Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325062219

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH-BUAHAN SEBAGAI BAHAN BAKU


PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

Article · May 2018

CITATIONS READS

0 3,108

1 author:

Marjenah Marjenah
Universitas Mulawarman
26 PUBLICATIONS   139 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Terminalia catappa View project

Kondisi Optimum Ketinggian untuk Pertumbuhan Produksi buah Ketapang (Terminalia catappa linn) sebagai Bahan Baku Pembuatan Biodiesel dan Tanaman Pokok
pada Pembangunan Kebun Energi View project

All content following this page was uploaded by Marjenah Marjenah on 15 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183 Ulin– J Hut Trop 1(2): 120-127
Oktober 2017

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH-BUAHAN SEBAGAI BAHAN BAKU


PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

Marjenah*, Wawan Kustiawan, Ida Nurhiftiani, Keren Hapukh Morina Sembiring dan
Retno Precillya Ediyono
Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman
Gedung B11 Lantai 2 Kampus Gunung Kelua Jl. Ki Hajar Dewantara P.O. Box 1013
Telp. (0541) 735 089; 749 068 Fax. (0541) 735 379 Samarinda 75116
* E-mail: marjenah_umar@yahoo.com

ABSTRACT
Fruits are one of the most important needs for human beings. In general, people use the pulp only, such as juice, jam,
salad, syrup, etc. While the rind of the fruit, just thrown away and become waste. The purpose of this study to find out
alternative wastes utilization of rind and know the nutrients contained in liquid organic fertilizer. The raw materials
derived from the waste of rind. This research was conducted at Nursery belong to Faculty of Forestry University of
Mulawarman in ± 3 months effective. The experimental design uses 2 compost raw material mixtures of pineapple rind
and dragon fruit rind (A) and pineapple rind and citrus rind (B). Leach taking time at the 2nd, 4th, and 6th week after
the composting activity. The results of this study indicate that leachate derived from pineapple rind and dragon fruit rind
(A) produce more leachate (8,960 ml) than leachate derived from pineapple rind and citrus rind (B) (6,551 ml). The
nutrient content of P is available on leachate derived from a mixture of pineapple rind and citrus rind almost 8 - 10
times when compared with the standard of organic fertilizer. pH of leachate from pineapple rind and dragon fruit rind
average 3.63 and pH of pineapple rind and citrus rind an average of 3.71; Both of value under standard quality score of
4 - 9. Another research needs to be done to apply the resulting liquid organic fertilizer.
Keywords: Fruit rind; nutrient content; liquid organic fertilizer; leachate

ABSTRAK
Buah-buahan merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia. Pada umumnya masyarakat hanya memanfaatkan
daging buahnya saja, misalnya dibuat jus, selai, salad, sirup, dll. Sedangkan kulit buahnya hanya dibuang dan menjadi
limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pemanfaatan limbah kulit buah-buahan dan mengetahui unsur
hara yang terkandung di dalam pupuk organik cair (POC) yang bahan bakunya berasal dari limbah kulit buah-buahan.
Penelitian ini dilaksanakan di Persemaian Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman dengan waktu ± 3 bulan
efektif. Pola penelitian menggunakan 2 campuran bahan baku kompos yaitu limbah kulit buah nenas + limbah kulit
buah naga (A) dan limbah kulit buah nenas + limbah kulit buah jeruk (B) dengan waktu pengambilan air lindi pada
pekan ke-2, ke-4, dan ke-6 setelah kegiatan pengomposan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lindi yang berasal
dari campuran kulit buah nenas + buah naga menghasilkan lindi yang lebih banyak (8.960 ml) dibandingkan lindi yang
berasal dari campuran kulit buah nenas + kulit buah jeruk (6.551 ml). Kandungan unsur hara P tersedia pada lindi yang
berasal dari campuran kulit buah nenas dan kulit buah jeruk hampir 8-10 kali lipat bila dibandingkan dengan standar
mutu pupuk organik. pH lindi yang dari campuran kulit buah nenas + buah naga rata-rata 3,63 dan pH campuran kulit
buah nenas dan kulit buah jeruk rata-rata 3,71; kedua-duanya masih di bawah angka standar mutu yaitu 4-9. Perlu
dilakukan penelitian yang lain untuk mengaplikasikan pupuk organik cair yang dihasilkan.
Kata kunci: Limbah kulit buah-buahan; kandungan hara; pupuk organik cair; air lindi

PENDAHULUAN Sampah merupakan material sisa yang sudah


tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
Dalam kehidupan sehari-hari, buah-buahan harus dibuang, yang umumnya berasal dari
merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia. kegiatan yang dilakukan oleh manusia (Fadhilah
Pada umumnya, masyarakat hanya memanfaatkan
et al., 2011).
daging buahnya saja sebagai jus, selai, salad, dan Keberadaan sampah buah-buahan yang
sirup. Sejauh ini pemanfaatan kulit buah sangat melimpah memiliki potensi yang besar sebagai
jarang ditemukan dan kulit buah-buahan tersebut
sumber bahan baku untuk pembuatan pupuk
hanya dibuang dan menjadi sampah. Bila sampah organik cair. Tumpukan limbah buah-buahan ini
dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat, karena
ada pengelolaan yang baik, maka akan
sudah tidak layak untuk makanan ternak. Biasanya
menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang
sampah buah-buahan hanya dibiarkan saja,
serius.
sehingga menimbulkan aroma yang kurang sedap

120 Ulin – J Hut Trop 1(2): 120-127


Ulin– J Hut Trop 1(2): 120-127 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183
Oktober 2017

bagi kebersihan lingkungan dan dapat Buah jeruk yang masak sempurna
mengganggu kesehatan. Sebagai solusi dari mengandung 77-92% air, apabila waktu buah
dampak yang ditimbulkan oleh sampah buah- tumbuh terjadi kekeringan maka air dalam buah
buahan ini, limbah kulit buah-buahan ini dapat dapat diserap kembali oleh daun. Kandungan gula
dijadikan sumber bahan baku alternatif yang yang terdapat dalam bagian yang dapat dimakan
potensial untuk menghasilkan pupuk organik cair. bervariasi antara 2-5%, protein kurang dari 2%,
Disamping itu, teknologi ini juga banyak dan asam sitrat 1-2%. Golongan jeruk pecel dan
keuntungan, yaitu bubur sampah buah-buahan limau mengandung asam sitrat 6-7%. Konsumsi
(slurry) air lindinya dapat digunakan sebagai buah dan sari jeruk cukup baik, karena nilai
pupuk organik cair dan ampasnya dapat dijadikan kandungan vitamin C cukup, yaitu 50 mg dalam
media pertumbuhan (media sapih). Pupuk organik 100ml jus. Disamping itu vitamin P (juga
yang dihasilkan adalah pupuk yang sangat kaya dinamakan citrin) dan vitamin A terdapat di
akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. dalamnya (Tohir, 1983).
Bahkan, senyawa-senyawa tertentu seperti Pemanfaatan sampah organik selama ini lebih
protein, selulose, lignin, dan lain-lain tidak bisa banyak berupa pupuk organik dalam bentuk padat,
digantikan oleh pupuk kimia (Bayuseno, 2009). masyarakat jarang memanfaatkan sampah organik
Buah nenas matang umumnya dimakan menjadi pupuk organik cair. Padahal pupuk
segar, dibuat selai, jeli, dan saribuah. Buah nenas organik dalam bentuk cair memiliki kelebihan bila
yang telah matang tidak tahan lama, 4-5 hari dibandingkan pupuk organik dalam bentuk padat.
setelah panenmulai membusuk. Bagian buah Pupuk organik cair lebih mudah diserap oleh
nenas yang dapat dimakan mengandung tanaman karena unsur-unsur yang terdapat di
airsebanyak 85%, protein 0,4%, gula 14%, lemak dalamnya sudah terurai dan pengaplikasiannya
0,1%, serat 0,5%, serta banyakmengandung lebih mudah.
vitamin A dan B (Ashari, 2006). Limbah kulit Pupuk organik cair memberikan beberapa
buah nenas yang dihasilkan dari satu buah nenas keuntungan, misalnya pupuk ini dapat digunakan
berkisar 21,73-24,48 %, berat nenas rata-rata per dalam media tanam padat dengan cara
buah adalah sekitar 600-800 gram sehingga dalam menyiramkannya ke akar ataupun disemprotkan
200 kg nenas dapat menghasilkan sampah kulit ke bagian tubuh tumbuhan. Perlakuan pemberian
buah nenas sebanyak 40-50 kg. pupuk dengan cara penyemprotan pada daun
Sementara itu, buah naga umur simpannya 7- terbukti lebih efektif dibandingkan dengan
10 hari pada suhu 14oC, karena memiliki kadar air perlakuan pemberian pupuk melalui penyiraman
yang tinggi yaitu mencapai 90%. Jumlah buah pada media tanam (Marjenah, 2012).
naga dalam satu kilogram sekitar 3-4 buah. Tanah yang secara terus menerus ditanami
Diantara beberapa jenis buah naga, yang banyak pasti akan berkurang kesuburannya akibat
digemari oleh masyarakat adalah jenis buah naga kandungan unsur haranya semakin rendah. Oleh
dengan daging buah berwarna merah karena sebab itu pemupukan penting untuk dilakukan
memiliki karakteristik rasa lebih manis bila guna meningkatkan kandungan unsur hara pada
dibandingkan dengan jenis lainnya (Wisesa et al. tanah. Pupuk organik memiliki sifat yang ramah
2014). lingkungan meskipun efek penggunaannya
Limbah kulit yang dihasilkan dari satu buah cenderung lebih lambat. Pupuk organik dapat
naga sekitar 30-35%, sehingga dari 200 kg buah memperbaiki sifat tanah dan dapat berperan
naga atau sekitar 50-66 biji buah naga dapat sebagai penyangga persediaan unsur hara bagi
menghasilkan limbah kulit buah naga sebanyak tanaman sehingga pupuk organik dapat
60-77 kg yang pada umumnya hanya dibuang mengembalikan kesuburan tanah. Pupuk organik
sebagai limbah sehingga tidak dimanfaatkan dapat dibagi dua yaitu pupuk organik padat dan
secara optimal (Tahir, 2008). pupuk organik cair (Yuliarti, 2009). Pupuk
Sebagai upaya pemanfaatan limbah hasil organik cair merupakan salah satu jenis pupuk
pertanian, kulit buah naga dapat dimanfaatkan yang banyak beredar di pasaran. Jenis pupuk ini
sebagai sumber pektin dalam pembuatan selai dan kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau
dalam pangan fungsional. Kulit buah naga dapat disebut sebagai pupuk cair foliar yang
dijadikan sumber antioksidan yang cukup tinggi mengandung unsur hara makro dan mikro
dan setara dengan daging buah naga. Kulit buah esensial.
rata-rata menghasilkan pektin sekitar 10,40- Bahan utama pupuk cair yang sangat bagus
16,76% (Tang, et al., 2011). dari sampah organik yaitu bahan organik basah
atau bahan organik yang mempunyai kandungan

121
Pemanfaatan Limbah Kulit Buah-buahan sebagai Bahan Baku Marjenah, dkk
Pembuatan Pupuk Organik Cair

air tinggi seperti sisa buah-buahan atau sayur- B. Bahan dan Peralatan Penelitian
sayuran. Bahan ini kaya akan nutrisi yang
Bahan-bahan yang digunakan dalam
dibutuhkan tanaman. Semakin besar kandungan
penelitian ini:
selulosa dari bahan organik maka proses
1. Limbah kulit buah nenas (Ananas comosus
penguraian bakteri akan semakin lama
Merr) sebanyak 35 kg
(Purwendro dan Nurhidayat, 2006).
2. Limbah kulit buah naga (Hylocereus
Pupuk organik cair adalah pupuk yang
costaricensisHaw) sebanyak 10 kg
kandungan bahan kimianya rendah maksimal 5%,
3. Limbah kulit buah jeruk (Citrus sp.) sebanyak
dapat memberikan hara yang sesuai dengan
5 kg
kebutuhan tanaman pada tanah, karena bentuknya
4. Gula pasir sebanyak 500 gram
yang cair. Maka jika terjadi kelebihan kapasitas
5. Larutan Effective Microorganisme 4 (EM4)
pupuk pada tanah, dengan sendirinya tanaman
sebanyak 400 ml
akan mudah mengatur penyerapan komposisi
Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan
pupuk yang dibutuhkan. Pupuk organik cair dalam
penelitian ini terdiri dari: komposter (sebagai
pemupukan jelas lebih merata, tidak akan terjadi
wadah fermentasi bahan pembuatan pupuk); botol
penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat, hal
(untuk penyimpan air lindi hasil fermentasi);
ini disebabkan pupuk organik cair 100% larut.
spayer (tempat campuran EM4 dan gula); baskom
Pupuk organik cair ini mempunyai kelebihan
(sebagai tempat untuk mencampur bahan
dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara dan
pembuatan pupuk); timbangan (untuk menimbang
tidak bermasalah dalam pencucian hara juga
bahan-bahan pembuatan pupuk); thermometer
mampu menyediakan hara secara cepat
(untuk mengukur suhu bahan pembuatan pupuk),
(Musnamar, 2006).
dan perlengkapan lainnya.
Selain berfungsi untuk tanaman, pupuk
organik cair juga mampu mengurangi jumlah C. Parameter Penelitian
limbah yang terdapat di lingkungan serta
Parameter yang diamati dalam penelitian
menyehatkan lingkungan karena pupuk organik
dalam terdiri dari parameter utama (volume air
cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-
lindi hasil fermentasi dan unsur hara yang
bahan organik yang berasal dari sisa tanaman,
terkandung di dalam pupuk organik cair) dan
kotoran hewan, dan limbah dari hasil aktivitas
parameter penunjang (suhu bahan pembuatan
manusia yang memiliki kandungan unsur hara
pupuk dan pH air lindi).
lebih dari satu (Hadisuwito, 2008).
Penulisan artikel ini bertujuan untuk mencari D. Pola Penelitian
alternatif pemanfaatan limbah kulit buah nenas
Penelitian ini menggunakan 2 macam
dicampur kulit buah naga, dan kulit buah nenas
campuran limbah kulit buah-buahan sebagai
dicampur kulit jeruk, serta kandungan unsur hara
bahan utama pembuatan pupuk organik cair, yaitu:
yang terkandung di dalam pupuk organik cair
A = Limbah kulit buah nenas (Ananas
yang dihasilkan.
comosus Merr) 15 kg + limbah kulit
buah naga (Hylocereus costaricensis
METODE
Haw) 10 kg, dan
A. Lokasi Penelitian B = Limbah kulit buah nenas (Ananas
comosus Merr) 20 kg + limbah kulit
Penelitian ini dilaksanakan di Persemaian
buah jeruk (Citrus sp.) 5 kg.
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, dan
analisis kandungan hara dilakukan di Dengan waktu pengambilan lindi:
Laboratorium Tanah, Fakultas Kehutanan 1 = Pengambilan lindi pada pekan ke-2
Universitas Mulawarman. Waktu yang dibutuhkan setelah pembuatan pupuk
dalam penelitian ini selama ± 3 bulan efektif 2 = Pengambilan lindi pada pekan ke-4
(Nopember 2015 hingga Januari 2016), meliputi setelah pembuatan pupuk
persiapan alat dan bahan-bahan penelitian, proses 3 = Pengambilan lindi pada pekan ke-6
pembuatan pupuk organik cair, pengambilan data, setelah pembuatan pupuk
analisis kandungan unsur hara, pengolahan dan Sesuai dengan bahan utama dan waktu
analisis data serta penulisan hasil penelitian. pengambilan sampel lindi dapat diperoleh 6
sampel lindi, yaitu:
1. A1 = Kompos cair berbahan dasar
campuran limbah kulit nenas +

122 Ulin – J Hut Trop 1(2): 120-127


Ulin– J Hut Trop 1(2): 120-127 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183
Oktober 2017

limbah kulit buah naga pada 3. Larutan aktivator disiapkan dengan


pengambilan pekan ke-2 mencampurkan air, gula pasir, EM4, dan telah
2. A2 = Kompos cair berbahan dasar didiamkan selama 24 jam.
campuran limbah kulit nenas + 4. Bahan-bahan yang telah disiapkan selanjutnya
limbah kulit buah naga pada dicampur dengan larutan aktivator, lalu aduk
pengambilan pekan ke-4 hingga merata.
3. A3 = Kompos cair berbahan dasar 5. Setelah semua bahan tercampur rata,
campuran limbah kulit nenas + kemudian dipindahkan ke dalam komposter.
limbah kulit buah naga pada 6. Suhu bahan di dalam komposter tersebut
pengambilan pekan ke-6 diukur, kemudian komposter ditutup rapat.
4. B1 = Kompos cair berbahan dasar 7. Proses fermentasi dibiarkan berlangsung
campuran limbah kulit nenas + selama ±7 hari.
limbah kulit buah jeruk pada 8. Setelah 14 hari (2 pekan) hasil produksi
pengambilan pekan ke-2 pupuk organik cair sudah dapat diambil.
5. B2 = Kompos cair berbahan dasar
campuran limbah kulit nenas + HASIL DAN PEMBAHASAN
limbah kulit buah jeruk pada
pengambilan pekan ke-4 A. Volume Air Lindi (Pupuk Organik Cair)
6. B3 = Kompos cair berbahan dasar yang Dihasilkan
campuran limbah kulit nenas + Dari hasil fermentasi atau pengomposan
limbah kulit buah jeruk pada bahan-bahan organik berupa kulit buah-buahan
pengambilan pekan ke-6 dihasilkan pupukorganik cair atau sering disebut
dengan air lindi. Air lindi merupakan air yang
E. Prosedur Penelitian
dihasilkan dari proses pengomposan sehingga
Tahapan pelaksanaan penelitian pembuatan pupuk mengandung mikroba-mikroba yang memiliki
organik cair adalah sebagai berikut: kemampuan dalam mendekomposisi material
1. Bahan-bahan utama pembuatan pupuk organik organik (Hanafi dkk, 2014). Air lindi diperoleh
cair dipotong terlebih dahulu, untuk karena telahterjadi pemisahan antara zat padat dan
memperkecil ukuran bahan serta untuk zat cair di dalam komposter. Air lindi
mempercepat proses fermentasi. yangdihasilkan diambil setiap 2 pekan sekali.
2. Bahan dicampur merata sesuai bahan dasar Hasil fermentasi selama 6 pekan, didapatkan hasil
yang digunakan. lindi dengan volume sebagai berikut:

Tabel 1. Produksi air lindi (pupuk organik cair) dari bahan utama campuran kulit buah nenas + kulit buah
naga dan campuran kulit buah nenas + kulit buah jeruk
BeratAwal Produksi POC (ml) pekanke - Total Produksi
BahanUtama
(kg) 2 4 6 (ml)
15 kg KulitbuahNenas
+ 10 kg kulitbuah 25 4.210 3.500 1.250 8.960
Naga Merah
20 kg KulitbuahNenas
25 3.747 2.011 793 6.551
+ 5 kg kulit buah jeruk

Produksi pupuk organik cair dari campuran Volume air lindi (pupuk organik cair)
bahan kulit buah nenas dan kulit buah naga terbanyak dihasilkan pada pemanenan pertama
sebanyak 8.960 ml lebih tinggi bila dibandingkan yaitu 4.210 ml dan 3.747 ml, semakin menurun
dengan pupuk organik cair dari campuran bahan pada panen yang kedua (pekan ke-4) dan yang
kulit buah nenas dan kulit buah jeruk sebanyak terendah adalah pada panen ketiga (pekan ke-6)
6.551 ml. Campuran bahan kulit buah nenas dan hal ini disebabkan pada dua pekan pertama
kulit buah naga lebih tinggi karena kedua buah mikroorganisme yang terkandung dalam EM4
tersebut memiliki kadar air yang tinggi. Buah maksimal beraktivitas, hal ini dibuktikan dengan
naga memiliki kadar air tinggi sampai 90% (Tang, suhu yang meningkat secara bertahap, kemudian
et.al., 2011) dan buah naga ± 85% (Rukmana, perlahan-lahan turun sampai hari ke-39 (lihat
2003; Ashari, 2006). Tabel 3). Menurut Yuniwati dkk, (2012), bakteri-
bakteri yang terdapat pada EM4 mempunyai suhu

123
Pemanfaatan Limbah Kulit Buah-buahan sebagai Bahan Baku Marjenah, dkk
Pembuatan Pupuk Organik Cair

pertumbuhan optimal rata-rata pada suhu 40oC, dan air lindi yang dihasilkan menjadi coklat muda.
semakin besar suhu sampai 40oC efektivitas Pemanenan terakhir, kulit buah telah terurai
semakin baik.Pemanenan air lindi dilakukan sempurna sehingga warna menjadi coklat tua dan
hanya sampai 6 pekan, karena setelah pekan aroma menyengat dari nenas sudah berkurang.
keenam kran komposter sudah tidak lagi
B. Kandungan Unsur Hara
mengeluarkan air lindi. Oleh karena itu proses
fermentasi dinyatakan telah selesai. Hasil analisis kandungan unsur hara Nitrogen
Air lindi yang dihasilkan dari bahan baku (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca),
utama limbah kulit buah nenas memiliki warna Magnesium (Mg) pada pupuk cair berbahan utama
coklat kekuningan dengan aroma nenas yang campuran limbah kulit buah nenas +kulit buah
menyengat, hal ini disebabkan karena bahan baku naga dan limbah kulit buah nenas + kulit jeruk
didominasi oleh kulit buah nenas. Pemanenan ke- yang telahdilakukan di Laboratorium Tanah,
2 dihasilkan air lindi berwarna coklat muda Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman
dengan aroma nenas yang lebih menyengat didapatkan hasil yang disusun bersama pupuk
dibandingkan dengan pemanenan sebelumnya. organik pembanding lainnya yaitu pupuk organik
Hal ini karena kulit buah nenas sebagai bahan cair Greentonik dan pupuk organik cair Seprint.
utama dan bahan tambahannya mulai terurai
sempurna sehingga aroma nenas lebih menyengat

Tabel 2. Analisis Kandungan Unsur Hara POC Limbah Kulit Buah Nenas + Kulit Buah Naga (A) dan Kulit
Buah Nenas + Kulit Buah Jeruk (B) serta Pembandingnya (Greentonik dan Seprint)
POC
N Total
dariBuah- P Tersedia (%) K Tersedia (%) Ca (%) Mg (%) pH
(%)
buahan
A1 1,57 0,247 0,442 0,114 0,019 3,60
A2 3,38 0,314 0,461 0,126 0,021 3,63
A3 5,11 0,531 0,471 0,133 0,022 3,67
Rataan 3,35 0,36 0,46 0,12 0,02 3,63
B1 5,21 0,647 0,360 0,233 0,009 3,71
B2 0,92 0,690 0,369 0,253 0,008 3,72
B3 0,78 0,661 0,386 0,271 0,004 3,70
Rataan 2,30 0,67 0,37 0,25 0,01 3,71
Pembandingnya
Greentonik 14,73 1,56 2,55 1,33 0,02 -
Seprint 11 - 2 - - -
Standar
3-6 3-6 3-6 - - 4-9
Mutu*
Ket: *standar mutu pupuk organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 70/Permentan/SR.140/10/2011

Hasil analisis menunjukkan unsur Nitrogen pertumbuhan tanaman dengan cara menjadikan
(N) pada kompos cair campuran A, berada pada tanaman berwarna hijau, meningkatkan
kisaran nilai yang masuk dalam standar mutu, pertumbuhan daun dan batang. Unsur N
sedangkan campuran B berada di bawah standar berkorelasi kuat dengan jaringan meristem,
mutu. Nitrogen memegang peranan penting sehingga sangat menentukan pertumbuhan
sebagai penyusun klorofil, yang menjadikan daun tanaman (Hanafiah, 2005).
berwarna hijau. Warna daun merupakan petunjuk Untuk unsur fosfor (P) pada campuran A
yang baik bagi aras nitrogen suatu tanaman. maupun B memiliki nilai di bawah standar mutu.
Kandungan nitrogen yang tinggi menjadikan Fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan
dedaunan lebih hijau dan mampu bertahan lama, tanaman (key of plants life). P termasuk unsur
sehingga untuk sejumlah tanaman menyebabkan hara esensial bagi tanaman dengan fungsi sebagai
keterlambatan pematangan. Jika keterlambatan ini pemindah energi sampai segi-segi gen, yang tidak
sampai memasuki keadaan lingkungan yang tidak dapat digantikan oleh hara lain. Peranan P dalam
menguntungkan, produksi tanaman bisa gagal penyimpanan dan pemindahan energi nampaknya
(Poerwowidodo, 1998). Nitrogen mempengaruhi merupakan fungsi terpenting karena hal ini

124 Ulin – J Hut Trop 1(2): 120-127


Ulin– J Hut Trop 1(2): 120-127 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183
Oktober 2017

mempengaruhi berbagai proses lain dalam dalam hubungannya dengan fotosintesis.


tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2006; Magnesium juga membantu metabolisme fosfat,
Poerwowidodo, 1998). respirasi dan aktivator beberapa enzim. Sumber
Fosfor di dalam tanaman mempunyai fungsi utama Mg adalah batu kapur dolomit, merupakan
sangat penting yaitu dalam proses fotosintesis, bahan yang sangat baik memberikan Ca dan Mg
respirasi, transfer dan penyimpanan energi, selain untuk menetralisir kemasaman tanah
pembelahan dan pembesaran sel serta proses- (Hanafiah, 2005).
proses di dalam tanaman lainnya. Fosfor pH kompos cair yang dihasilkan dari limbah
meningkatkan kualitas buah, sayuran, biji-bijian kulit buah-buahan memiliki nilai sedikit lebih
dan sangat penting dalam pembentukan biji. P rendah dari ketentuan standar mutu. Untuk
juga sangat penting dalam transfer sifat-sifat meningkatkan pH hingga mencapai standar yang
menurun dari satu generasi ke generasi ditetapkan oleh pemerintah dalam standar mutu,
berikutnya. Fosfor membantu mempercepat dapat dilakukan dengan cara penambahan kapur
perkembangan akar dan perkecambahan, dapat pada saat pengaplikasian pupuk di lapangan.
meningkatkan efisiensi penggunaan air. Sebagian Analisis kandungan unsur hara makro (N, P,
besar tanaman dapat mengambil (me-recovery) P K, Ca, Mg) terhadap pupuk organik cair yang
yang diberikan dari pupuk 10 – 30% dari total P bahan bakunya dari kulit buah-buahan tropis,
yang diberikan selama tahun pertama pemberian. dapat dikemukakan disini bahwa untuk pupuk
Fungsi yang lain dari unsur fosfor pada organik cair dari kulit buah nenas + kulit buah
tanaman yaitu untuk pembentukan bunga dan naga memiliki kandungan unsur N lebih tinggi
buah, sehingga dapat dikatakan bahwa bagian daripada standar mutu, unsur P dan unsur K
tanaman yang paling tinggi kandungan fosfornya kurang dari standar mutu. Sementara itu, untuk
adalah bagian buah(Hanafiah, 2005). pupuk organik cair yang bahan bakunya dari kulit
Sementara itu, untuk unsur kalium (K) buah nenas + kulit buah jeruk memiliki
berada jauh di bawah standar mutu. Kalium kandungan unsur N, P dan K kurang dari standar
merupakan unsur esensial bagi seluruh makhluk mutu.
hidup. Pada jaringan tanaman tinggi, kalium Dengan demikian, untuk pengaplikasian
menyusun 1,7-2,7% bahan kering daun normal pupuk organik cair di lapangan perlu ditambahkan
(Hanafiah, 2005). Kebutuhan tanaman terhadap unsur hara yang kandungannya rendah (N, P dan
ion K tidak dapat diganti secara lengkap oleh K), sehingga terjadi keseimbangan unsur hara.
kation alkali lain. Tanpa kalium, tanaman tidak Pengaplikasian pupuk organik cair ini relatif aman
mampu mencapai pertumbuhan dan aras hasil bagi tanaman, karena bahan bakunya juga berasal
maksimal. Kalium terlibat dalam berbagai proses dari bagian tubuh tanaman, selain itu, karena
fisiologi tanaman, terutama berperan dalam bentuknya yang cair akan memudahkan bagi
berbagai reaksi biokimia (Poerwowidodo, 1998). tanaman untuk melakukan penyerapan unsur hara.
Ion K di dalam tanaman berfungsi sebagai Menurut Santi (2010), pupuk organik cair dapat
aktivator dari banyak enzim yang berpartisipasi digunakan sebagai supleman bagi tanaman.
dalam beberapa proses metabolisme utama
C. Suhu Komposter Saat Fermentasi
tanaman. Fungsi penting K dalam pertumbuhan
tanaman adalah pengaruhnya pada efisiensi Suhu merupakan salah satu indikator yang
penggunaan air, proses membuka dan menutup menujukkan perubahan aktivitas mikroorganisme
stomata, dikendalikan oleh konsentrasi K dalam dalam menguraikan bahan organik. Selain itu,
sel yang terdapat di sekitar stoma. Defisiensi K pengukuran suhu selama proses dekomposisi
dapat menyebabkan stomata membuka hanya penting untuk dilakukan sebagai eveluasi suatu
sebagian dan menjadi lebih lambat saat proses pengomposan berjalan dengan baik atau
penutupan. tidak. Setelah dilakukan pemcampuran dengan
Untuk unsur kalsium (Ca) dan magnesium Effective Microorganisme 4 (EM4) hingga proses
(Mg) tidak ada standar mutu dari pemerintah. fermentasi berlangsung di dalam komposter,
Penambahan atau peningkatan kadar Ca dan Mg diperoleh hasil pengukuran suhu pupuk organik
pada tanah defisiensi K atau penambahan kadar cair seperti ditampilkan pada tabel berikut:
Ca pada tanah defisiensi Mg dapat menyebabkan
tidak seimbangnya unsur hara yang akhirnya
dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak
baik. Dalam tanaman Mg merupakan atom pusat
dalam molekul klorofil sehingga sangat penting

125
Pemanfaatan Limbah Kulit Buah-buahan sebagai Bahan Baku Marjenah, dkk
Pembuatan Pupuk Organik Cair

Tabel 3. Suhu komposter pada pembuatan pupuk mengakibatkan suhu turun dan kemudian naik lagi
organik cair dari limbah buah-buahan (Pandebesie dan Rayuanti, 2013).
Pengukuran Hari ke- Suhu Komposter (OC)
ke A B KESIMPULAN DAN SARAN
1 1 28 28 A. Kesimpulan
2 2 35 45
3 3 39 40 Pupuk organik cair dari kulit buah nenas
4 6 42 39 + kulit buah naga memiliki kandungan unsur
5 9 46 35 N lebih tinggi daripada standar mutu, unsur P
6 12 32 32 dan unsur K kurang dari standar mutu.
7 15 32 32 Sementara itu, untuk pupuk organik cair yang
8 18 32 30 bahan bakunya dari kulit buah nenas + kulit
9 21 32 30 buah jeruk memiliki kandungan unsur N, P
10 24 30 30 dan K kurang dari standar mutu.
11 27 28 30
12 30 28 29 B. Saran
13 33 28 29 Pengaplikasian pupuk organik cair di
14 36 28 27 lapangan perlu ditambahkan unsur hara yang
15 39 28 26 kandungannya rendah, sehingga terjadi
Rataan 32,5 32,1 keseimbangan unsur hara. Pengaplikasian pupuk
organik cair ini relatif aman bagi tanaman, karena
Tabel di atas menunjukkan bahwa suhu rata- bahan bakunya juga berasal dari bagian tubuh
rata pengomposan yang didapat adalah 32,5OC tanaman. Selain itu, karena bentuknya yang cair
(pada campuran A) dan 32,1OC (pada campuran akan memudahkan bagi tanaman untuk
B). Pada campuran A, peningkatan suhu terjadi melakukan penyerapan unsur hara.
secara bertahap pada hari ke-1 sampai hari ke-9,
sedangkan pada campuran B peningkatan suhu DAFTAR PUSTAKA
sudah terjadi pada hari ke-2 pengomposan.
Kenaikan suhu pada awal proses pengomposan Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya.
menandakan bahwa proses pengomposan berjalan Penerbit Universitas Indonesia.Jakarta.
dengan baik, hal ini mengindikasikan bahwa Bayuseno, A.P. 2009. Penerapan dan Pengujian
mikroorganisme yang terkandung dalam EM4 Teknologi Anaerob Digester Untuk
(Effective microorganisme 4) bekerja secara Pengolahan Sampah Buah-buahan dari
maksimal selama proses pengomposan, hal ini Pasar Tradisional. Rotasi, Volume 11
juga dibuktikan dengan volume air lindi terbanyak No.2.
terjadi pada pemanenan pertama (pekan-2). Fadhilah, A., H. Sugianto, H. Kuncoro, S.
Semakin tinggi suhu (sampai 40OC) efektivitas Firmandhani, T. W. Murtini, E.
kerja bakteri semakin tinggi. Bakteri-bakteri yang Pandelaki. 2011. Kajian Pengelolaan
terdapat pada EM4 mempunyai pertumbuhan Sampah Kampus Jurusan Arsitektur
optimal rata-rata pada suhu 40OC (Yuniwati, dkk., Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
2012). 2011, 11(2).
Pengukuran suhu tertinggi terjadi pada hari Hanafi, Y., Yulipriyanto, dan B. Ocatvia. 2014.
ke-2 (45OC pada campuran B) dan harike-9 (46OC Pengaruh Penambahan Air Lindi
pada campuran A) dan pada hari ke-10 dan Terhadap Laju Dekomposisi Sampah
seterusnya hingga hari ke-39 terjadi penurunan Daun yang Dikomposkan dalam Vessel.
suhu secara bertahap. Sejumlah energi dilepaskan Jurnal Bioedukatika Vol.2 No. 2
dalam bentuk panas pada perombakan bahan Desember 2014. p. 28-33.
organik sehingga mengakibatkan naik turunnya Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
suhu. Peningkatan suhu adanya aktivitas bakteri Edisi-1. Cetakan-1. Divisi Buku
dalam mendekomposisi bahan organik. Kondisi Perguruan Tinggi. PT Raja Grafindo
mesofilik lebih efektif karena aktivitas Persada. Jakarta.
mikroorganisme didominasi proto bakteri dan Marjenah, 2012. Respon Morfologis Semai
fungi. Pengadukan atau pembalikan yang Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk)
dilakukan dalam proses pengomposan Terhadap Perbedaan Teknik Pemberian

126 Ulin – J Hut Trop 1(2): 120-127


Ulin– J Hut Trop 1(2): 120-127 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183
Oktober 2017

dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair.


Seminar Nasional Masyarakat Peneliti
Kayu Indonesia XV. Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin Makassar,
Indonesia. November 6-7, 2012.
Musnamar. 2006. Pupuk Organik (Cair dan Padat,
Pembuatan, Aplikasi). Penebar Swadaya.
Jakarta.
Pandebesie, E.S. dan D. Rayuanti. 2013. Pengaruh
Penambahan Sekam pada Proses
Pengomposan Sampah Domestik. Jurnal
Lingkungan Tropis, 6(1): 31-40.
Poerwowidodo. 1998. Telaah Kesuburan Tanah.
Penerbit Angkasa. Bandung.
Purwendro, S. dan Nurhidayat. 2006. Mengolah
Sampah Untuk Pupuk Pestisida Organik.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Tang, P. Y., C, J. Wong., K, K. Woo. 2011.
Optimization of Pectin Extraction from
Peel of Dragon Fruit
(Hylocereuspolyrhizus). Asian Jurnal of
Biological Sciences, 4(2): 189-195.
Santi, S. S. 2010. Kegiatan Pemanfaatan Limbah
Nilam Untuk Pupuk Cair Organik Dengan
Proses Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia,
4(2).
Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2006. Ilmu
Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Rukmana, R. 2003. Nenas Budidaya dan
Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
Yuniwati, M., F, Iskarima dan A, Padulemba.
2012. Optimasi Kondisi Proses
Pembuatan Kompos dari Sampah Organik
dengan Cara Fermentasi Menggunakan
EM4. Jurnal Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains dan Teknologi
AKPRIND.Yogyakarta.
Wisesa, B. T danS, B. Widjanarko. 2014.
Penentuan Nilai Maksimum Proses
Ekstraksi Kulit Buah Naga Merah
(Hylocereus costaricensis). Jurnal
Pangandan Agroindustri, 2(3): 88-97.
Komarayati, S., K. Sofyan, dan Mustaghfirin.
2007. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu
Tropis Volume 5, No. 2. Masyarakat
Peneliti Kayu Indonesia. Bogor.

127

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai