KATA PENGANTAR
Puji syukur yang dalam penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nyalah KTI (Karya Tulis Ilmiah) ini dapat penulis selesaikan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam Pembuatan KTI ini, penulis membahas
mengenai“PERTAMBANGAN DIPANDANG DARI SEGI LINGKUNGAN”,
suatu kegiatan yang sangat baik untuk di laksanakan oleh kita khususnya para remaja
indonesia di generasi dini maupun di generasi masa depan nanti karena bertujuan untuk
mengelolah sumber daya kekayaan alam kita indonesia yang terbaik.
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang akan disertakan dalam
perlombaan penulis dalam bidang Studi Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang
diselenggarakan oleh Fmipa Universitas Jember, Kegiatan Event dalam acara BBM
(Bulan Berkunjung MIPA), yang berbentuk serangkaian acara berupa LKTI &
Olimpiade Mipa tingkat SMA Se-derajat se-Indonesia secara berkelompok/tim, setiap
tim terdiri dari 2 siswa dalam sekolah yang sama, LKTI tersebut bertemakan
pertambangan. Dengan sub tema dari segi pendidikan, lingkungan, ekonomi, teknologi,
setiap tim dari sekolah yang sama wajib memilih salah satu dari sub tema dari segi
tersebut.
Dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini, tentunya penulis mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi, dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang dalam penulis
sampaikan kepada yang terhormat :
1. Drs. Rinoto, M.M. Selaku Kepala di SMK Negeri 5 Jember.
2. Drs. Sumarto Selaku Wakasek Kesiswaan di SMK Negeri 5 Jember.
3. Andri Irawan, S.ST Selaku Guru Pembimbing di SMK Negeri 5 Jember.
4. Desi Fatimatus Zahro Selaku Panitia LKTI & Olimpiade Mipa tingkat Sma Se-derajat
di Fmipa Universitas Jember.
5. Teman-teman yang telah memberi doronggan untuk semanggat dan telah mendoakan
kami dalam mengerjakan penulisan ini.
Hanya kepada Tuhan Maha Kuasa penulis memohon doa sehingga bantuan dari
berbagai pihak bernilai ibadah. Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan sehingga hanya yang demikian sajalah yang dapat
penulis berikan. Penulis juga sangat mengaharapkan kritikan dan saran dari para
pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan
karya tulis ilmiah selanjutnya.
Demikian karya tulis ilmiah ini yang kami buat, semoga bermanfaat dan
berguna bagi kita semua di hari dini maupun di hari masa depan nanti. Amiin.
Jember, 16
November 2013
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ada beberapa macam risiko di bidang pertambangan yaitu (eksplorasi) yang
berhubungan dengan ketidakpastian penemuan cadangan (produksi), risiko teknologi
yang berhubungan dengan ketidakpastian biaya, risiko pasar yang berhubungan dengan
perubahan harga, dan risiko kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan
perubahan pajak dan harga domestik. Risiko-risiko tersebut berhubungan dengan
besaran-besaran yang mempengaruhi keuntungan usaha yaitu produksi, harga, biaya
dan pajak. Usaha yang mempunyai risiko lebih tinggi menuntut pengembalian
keuntungan (Rate of Return) yang lebih tinggi.
Apabila risikonya tidak besar serta teknologinya dikuasai dan permasalahannya
hanya modal, maka dana dapat dikumpulkan melalui beberapa cara, yaitu: Sebagian
pendapatan pemerintah dari sektor pertambangan umum yang sudah memberikan
keuntungan banyak (misal: batu bara). Pendapatan tersebut dapat digunakan untuk
eksplorasi dan investasi pada sektor-sektor pertambangan lainnya.Dan membentuk
Badan Usaha Milik Negara yang bertugas mengelola kekayaan mineral di daerah
tersebut seoptimal mungkin dengan memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan.
5.2 SARAN
Saran yang kami sarankan mengenai Dasar kebijakan publik di bidang
pertambangan adalah UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang menyatakan bahwa: bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam era desentralisasi
saat ini maka kegiatan pertambangan tidak terpisahkan lagi dengan pengambilan
kebijakan di tingkat daerah sehingga Pemerintah pusat hendaknya memberikan
kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengelola kegiatan pertambangan
yang melibatkan sebanyak mungkin peran serta masyarakat local.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertambangan
http://apitswar.wordpress.com/pertambangan/
http://www.tekmira.esdm.go.id/HasilLitbang/?cat=12
http://www.amanahgroup.co.id/index.php/menu-profile/jenistambang
MAKALAH TENTANG TATA KELOLA PERTAMBANGAN
TUGAS MAKALAH
TENTANG
TATA KELOLA PERTAMBANGAN
Disusun Oleh :
Kelompok : 5
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan bagi
kami sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah ini
merupakan tugas mata pelajaran, yang mana dengan tugas ini kami sebagai siswa dapat mengetahui
lebih jauh dari materi yang diberikan guru mata pelajaran tersebut.
Makalah yang berjudul tentang “Tata Kelola Pertambangan”. Mengenai penjelasan lebih
lanjut kami memaparkannya dalam bagian pembahasan Makalah ini.
Dengan harapan Makalah ini dapat bermanfaat, maka kami sebagai penulis mengucapakan
terima kasih kepada semua pihak yan telah membantu menyelesaikan Makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
penyelesaian Makalah ini. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka kami terima untuk
meningkatkan kualitas Makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak bisa dipungkiri bahwa kebutuhan manusia semakin beragam salah satunya adalah
kebutuhan papan/tempat tinggal. Meningkatnya jumlah penduduk menjadi faktor utama
meningkatnya kebutuhan pemukiman. Guna memenuhi kebutuhan lahan yang semakin lama makin
sempit maka manusia dengan berbagai cara melakukan perluasan lahan yaitu dengan
menambang/mengepras gunung dan perbukitan. Kehidupan di era modern tidak luput dengan
industri untuk memproduksi barang/jasa. Semakin pesatnya pertumbuhan kota maka lahan makin
terbatas dan kebutuhan lahan untuk industri di kota-kota besar dipenuhi dengan reklamasi dan
penambangan mineral bukan logam. (Almaida, 2008).
Menurut Dyahwanti (2007), berdasarkan perhitungan pendapatan yang diperoleh serta biaya
kerugian lingkungan yang ada maka diperoleh nilai perbandingan sebesar 0.67. Angka ini
menunjukkan bahwa nilai pendapatan tiap tahun yang diperoleh dari kegiatan penambangan pasir
sesungguhnya sangat kecil dan tidak sebanding dengan total kerugian lingkungan yang terjadi.
Padahal kerugian tersebut belum termasuk adanya perkiraan biaya lingkungan dari total erosi yang
terjadi, polusi udara, biaya menyusutnya air serta biaya reklamasi lahan. Reklamasi lahan yang
merupakan kegiatan pemulihan dari tanah kritis dan mati menjadi tanah produktif sangat mahal dari
segi biaya, tenaga dan waktu. Memerlukan waktu tersendiri untuk menghitung biaya reklamasi
lahan bekas penambangan pasir. Jadi apabila dihitung keseluruhan biaya kerugian lingkungan yang
terjadi dengan adanya kegiatan penambangan pasir akan menghasilkan nilai yang sangat kecil dan
tidak berarti sama sekali. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan penambangan pasir tidak akan ada
artinya bila dibandingkan dengan nilai kerugian lingkungan yang terjadi secara keseluruhan.
Walaupun kegiatan penambanga sudah diatur secara jelas dalam Undang-Undang, akan
tetapi permasalahan lingkungan tetap saja terjadi hal ini dikarenakan penggalian bahan mineral
bukan logam (pasir, kerikil, tanah timbun) tidak terkendali dan tidak terawasi. Seperti yang terjadi
di Kabupaten Buru dari lokasi penambangan yang terdapat pada kecamatan waeapo tersebut tidak
memiliki Surat Izin Penambangan Daerah (SIPD).
Akibat penambangan ini mengakibatkan terjadinya pengikisan terhadap humus tanah, yaitu
lapisan teratas dari permukaan tanah yang mengandung bahan organik yang disebut dengan unsur
hara dan berwarna gelap karena akumulasi bahan organik di lapisan ini yang merupakan tempat
tumbuhnya tanaman sehingga menjadi subur. Lapisan humus ini banyak digunakan oleh
masyarakat untuk menyuburkan pekarangan rumah. Adanya lubang-lubang bekas penambangan
mengakibatkan lahan tidak bisa dipergunakan lagi (menjadi lahan yang tidak produktif), pada saat
musim hujan lubang-lubang akan digenangi air sehingga berpotensi sumber penyakit karena
menjadi sarang nyamuk. Di Daerah Aliran Sungai (DAS) mengalami perubahan yaitu permukaan
sungai melebar yang dapat mengakibatkan erosi. (Hasibuan, 2006).
Kegiatan penambangan emas dalam hal ini akan menjadikan rusaknya lingkungan sehingga
berpotensi menimbulkan bencana bagi daerah yang berada disekitarnya. Kegiatan penambangan
emas dengan laju erosi dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) tinggi membahayakan menyebabkan
sebagian tanah yang berada di sekitarnya, terutama yang berada di bagian atas akan mengalami
longsor. Hal seperti ini jelas sangat berbahaya dan menimbulkan ketakutan pada pemilik tanah
sekitar yang tanahnya belum digali. Hal ini terjadi karena penambang tidak menerapkan sistem
teras pada tanah sekitarnya sehingga terbentuk tebing yang tinggi. Keuntungan ekonomi yang
diperoleh secara sepintas tampak menguntungkan namun apabila dikaji lebih dalam dan
dibandingkan dengan kerugian lingkungan dalam rupiah maka tampak jelas bahwa tidak ada
keuntungan yang diperoleh. (Dyahwanti, 2007).
B. Perumusan Masalah
Dari rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana kerusakan lingkungan fisik yang terjadi akibat kegiatan penambangan mineral bukan
logam di Kecamatan Waeapo?
2) Bagaimana dampak sosial akibat penambangan mineral bukan logam terhadap masyarakat di
Kecamatan Waeapo?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengkaji kerusakan lingkungan fisik akibat penambangan mineral bukan logam di Kecamatan
Waeapo.
2. Mengkaji dampak sosial akibat penambangan mineral bukan logam terhadap masyarakat di
Kecamatan Waeapo.
D. Manfaat Penelitian
1. Pemerintah Kabupaten Buru : Dapat dijadikan sebagai acuan dalam merencanakan kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup. Pembelajaran yang muncul diharapkan dapat menjadi sumber
inspirasi bagi wilayah lain yang memiliki permasalahan serupa.
2. Penulis : Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan penambangan
mineral bukan logam secara baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pertambangan
Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Pasal 1 butir (1) disebutkan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.
B. Usaha pertambangan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi,
studi kelayakan, kostruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualan, serta pasca tambang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha
pertambangan bahan-bahan galian dibedakan menjadi 8 (delapan) macam yaitu:
1) Penyelidikan umum, adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui kondisi geologi
regional dan indikasi adanya mineralisasi.
2) Eksplorasi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara
terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari
bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
3) Operasi produksi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi konstruksi,
penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan penjualan, serta sarana
pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan.
4) Konstruksi, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan pembangunan seluruh fasilitas
operasi produksi, termasuk pengendalian dampak lingkungan.
5) Penambangan, adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau
batu bara dan mineral ikutannya.
6) Pengolahan dan pemurnian, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu
mineral dan/atau batu bara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan.
7) Pengangkutan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan mineral dan/atau batu
bara dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan.
2) Penjualan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil pertambangan mineral atau
batubara.\
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan
kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam
bentuk lepas atau padu. Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang
berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.Pertambangan
mineral digolongkan atas:
d. Pertambangan batuan.
b. Pertambangan batubara.
Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa
tumbuh-tumbuhan. Pertambangan batubara adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di
dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal.
Menurut Sudrajat (2010), cap atau kesan buruk bahwa pertambanganmerupakan kegiatan
usaha yang bersifat zero value sebagai akibat dari kenyataan berkembangnya kegiatan
penambangan yang tidak memenuhi kriteria dan kaidahkaidah teknis yang baik dan benar, adalah
anggapan yang segera harus segera diakhiri. Caranya adalah melakukan penataan konsep
pengelolaan usaha pertambangan yang baik dan benar. Menyadari bahwa industri pertambangan
adalah industri yang akan terus berlangsung sejalan dengan semakin meningkatnya peradaban
manusia, maka yang harus menjadi perhatian semua pihak adalah bagaimana mendorong industri
pertambangan sebagai industri yang dapat memaksimalkan dampak positif dan menekan dampak
negatif seminimal mungkin melalui konsep pengelolaan usaha pertambangan berwawasan jangka
panjang.
Berdasarkan pada pengamatan dan pengalaman Sudrajat (2010), yang bergelut dalam dunia
praktis di lapangan, munculnya sejumlah persoalan yang mengiringi kegiatan usaha pertambangan
di lapangan diantaranya :
b. Kerusakan lingkungan
Kegiatan usaha pertambangan merupakan kegiatan yang sudah pasti akan menimbulkan
kerusakan dan pencemaran lingkungan adalah fakta yang tidak dapat dibantah. Untuk mengambil
bahan galian tertentu, dilakukan dengan melaksanakan penggalian. Artinya akan terjadi
perombakan atau perubahan permukaan bumi, sesuai karakteristik pembentukan dan keberadaan
bahan galian, yang secara geologis dalam pembentukannya harus memenuhi kondisi geologi
tertentu.
c. Ketimpangan sosial
3. Aspek perizinan,
4. Teknis penambangan,
6. Lingkungan,
10. Standardisasi.
D. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan
Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2010 tentang reklamasi
dan pasca tambang prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan meliputi
:
1. Perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah serta udara berdasarkan
standar baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan;
3. Penjaminan terhadap stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing, lahan bekas
tambang, dan struktur buatan lainnya;
Kebijakan lingkungan berlandaskan pada manajemen lingkungan dan tergantung pada tinggi
rendahnya orientasi. Orientasi kebijakan lingkungan yang umum dikenal adalah orientasi kebijakan
memenuhi peraturan lingkungan (compliance oriented) dan yang berusaha melebihi standar
peraturan tersebut (beyond compliance). Para pemangku kepentingan dalam kegiatan penambangan
mineral bukan logam adalah para pengambil kebijakan yang sudah seharusnya memprioritaskan
pengelolaan lingkungan pada level tertinggi.
Kebijakan yang berorientasi setelah pemenuhan berangkat dari cara tradisional dalam
menangani isu lingkungan karena cara reaktif, ad-hoc dan pendekatan end of pipe terbukti tidak
efektif. Seiring kompetisi yang semakin meningkat dalam pasar global yang semakin berkembang,
hukum lingkungan dan peraturan menerapkan standar baru bagi sektor bisnis diseluruh bagian
dunia. (Purwanto 2002). Soerjani (2007), menyatakan bahwa pengelolaan lingkungan ditujukan
kepada perilaku dan perbuatan yang ramah lingkungan dalam semua sektor tindakan. Jadi, istilah
lingkungan tidak boleh diobral sehingga maknanya menjadi kabur atau bahkan hilang artinya.
Teknologi harus ramah lingkungan, jadi tidak perlu ada teknologi lingkungan, karena teknologi
memang sudah harus ramah lingkungan. Demikian pula dengan kesehatan lingkungan. Perilaku
ekonomi juga harus ramah lingkungan, artinya hemat sumber daya (tenaga, pikiran, materi dan
waktu dengan hasil kegiatan yang optimal).
1. Pendekatan Teknologi
Memuat semua cara/teknik pengelolaan lingkungan fisik maupun biologi yang direncanakan
/diperlukan untuk mencegah/mengurangi/menanggulangi dampak kegiatan Pertambangan sehingga
kelestarian lingkungan lebih lanjut dapat dipertahankan dan bahkan untuk
memperbaiki/meningkatkan daya dukungnya seperti :
c) Mengurangi terjadinya pencemaran pantai laut, apabila lokasi kegiatan terletak ditepi pantai
d) Membangun kolam pengendapan disekitar daerah kegiatan untuk menahan lumpur oleh aliran
permukaan
g) Penataan lahan
2. Pendekatan Ekonomi Sosial dan Budaya
Pada bagian ini dirinci semua bantuan dan kerjasama aparatur pemerintah terkait yang
diperlukan oleh pemprakarsa untuk menanggulangi dampak-dampak lingkungan kegiatan
Pertambangan ditinjau dari segi biaya, kemudahan, sosial ekonomi, misalnya :
c) Kebijaksanaan dan penyelenggaraan penyaluran penduduk yang tergusur dari lahan tempat
tinggalnya atau lahan mata pencahariannya
b) Kebijaksanaan dan penyelenggaraan penyaluran penduduk yang tergusur dari lahan tempat
tinggalnya atau lahan mata pencahariannya
c) Pendidikan dan pelatihan bagi penduduk yang mengalami perubahan pola kehidupan dan sumber
penghidupan
d) Penggunaan tenaga kerja setempat yang bila perlu didahului dengan latihan keterampilan
3. Pendekatan Institusi
Pada bagian ini dirinci kegiatan setiap instansi/badan/lembaga lain yang terlibat/ perlu
dilibatkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan dan kegiatan penanggulangan dampak rencana
kegiatan pertambangan umum ditinjau dari segi kewenangan, tanggung jawab dan keterkaitan antar
instansi/badan/lembaga, misalnya :
b) Pengawasan baik intern maupun ekstern yang meliputi pengawasan oleh aparat pemerintah dan
masyarakat
Reklamasi Lahan Pasca Penambangan adalah suatu upaya pemanfaatan lahan pasca
penambangan melalui rona perbaikan lingkungan fisik terutama pada bentang lahan yang telah
dirusak. Upaya ini dilakukan untuk mengembalikan secara ekologis atau difungsikan menurut
rencana peruntukannya dengan melihat konsep tata ruang dan kewilayahan secara ekologis.
Kewajiban reklamasi lahan bisa dilakukan oleh pengusaha secara langsung mereklamasi lahan atau
memberikan sejumlah uang sebagai jaminan akan melakukan reklamasi. Yudhistira, (2008).
Berdasarkan data dari Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral pada Tahun 2005
terdapat 186 perusahaan tambang yang masih aktif dengan total luas areal sekitar 57.703 ha dan
hanya 20.086 ha yang telah direklamasi oleh para perusahaan yang memperoleh kontrak pada lahan
tersebut. Sebagian lahan tersebut dikembalikan kepada petani untuk diusahakan kembali menjadi
lahan pertanian. Sebagian pengusaha tidak mereklamasi lahan dan meninggalkan begitu saja.
Almaida (2008), Kewajiban pasca tambang yang bersifat fisik mempunyai dimensi ekonomi
dan sosial yang sangat tinggi dan berpotensi menimbulkan konflik pada masyarakat dengan
pemerintah dan juga usaha pertambangan. Oleh karena itu pengelolaan pasca tambang bukan
merupakan masalah fisik, tetapi merupakanpolitical will pemerintah untuk meregulasi secara benar
dengan memperhatikan kaidah lingkungan. Kemudian mengimplementasikannya dengan
mengedepankan kepentingan masyarakat lokal dan mengacu kepada falfasah ekonomi dan sosial
serta akuntabilitas yang dapat dipercaya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemanfaatan sumber daya alam haruslah tetap berpijak pada kaidah-kaidah pembangunan
yang bertumpu pada masyarakat. Hal ini akan tercermin dalam implementasigood governance (tata
kelola pemerintahan yang baik). Dalam pengelolaan sumber daya alam pemerintah pusat dan daerah
mempunyai kewenangan penuh, sehingga untuk kedepannya harus berhati-hati dalam menentukan
kerjasama dengan investor asing. Sumber daya alam yang ada di Indonesia harus berpihak kepada
kemakmuran masyarakat dan kesejahteraan masyarak, peningkatan ekonomi masyarakat, serta
kesejahteraan masyarakat Indonesia sendiri.
Masih lemahnya penerapan prinsip-prinsip good governance dalam hal pengelolaan sumber
daya ekonomi strategis sektor pertambangan, diantaranya adalah sebagai berikut:
2) Akuntabilitas, tidak adanya tanggungjawab perusahaan asing terhadap masyarakat sekitar dan
lingkungan, sehingga yang terjadi banyak kerusakan alam akibat dari eksploitasi pertambangan
yang dilakukan oleh asing, selain kerusakan alam juga terjadi pencemaran lingkungan hidup yang
mengancam hajat hidup orang banyak.
3) Partisipasi, belum adanya keterlibatan masyarakat dalam pembentukan kebijakan publik yang akan
diimplementasikan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat tidak bisa berpartisipasi dalam
pengambilan kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Hal ini sudah terbukti dengan
UU no.10/2001, belum memberikan sarana untuk partisipasi masyarakat dlm pembuatan berbagai
perat perund-undangan. UU no. 11/1967, tidak memberikan sama sekali kesempatan kepada masy
utk turut berpartisipasi di bidang pertambangan. UU no.4/2009, tidak memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengambilanm kebijakan di bidang pertambangan.
4) Rule of law atau ketidakadilan, penerapan peraturan dan perundang-undangan yang belum jelas,
masih banyaknya tumpang tindih peraturan yang mengatur tentang pengelolaan pertambangan baik
peraturan daerah maupun peraturan pusat.
A. Saran
2. Bagi Siswa : sebagai siswa seharusnya peduli terhadap pengelolaan lingkungan penambangan emas
yang ada di sekitar kita sehingga dapat di olah secara baik dan benar.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami sangat membutuhkan saran serta kritik dari pembaca yang sifatnya membangun agar
penulisan makalah – makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih.
Makalah ini dilatar belakangi oleh kegiatan pertambangan yang banyak merusak
lingkungan,yang berdampak sangat buruk bagi kehidupan manusia. Melalui makalah ini kita
dapat mengetahui berbagai masalah atau kerusakan yang di akibatkan oleh kegiatan
pertambangan yang tidak dikelola dengan baik, dan benar sehingga mengakibatkan berbagai
kerusakan lingkungan seperti keruskan tanah,air,udara,laut,serta hutan. Oleh karena itu
sebaiknya kita dapat mengelola kegiatan pertambangan dengan baik,agar tidak memberikan
dampak yang buruk.hal ini menarik perhatian saya untuk mengetahui sejauh mana kerusakan
atau dampak buruk yang di timbulkan akibat aktivitas pertambangan yang tidak dikelola
dengan baik. Adapun rumusan masalah: A). apa pengertian pertambangan, B). apa pengertian
pencemaran lingkungan C) .bagaimana salah satu teknik pertambangan D) bagaimana
Dampak negatif dari aktivitas penambangan emas. E. Bagaimana Rekomendasi Upaya
Pengelolaan LingkunganAlternatif Solusi. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah 1) untuk mengetahui pengertian dari pertambangan, 2) untuk mengetahui
pengertian dari pencemaran lingkungan, 3) untuk mendiskripsikan bagaimana salah
satu teknik penambangan khusunya penambangan emas, 4) untuk mengetahui
bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas penambangan emas, 5)
mendiskripsikan bagaimana rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan alternatif
solusi. kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah: kerusakan
lingkungan akibat aktivitas pertambangan khususnya penambangan emas:
1)kerusakan tanah 2) kerusakan air 3) kerusakan udara 4)kerusakan hutan.
PENDAHULUAN
A. Pengertian pertambangan
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan
(penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian(mineral, batubara, panas
bumi, migas).Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara terbesar di
dunia.Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem
hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.
1) Penambang menggali tanah di perbukitan menggunakan linggis, sekop serta pacul. Tanah
yang telah digali kemudian diencerkan dengan air. Air ini berasal dari sebuah kali kecil dekat
tempat penggalian tanah. Karena tempat penggalian lebih tinggi dari sumber air, maka air
disedot keatastempat penggalian menggunakan pompa.
2) Di dekat tempat penambang menggali tanah dibuat saluran yang menuju kali kecil tempat
dimana mereka menggambil air untuk mengencerkan tanah. Tanah yang sudah diberi air dan
sedikit basah kemudian disekop kearah saluran. Tanah diaduk-aduk menggunakan sekop agar
sedikit encer, lalu dialirkan bersama air menuju saluran yang lebarnya sekitar 1 meter.
Didalam saluran di susun-susun batu-batu kecil secara berjenjang guna memperlambat aliran,
agar tanah mudah terendapkan di dalam karpet.
Gambar Proses penambatan tanah masuk kedalam karpet (Dok Penulis 2012)
3) Tanah yang turun kemudian diendapkan di dalam karpet yang kedua sisinya disanggah
menggunakan beberapa kayu balok. Tanah yang terperangkap di dalam karpet kemudian
diangkat dan dimasukan kedalam kuali. Tanah yang masuk kedalam kuali kemudian
digoyang-goyang bersama air, untuk mengeluarkan butiran-butiran tanah kasar. Setelah
digoyang-goyang akan tampak pasir hitam yang menurut penambang disebut "pasir
penghantar emas". Setelah digoyang-goyang lama-kelamaan akan nampak serbuk-serbuk
halus berwarna agak kekuning-kuningan.
5) Kemudian serbuk emas hasil pembakaran ini dikemas dalam kertas rokok. Kalau hasil
dulang penambang sudah banyak atau bernilai ekonomis, langsung dijual ke toko emas atau
perhiasan. Serbuk emas ini jika dikumpulkan mencapai 1 kaca, maka harganya ditaksir
mencapai sekitar Rp. 40.000 dan kalau hasil dulangan penambang bisa mencapai 1 gram,
maka harganya ditaksir mencapai sekitar Rp 400.000. Karena penambangan ini dilakukan
secara berkelompok, maka uangnya akan dibagi bersama.[3]
Berikut dampak-dampak negatif yang mungkin timbul akibat adanya aktivitas penambangan
emas :
Tanah
Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat pertambangan,
yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali yang
menyebabkan terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air
kubangan tersebut mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam
jumlah banyak bersifat racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat
berkembang dengan baik. SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah,
akibat pencemaran tanah tersebut maka tumbuhan yang ada diatasnya akan mati. [4]
Meningkatnya Ancaman Tanah Longsor
Penambang (pendulang) yang menggali tanah atau material tidak melakukan upaya
reklamasi atau reboisasi di areal penggalian, tapi membiarkan begitu saja areal penggalian
dan pindah ke areal yang baru. Tampak di lapangan bahwa penambang membiarkan lokasi
penggalian begitu saja dan terlihat gersang. Bahkan penggalian yang terlalu dalam membetuk
kolam-kolam pada permukaan tanah yang kedalamannya mencapai 3-5 meter.
Gambar 2.8. Areal bekas penggalian tanah dibiarkan begitu saja tanpa adanya upaya
reklamasi berupa penghijauan (Dok Penulis 2012)
Erosi tanah
Areal bekas penggalian yang dibiarkan begitu saja berpotensi mengalami erosi dipercepat
karena tidak adanya vegetasi penutup tanah. Kali kecil yang berada di dekat lokasi
penambangan juga terlihat mengalami erosi pada tebing sisi kanan dan kirinya. Selain itu
telah terjadi pelebaran pada dinding tebing sungai, akibat diperlebar dan diperdalam guna
melakukan aktivitas pendulangan dengan memanfaatkan aliran kali untuk mencuci tanah.[5]
Air
Penambangan secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah tersebut
dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air
sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan
sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah
diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn),
mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan logam berat
yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. [6]
Aktivitas penambangan emas secara tradisional yang memanfatkan aliran kali membuat
air menjadi keruh dan kekeruhan ini nampak terlihat di saluran primer yakni kali Anafre.
Pembuangan tanah sisa hasil pendulangan turut meningkatkan jumlah transport sedimen.
Gambar 2.9. Menurunnya kualitas air sungai akibat pembuangan tanah sisa
penambangan kedalam aliran air (Dok Penulis 2012)
Hutan
Penambangan dapat menghancurkan sumber-sumber kehidupan rakyat karena lahan
pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan
adanya perluasan tambang sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat perluasan
ini juga bisa menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu yang semestinya
menjadi daerah resapan aitr telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya tata
drainase dan rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa. .
Laut
Pencemaran air laut akibat penambangan terjadi pada saat aktivitas bongkar muat dan
tongkang angkut batubara. Selain itu, pencemaran juga dapat mengganggu kehidupan hutan
mangrove dan biota yang ada di sekitar laut tersebut.[7]
Keempat, perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam menyusun
kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan. Sebelum dilaksanakannya, kegiatan
penambangan sudah dapat diperkirakan dahulu dampaknya terhadap lingkungan. Kajian ini
harus dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik dan terus-menerus implementasinya,
bukan sekedar formalitas kebutuhan administrasi.
A. Kesimpulan
Aktivitas pertambangan yang tidak dikelolo dengan baik mengakibatkan
permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaituin-
pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan
rumit.
bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan
kebutuhan administrasi.
penambangan.
B. Saran
http://vodca-stinger.blogspot.com/2012/11/dampak-pertambangan-dan-solusi.html
http://marluganababan-electrical.blogspot.com/2012/11/dampak-negatif-kegiatan-pertambangan.html
http://learnmine.blogspot.com/2013/05/makalah-batubara-dampak-dan-solusi.html#ixzz3MuKGFTU9