PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Catecholamine mesolimbic pathway (CMP) merupakan jalur dopamin
pada otak yang berasal dari badan sel di daerah mesensefalon (ventral tegmental
area) dengan akson menuju ke daerah limbik yaitu nucleus accumbens, amigdala
motorik, kontrol motivasi, memori serta terlibat dalam pengaturan emosi dan
kognitif. Pada manusia, gangguan pada jalur ini dapat mengakibatkan penyakit
laporkan juga bahwa jalur ini mengalami gangguan pada tikus yang diinfeksi virus
ini umumnya disebut flying foxes atau fruit bats, di Pulau Jawa disebut kalong, di
Manado disebut paniki dan di NTT disebut kabauk. Spesies ini memiliki berat
1
2
badan dewasa mencapai 1,1 kg, menciri dengan telinga yang panjang dan runcing,
bermata besar serta tidak memiliki ekor (Kunz dan Jones, 2000), rambut berwarna
hitam pada dada, perut dan punggung, bahu warna coklat kekuningan, membran
antarpaha tidak tumbuh di tengah, dan betis bagian atas tidak berambut (Suyanto,
Filipina, Sumatera selatan, Jawa, Kalimantan, dan tersebar hingga ke Pulau Timor
yang didukung oleh adanya selaput kulit tipis yang membentang di antara tulang-
tulang telapak dan jari tangan/anggota tubuh depan, sampai sepanjang sisi
samping tubuh dan kaki belakang. Kelelawar memiliki potensi untuk terbang
dengan jarak yang jauh dan sering bergabung dalam koloni yang sangat besar.
sampai saat ini ada 215 spesies atau 20% dari jumlah jenis kelelawar yang sudah
serangga didaerah pertanian dan penghasil pupuk guano tetapi pada beberapa
3
emerging infectious disease (EID) dan dikenal sebagai hospes dari beberapa virus
yang dapat menginfeksi manusia, hewan domestik, dan mamalia liar lainnya
rabies akut (Calisher et al., 2006). Telah dilaporkan bahwa di Australia, India dan
2004). Dilaporkan juga bahwa di Amerika Latin dan Australia, kelelawar dapat
menularkan penyakit rabies pada orang yang memasuki goa (McColl et al.,
2000). Pada tikus percobaan yang diinfeksi dengan virus rabies, menunjukkan
gangguan saraf (Fu et al., 1993). Menurut Jackson dan Fu (2005), infeksi virus
Tenggara Timur (NTT) cukup banyak dan pada saat ini Propinsi NTT termasuk
penularan penyakit rabies. Walaupun Pulau Timor sebagai salah satu wilayah
NTT belum termasuk daerah endemis rabies namun potensi satwa liar disana
sehingga menarik untuk diteliti gambaran anatomis tentang CMP pada kalong
petanda antibodi terhadap TH. Sebagai pembanding akan dipakai studi pustaka
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumus masalahan
sebagai berikut :
vampyrus)?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi
pathway serta informasi mengenai jalur akson katekolamin pada kalong kapauk
5
(Pteropus vampyrus) yang akan dapat digunakan sebagai acuan penelitian lanjutan
tentang saraf.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang berkaitan dengan distribusi dan karakteristik morfologi
pada satwa liar. Manger et al (2002) melakukan penelitian pada dua spesies
echidna (Tachyglossus aculeatus) menunjukkan tidak adanya grup A3, A4, dan
C3 pada dua spesies ini jika dibandingkan dengan sistem katekolaminergik pada
mamalia lainnya. Anne Dell et al., (2010), juga melaporkan mengenai distribusi
Sampai saat ini, belum ada informasi mengenai bentuk dan ukuran
terbentuk dari ventral tegmental area menuju ke area limbik pada kalong kapauk
(Pteropus vampyrus).