PENDAHULUAN
Pada keterampilan pemeriksaan fungsi motorik dan sensorik ini, yang ingin dicapai adalah
mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fungsi motorik dan sensorik secara lengkap dan benar.
Kompetensi dasar :
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fungsi motorik
2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan bentuk otot secara baik dan benar
3. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan tonus otot secara baik dan benar
4. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kekuatan otot secara baik dan benar
5. Mahasiswa mampu mengenal dan menjelaskan alat yang akan digunakan dalam
pemeriksaan fungsi sensorik .
6. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fungsi sensorik
7. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan sensasi taktil secara baik dan benar
8. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan sensasi nyeri superfisial secara baik dan benar
9. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan sensasi suhu secara baik dan benar
PEMERIKSAAN MOTORIK
Anatomi
Sistem motorik adalah sistem yang bertanggung jawab terhadap kerja kelompok-kelompok otot,
yaitu inisisasi gerakan volunter dan terampil. Serabut serabut motorik bersama sama input yang
berasal dari sistem-sistem yang terlibat dalam kontrol gerakan yang meliputi sistem ekstrapiramidal,
vestibular, serebellar dan propioceptive afferent semuanya bergabung didalam badan-badan sel
neuron pada cornu anterior medulla spinalis. Dari sel cornu anterior impuls dibawa ke otot (Gambar
1).
Gambar 1. The Motor Pathway
Hipertropi otot adalah peningkatan massa otot disertai dengan kekuatan yang proporsional.
Peningkatan massa otot dengan kekuatan yang menurun disebut pseudohipertropi.
Fasikulasi terlihat seperti ‘desiran’ atau ‘kedutan’ tidak teratur di bawah kulit pada saat otot
istirahat. Fasikulasi dapat terjadi pada kelainan lower motor neuron, biasanya pada otot-otot yang
mengecil. Fasikulasi non patologi kadang terjadi setelah olahraga berat pada orang sehat.
Tonus Otot
Tonus dapat didefinisikan sebagai sedikit ketegangan residual pada otot yang rileks secara volunter.
Peningkatan tonus disebut hipertonia, sedangkan penurunan tonus disebut hipotonia. Tonus dinilai
dengan resistensi terhadap gerak pasif; dengan cara menggerakkan sendi-sendi utama lengan dan
tungkai (siku, paha, dan lutut) secara pasif untuk menentukan jumlah resistensi terhadap gerakan
pemeriksa. Mintalah pasien untuk relaks kemudian lakukan gerak pasif pada otot itu. Siku
diekstensikan kemudian difleksikan. Lengan dipronasikan kemudian disupinasikan. Paha dan lutut
difleksikan kemudian diekstensikan. Bandingkan satu sisi dengan sisi yang lainnya. Hipotonia mudah
dikenali dengan tanda ekstremitas terasa terkulai dan biasanya disertai dengan kelemahan otot yang
mencolok; sedangkan hipertonia dapat luput dari deteksi.
Meningkatnya resistensi, seperti pada rigiditas atau spastisitas otot, berarti meningkatnya tonus
otot. Penurunan resistensi seperti pada pincang atau spasiditas berarti penurunan tonus. Spastisitas
adalah resistensi awal terhadap upaya peregangan otot dan resistensi tersebut tersebut meningkat
sesuai dengan gaya yang diberikan sampai akhirnya hilang mendadak pada tegangan tertentu (efek
pisau lipat). Spastisitas disebabkan oleh lesi di pyramid atau upper motor neuron; misalnya stroke di
kapsula interna dan lesi medulla spinalis leher. Rigiditas adalah resistensi terhadap gerakan pasif dan
resistensi tersebut tidak berubah selama pergerakan (pipa besi). Rigiditas biasanya dijumpai pada
lesi ekstrapiramidal dan terutama pada penyakit Parkinson. Clonus adalah kontraksi secara ritmik
yang diakibatkan peregangan otot. Hal ini dapat terjadi pada individu yang normal ketika kelelahan
atau gelisah. Jika clonus terjadi secara terus menerus ini menunjukkan adanya kerusakan upper
motor neuron. Dan hal ini disertai dengan spastisitas.
Langkah-Langkah Pemeriksaan
Ruang pemeriksaan sebaiknya dalam kondisi hangat
Mintalah pasien untuk berbaring telentang pada ranjang pemeriksaan
Mintalah pasien untuk rileks (perhatian dialihkan dengan mengajak berbicara)
Pada pemeriksaan anggota gerak atas :
Tangan pemeriksa memegang siku pasien untuk menyangga
Dengan tangan yang lain rotasikan lengan pasien
Fleksi dan ekstensi pada pergelangan tangan, siku dan pergelangan lengan
Pada pemeriksaan anggota gerak bawah (Gambar 3) :
Rotasikan betis pasien
Angkat dengan cepat lutut pasien sehingga ke posisi fleksi (Gambar 3A & B)
Pemeriksaan klonus lutut: dengan kondisi pasien relaks dan lutut ekstensi; tekan dengan
keras dengan ibu jari dan jari telunjuk disuperior lutut dan dorong kearah lutut selama
beberapa detik
Pemeriksaan clonus pergelangan kaki : tahan betis pasien dan fleksikan 900 pada lutut
dan pergelangan kaki. Secara cepat dorsifleksikan (Gambar 3C)
Kekuatan Otot
Pemeriksaan kekuatan otot dengan menyuruh pasien bergerak secara aktif melawan tahanan anda.
Kekuatan tiap-tiap kelompok otot di lengan dan di tungkai harus selalu dinilai. Setiap gerakan pasien
harus dibandingkan dengan kekuatan pemeriksa sendiri atau dengan yang dianggap kekuatan
normal pasien. Bandingkan satu sisi dengan sisi lainnya. Jika otot terlalu lemah dalam melawan
tahanan, periksa kekuatan dengan melawan gravitasinya sendiri; contohnya : pada saat lengan
bawah dalam posisi istirahat dan supinasi, dorsofleksikan pergelangan tangan. Jika pasien tidak
mampu menggerakkan anggota tubuhnya, amati kontraksi ototnya.
Berikut ini adalah skala arbitrer yang lazim dipakai untuk menunjukkan kekuatan otot :
0: Tidak Ada : Tidak ada kontraksi otot
1: Sangat Lemah : Hanya ada sedikit kontraksi
2: Lemah : Gerakan yang dibatasi oleh gravitasi
3: Cukup Kuat : Gerakan melawan gravitasi
4: Baik : Gerakan melawan gravitasi dengan sedikit tahanan
5: Normal : Gerakan melawan gravitasi dengan tahanan penuh
Jika menemukan kelemahan otot, perbandingan kekuatan proksimal dan distal penting. Pada
umumnya kelemahan proksimal berkaitan dengan penyakit otot; kelemahan distal berkaitan dengan
penyakit neurologik.
Petunjuk : Berilah angka (0) didalam kotak yang tersedia jika keterampilan/kegiatan tidak dilakukan,
angka (1) jika belum memuaskan atau (2) jika memuaskan
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
PERSIAPAN PASIEN
1 Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
2 Mempersilahkan pasien untuk berbaring dengan posisi telentang di
ranjang pemeriksaan
A. BENTUK OTOT
1. Melakukan Inspeksi pada semua otot
2. Memeriksa perubahan bentuk otot (normal, hipertrofi, hipotrofi) dan
amati kesimetrisannya
3. Mencari ada tidaknya gerakan involunter dan fasikulasi otot
B. TONUS OTOT
1. Membuat pasien rileks
2. Tangan pemeriksa menyangga siku pasien, dengan tangan yang lain
rotasikan lengan pasien
3. Tangan pemeriksa menyangga siku pasien, dengan tangan yang lain
fleksi dan ekstensikan pada pergelangan tangan, siku dan
pergelangan lengan
4. Memutar atau merotasikan betis pasien
5. Mengangangkat dengan cepat lutut pasien sehingga pada posisi fleksi
6 Pemeriksaan klonus lutut: dengan kondisi pasien relaks dan lutut
ekstensi; tekan dengan keras dengan ibu jari dan jari-jari diatas lutut
selama beberapa detik
7. Pemeriksaan clonus pergelangan kaki: tahan betis pasien dan
fleksikan 900 pada lutut dan pergelangan kaki. Secara cepat
dorsifleksikan
8. Pemeriksaan dilakukan pada anggota gerak kanan dan kiri
C. KEKUATAN OTOT
1. Melakukan pemeriksaan fleksi lengan bawah dengan benar
2. Melakukan pemeriksaan ekstensi lengan bawah dengan benar
3. Melakukan pemeriksaan ekstensi pergelangan tangan dengan benar
4. Melakukan pemeriksaan kekuatan genggaman tangan dengan benar
5. Melakukan Pemeriksaan abduksi jari tangan dengan benar
6. Melakukan pemeriksaan fleksi paha dengan benar
7. Melakukan pemeriksaan ekstensi paha dengan benar
8. Melakukan pemeriksaan fleksi sendi lutut dengan benar
9. Melakukan pemeriksaan ekstensi sendi lutut dengan benar
10. Melakukan pemeriksaan dorsifleksi dan plantarfleksi dengan benar
11. Pemeriksaan dilakukan pada anggota gerak kanan dan kiri
KETERAMPILAN MEDIK
PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK
Anatomi
Terdapat 5 modalitas dasar sensasi dalam fungsi sensorik yaitu vibrasi, posisi anggota tubuh
(propiosepsi), sentuhan ringan, nyeri dan suhu. Propiosepsi dan vibrasi dihantarkan oleh serabut
saraf tipe besar dengan penghantaran cepat pada columna posterior medula spinalis. Sensasi nyeri
dan suhu dihantarkan oleh serabut saraf tipe kecil dengan penghantaran lambat melalui traktus
spinothalamicus. Semua serabut saraf sensoris di-relay dalam thalamus sebelum mengirimkan
informasi ke korteks sensoris pada lobus parietalis (Gambar 1).
.
Gambar 2. Inervasi Saraf Segmental dan Perifer
Pada pasien tanpa tanda atau gejala penyakit neurologis, pemeriksan fungsi sensorik dapat
dilakukan dengan cepat dengan memeriksa adanya sensasi normal pada ujung jari tangan dan kaki.
Tangan di-inervasi oleh nervus medianus, ulnaris dan radialis. Nervus medianus merupakan saraf
sensasi utama karena menginervasi permukaan palmar jari tangan, yaitu bagian tangan yang paling
sering dipakai untuk meraba. Nervus ulnaris hanya menginervasi sensasi satu setengah jari ulnar.
Nervus radialis mempunyai distribusi sensorik pada dorsum manus.
Pemeriksaan Sensasi Taktil
Langkah-Langkah Pemeriksaan
Pemeriksa menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
Meminta penderita untuk menutup matanya
Dengan menggunakan ujung kapas tempelkan/ sentuhan secara ringan pada satu titik pada
kulit tanpa memberi tekanan jaringan subkutan
Meminta penderita untuk menyatakan “YA” atau “TIDAK” pada setiap perangsangan
Meminta pasien untuk menyebutkan daerah yang dirangsang
Meminta pasien untuk membedakan dua titik yang dirangsang
Daftar Pustaka
Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking
Dauglas G., Nicol F., Robertson C., 2005, Macleod’s Clinical Examination, Ed 11 th, Elsevier Churcchill
Livingstone
De Myer W.E., 2004, Tecnique of The Neurologic Examination, 5 th ed., Mc Graw Hill
Listiawati E, 2005, Buku Saku Keterampilan Klinis terjemahan dari Handbook of Clinical Skills by Jane
Dacre & Peter Kopelman, EGC, Jakarta
Fuller G, 1999, Neurological Examination, 2nd ed., Churchill, Livingstone.
CHECK LIST
PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK
Petunjuk : Berilah angka (0) didalam kotak yang tersedia jika keterampilan/kegiatan tidak dilakukan,
angka (1) jika belum memuaskan atau (2) jika memuaskan
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
A. PEMERIKSAAN SENSASI TAKTIL
1. Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
2. Memilih dengan benar alat yang akan digunakan
3. Memberikan rangsangan secara ringan tanpa memberi tekanan
jaringan subkutan
4. Meminta penderita untuk menyatakan “YA” atau “TIDAK” pada setiap
perangsangan
5. Meminta penderita untuk menyebutkan daerah yang dirangsang
6. Meminta penderita untuk membedakan dua titik yang dirangsang