula dalam
keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya.
Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh
kontak antara gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah berubah bila terdapat
gigi supra posisi ataupun overhanging restoration.
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan
antagonisnya
2. Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi pada saat
mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara terbatas
ke lateral.
3. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB digerakkan
ke anterior
4. Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakkan
ke lateral.
Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi keseimbangan,
keduanya dalam keadaan kontak
2. Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi
keseimbangan tidak kontak
3. Mutually protected occlusion, dijumpai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang pada
gigi posterior
4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalamklasifikasi diatas. (Hamzah,
Zahreni,dkk)
Oklusi memiliki 2 aspek. Aspek yang pertama adalah statis yang mengarah kepada bentuk,
susunan, dan artikulasi gigi geligi pada dan antara lengkung gigi, dan hubungan antara gigi geligi
dengan jaringan penyangga. Aspek yang kedua adalah dinamis yang mengarah kepada fungsi
system stomatognatik ang terdiri dari gigi geligi, jaringan penyangga, sendi
Dikenal 2 macam istilah oklusi yaitu:
Oklusi Ideal
Merupakan konsep teoretis dari struktur oklusal dan hubungan fungsional yang mencakup prinsip
dan karakteristik ideal yang harus dimiliki suatu keadaan oklusi. Menurut Kamus Kedokteran
Gigi, oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali insisivus central bawah dan
molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan didasarkan pada bentuk
gigi yang tidak mengalami keausan. Syarat lain untuk mendapatkan oklusi ideal antara lain:
- Bentuk korona gigi berkembang dengan normal dengan perbandingan yang tepat antara
dimensi mesio-distal atau buko-lingual
- Tulang, otot, jaringan disekitar gigi anatomis mempunyai perbandingan yang normal
- Semua bagian yang membentuk gigi geligi geometris dan anatomis, satu dan secara bersama-
sama memenuhi hubungan yang tertentu
- Gigi geligi terhadap mandibula dan cranium mempunyai hubungan geometris dan anatomis
yang tertentu
Karena gigi dapat mengalami atrisi akibat fungsi pengunyahan, maka bentuk gigi ideal jarang
dijumpai. Oklusi ini jarang ditemukan pada gigi geligi asli yang belum diperbaiki.
Oklusi Normal
Leory Johnson menggambarkan oklusi normal sebagai suatu kondisi oklusi yang berfungsi secara
harmonis dengan proses metabolic untuk mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang
berada dalam keadaan sehat. Oklusi dikatakan normal jika:
- Susunan gigi di dalam lengkung gigi teratur dengan baik
- Gigi dengan kontak proksimal
- Hubungan seimbang antara gigi dan tulang rahang terhadap cranium dan muscular di
sekitarnya
- Kurva spee normal
- Ketika gigi berada dalam kontak oklusal, terdapat maksimal interdigitasi dan minimal
overbite dan overjet
- Cusp mesio-bukal molar 1 maksila berada di groove mesio-bukal molar 1 mandibula dan
cusp disto-bukal molar 1 maksila berada di embrasure antara molar 1 dan 2 mandibla dan seluruh
jaringan periodontal secara harmonis dengan kepala dan wajah.
Klasifikasi dari Oklusi Gigi Geligi
Klasifikasi berikut berdasarkan pada klasifikasi Edward Angle (1899) walaupun berbeda dalam
beberapa aspek yang penting. Ini adalah klasifikasi dari hubungan antero-posterior lengkung gigi-
gigi atas dan bawah, dan tidak melibatkan hubungan lateral serta vertikal, gigi berjejal dan
malposisi lokal dari gigi-gigi.
1. Kelas 1
Hubungan ideal yang bisa ditolerir. Ini adalah hubungan antero-posterior yang sedemikian rupa,
dengan gigi-gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang, ujung gigi kaninus atas berada
pada bidang vertikal yang sama seperti ujung distal gigi kaninus bawah. Gigi-gigi premolar atas
berinterdigitasi dengan cara yang sama dengan gigi-gigi premolar bawah, dan tonjol antero-bukal
dari molar pertama atas tetap beroklusi dengan alur (groove) bukal dari molar pertama bawah
tetap. Jika insisivus berada pada inklinasi yang tepat, overjet inisisal adalah sebesar 3 mm.

2. Kelas 2
Pada hubungan kelas 2, lengkung gigi bawah terletak lebih posterior daripada lengkung gigi atas
dibandingkan pada hubungan kelas 1. Karena itulah, keadaan ini kadang disebut sebagai
“hubungan postnormal”. Ada dua tipe hubungan kelas 2 yang umum dijumpai, dan karena itu,
dikelompokkan menjadi dua divisi:
3. Kelas 3
Pada hubungan kelas 3, lengkung gigi bawah terletak lebih anterior terhadap lengkung gigi atas
dibandingkan pada hubungan kelas 1. Oleh karena itu, hubungan ini kadang-kadang disebut juga
sebagai “hubungan prenormal”.

Ada dua tipe utama dari hubungan kelas 3. Yang pertama, biasanya disebut kelas 3 sejati,
dimana rahang bawah berpindah dari posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat penutupan normal.
Pada tipe yang kedua, gigi-gigi insisivus terletak sedemikian rupa sehingga gerak menutup
mandibula menyebabkan insisivus bawah berkontak dengan insisivus atas sebelum mencapai
oklusi sentrik. Oleh karena itu, mandibula akan bergerak ke depan pada penutupan translokasi,
menuju ke posisi interkuspal. Tipe hubungan semacam ini biasanya disebut kelas 3 postural atau
kelas 3 dengan pergeseran.

Pada masing-masing tipe hubungan oklusal, malposisi gigi setempat bisa mempengaruhi
hubungan dasar dari kedua lengkung gigi. Jadi, rincian interkuspal dari gigi-gigi tidak sama
dengan klasifikasi keseluruhan dari hubungan lengkung gigi. Jika banyak gigi yang malposisi,
akan sulit bahkan tidak mungkin untuk menentukan klasifikasi oklusi. Disamping itu, asimetris
bisa menyebabkan hubungan pada satu sisi rahang berbeda dari sisi yang lain. Pada situasi
semacam ini, oklusi perlu dideskripsikan dengan kata-kata, bukan hanya dengan klasifikasi verbal
saja.

Segitiga Sama Sisi Bonwill


Pada tahun 1899 untuk pertama kalinya, Bonwill menjelaskan bahwa pada orang dewasa laki-laki,
umumnya jarak antara titik tengah dari gigi seri tengah mandibula dan pusat-pusat di mana lengan
masing-masing sekitar 10,16 cm (empat inci) panjangnya. Itu disebut segitiga sama sisi Bonwill.

Kurva Kompensasi Oklusal dan Gigi


Semua permukaan lengkung gigi sesuai dengan lekukan. Jika dilihat dari aspek oklusal, setiap
lengkung gigi berbentuk huruf U. Tepi insisal dan ujung cusp bukal mengikuti garis melengkung
di sekitar tepi luar dari lengkung gigi; ujung cusp lingual gigi posterior mengikuti garis
melengkung hampir sejajar dengan ujung cusp bukal. Antara cusp bukal dan lingual adalah alur
sulcular, yang berjalan anteroposterior seluruh panjang gigi posterior. Lengkung mandibula
cekung, sementara dan lengkung rahang atas cembung. Antara satu lengkungan dengan
lengkungan dikompensasi oleh lengkungan lain, maka disebut kurva kompensasi.
Dalam pemuatan gigi tiruan, bidang oklusal merupakan pedoman yang penting dalam penyusun
gigi posterior dengan tujuan agar mastikasi menjadi efisien.Karena adanya inklinasi sagital dari
gigi-geligi posterior tersebut, maka bidang oklusal akan membentuk lengkung oklusal. Dari sisi
lateral, penyusunan morfologis ini disebut kurva Spee atau disut juga kurva kompensasi dimulai
dari kaninus hingga molar.
Secara fisiologis, terdapat kecenderungan alami bahwa kurva ini akan semakin dalam pada masa
pertumbuhan. Pertumbuhan RB ke arah bawah dan depan terkadang berlangsung lebih cepat dan
lama daripada RA. Jadi, selama masa pertumbuhan , kedalaman kurva Spee masih akan berubah-
ubah hingga kurva menjadi relative stabil pada dewasa muda.
Perubahan Kurva Spee secara patologis dapat menyebabkan berbagai hal. Perubahan ini terjadi
pada beberapa situasi seperti adanya geligi yang rotasi, tipping maupun ekstrusi. Melakukan rotasi
terhadap gigi yang sudah mengalami perubahan pada bidang oklusal dapat mengakibatkan terjadi
gangguan gerak protrusive posterior. Gangguan tersebut selanjutnya akan memulai terjadinya
aktivitas abnormal levator mandibula terutama otot masseter dan temporal yang selanjutnya dapat
menyebabkan keausan, fraktur rotasi dan disfungsi TMJ.

Tiga dimensi lengkung kurva pada gigi manusia


1. Kurva Spee (kurva anteroposterior dari bidang oklusal)
Graf Von Spee menggambarkan kelengkungan permukaan oklusal gigi dari ujung caninus
mandibula yang berjalan posterior mengikuti cusp bukal gigi posterior mandibula. Kurva ini
berada dalam bidang sagital saja. Efek dari Kurva Spee ditentukan dengan membandingkan
bidang tiap gigi dalam kurva dengan jalur putaran condycle. Lebih menyimpang bidang tiap gigi
dari arah jalur putaran condycle, semakin besar tinggi puncak. Lebih sejajar bidang tiap gigi dari
jalur putaran condycle, semakin pendek tinggi puncak.
Kedalaman kurva Spee dan kurva kompensasi merupakan hal yang penting dalam prosedur
perawatan. Kurva Spee dapat dijadikan referensi dalam merekonstruksi oklusal pada kasus
kehilangan gigi posterior sebagian atau seluruhnya. Tujuan utama yang paling penting adalah
dalam hal ini untuk mendapatkan stabilitas gigi tiruan. Perlu diperhatikan jika pada pasien yang
telah mengalami penurunan dimensi vertical, maka pembuatan cusp gigi yang tajam dengan kurva
yang datar adalah kontraindikasi karena dapat mengurangi freeway space. Pembuatan cups yang
tajam, dalam, dan curam yang tidak mengikuti kurva spee dalam bentuk fisiologis yang
sebelumnya mengakibatkan pengaruh traumatik pada jaringan penyangga sehingga jaringan
periodontal dan tulang resopsi, dan kehilangan lebih lanjut pada gigi sisa.

2. Kurva Wilson (kurva dari sisi ke sisi)


Kurva wilson adalah kurva imajiner, medio-lateral dalam arah pada setiap sisi lengkung berisi tips
titik puncak pada gigi rahang bawah. dalam oklusi sentrik, gigi anterior rahang atas tumpang
tindih dengan gigi rahang bawah sekitar 2 mm.
3. Kurva Monson
Monson pada tahun 1920 menghubungkan kurva spee atau kelengkungan di bidang sagital dengan
lekukan kompensasi terkait dalam bidang vertikal dan mengusulkan bahwa pada rata-rata pada
orang dewasa bentuk lengkung mandibula sesuai sendiri ke suatu bagian dari lingkup 10,16 cm
dengan jari-jari tengahnya di glabella tersebut. kurva Monson didasarkan pada teori bola oklusi.
itu menunjukkan bahwa gigi mandibula bergerak di atas permukaan gigi rahang atas seperti pada
permukaan lingkaran dengan diameter 20,32 cm (8 inci).
Sudut Inklinasi Gigi Individual
Inklinasi masing-masing gigi terhadap bidang oklusal berbeda-beda. Inklinasi masing-masing gigi
meliputi inklinasi mesiodistal dan bukolingual atau bukopalatal.
Inklinasi gigi 1 :
- Tepi incisal menempel bidang oklusi
- Axis gigi dari sisi labial miring, membentuk sudut 5 derajat terhadap garis median
Inklinasi gigi 2
-Tepi incisal terletak 1-2 mm diatas bidang oklusal
- Axis gigi dari sisi labial lebih miring/membentuk sudut lebih dari 5 derajat dibanding gigi 1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Oklusi


Oklusi pada masing-masing individu tidaklah sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi oklusi gigi
manusia antara lain:
· Variasi genetik
· Perkembangan gigi-geligi secara acak
· Adanya gigi-gigi supernumerary
· Otot-otot dan jaringan sekitar rongga mulut
· Kebiasaan
· Trauma
Kesimpulan
1. Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada maksila dan mandibula.
2. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara dental system, skeletal system dan muscular
system.
3. Kurva kompensasi adalah hubungan antara satu lengkungan pada rahang dengan lengkungan
lain yang dikompensasi.
Daftar Pustaka

Chandra. 2004. Textbook of Dental and Oral Anatomy Physiology and Occlusion. New Delhi:
Jaypee Brothers Publishers
Foster, T. D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi, edisi ke 3. Jakarta: EGC. Hal 32-35.
Gros, Martin D; Mahtews, J.D. 1991. Oklusi Dalam Kedokteran Gigi Restoratif. Surabaya :
Airlangga University Press.
Gunadi, Haryanto A; dkk. 1994. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 2. Jakarta :
Hipokrates.
Hamzah, Zahreni drg, dkk. 2009. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Blog Stomatognatik.
Jember: Unej
Hamzah, Zahreni; dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Manusia. Jember : Bag. Biomedik Lab
Fisiologi Manusia FKG Universitas Jember.
Soeyoto; Wiyono, Adi; Nindyo P. Aris. 2009. Gigi dan Mulut. http://rssm.
Iwarp.com/konsultasi.html.
Thomson, Hamish. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC
Diposting 29th November 2012 oleh irma damayanti suryana
Label: oklusi gigi ORTHODONSI relasi gigi

0 Tambahkan komentar

Memuat

Anda mungkin juga menyukai