PNEUMONIA
Oleh:
NOVA WIDYASTUTI
15612682
2018
LEMBAR PENGESAHAN
__________________
___________________
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA
A. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan
pengisian alveoli dengan cairan. Penyebabnya karena agen infeksi, iritan kimia
dan terapi radiasi, bakterinya bernama pneumococcal pneumonia. (Speer
2007).
Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini adalah
infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme (Rikayu dalam Elizabeth J.
Corwin)
Pneumonia adalah penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut (ISNBA). (Sylvia dalam
Kusuma dan Nurarif, 2015). Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak
nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma
(fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru (Kusuma dan
Nurarif, 2015)
B. Etiologi
Menurut Mansjoer, 2000, penyebab dari pneumonia adalah:
1. Bakteri
a. Pneumokokus
b. Streptokokus
c. Stafilokokus
d. Haemophilus Influenza
e. Pseudomonas Aeruginosa
2. Virus
a. Virus Influenza
b. Adenovirus
c. Sitomegalovirus
3. Fungsi
a. Aspergillus
b. Koksidiomikosis
c. Histoplasma
4. Aspirasi
a. Cairan Amnion
b. Makanan
c. Cairan Lambung
d. Benda Asing
C. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia secara garis besardapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Aspirasi pneumonia
Terjadi bila bayi tersedak dan ada cairan atau makanan masuk ke
paru-paru. Pada bayi baru lahir, biasanya tersedak karena ASI.
2. Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur
Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri seperti
streptococcus pneumonia dan hemophilus influenza. Gejala akan muncul 1-
2 hari setelah terinfeksi. Gejala yang muncul mulai dari demam, batuk, lalu
sesak nafas.
3. Pneumonia akibat faktor lingkungan
Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi.
Bila tidak segera dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan
bronchitis dan selanjutnya menjadi pneumonia.
D. Manifestasi Klinis
1. Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum
kehijauan atau kuning, demam tinggi yang disertai dengan menggigil.
Disertai nafas yang pendek, nyeri dada seperti pada pleuritis ,nyeri tajam
atau seperti ditusuk.
2. Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit
kepala atau mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain
berupa hilang nafsu makan, kelelahan,kulit menjadi pucat, mual, muntah,
nyeri sendi atau otot.
3. Tidak jarang bentuk penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala yang
lain. Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat
menyebabkan nyeri perut dan diare, pneumonia karena tuberkulosis atau
Pneumocystis hanya menyebabkan penurunan berat badan dan berkeringat
pada malam hari. Pada orang tua manifestasi dari pneumonia mungkin
tidak khas. Bayi dengan pneumonia lebih banyak gejala, tetapi pada banyak
kasus, mereka hanya tidur atau kehilangan nafsu makan
E. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif seperti
menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada
keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius di filtrasi di
hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran nafas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut
akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun
sistemik, dan humoral.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan responsi inflamasi
akut yang meliputi eksudasi cairan, defosit fibrin, dan infiltrasileukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di
alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran nafas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses).
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
G. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian
antibiotik yang efektif terhadap organisme tertentu. Beberapa contoh
pemberian antibiotik :
1. Penicillin G : untuk infeksi pneumonia staphylococcus
2. Amantadine, rimantadine : untuk infeksi pneumonia virus
3. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin : untuk infeksi pneumonia
mikroplasma
4. Kemoterapi : pemberian kemoterapi harus berdasarkan petunjuk penemuan
kuman penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman
terhadap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral,
sedangkan bila berat diberikan secara parenteral.
PATHWAY
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesis
Identitas klien yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa
yang dipakai, status pendidikan, dan pekerjaan klien/asuransi kesehatan.
Keluhan utama biasanya sesak napas.
a) Riwayat Penyakit Saat Ini
Apakah masih ada batuk, berapa lama
Apakah masih ada panas badan
Apakah nyeri dada kalau batuk
Apakah ada riak kalau batuk
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Alergi
Kebiasaan merokok
Pengguaan obat-obatan
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita alergi
Apakah ada keluarga yang menderita TBC
Apakah ada keluarga yang menderita batuk
d) Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi perasaan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana cara mengatasinya, serta bagaimana perilaku klien pada
tindakan yan dilakukan terhadap dirinya.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Penampilan /Keadaan Umum
Keadaan pasien lemah, terlihat sesak, pucat
b) Tanda Tanda Vital
Tekanan darah naik, respirasi reat naik, terjadi dipsnea, nadi meningkat
c) Mata
Konjungtiva bisa anemis
d) Hidung
Jika sesak akan terlihat pernafasan cuping hidung
e) Paru
I: Pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanya satu sisi paru, ada
penggunaan otot bantu nafas.
P: Adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang
terkena.
P: Pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani
A: Bisa terdengar ronki
f) Jantung
Jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan jantung tidak aada
kelemahan
g) Ekstremitas
Sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler,
3. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih,
penurunan masukan oral.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi,
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk
aktifitas sehari-hari
6. Perubahan pola tidur berhubunga dengan peningkatan frekuensi nafas
7. Hipertermi Berhubungan dengan Stimulasi chemoreseption hipotalamus
C. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam jalan nafas lebih
efektif
Kriteria Hasil Noc:
Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret
Intervensi Keperawatan Nic:
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi,
krekels dan ronki.
R/ Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan
dengan adanya bunyi nafas adventisius
2. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi. R/
Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut.
Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang
dibanding inspirasi.
3. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler.
R/Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas
4. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R/Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol
dipsnea dan menurunkan jebakan udara
5. Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki
keefektifan upaya batuk.
R/ Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada
posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.