Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

FILSAFAT ILMU
Nama : Dini Suryani Harahap Kelas : Reguler A
NIM : 8186193004 Tanggal : 19 Oktober 2018

Petunjuk:
1. Kerjakan semua soal yang tersedia
2. Batas terakhir diserahkan pada tanggal 27 Oktober 2018 pukul 18.00 Wib,
melalui email : irwandymanday@gmail.com

Soal :
1. Jelaskan bahwa sesuatu yang diterima benar pada zamannya oleh sekelompok masyarakat
dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman atau peradaban manusia serta beri
contohnya !
2. Jelaskan hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan !
3. Anda sebagai guru dan pemikir pendidikan, bagaimana pandangan anda tentang
sistem penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan konsep sekolah berstandar nasional
(SBN) dan sekolah berstandar internasional (SBI).
4. Jelaskan bagaimana memelihara nilai-nilai untuk menciptakan kehidupan manusia yang
lebih baik melalui pendidikan !
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pandangan filsafat Pancasila tentang manusia,
masyarakat, pendidikan dan nilai !
6. Pendidikan dalam proses pelaksanaannya paling tidak harus dilandasi nilai-nila agama,
filsafat, sosiologi, hukum dan moral. Jelaskanlah apa maksud dari masing-masing landasan
tersebut !

Jawaban :

1. Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran akan selalu memiliki rasa keingintahuan yang
tinggi. Ilmu pengetahuan hakikatnya merupakan kebenaran itu sendiri, karena manusia itu
menuntut ilmu dengan tujuan mencari tahu rahasia alam agar gejala ilmiah itu tidak lagi
menjadi misteri. Seiring dengan berkembangnya zaman dan peradaban manusia yang semakin
tinggi, banyak sekali hal-hal yang berubah dari yang awalnya asumsi berubah menjadi fakta-
fakta ilmiah. Contohnya saja dalam bidang Sains. Sains memang sangat menarik untuk terus
dipertanyakan semakin kita ingin tahu semakin kita banyak mengetahui. Dahulu, masyarakat
menerima pernyataan bahwa pusat tata surya adalah bumi, bukannya matahari. Dengan
adanya kemajuan teknologi kita akan dengan mudah mengetahui fakta-fakta ilmiah. Kalau
dulu mungkin kita hanya akan sampai pada perdebatan saja tanpa ada pembuktian melalu
fakta kongkrit, seperti yang terjadi di era Galileo dan Copernicus. Kedua ilmuan besar ini
berani menghadapi Gereja yang sangat mempercayai bahwa bumi adalah sentral dari tata
surya kita, tetapi Galileo tetap konsisten dengan apa yang telah ia teliti dan amati berdasarkan
fakta yang kongkrit. Yang menjadi masalahnya adalah di zaman Galileo belum ada teleskop
sehebat buatan NASA teleskop Hubble atau teknologi sekarang ini, jadi untuk
membuktikannya hanya mengamati serta melakukan perhitungan matematis, setelah Galileo
mampu untuk membuat teleskop pertamanya, maka dengan sendirinya ia telah membuktikan
bahwa teorinya itu benar, walaupun pada akhirnya ia di hukum karena menentang gereja pada
saat itu.

2. Dalam berbagai bidang ilmu sering kita dengar istilah vertikal dan horisontal. Istilah ini juga
akan terdengar pada cabang filsafat bahkan filsafat pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan
terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu
yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang
merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian
problema-problema pendidikan dan pengajaran. Filsafat pendidikan dengan demikian
merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang
pendidikan dan pengajaran.
Adapun filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah
dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, sejarah
pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan.
Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau
keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis. Maka dari itu, filsafat
pendidikan sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu terapan adalah cabang ilmu
pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis pada
bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan
manusia pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada khususnya.

3. Selain keluarga, sekolah juga menjadi tempat untuk membentuk anak menjadi generasi
penerus bangsa yang berkompeten, berdaya saing, dan berkarakter luhur. Oleh karena itu
memilih sekolah juga merupakan keputusan penting yang harus dipertimbangkan. Perbedaan
mendasar antara SBN dan SBI adalah kurikulum yang digunakan. Kurikulum pendidikan di
sekolah nasional, menitikberatkan aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sekolah
internasional menitik beratkan agar anak menjadi kreatif dan aktif berkontribusi terhadap
pendidikannya sendiri. Kurikulum Internasional ini menurut saya mendorong penguasaan
bahasa asing dan pemahaman budaya internasional. Di era yang serba terbuka dengan
hadirnya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) tentunya hal ini memberi keuntungan bagi
anak. Ia akan terbiasa bergaul dan bersaing di lingkup yang lebih internasional. Selain itu,
kompetensi di taraf internasional juga akan diperoleh anak karena biasanya anak akan
diikutkan dalam ujian dengan standar internasional. Memastikan kompetensi anak sesuai
dengan standar global.

4. a. Menanamkan nilai kebaikan pada anak didik (knowing the good). Menanamkan konsep diri
pada anak didik setiap akan memasuki materi pelajaran. Baik itu dalam bentuk janji tentang
karakter, maupun pemahaman makna pada karakter yang akan disampaikan.

b. Menggunakan cara yang membuat anak didik memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat
baik (desiring the good). Memberikan beberapa contoh kepada anak mengenai karakter yang
sedang dibangun. Misalnya melalui cerita dengan tokoh-tokoh yang mudah dipahami siswa.

c. Mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik (loving the good). Agar anak didik
mengembangkan karakter yang baik, maka ada penghargaan bagi anak yang membiasakan
melakukan kebaikan. Begitu pula anak yang melakukan pelanggaran, supaya diberi hukuman
yang mendidik.

d. Melakukan perbuatan baik (acting the good). Karakter yang sudah mulai dibangun melalui
konsep diaplikasikan dalam proses pembelajaran selama di sekolah. Selain itu, juga memantau
perkembangan anak dalam praktik pembangunan karakter di rumah. Dalam hal, ini guru
sebagai model. Guru akan banyak dilihat siswa. Apa yang dilakukan oleh guru, dianggap
benar oleh siswa. Untuk itulah guru harus memberikan contoh yang positif.

5. Pancasila adalah sumber nilai dan patokan bagi pembangunan bangsa Indonesia. Pancasila
menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai bangsa, sebagai landasan, arah dan
etos serta sebagai moral pembangunan karakter masyarakat Indonesia. Jadi, hubungan antara
filsafat, pendidikan dan manusia secara singkat adalah filsafat digunakan untuk mencari
hakekat manusia, sehingga diketahui apa saja yang ada dalam diri manusia dan potensi apa
yang dimilikinya. Hasil kajian dalam filsafat tersebut oleh pendidikan dikembangkan dan
dijadikannya acuan dan nilai-nilai yang harus dipegang teguh dalam kehidupan
bermasyarakat.

6. Pengertian Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat
pada suatu obyek. Pendidikan berlandaskan nilai-nilai tersebut mengandung makna bahwa
nilai itu menjadi sumber inspirasi untuk menyusun ilmu atau konsep pendidikan dan
melaksanakan pendidikan.
- Agama memberikan landasan pemikiran berkenaan dengan manusia, siapa dirinya, dari
mana asalnya (hubungan kepada penciptanya) dan apa yang ditujunya dalam kehidupan.
Nilai-nilai agama ini bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan
agama dan selalu ingat kepada Tuhan.
- Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat sedangkan
pendidikan berusaha mewujudkan citra itu. Pendidikan berlandaskan filsafat merupakan
jawaban secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar pendidikan, seperti
apa, mengapa, kemana dan bagaiman dan sebagainya dari pendidikan itu. Kejelasan
berbagai hal itu sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan
yang dilakukan dalam pendidikan. Hal itu sangat penting karena hasil pendidikan itu akan
segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus diyakinkan kebenaran
dan ketepatannya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan.
- Nilai sosiologi mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain dalam sebuah
masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan
masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosiologi. Dalam
masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam coraknya, pengendalian diri adalah
sesuatu yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan masyarakat. Sejalan dengan
tersebut sosiologi dapat diartikan sebagai landasan pendidikan bagi masyarakat untuk
merumuskan apa yang benar dan penting, serta mengarahkan individu agar berbuat sesuai
norma yang berlaku.
- Hukum adalah peraturan yang didalamnya terdapat norma dan berfungsi untuk melindungi
hak manusia atau bukan manusia baik tertulis atau tidak, yang berisikan perintah atau
larangan atas suatu perbutan yang menjadi pedoman masyarakat dimana hukum itu ada.
Dengan pengadaan pendidikan yang berlandaskan hukum, pendidikam dan profesi
pendidik menjadi terlindungi dengan adanya sesuatu yang mengatur tentang pendidikan
tersebut. Hal ini sebagaimana azaz dan fungsi hukum yang di dalamnya terdapat a tool of
social control, a tool of social engineering, sebagai symbol, a political instrument dan
sebagai integrator.
- Pendidikan yang dilandasi moral bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-
nilai etika dan baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus
dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang
dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan, dan alam
sekitar. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah
yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan manusia sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai