Anda di halaman 1dari 10

APA ITU SENI

Seni adalah ungkapan perasaan", demikianlah pernyataan yang sering kita dengar tentang seni.
Jika kita renungkan, sesungguhnya ungkapan tersebut memiliki kebenaran. Karena seni itu
sendiri memang merupakan ungkapan dari pengalaman-pengalaman bathin. Pengalaman itu
kemudian dituangkan melalui berbagai medium seni, yang akhirnya kita nikmati sebagai sebuah
karya. Dalam dunia seni rupa, medium ini terungkap menjadi lukisan, patung, grafis, krya serta
karya-karya lainnya.
SyafwandiBagi seorang seniman, berkarya merupakan sebuah tantangan yang harus dilewati.
Berkarya adalah menjawab tantangan dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang
timbul, baik permasalah yang ada di dalam diri sendiri, maupun berbagai permasalahan yang ada
di luar diri. Keinginan-keinginan untuk memecahkan permasalahan itulah yang menyebabkan
seorang seniman berkarya. Berbagai permasalahan yang muncul, baik dalam diri maupun yang
berada diluar diri, kemudian dialami seniman menjadi sebuah pengalaman bathin. Pengalaman
bathin ini selanjutnya berubah menjadi sebuah angan-angan. Akhirnya dengan daya indah yang
ada pada seorang seniman, berbagai angan yang ada, kemudian diungkapkan menjadi sebuah
karya seni melalui medium seni yang dipilihnya sendiri.
Dari ungkapan di atas terlihat bahwa pada dasarnya setiap bentuk karya seni memuat unsur-
unsur budaya, karena ia memang terlahir dari keinginan seorang seniman untuk merespon
berbagai gejala yang timbul. Baik yang terdapat didalam dirinya sendiri maupun gejala yang
berkembang diluar dirinya, atau dalam lingkungannya. Selanjutnya dengan menggunakan
berbagai ungkapan yang dipilih seniman sebagai pengandaian lahirlah sebuah potret tentang
kebudayaan. Yang menjadi pertanyaan kemudian ialah potret seperti apakah yang ditampilkan
seniman dalam menangkap gelora budaya yang terjadi di sekitarnya. Kemudian pengandaian
seperti apakah yang dipilih seniman dalam mengungkap berbagai gelora kebudayaan tersebut.
Permasalahan dapat disigi dengan menggunakan pendekatan proses cipta seniman dan telaah
karya tentang potret kebudayaan serta permasalahannya.
Pekerjaan mencipta merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk menemukan sesuatu yang
baru. Hurlock dalam Utami (1988: 2-3) mengatakan bahwa kreatif adalah suatu proses yang
menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau
susunan yang baru. Sedangkan Erich Fromm, ahli teori analisis ilmu jiwa dalam bukunya
berjudul "The Creative Attitude "¦ mengatakan bahwa : Kreativitas adalah suatu kemampuan
untuk melihat ( menyadari, bersikap peka ) dan menanggapi Chandra (1994: 12)
Lebih lanjut, Rogers dalam Utami (1988: 3) mengatakan bahwa; "Kreatif merupakan munculnya
dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu disatu pihak, dan dari
kejadian, orang-orang, dan keadaan hidupnya dipihak lain"?. Dalam pernyataan ini Rogers
menekankan bahwa lingkungan merupakan faktor penting dalam proses kreativitas. Lingkungan
ikut memberikan andil terhadap karya jalan fikiran seseorang. Dengan demikian karya-karya
yang bermula dari proses kreasi, adalah juga hasil dari interaksi seseorang dengan
lingkungannya.
Seorang seniman dapat pula disebut sebagai kreator, karena ia selalu berkarya, dan selalu
mencari sesuatu yang baru. Karya seni lahir melalui sebuah proses cipta yang terjadi di dalam
diri seorang seniman. Proses ini diawali dengan munculnya keinginan-keinginan yang melanda
diri seniman. Keinginan-keinginan ini muncul karena dorongan yang dating dari dalam diri
sendiri maupun dorongan yang datang dari luar. Selanjutnya, keinginan-keinginan yang telah
mendapat dorongan tersebut diolah seniman, dengan menggunakan daya estetis yang
dimilikinya.
Setiap orang pada dasarnya memiliki daya cipta, namun dalam kenyataannya belum semua orang
dapat memanfaatkan daya tersebut. Karena daya cipta itu perlu pula mendapat dorongan, berupa
hal-hal yang dapat menimbulkan minat untuk melakukan ciptaan.
Utami (1988: 21) mengatakan bahwa untuk menimbulkan minat kreasi, maka dibutuhkan
kondisi-kondisi tertentu, baik kondisi-kondisi eksternal (dari lingkungan dalam arti kata sempit
dan luas, mencakup kondisi sosio-kultural dan politis) maupun kondisi-kondisi internal (pribadi,
dalam diri individu) agar dapat muncul, tumbuh dan terwujud menjadi karya-karya kreatif yang
bermakna uuntuk individu dan masyarakatnya, kebudayaannya.
Daya cipta seseorang sangat dipengaruhi oleh dorongan yang dimiliki oleh masing-masing diri.
Semakin tinggi dorongan yang dimilikinya, maka besar kemungkinan akan diperoleh daya cipta
yang tinggi pula. Utami Munandar (1988: 1) menyimpulkan bahwa " Kreativitas merupakan
ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungannya, dan yang tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap atau perilakunya"?.
Lingkungan bathin, yaitu bakat yang memang telah dimiliki oleh seorang seniman sebagai
kodratnya, atau sebagai anugerah dari Sang Pencipta. Kemudian lingkungan budaya, dimana
seorang seniman telah tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan tersebut, serta lingkungan
luar sebagai akibat kemajuan ilmu dan teknologi secara lebih luas.
Selanjutnya proses mencipta juga dipengaruhi oleh keterampilan yang dimiliki oleh seorang
seniman. Kemampuan melakukan, baik yang bersifat cara mengerjakan, penguasaan pokok
permasalahan, atau apa yang akan dikerjakan, maupun penguasaan bahan dan alat yang
digunakan dalam berkarya. Penguasaan keterampilan dan penguasaan pokok persoalan serta
penguasaan bahan yang baik dapat memberikan keleluasaan kepada seniman untuk melakukan
berbagai kemungkinan dalam berkarya cipta.
Sebagaimana yang dikemukakan Lowenfeld (1956: 81) bahwa: bahan yang bagus dan
perkembangan keterampilan memegang peranan penting dalam mengekspresikan seni. Hanya
melalui penggunaan bahan seni, ekspresi-ekspresi dapat berkembang. Seperti kata-kata amatlah
penting dalam komunikasi lisan dan struktur kalimat serta paragraf penting dalam komunikasi
tulisan, dalam seni, seorang seniman harus mengembangkam keterampilan-keterampilan dan
teknik-teknik yang memungkinkan untuk berkomunikasi, dan dia harus mempunyai pemahaman
tentang bahan-bahan yang dia gunakan supaya bisa menggunakan kualitas instrinsiknya.
Dorongan lain yang tidak kalah penting adalah tanggapan dan penghargaan, yang datang dari
lingkungan seni. Yang dimaksud lingkungan seni disini ialah masyarakat yang menikmati karya
seni. Tanggpan dan penghargaan ini dapat diperoleh seniman melalui pameran-pameran yang
dilaksanakan. Jumlah pengunjung pada setiap pameran dapat memberikan dorongan yang baik
bagi seniman dalam menunjang semangat berkarya cipta. Dengan kata lain, sebuah pameran
dapat dilihat sebagai salah satu bentuk kegiatan yang berguna bagi peningkatan karya cipta
seorang seniman.

Pembahasan
Sebagaimana telah diungkapkan pada bagian terdahulu, bahwa proses cipta seni sangat
dipengaruhi oleh lingkungan. Baik lingkungan bathin, budaya, serta lingkungan luar seniman.
Maka sudah dapat dipastikan bahwa semua pengaruh tersebut akhirnya terhimpun bersamaan
dengan daya estetis, yang akhirnya menjadi sebuah karya seni.
Dalam kehidupan sehari-hari, seorang seniman adalah anggota kelompok dari sebuah
masyarakat. Sebagai seorang anggota kelompok masyarakat, maka ia hidup dalam tatanan nilai
ataupun kaidah yang berlaku pada kelompok tersebut. Seseorang yang berasal dari kelompok
masyarakat Jawa, tentulah memiliki tatanan nilai kebudayaan Jawa sebagai panduan hidup
bermasyarakatnya. Begitu pula bagi anggota masyarakat Minangkabau, mereka akan hidup
dalam tatanan kebudayaan Minang yang memiliki falsafah "alam takambang jadi guru". Jadi,
setiap anggota kelompok suatu masyarakat, selalu berpegang kepada nilai-nilai yang berlaku
dalam kelompok tersebut. Selanjutnya secara bersama-sama atau mereka menjaga dan bahkan
membuat sebuah kerangka kebudayaan sebagai jaminan dalam menata gelora perkembangan
kebudayaan itu sendiri.
Guna menjaga proses gelora kebudayaan inilah seniman sebagai salah seorang anggota
masyarakat ikut berperan melalui karya-karyanya. Ia bertanggung jawab atas berbagai gelora
yang terjadi dalam lingkungannya. Karena pada dasarnya setiap bentuk kesenian selalu memiliki
nilai-nilai yang bermanfaat bagi kelangsungan gelora kebudayaan dan hidup manusia. gelora
budaya inilah yang merupakan salah satu unsur yang melanda seniman, sehingga menimbulkan
keinginan-keinginan untuk berkarya.
Seniman dapat saja memberikan sebuah pernyataan tentang penolakan atau penerimaan berbagai
gelora budaya yang sedang berlaku. Namun demikian, bukan berarti seorang seniman harus
mampu memutuskan berbagai gelora yang muncul sebagai sesuatu yang harus ditolak atau
diterima. Adakalanya seorang seniman cukup hanya dengan mengetengahkan berbagai gelora
budaya yang sedang berlaku, kemudian diungkapkan menjadi sebuah karya. Selanjutnya melalui
karya seni, berbagai gelora budaya tadi akan sampai kepada masyarakat melalui sebuah pameran.
Pada saat inilah akhirnya terjadi cengkerama antara seniman dan masyarakat seni. Selanjutnya
permasalahan yang sedang di alami oleh seorang seniman menyangkut gelora yang sedang
berlaku di masyarakat telah berubah menjadi permasalahan bersama antara seniman dan
masyarakatnya.
Senada dengan apa yang dikatakan Utami (1988: 19) bahwa berfikir bebas adalah kreasi yang
bebas dari hambatan apapun. Bebas dari segala macam praduga dan streotip. Pada saat ini setiap
individu memperoleh berbagai kemungkinan untuk menemukan sesuatu. Masing-masing
individu memiliki kesempatan untuk menelusuri berbagai arah yang ada dalam fikirannya.
Bahkan mereka mendapatkan peluang untuk menjajaki berbagai alternatif yang muncul. Keadaan
inilah akhirnya yang menimbulkan berbagai penemuan baru. Apakah berupa ide-ide baru,
ataupun bentuk-bentuk baru, dan lain sebagainya.
Lebih jauh Jakob (2000: 47) mengatakan bahwa sebuah benda seni disebut sebagai seni kalau
sudah berada di tangan penanggap seni. Seni itu masalah komunikasi, masalah relasi nilai-nilai.
Sebuah benda akan disebut seni kalau melahirkan relasi seni berupa munculnya nilai dari benda
tersebut. Selanjutnya Jakob (2000: 73) menjelaskan bahwa dalam seni, perasan harus dikuasai
lebih dahulu, harus dijadikan objek, dan harus diatur, dikelola, dan diwujutkan atau
diekspresikan dalam karya seni. Istilah populernya "perasaan harus diendapkan dahulu".
Perasaan itu telah berjarak dengan seniman. Dan, dalam kondisi semacam itu, barulah seniman
dapat mengekspresikan perasaannya. Sebab ekspresi perasaan dalam seni hanya dapat terjadi
dalam suasana perasaan "sekarang" yang santai, bahkan dalam suasana kegembiraan mencipta.
Dari beberapa uraian diatas dapat kita rangkum, bahwa proses cipta karya seniman selalu
beranjak dari pengalaman bathin, yang diperoleh melalui lingkungan, baik lingkungan bathinnya
sendiri, maupun lingkungan budaya, dan lingkungan secara keseluruhan. Keadaan seperti ini
sesungguhnya telah berlangsung sejak lama, bahkan sejak zaman prasejarah. Patung-patung
menhir yang terdapat di Sumatera Utara, atau patung-patung peninggalan zaman megalitikum
yang sekarang dapat kita saksikan di kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat adalah bagian dari
potret kebudayaan yang dituangkan melalui medium seni.
Haris Sukendar (1987: 54) mengatakan bahwa arca-arca yang ditemukan di Nias dan Pasemah,
menunjukan bukti-bukti bahwa arca tersebut menggambarkan tokoh yang berkuasa atau tokoh
yang terkemuka dalam masyarakat. Arca-arca tersebut hanya merupakan lambang atau simbul
dari ketua adat atau tokoh yang dimaksud. Masih sulit dikatakan bahwa arca yang bertujuan
sakral lebih mementingkan tujuan dan kepercayaan saja tanpa mengabaikan keindahan semata-
mata, sedang arca yang digunakan sebagai lambang atau status kepala adat, bentuk-bentuk yang
lebih megah dengan keindahan sempurna memegang peranan penting.
Pada zaman berikutnya, yaitu pada masa kebudayaan agama Hindu-Budha di Indonesia, terdapat
bangunan candi yang dibuat dengan sangat megahnya. Candi-candi yang terdapat di Jawa
Tengah dan Jawa Timur merupakan potret kebudayaan untuk masa Hindu-Budha di Indonesia.
Bahkan Borobudur merupakan puncak dari seni bangun kebudayaan Hindu-Budha di dunia.
Borobudur merupakan maha karya yang mengungkap tentang kesatuan manusia dalam sebuah
tatanan hidup. Sebuah tatanan hidup yang dipandu oleh nilai-nilai budaya yang berkembang pada
masa itu. Nilai-nilai tersebut kemudian dinyatakan dalam sebuah seni bangun.

Candi Borobudur di Jawa Tengah Kesatuan kebudayaan mencerminkan integrasi


manusiaManusia merupakan kesatuan (per se), segala ciptaannya bercirikan kesatuan pula.
Kesatuan manusia tidaklah sempurna. Dia selalu ada dalam jalan integrasi diri yang semakin
utuh. Ujud pemersatuan diri selaku makhluk psychoorganis tidak pernah selelsai. Oleh sebab itu
keseimbangan tidak bersifat statis, melainkan bersifat dinamis. Bakker (1984: 83).
Candi Borobudur dapat dilihat sebagai ungkapan dari keselarasan hidup masyarakatnya.
Keselarasan terpancar dari ungkapan seni bangunnya. Borobudur terdiri bentuk-bentuk yang
tersusun secara bertingkat atau berundak-undak. Pengulangan bentuk terdapat pada bentuk stupa
yang disusun mulai dari bawah sampai ke undakan paling atas. Pada bagian paling atas terdapat
sebuah stupa besar. Stupa ini merupakan pusat atau inti dari semua stupa yang ada. Stupa besar
tersebut terletak pada titik pusat bagian atas dari candi. Dari sisi semiotika, keberadaan stupa
utama tersebut memiliki makna tersendiri, yang erat hubungannya dengan daya-daya yang
berada di luar alam kodrati.

Kontras antara industri dan adat perjalanan tradisional di India


Gambaran di atas memperlihatkan suatu perbedaan yang janggal antara kemajuan teknologi
dengan kendaraan yang digunakan masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Latar belakang
dari karya fotografi di atas memperlihatkan teknologi yang sudah maju. Sementara di latar depan
terlihat beberapa orang yang dalam perjalanan dengan menggunakan unta sebagai kendaraan.
Suasana yang sangat kontras terlihat dengan jelas antara kemajuan teknologi yang dicapai
dengan kendaraan yang digunakan. Dari satu sisi, dapat saja orang menggunakan unta untuk
keperluan rekreasi, atau sekedar bernostalgia. Di sisi yang satunya lagi, bisa saja kendaraan unta
memiliki nilai-nilai khusus bagi seseorang atau sekelompok orang. Namun di sisi lain kenyataan
ini juga mengungkap bahwa belum semua orang dapat menikmati kemajuan teknologi.
Akhirnya, apapun penafsiran yang akan dikemukan tentang kenyataan ini, namun yang pasti,
melalui karya seninya, seniman telah menyuguhkan sebuah persoalan untuk dipahami oleh
masyarakat.
Gubug-Gubug di London karya G. DoreKarya lukis yang digubah oleh G. Dore ini bercerita
tentang kemajuan ilmu dan teknologi yang telah dicapai, khususnya bagi masyarakat kota
London, Inggeris. Namun kemudian kemajuan tersebut membawa dampak yang kurang baik
terhadap kehidupan bermasyarakat. Dengan kemajuan teknologi, orang mampu membangun
gedung-gedung yang megah, membuat pesawat terbang dan lain sebagainya. Tapi di sisi lain
ternyata keadaan ini berakibat terhadap meningkatnya jumlah pengangguran. Sehingga pada
gilirannya masyarakat kelas bawah menjadi semakin terhimpit, bahkan mereka kehilangan lahan
untuk tempat tinggal. Akhirnya mereka mendirikan gubug-gubug sebagai tempat berlindung di
sisi bangunan megah hasil teknologi maju tersebut.
Kesenjangan hidup inilah yang ditampilkan seniman dalam karyanya. Kesenjangan ini digubah
sedemikian rupa dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pokok dalam berkarya, bagian-
bagian terkecilpun ditampilkan oleh seniman dengan sangat cermat. Selanjutnya karya lukis ini
mencoba mengajak pemirsanya untuk memahami arti kemajuan secara lebih dalam. Apa
sesungguhnya makna kemajuan bagi keselarasan hidup manusia pendukung kebudayaan.
Dalam mengungkapkan keinginan serta pengalamannya , seniman memanfaatkan berbagai
macam bentuk pengandaian. Pilihan seorang seniman terhadap pengandaianyang digunakan
sangat bergantung kepada kecendrungan dan gaya masing-masing seniman. Namun demikian,
semua pengandaian yang dilahirkan seniman merupakan simbol-simbol yang memiliki makna
tertentu sesuai dengan pengalaman masing-masing seniman dalam merespon berbagai fenomena
yang terjadi disekitarnya. Sebagaimana pengandaian yang ada dalam bidang seni suara atau seni
sastra, maka dalam seni rupa pengandaian ini menjadi lebih nyata. Hal ini disebabkan karena
seni rupa itu sendiri merupakan sebuah cara ungkap yang menggunakan bahasa rupa. Pada seni
bangun sebagaimana yang telah diungkap pada bagian terdahulu terlihat bahwa struktur
bangunan yang diciptakan merupakan gambaran dari keselarasan yang terdapat dalam
masyarakat. Keselarasan ini ini kemudian diungkapkan sang arsitek melalui struktur bangunan
yang tertata dengan baik. Bangunan tersebut merupakan simbol dari nilai yang dimiliki oleh
sekelompok masyarakat pada masa-masa tertentu. Begitu pula dengan bangunan-bangunan
megah yang dideretkan bersamaan dengan gubug-gubug yang digambarkan oleh G. Dore dalam
karyanya, Dore memilih objek bangunan yang megah dan gubuk sebagai pengandaian dari
kesenjangan sosial yang terjadi akibat kemajuan ilmu dan teknologi.

Simpulan
Seni merupakan ungkapan pengalaman bathin yang dituangkan seniman melalui media
ungkapnya. Sebagai sebuah pengalaman bathin, seni selalu hadir dengan muatan nilai yang
membawa manfaat bagi kehidupan manusia dan alam semesta.
Seni rupa sebagi sebuah media ungkap, berbicara dalam bahasa rupa. Ia hadir dengan berbagai
bentuk pengandaian, sesuai dengan pilihan dan daya keindahan seorang seniman. Salah satu
bentuk nilai yang terdapat dalam ungkapan seni adalah kebudayaan. Seni merupakan ungkapan
dari cerminan cipta, karsa dan rasa manusia. Seni merupakan potret kebudayaan yang selaras
dengan ruang dan waktu yang dilaluinya. Melalui karya seni kita dapat memahami gelora budaya
yang terjadi, baik pada waktu lalu, sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Semua itu
dikemas seniman dalam sebuah bingkai keindahan yang disebut dengan karya seni.

Daftar Bacaan
Bakker SJ, JWM. 1984. Filsafat Kebudayaan. Sebuah Pengantar. Yogyakarta; Kanisius.
Haris Sukendar.1987. Konsep Keindahan pada Peninggalan Megalitik. dalam: Estetika dalam
Arkeologi Indonesia (Diskusi Ilmiah Arkeologi II ); Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia
Lowenfeld, Viktor. 1956. Creative and Mental Growth. Rev.ed. Nem York. The Macmillan
Company.
Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung; Penerbit ITB
Suwono, Bambang. 1979. Sejarah Seni Rupa Indonesia. Jakarta; Proyek penelitian dan
Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
Utami Munandar. SC. 1988. Pengertian Dan Ruang Lingkup Kreativitas. Dalam Kreatiftas
Sepanjang Masa (Utami Munandar. SC. Ed). Jakarta; Pustaka Sinar harapan.
Biodata Penulis:
Syafwandi, Lahir di Payakumbuh 24 Juni 1960. S1 Pendidikan Seni Rupa (1985), mengikuti
pendidikan Seni Patung dan Furniture di Jepang (1994 "“1996) S2 Jurusan Seni Rupa ITB
Bandung.

Pengenalan Seni, Definisi Seni, Definisi Pendidikan & Definisi Pendidikan Seni
Pengenalan

Apabila membicarakan tentang seni, masyarakat umumnya lebih tertarik dengan seni yang lebih
popular seperti seni muzik mahupun seni lakonan. Ini bertitik tolak daripada pendedahan yang
meluas diterima bagi kedua-dua cabang seni tersebut. Lantaran itu, seni muzik dan seni lakonan
ini mempunyai impak yang bukan sedikit ke atas khalayak di negara ini. Nama-nama kecil dan
besar yang menguasainya begitu mudah bermain di bibir masyarakat, baik anak kecil, mahupun
golongan yang lebih tua.

Namun begitu, apabila memperkatakan tentang seni visual, ianya seakan jauh terpinggir.
Walaupun sebenarnya ia telah wujud lebih awal di kalangan masyarakat, kita masih
merasakannya sebagai suatu cabang seni yang duduknya pada kelas kedua. Hanya golongan
tertentu sahaja yang bener-benar menghayati seni visual dalam erti kata penghayatan estetika
selayaknya.

Walaupun kewujudan seni visual adalah seusia dengan peradaban manusia, namun masyarakat di
Malaysia masih memandang sinis akan kepentingannya di dalam membentuk nilai-nilai
kemanusiaan dan budaya bangsa. Bermula dengan lebih dikenali sebagai Seni Lukis dan
Pertukangan/ Pekerjaan Tangan di era sebelum merdeka sehinggalah beralih kepada Seni Visual
sejak kebelakangan ini, namun martabatnya masih diletakkan pada tempat yang sama.

Lantaran itu, sejajar dengan hasrat untuk membentuk warga negara yang tahu menghargai
budaya, mempunyai nilai-nilai norma kemasyarakatan yang luhur berpaksikan kepada Rukun
Negara, maka perubahan demi perubahan dilakukan ke atas kurikulum pendidikan negara.
Perubahan ini merangkumi pelbagai mata pelajaran di sekolah merangkumi peringkat rendah
persekolahan sehinggalah ke peringkat tertinggi. Perubahan ini turut merangkumi mata pelajaran
Pendidikan Seni yang dikira akan dapat mengangkat martabat seni visual khasnya ke suatu
kedudukan yang lebih baik.
Di samping itu, ia juga menjadi serampang dua mata sebagai uasaha membentuk minda baru
masyarakat Malaysia, tidak sekadar memandang seni dari sudut estetikanya sahaja malahan
mampu mengangkat darjat dan peranan seni visual di dalam pembentukan ketamadunan negara.

i) Definisi Seni

Apa sebenarnya yang dinamai ‘ seni ’ itu sendiri? Terlalu banyak kupasan dan pendefinisian
mengenai seni, baik melalui tokoh-tokoh sejagat mahupun tokoh seni tempatan. Baik kupasan
berlandaskan estetika semata-mata mahupun pengertian seni yang dapat dikutip melalui
kacamata agama. Ini melambangkan betapa luasnya kesenian itu sendiri lantaran manusia yang
normal secara totalnya amat senang dengan sesuatu yang mempunyai nilai-nilai dan unsur seni.

Mengikut Kamus Dewan Edisi baru, seni didefinisikan sebagai karya ( sajak, lukisan, muzik dan
lain-lain ) yang diciptakan dengan bakat, kebolehan mencipta sesuatu yang indah. Secara tidak
langsung mengakui bahawa untuk menghasilkan sesuatu produk seni, bakat, kebolehan dan
penghayatan serta pemahaman yang jitu amat penting. Kebolehan adalah sesuatu yang mampu
dipelajari dan dibentuk manakala bakat pula adalah sesuatu yang berdiri dengan sendiri hasil
daripada kurniaan Ilahi. Kedua-dua ini saling berkait rapat di dalam menghasilkan sesuatu
produk seni yang mempunyai nilai estetika yang tinggi.

Dipandang daripada sudut agama, Imam Muslim melalui penulisan kitabnya, Kitab Al- Iman,
menjelaskan tentang kesenangan estetik dan konsep keindahan sebagai pertemuan antara
seseorang yang mempunyai pengetahuan terhadap mesej atau objek yang ditemui. Dalam erti
kata lain, Muslim menjelaskan seni itu sebagai suatu bentuk ilmu ( pengetahuan ) di mana
seseorang yang mempunyai ilmu ataupun pengetahuan seni tersebut akan mencipta serta
melahirkan manifestasi pemikiran dan perasaannya terhadap sesuatu objek yang dihayatinya
melalui karya-karya seni, ataupun setidak-tidaknya akan menghargai keindahan objek serta karya
tersebut, sekiranya tidak mampu menghasilkan karya seni. Ini adalah kerana seni itu sendiri
mempunyai pertalian erat di antara penggiat dan khalayak seni itu sendiri.

Menurut Herbert Read ( buku, The Meaning of Arts ) seni adalah penghasilan rupa bentuk yang
menimbulkan keceriaan, keseronokan dan kesenangan estetik ( Art is Expression ).
Kesenangan estetik di sini adalah merujuk kepada konsep kesenangan yang terhasil kesan oleh
penghayatan terhadap keindahan seni visual. Kepuasan, kenikmatan, kesukaan dan kegembiraan
juga termasuk di dalam kesenangan ini.

Kesimpulannya, biar dari sudut pandangan mana sekalipun, seni merupakan sesuatu yang berkait
rapat dengan estetika dan keindahan. Keindahan yang mampu memukau dan mempersonakan
mata dan hati yang menghayatinya dengan segenap pancaindera yang ada.

ii) Definisi Pendidikan

Pendidikan menurut Plato, seorang filosofis Yunani, ialah mengasuh jasmani dan rohani
seseorang agar dapat sampai ke satu tahap keindahan dan kesempurnaan yang paling tinggi.
Secara jelasnya, pendidikan adalah suatu usaha membentuk kesempurnaan dan keindahan di
dalam diri individu. Pengertian ini adalah sejajar dengan apa yang diungkapkan oleh salah
seorang lagi filosofis Yunani iaitu.

Aristotle di mana beliau mengungkapkan pendidikan sebagai satu usaha untuk menyediakan
akal-fikiran untuk diisikan dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana menyiapkan tanah untuk
diisikan dengan tanam-tanaman.

Berdasarkan Kamus Dewan, pendidikan berasal daripada kata dasar didik yang membawa
pengertian memelihara dan memberi latihan berupa ajaran ataupun pimpinan mengenai akhlak
dan kecerdasan fikiran. Pendidikan pula membawa maksud proses mengubah sikap dan tata laku
seseorang dalam usaha mematangkan individu tersebut. Secara jelasnya, pendidikan bolehlah
ditakrifkan sebagai proses penyemaian ilmu secara berterusan kepada seseorang.

Oleh kerana luasnya konsep pendidikan itu disamping pertalian intimnya dengan ilmu, para
cendikiawan seringkali memberi pendefinisian tentang pendidikan berdasarkan cabang ilmu
masing-masing bagi memberikan kefahaman yang lebih jelas. Umpamanya, di dalam Islam
sendiri, konsep ilmu terbahagi kepada dua, iaitu ilmu akhirat ( ukhrawi ) dan ilmu keduniaan (
duniawi ). Bertitik-tolak daripada kefahaman tersebut, Abdul Halim el-Muhammady
mentakrifkan pendidikan daripada kacamata Pendidikan Islam sebagai suatu proses mendidik
dan melatih akal, jasmani, rohani dan emosi manusia berasaskan sumber wahyu, Quran dan
Sunnah, pengalaman salaf al-soleh serta ilmuwan muktabar dengan matlamatnya bagi
melahirkan insan yang soleh.

Manakala penganut aliran Fungsionalisme melihat individu tidak penting dalam menentukan apa
yang sesuai untuk dirinya. Pendidikan bagi mereka bukanlah untuk membentuk potensi dan
kebolehan individu bagi dirinya tetapi untuk keperluan komuniti dan masyarakatnya. Ini adalah
lantaran masyarakatlah yang menentukan baik dan buruknya sesuatu perkara.

Salah seorang penganut aliran ini, Durkheim ( 1956 ) umpamanya mendefinisikan pendidikan
sebagai penerapan pengaruh generasi dewasa kepada mereka yang memasuki era baru dalam
kehidupan sosial. Mereka yang dididik adalah dikehendaki mempelajari dan mempraktikkan
nilai-nilai keperluan sebagaimana yang dikehendaki oleh generasi yang lebih awal. Oleh itu,
secara umumnya Durkheim menganggap fungsi pendidikan adalah untuk mengekalkan
masyarakat dengan menyediakan rangka normatif dan kognitif masyarakat dalam diri invidu.

John Dewey, seorang pakar pendidikan Amerika Syarikat mentakrifkan pendidikan sebagai satu
proses perkembangan individu. Menurut beliau, pendidikan merupakan usaha mengatur ilmu
pengetahuan untuk menambahkan lagi pengetahuan semula jadi yang ada padanya, supaya dapat
hidup dengan lebih berguna dan selamat.

Hj. Abdul Malik Karim Amrullah ataupun lebih di kenali sebagai Hamka iaitu salah seorang
tokoh pendidikan Islam yang paling berpengaruh di Indonesia. Beliau mendefinisikan
pendidikan sebagai suatu proses yang boleh membentuk tingkah laku yang baik, sikap yang
berani serta budi pekerti yang mulia seperti sikap rendah diri, sabar, menghormati orang tua dan
sebagainya.
Rabindranath Tagore, salah seorang ahli falsafah dan penyair India yang terkemukamenyatakan
pendidikan sebagai suatu proses yang bertujuan untuk melahirkan manusia yang berfikiran
sempurna, berupaya mencapai segala aspek kehidupan dengan penuh makna. Menurut beliau,
pendidikan tidak seharusnya hanya terikat dengan buku, tetapi harus dihubungkaitkan dengan
pengalaman kehidupan sebenar manusia.

Oleh itu, pendidikan secara jelasnya boleh dilihat sebagai suatu proses berterusan dalam usaha
membentuk individu bagi memenuhi keperluan diri dan masyarakatnya, berlaku samada secara
formal ataupun non-formal. Ini adalah kerana, setiap individu, terutamanya individu muslim,
telah ditetapkan secara jelas tujuan matlamat pendidikan tersebut.

iii) Definisi Pendidikan Seni

Pendidikan Seni Di Dalam Sistem Pendidikan Formal Negara bermaksud program pendidikan
yang bersistem, terancang dan boleh diukur prestasinya bagi memenuhi keperluan individu dan
aspirasi negara. Ia merangkumi idea-idea yang dicetuskan melalui lukisan, ukiran dan pelbagai
kemahiran tangan yang lain yang diadunkan daripada pengalaman murid dan apa yang telah
dipelajari.

Feldman ( 1996 ) memberikan pendefinisian pendidikan seni sebagai usaha yang melibatkan
pengajaran dan pembelajaran membuat dan memahami seni, di samping mengetahui tentang
dunia dan diri kita sendiri melalui seni. Seni yang dimaksudkan di sini adalah meliputi apa jua
cabang seni visual seperti catan, arca, seni bina, reka bentuk industri, garafik komputer, serta apa
jua yang berkaitan dengan seni, baik yang berupa seni tampak tradisional mahupun seni moden.

Pendidikan seni merangkumi pelbagai kaedah dan teknik yang digunakan di dalam penghasilan
produk seni, mempelajari sejarah dan antropologi seni, membezakan makna seni serta melihat
nilai produk seni individu. Lantaran itu, pendidiikan seni lebih menitik beratkan pemikiran,
perbuatan dan penilaian yang original di samping memberi kesempatan untuk individu itu
memperkembangkan idea semulajadinya secara teratur menerusi peringkat-peringkat
perkembangan yang artistik.

Kesimpulannya, pendidikan seni merupakan suatu sistem pengajaran dan pembelajaran seni
tampak yang terancang dan mempunyai hala tuju serta matlamat yang jelas. Pendidikan seni
adalah suatu sistem pengajaran dan pembelajaran yang bermatlamat melahirkan individu yang
celik seni bagi diri dan masyarakatnya

PENGERTIAN SENI VISUAL

Seni Secara Umum


Seni secara umum agak luas seperti seni tari, seni muzik, seni bina, seni lakon, seni silat, seni
ukir, seni lukis, seni kraf, seni penulisan dan sebagainya. Kesenian ini sebenarnya ada
kategorinya sendiri umpamanya Seni Persembahan (meliputi seni lakon, seni suara dan
sebagainya), Seni Penulisan Kreatif (penulisan cerpen, puisi, skrip drama dan sebagainya), dan
Seni Visual/Tampak (meliputi seni Kraf, seni lukis, seni ukir, seni bina dan sebagainya).

Visual atau Tampak secara terminologinya bermaksud boleh dilihat atau disentuh. Jadi yang
tergolong dalam sesuatu yang boleh dilihat dan disentuh ialah catan, lukisan, arca, ukiran, binaan
bangunan dan sebagainya. Ia bukan setakat dilihat tetapi ia perlu difahami maksudnya atau
sekurang-kurangnya teknik membuatnya, siapa membuatnya, mengapa ia dibuat, apa fungsinya,
apa rujukannya, apa ideanya dan sebagainya. Maka ini akan menjurus kepada apresiasi pula di
mana proses pemahaman dan kritikan berlaku baik secara lisan mahupun bertulis.

Proses apresiasi ini pula melibatkan penggunaan laras bahasa tampak tertentu seperti unsur-unsur
seni (garisan, rupa, bentuk, ruang, jalinan, dan warna), prinsip rekaan (harmoni, kepelbagaian,
kontra, penegasan, imbangan, pergerakan/irama/rentak/pengulangan, kesatuan dan ekonomi),
bahan dan alat, teknik dan gayaan, terminologi dan simbol. Komunikasi akan menjadi lebih
berkesan jika laras bahasa ini dikuasasi sepenuhnya oleh individu atau masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai