Anda di halaman 1dari 10

J. Tek. Ling. Vol. 10 No. 1 Hal.

09 - 18 Jakarta, Januari 2009 ISSN 1441-318X

STUDI BANDING TEKNOLOGI PENGOLAHAN


LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT

Pertus Nugro Rahardjo


Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract
In the last ten years Indonesia has already developed more than 15 Crude
Palm Oil Factories (CPOF). Unfortunately the major of them do not have proper
wastewater treatment plants (WWTP) yet. General speaking that in Indonesia the
palm area has been increasing rapidly. Because of the very large palm area, almost
all CPOF use a large area for the WWTP and the main processes of WWTP are
anaerobic and aerobic system using large ponds as lagoons. The most environmental
problems appear such as the bad quality of the effluent from WWTP and in
maintaining units of the WWTP. The aim of this assessment is to compare the
WWTP belong to 3 CPOF (PT. Kertajaya, PTP Nusantara IV Bah Jambi and PT.
Smart Tbk) and RANUT as a research product from Palm Research Center located
in Medan. Wastewater (produced by CPOF) used for Land application is also
discussed and it is well known in using the wastewater to fertilize the palm plantation.
A recommendation for the wastewater treatment system has been proposed. The
system has eight processes including oil separation or first sedimentation,
neutralization, equalization, anaerobic degradation, aerobic degradation, final
sedimentation and sludge drying.

Key Words : comparison wastewater treatment plant, crude palm oil factory

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam 10 tahun terakhir ini Pabrik kelapa sawit, maka bermunculanlah pabrik-
Kelapa Sawit (PKS) di Indonesia pabrik minyak mentah kelapa sawit yang
berkembang dengan sangat pesat. memproduksi CPO (Crude Palm Oil).
Sebagian besar lahan-lahan perkebunan non
Dengan meningkatnya jumlah pabrik
kelapa sawit di seluruh Indonesia berangsur-
kelapa sawit (PKS), Indonesia telah berubah
angsur beralih atau diubah peruntukan
menjadi negara yang paling besar dalam
menjadi lahan perkebunan kelapa sawit.
produksi CPO. Itu berarti volume eksport
Sebagai contoh ialah lahan perkebunan
minyak mentah kelapa sawit juga semakin
tebu milik Pabrik Gula di Kabupaten
besar dan jelas akan memberikan
Pelaihari, Kalimantan Selatan, telah beralih
keuntungan yang sangat berarti, yaitu
fungsi menjadi lahan perkebunan Kelapa
menambah devisa negara. Bahkan saat ini
Sawit. dan masih banyak lahan-lahan milik
CPO telah menjadi primadona dalam
kehutanan atau milik masyarakat yang telah
komoditi eksport negara Indonesia. Namun
disulap menjadi areal kebun kelapa sawit
dibalik kesuksesan tersebut, suatu
yang besar. Dengan pertumbuhan kebun
Studi banding Teknologi... J.Tek.Ling. 10 (1): 09 -18 9
konsekuensi lain adalah timbulnya diatur dalam peraturan pemerintah .
permasalahan limbah PKS. Hampir semua Demikian pula halnya dengan PKS dari PTP.
pabrik kelapa sawit, bahkan yang sudah Nusantara Bah Jambi yang juga belum
mengeksport minyak mentah kelapa sawit optimal dalam hal pengelolaan limbah cair
mempunyai kelemahan dalam hal PKSnya2). Dilain pihak lembaga-lembaga
penanganan limbahnya, baik terhadap riset yang mengembangkan teknologi
limbah padat ataupun limbah cair. Effluent proses pengolahan limbah cair PKS juga
(hasil akhir yang dibuang ke alam) dari belum terlalu banyak. Dengan kemampuan
instalasi pengolahan limbah cair dari pabrik-
dana yang sangat terbatas lembaga-
pabrik CPO yang ada di Indonesia
lembaga tersebut telah berupaya sebaik
umumnya masih belum memenuhi kriteria
mungkin untuk dapat menghasilkan sistem
sesuai standar peraturan yang berlaku,
misalnya kadar BOD masih di atas 100 proses dan perangkatnya dalam mengolah
ppm. Dengan demikian bila telah limbah cair PKS. Salah satu hasil nyata
diberlakukan secara konsisten tentang yang telah ditunjukkan oleh PPKS (Pusat
standar internasional yang mensyaratkan Penelitian Kelapa Sawit) di Medan adalah
harus adanya ecolabelling, maka pabrik- teknologi RANUT yang merupakan unit
pabrik CPO tersebut tidak dapat menjual pengolah limbah cair PKS dengan sistem
atau mengekspor CPO-nya ke luar negeri. yang efisien. Dengan adanya berbagai
Karena itu sangat dibutuhkan teknologi pengolahan limbah cair PKS
penyempurnaan sistem pengolahan limbah tersebut, maka dibutuhkan kajian untuk
cair untuk meningkatkan kualitas air membandingkan beberapa sistem
buangan akhir yang tidak mencemarkan pengelolaan limbah cair PKS yang selama
lingkungan sekitar pabrik CPO. ini ada dan telah diterapkan secara umum.
PKS PT. Kertajaya yang berlokasi di
Kabupaten Pandeglang telah beroperasi 1.2. Tujuan
lebih dari 20 tahun. Dalam memproduksi
Tujuan melakukan studi banding
minyak mentah kelapa sawit, pabrik ini telah
teknologi pengolahan limbah cair PKS ini
mengalami beberapa kali rehabilitasi dan
adalah untuk melihat kekurangan-
pengembangan kearah kesempurnaan,
kekurangan dan atau kelebihan-kelebihan
sehingga semakin lama efisiensi proses yang ada di dua PKS. Selanjutnya hasil
produksinya mengalami peningkatan. pembandingan ini akan menjadi bahan
Namun perbaikan unit-unit proses dalam masukan bagi dua PKS tersebut.
pabrik tersebut tetap saja belum optimal dan
jumlah kandungan minyak yang terdapat 1.3. Ruang Lingkup
dalam limbah cairnya masih juga Yang dijadikan obyek pengkajian dalam
menunjukkan angka yang tinggi 1) . studi perbandingan adalah PKS PTP.
Sementara itu dalam unit fatpit (kolam Nusantara VIII PT. Kertajaya, PKS PTP.
limbah minyak) upaya pengutipan kembali Nusantara IV Bah Jambi, PKS Riau PT.
minyak yang terkandung dalam limbah cair Smart Tbk. dan suatu sistem pengolahan
juga masih jauh dari sempurna, sehingga limbah cair PKS hasil riset dari PPKS
kualitas limbah cair yang masuk ke dalam (Pusat Penelitian Kelapa Sawit).
unit pengolahan limbah cair masih
mempunyai beban BOD rata-rata lebih dari 1.4. Metodologi
20.000 ppm. Sistem proses dalam IPAL Dalam membandingkan jenis teknologi
PKS PT. Kertajaya juga tergolong sangat proses pengolahan limbah cair PKS
tidak memenuhi syarat. Berdasarkan dibutuhkan beberapa tahapan, yaitu studi
informasi dari pemerintah daerah kualitas literatur, survey lapangan dan analisa serta
hasil pengolahan limbah cairnya masih evaluasi dalam perbandingan berdasarkan
melampaui nilai ambang batas yang telah hasil survey lapangan. Untuk dapat

10 Raharjo, P. N. 2009
menguraikan permasalahan dalam x 40 m2 dan kedalaman 0,8 m (bila
pengelolaan limbah cair suatu PKS, paling dihitung dari data waktu tinggal dan debit
tidak dibutuhkan juga literatur-literatur Q sebesar 18 ton/jam). BOD dari Fatpit
tentang proses pengolahan dalam ini adalah 30.000 – 40.000 ppm dengan
memproduksi minyak mentah kelapa sawit. pH sekitar 4 – 5.
Pustaka tentang beberapa sistem 2. Proses kedua adalah anaerobik yang
pengolahan limbah cair PKS yang sudah diakomodasikan dalam bak berjumlah
ada di Indonesia juga tetap dibutuhkan 4 buah dan dioperasikan secara
sebagai bahan perbandingan. Setelah berurutan. Limbah cair yang masuk ke
diperoleh bahan yang cukup tentang segala dalam bak anerobik ini adalah limbah
proses pengolahan limbah cair PKS, baru cair dari fatpit dan limbah cair Unit
dilakukan survey lapangan, yaitu melihat Kondensat Sterilisasi, Pencucian Hydro
langsung bagaimana kondisi terkini IPAL Cyclone dan dari Unit Demineralisasi.
PKS di masing-masing PKS yang akan Waktu tinggal (total) Td = 40 hari (bila
diperbandingkan. Dari data yang diperoleh dihitung dari pembagian volume dengan
pada saat survey dan hasil analisa debit diperoleh Td = 38,4 hari), dengan
laboratorium hasil pengolahan limbah cair dimensi untuk setiap baknya adalah
dari air contoh yang diambil di beberapa titik luas 20 x 40 m2 dan kedalaman sekitar
lokasi IPAL, kemudian dilakukan analisa 3 – 4 meter. Kualitas BOD dari air
secara kuantitatif dan kualitatif. limbah yang keluar dari proses
anaerobik ini sekitar 3000 ppm dengan
2. PERBANDINGAN TEKNOLOGI pH antara 5 – 6. Bak anaerobik ini
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PKS merupakan bak terbuka dan dikatakan
berproses anaerobik karena kedalaman
2.1. PTP. Nusantara VIII baknya yang sampai 4 meter.
3. Proses terakhir adalah aerobik yang
PTP. Nusantara VIII mempunyai pabrik diakomodasikan dalam 4 buah bak
kelapa sawit (PKS) yang disebut PKS. (pond). Luas total unit aerobik ini adalah
Kertajaya dan terletak di Kabupaten Lebak 75 x 40 m2 dengan kedalaman 1,5
dan Pandeglang, Propinsi Banten. meter. Waktu Tinggal Td = 60 hari (bila
Kapasitas PKS. Kertajaya adalah sebesar dihitung dari pembagian volume dengan
30 ton TBS per jam. Karena pengoperasian debit diperoleh Td 62,5 hari). Proses
pabrik hanya berjalan 2 (dua) shift per hari, aerobik dianggap dapat terlaksana
maka lama waktu operasi hanyalah 16 jam hanya dengan kontak udara di
per hari. Jumlah limbah cair yang dihasilkan permukaan kolam, tanpa aerator
dalam satu hari adalah sekitar 300 m3. mekanik atau blower. BOD limbah yang
Proses Pengolahan Limbah Cair keluar dari unit ini sekitar 200 - 230 ppm
1. Limbah cair yang berasal dari Unit dengan pH sekitar 7.
Sludge Separator dan Unit Pencucian 4. Dalam pengoperasiannya direncanakan
(klarifikasi) dialirkan ke bak Fatpit. sebagian dari air limbah yang keluar dari
Limbah dalam Fatpit dipanaskan unit anaerobik dipergunakan untuk
dengan menggunakan steam pada menyiram tanaman.
temperatur 85 – 95 oC. Pada temperatur
tersebut minyak yang masih terkandung
dalam air limbah akan mudah lepas.
Minyak yang dapat diambil kembali (oil
recovery) dari unit ini sebesar 0,8 – 1,2
%. Waktu tinggal (Detention Time) Td =
16 Jam. Dimensi unit ini adalah luas 6

Studi banding Teknologi... J.Tek.Ling. 10 (1): 09 -18 11


Tetapi berdasarkan hasil analisa
kualitas limbah cair yang dilakukan oleh
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup,
Lembaga Penelitian IPB, Bogor, pada
tanggal 2 Maret 2001 menunjukkan hasil
yang cukup mengejutkan, yaitu unit-unit
pengolahan yang dimiliki oleh PKS.
Kertajaya ternyata masih dapat menurunkan
beban pencemaran hingga memenuhi baku
mutu lingkungan yang telah ditetapkan oleh
Gambar 1 : Diagram Alir Proses Pengolahan Pemerintah Indonesia. Kenyataan ini harus
Limbah di PKS PT. Kertajaya1). dikaji ulang secara lebih teliti lagi.

Secara umum pengolahan limbah cair 2.2. Pengolahan Limbah Cair PTP.
dari PKS. Kertajaya dapat dikatakan sangat Nusantara IV Bah Jambi
tidak memenuhi syarat sebagai unit/
instalasi pengolahan air limbah (IPAL). P.T. Perkebunan Nusantara IV Bah
Pengoperasian dan pemeliharaan pada unit Jambi terletak di Propinsi Sumatera Utara
Fatpit tidak dijalankan secara benar, dan tersebar di beberapa Daerah Tingkat II,
sehingga endapan lumpur yang begitu yaitu Kabupaten Simalungun, Deliserdang,
banyak mengisi seluruh sub unit terakhir Asahan, Labuan Batu, Langkat, Tobasa,
dari bagian fatpit tersebut. Kolam-kolam Tapanuli Selatan dan Kota Medan. PTPN.
anaerobik mau pun aerobik tidak dipelihara IV Bah Jambi mempunyai areal yang sangat
dengan baik, sehingga endapan lumpur luas dan mengelola komoditi kelapa sawit,
yang semakin lama semakin banyak kakao dan teh. Luas Perkebunan Kelapa
menjadikan seluruh pengolahan pada kolam- Sawit sebesar 120.780 Ha dan Pabrik
kolam tersebut berjalan secara anerobik. Kelapa Sawit yang beroperasi untuk

Tabel 3 : Hasil Analisa Laboratorium Limbah Cair PKS. Kertajaya

Sumber : PPLH, IPB, Bogor (2 Maret 2004).

Proses pengolahan secara aerobik


mengolah seluruh panen dari perkebunan
tidak dilakukan dengan penghembusan
kelapa sawit berjumlah 16 buah. Sesuai
udara dari dasar kolam atau pun dengan
dengan undang-undang dan peraturan yang
pengadukan di permukaan kolam. Jadi jelas
berlaku, PTP Nusantara IV Bah Jambi telah
bahwa pengolahan secara aerobik sudah
melaksanakan pengendalian limbah cair
tidak berjalan optimal, jadi hanya pada
dari pabrik kelapa sawit, yaitu dengan
sebagian kecil permukaan kolam aerobik
memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air
saja yang masih berjalan dengan proses
Limbah) untuk setiap pabrik kelapa sawit2).
aerobik.
12 Raharjo, P. N. 2009
IPAL yang dimiliki oleh ke 16 pabrik hari, namun kapasitas unit pengolahan
kelapa sawit umumnya adalah dengan limbah cairnya sebesar 885 m 3 /hari.
sistem yang konvensional, yaitu yang terdiri Sebagian limbah cairnya dimanfaatkan
dari beberapa unit kolam anaerobik, fakultatif untuk land application. Seperti juga pada
dan aerobik. Masing-masing IPAL dari setiap umumnya PKS yang lain, unit pengolahan
pabrik kelapa sawit mempunyai kolam- limbah cair utama yang dimaksudkan untuk
kolam yang memiliki kedalaman, luas dan mendegradasi bahan pencemar
volume yang berbeda-beda. Dengan diakomodasikan melalui dua proses, yaitu
demikian waktu tinggal atau WPH (Waktu anaerobik dan aerobik. Setelah proses
Penahanan Hidrolysis)-nya juga berbeda- netralisasi dan kemudian pendinginan, baru
beda. Luas kolam yang terkecil adalah dialirkan masuk ke dalam kolam-kolam
6.800 m2, sedangkan yang terbesar adalah anaerobik yang berjumlah 6 unit dan
42.500 m2. Sementara itu Volume kolam berukuran sangat luas. Dari pengolahan
bervariasi dari 19.200 m3 sampai 125.500 anaerobik, air limbah olahan masuk ke
m3 dan Waktu Tinggal yang terkecil 36 hari dalam kolam-kolam aerobik. Sayangnya
dan yang terbesar ialah 192 hari. Untuk pada kolam-kolam aerobik ini tidak semua
mengevaluasi seluruh IPAL yang ada dalam diaerasi secara mekanik. Hanya dua kolam
PTP. Perkebunan IV menjadi sangat sulit. aerobik pertama dari 6 buah kolam yang
Berdasarkan laporan dari pengelola IPAL di mempunyai motor pengaduk di permukaan
Bah Jambi, seluruh IPAL yang dimilikinya kolam. Berdasarkan informasi dari kepala
mampu beroperasi dan dapat menurunkan divisi limbahnya, unit aerasi ini juga tidak
kadar BOD hingga 250 ppm (Standar sepenuhnya berjalan secara terus-menerus,
kualitas limbah cair berdasarkan Keputusan tetapi sering kali bermasalah dan tidak dapat
Menteri No. Kep-51/Men-LH-10/1995). beroperasi lagi. Dengan kondisi seperti ini
Berdasarkan ketentuan yang berlaku maka kolam-kolam aerobik ini sebenarnya
sekarang, BOD yang boleh dilepas ke sama saja dengan kolam anaerobik. Unit
lingkungan adalah 100 ppm. Dengan terakhir dari sistem pengolahan limbah cair
demikian semua IPAL harus diperbaiki atau PT.Smart Tbk. adalah sedimentasi. Waktu
dimodifikasi , sehingga mampu menurunkan tinggal total membutuhkan 160 hari dan
BOD hingga 100 ppm. efisiensi pengolahan secara total mencapai
99%. Kualitas efluen unit pengolahan limbah
Perlu diketahui pula, bahwa konstruksi
cair untuk beberapa parameter, yaitu TS <
kolam-kolam tersebut tidak memenuhi
5000 ppm, pH antara 7,9 sampai dengan
syarat yang berlaku, karena tidak
8,5, BOD sekitar 50 sampai 60 ppm dan
menggunakan dasar yang kedap air, tetapi
COD berkisar antara 500 sampai 600 ppm.
hanya tanah biasa. Jadi kolam-kolam
Menurut pihak manajemen PT. Smart Tbk,
tersebut hanya merupakan kolam galian
dengan sistem pengolahan limbah cair
biasa. Berdasarkan informasi yang masih
seperti itu biaya operasional untuk unit IPAL
sangat terbatas ini, maka dapat disimpulkan
(Instalasi Pengolahan Air Limbah) dapat
bahwa sistem IPAL di area PTP. Nusantara
ditekan lebih rendah.
IV Bah Jambi perlu di evaluasi kembali,
diperlukan modifikasi untuk menyesuaikan
2.4. Pengolahan Limbah Cair dengan
dengan peraturan yang baru.
RANUT
2.3. Pengolahan Limbah PKS Riau PT.
PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit)
SMART Tbk
di Medan telah mengembangkan suatu
teknologi pengolahan limbah cair dari
Kapasitas PKS PT. Smart Tbk di Riau
proses produksi minyak mentah sawit. Latar
ini adalah sebesar 60 ton TBS/jam. Jumlah
belakang pengembangan teknologi ini
limbah cair yang dihasilkan sekitar 650 m3/
Studi banding Teknologi... J.Tek.Ling. 10 (1): 09 -18 13
adalah karena melihat sistem teknologi maksimum yang digunakan adalah 10,5 kg
pengolahan limbah cair yang ada umumnya O2 /m3/hari. Waktu penahanan hidrolisis
masih konvensional, dimana masih minimum adalah 1,3 hari, sedangkan
menggunakan kolam anaerobik, fakultatif maksimum 20 hari. Produksi gas spesifik
dan aerobik. Sistem konvensional ini sekitar 0,55 m3/kg COD terlarut. Kandungan
membutuhkan lahan yang sangat luas, gas metana bervariasi antara 62% sampai
serta membuang gas metana yang 67%, dengan rata-rata sebesar 64% 3).
dihasilkan dan terlalu banyak akumulasi Kebutuhan energi dalam mengoperasikan
lumpur, sehingga memerlukan biaya tinggi sistem ini hanya untuk memompa limbah
untuk pembuangannya. PPKS telah bekerja cair dan resirkulasi effluent. Energi yang
sama dengan UTEC GmBH, Jerman untuk dibutuhkan sebesar 4Wh per m3 limbah cair
melakukan penelitian dalam menerapkan yang diolah per meter tinggi reaktor. Pada
sistem RANUT (Reaktor Anaerobik Unggun skala penuh dibutuhkan listrik sekitar 36 Wh
Tetap) untuk mengolah limbah cair dari per m 3 limbah cair yang diolah.
pabrik kelapa sawit yang banyak terdapat Perbandingan antara energi listrik yang
di Indonesia. dibutuhkan dengan potensi energi listrik
yang dihasilkan menunjukkan bahwa
Dalam sistem pengolahan limbah cair
kebutuhan listrik sebesar 0,035 KWh/m3
tersebut, RANUT merupakan intinya.
limbah cair sangat kecil dibandingkan
Sistem pengolahan ini dibuat dalam skala
dengan potensi produksi sebesar 16 – 32
pilot plant. Reaktor berdiameter 40 cm dan
KWh/H/m3.
tinggi 250 cm, serta berjumlah dua buah.
Didalamnya terdapat unggun tetap yang Satu kelemahan dalam sistem RANUT
menggunakan media pendukung berupa ini adalah adanya kemungkinan terjadinya
potongan pipa-pipa PVC (dengan dinding penyumbatan dalam reaktor karena
bergelombang). Dalam proses terbentuknya biofilm yang berlebihan dan
pengolahannya, limbah cair dari kolam timbulnya endapan disekitarnya. Jika limbah
Fatpit mengalir ke dalam RANUT pertama cair mengandung terlalu banyak padatan
dari bawah ke atas. Sebagian effluentnya tersuspensi (lebih dari range 1000 – 5000
diresirkulasikan untuk mengencerkan mg/l), maka pertumbuhan bakteri akan
limbah cair yang baru masuk dan terlalu cepat dan hal tersebut dapat
menaikkan pH nya, sedangkan sebagian menyebabkan terjadinya penyumbatan
besar effluentnya mengalir ke dalam RANUT dalam reaktor. Resiko terjadinya
kedua yang mempunyai arah aliran dari penyumbatan pada reaktor kedua (aliran dari
atas ke bawah. Effluent dari RANUT kedua atas ke bawah) adalah lebih besar lagi.
ini, yang sudah dapat memenuhi ketentuan dengan demikian keterbatasan dari
BML (baku mutu lingkungan) dibuang ke penggunaan sistem RANUT ini adalah COD
badan air penerima. Gas yang dihasilkan terlarut berkisar antara 6 dan 8 kg/m3/hari
dari proses anaerobik ini ditampung dan dengan jumlah padatan tersuspensi tidak
diukur dengan menggunakan Gas Meter. lebih dari 5000 mg/l.
Hasil dari percobaan dalam 2.5. Land Application
pengoperasian RANUT menunjukkan bahwa
kecepatan pengurangan COD (Chemical Land Application atau aplikasi lahan
Oxygen Demand) sebagai fungsi dari laju adalah pemanfaatan limbah cair dari industri
pembebanan tidak memperlihatkan kelapa sawit untuk digunakan sebagai
perbedaan berarti antara reaktor pertama bahan penyubur atau pemupukan tanaman
dan kedua. Pada laju pembebanan sebesar kelapa sawit dalam areal perkebunan kelapa
8 kg O2/m3/hari dapat menghasilkan laju sawit itu sendiri. Dasar dari land application
degradasi sebesar 90%. Laju pembebanan ini adalah bahwa dalam limbah cair pabrik

14 Raharjo, P. N. 2009
kelapa sawit mengandung unsur-unsur yang Pemerintah Indonesia (KLH) sudah
dapat menyuburkan tanah. Unsur-unsur memberikan izin untuk land application
tersebut adalah Nitrogen, Phosphor dan dengan persyaratan-persyaratan yang ketat.
Kalium. Jumlah Nitrogen dan Kalium dalam Pabrik Kelapa Sawit PT. Smart Tbk adalah
limbah cair pabrik kelapa sawit sangat besar, salah satu PKS yang sudah mendapatkan
sehingga dapat bertindak sebagai nutrisi izin dan melaksanakan land application.
untuk tumbuh-tumbuhan.
Sejauh ini telah dikenal dua sistem land
Limbah cair pabrik kelapa sawit yang application, yaitu long bed untuk lahan yang
dapat digunakan untuk land application rata dan flat bed untuk lahan yang landai.
adalah limbah cair yang sudah diolah Penggunaan land application ini harus
sedemikian rupa sehingga kadar BOD-nya disesuaikan dengan sifat tanah dan kondisi
berkisar antara 3.500 mg/l sampai 5.000 mg/ curah hujan di lokasi perkebunannya.
l. Dengan komposisi yang cukup kaya akan Aplikasi lahan di PTPN IV Bah Jambi adalah
unsur hara (N, P dan K), maka limbah cair sebagai berikut :
tersebut mempunyai potensi yang baik
untuk menggantikan peran pupuk anorganik. • Long Bed : Ukuran Bed = panjang x
Dengan pemanfaatan limbah cair tersebut lebar x dalam = 100 m x 0,5 m x 0,5
untuk keperluan pemupukan, maka dengan m.
sendirinya jumlah limbah cair yang masih • Flat Bed : Ukuran Bed = panjang x
harus diolah juga akan berkurang. Jadi land lebar x dalam = 2,5 m x 1,5 m x 0,3
application akan mengurangi beban biaya m. Dalam sistem flat bed setiap bed
dan waktu untuk pengolahan limbah. dihubungkan dengan suatu parit kecil
Pemanfaatan limbah cair dengan land dengan dimensi (panjang x lebar x
application dapat menurunkan biaya dalam) = 1,0 m x 0,4 m x 1,0 m.
pengolahan limbah sekitar 50% – 60%.
Berdasarkan penelitian yang telah 3. SISTEM TEKNOLOGI PENGOLAHAN
dilakukan oleh para ahli perkebunan sawit LIMBAH CAIR YANG DIUSULKAN
di Indonesia, limbah cair pabrik kelapa sawit
yang sudah diolah dengan proses anaerobik Berdasarkan survey dan wawancara
(BOD maksimal 5.000 mg/l) merupakan yang telah dilakukan langsung di beberapa
sumber air dan nutrisi bagi tanaman. Pabrik Kelapa Sawit yang ada di Indonesia,
Disamping itu limbah cair tersebut juga diperoleh gambaran bahwa masih banyak
mampu memperbaiki sifat dan struktur fisik PKS yang belum melaksanakan pengolahan
tanah, meningkatkan infiltrasi tanah, yang benar terhadap limbah cair yang
meningkatkan kelembaban tanah, dihasilkannya. Banyak PKS yang hanya
menambah kandungan senyawa organik, menggunakan kolam-kolam galian dan
menaikkan pH tanah, meningkatkan menyebutkan bahwa kolam-kolam tersebut
aktivitas mikro flora dan fauna tanah dan adalah kolam anaerobik dan yang lainnya
dapat meningkatkan produksi tanaman adalah kolam aerobik. Namun
kelapa sawit. kenyataannya di lapangan, kolam-kolam
Sudah banyak PKS yang melakukan tersebut tidak dioperasikan dan dipelihara
Land Application, misalnya 4 PKS di PTPN dengan benar. Akibatnya keberadaan kolam-
IV Bah Jambi, yaitu PKS Pulu Raja, Adolina, kolam tersebut menjadi hanya formalitas
Sosa dan Bah Jambi yang keempatnya belaka. Karena itu, saat ini sudah harus
mempunyai luas land application sebesar dibutuhkan suatu sistem yang baku tentang
sekitar 600 Ha. Memang belum ada standar pengolahan limbah cair dari suatu PKS.
yang baku dalam pemanfaatan limbah cair Berdasarkan data tentang komposisi
PKS melalui Land Application, namun
Studi banding Teknologi... J.Tek.Ling. 10 (1): 09 -18 15
limbah cair PKS, diketahui bahwa beban disirkulasi melalui tangki sirkulasi. Proses
BOD merupakan 80% lebih dari jumlah sirkulasi ini dapat digunakan pula sebagai
limbah yang dihasilkan. Dengan demikian, optimalisasi proses anaerobik dan juga
limbah cair PKS didominasi oleh limbah untuk pengendalian jumlah lumpur dalam
organik dan sistem pengolahannya pun tangki reaktor anaerobik. Proses
akan didominasi oleh proses biologis. Hal selanjutnya adalah proses aerobik dengan
itu tidak berarti bahwa proses fisika dan penghembusan udara atau dengan sistem
kimia tidak dipergunakan, tetapi diterapkan pengadukan di sekitar permukaan air limbah
hanya pada proses awal dan akhir saja. yang akan diolah. Setelah proses aerobik
Proses-proses dalam sistem pengolahan selanjutnya adalah pengendapan lumpur.
limbah cair PKS dapat dilihat pada Seperti juga pada proses anaerobik yang
Gambar 2. menggunakan sirkulasi lumpur aktif,

Gambar 2 : Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah Cair Industri CPO

Proses pengolahan diawali dengan demikian pula dengan proses aerobik.


pengendapan awal yang diakomodasikan Sebagian lumpur aktif yang mengendap
dalam unit Oil Separation Tank. Dalam pada bagian bawah tangki pengendap
tangki pengendap awal ini juga terjadi disirkulasi kembali ke dalam tangki reaktor
pemisahan minyak yang masih banyak aerobik. Sebagai proses akhir adalah
terdapat dalam limbah cair yang dibuang, pengeringan lumpur dalam unit pengeringan
sehingga dengan pengambilan minyak lumpur (drying bed)4).
dalam limbah cair ini jelas akan
meningkatkan efisiensi proses produksi 4. KESIMPULAN DAN SARAN
secara keseluruhan. Karena umumnya
limbah cair kelapa sawit bersifat asam, maka 1). Dari PKS-PKS yang ada di PTP.
proses selanjutnya adalah proses Nusantara IV dan VIII, yaitu di Bah
netralisasi. Setelah penetralan proses Jambi dan Kabupaten Lebak
selanjutnya adalah proses utama yaitu menunjukkan bahwa , maka sistem
proses anaerobik. Dalam tangki reaktor pengolahan limbah cair PKS dengan
anaerobik ini dihasilkan gas bio yang akan mengalirkan limbah cair tersebut ke
ditampung dalam tangki Gas Holder dan beberapa kolam-kolam yang luas.
selanjutnya gas bio (gas methan) tersebut Sebagai perbandingan , yaitu luas lahan
untuk dimanfaatkan guna keperluan proses perkebunan kelapa sawit pada paling
pemanasan dalam pabrik CPO. Lumpur sedikit 30.000 Ha dan luas total yang
aktif yang terdapat dalam proses anaerobik

16 Raharjo, P. N. 2009
dibutuhkan untuk pengolahan limbah kemampuan bakteri pengurai akan
cair sekitar5 Ha. meningkat, sehingga proses
2). Berdasarkan penelitian diketahui bahwa pengolahannyapun akan lebih efisien
pengolahan limbah cair PKS sistem lagi. Namun dalam aplikasi sistem ini
anaerobik telah menunjukkan hasil yang tentu dibutuhkan disain teknis yang baik
baik, yaitu dengan kebutuhan luas lahan untuk mencegah panas hilang yang
yang sangat sedikit (lebih kecil dari 1 digunakan untuk menjaga temperatur
Ha) sebagai secara kualitas sudah proses yang berkisar antara 40 – 50 °C.
memenuhi baku mutu lingkungan.
3). Aplikasi pemanfaatan limbah cair PKS DAFTAR PUSTAKA
untuk menyuburkan lahan kelapa sawit
1. P. Nugro Rahardjo, “Identifikasi Masalah
harus terus dimonitor, sehingga tidak
Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah
melampaui kemampuan daya dukung
Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT.
lahan perkebunan itu sendiri. Apabila
Kertajaya”, Majalah Analisa Sistem,
jumlah limbah cair yang dialirkan ke
Kedeputian Analisa Sistem, BPPT,
lahan perkebunan melampaui batas
April, 2003.
kemampuannya, maka yang terjadi
2. Anonymous, “Pengolahan Limbah
adalah pencemaran air tanah.
Pabrik Kelapa Sawit”, Pusat Penelitian
4). Suatu alur proses pengolahan limbah
Kelapa Sawit, Medan, 1994.
cair PKS seperti yang ditampilkan pada
3. Anonymous, “Pengendalian dan
Gambar 2, sebenarnya juga tidak jauh
Pengoperasian Limbah Pabrik Kelapa
berbeda dengan sistem RANUT. Upaya
Sawit”,1999, Pusat Penelitian
peningkatan efisiensi proses
Perkebunan (RISPA), Medan, 1992.
pengolahan limbah cair PKS harus
4. P. Nugro Rahardjo, 1997, “Teknologi
terus dilakukan, misalnya dengan
Pengolahan Limbah Cair Industri
menerapkan sistem thermophilic.
Minyak Mentah Kelapa Sawit”, Laporan
Dengan cara thermophilic yang khusus
Teknis, Jakarta, 1997
diterapkan untuk unit reaktor anaerobik,

Studi banding Teknologi... J.Tek.Ling. 10 (1): 09 -18 17


Gambar 3 : Unit kolam anaerobik yang sudah penuh dengan lumpur endapan (gambar
latar belakang adalah pabrik kelapa sawit PT. Kertajaya).

Gambar 4 : Unit kolam aerobik yang sudah penuh dengan lumpur endapa dan mulai
terbentuknya channelling.

18 Raharjo, P. N. 2009

Anda mungkin juga menyukai