Abstrak
Staphylococcus aureus menyebakan infeksi kulit (bisul, impetigo, furunkel, infeksi luka), infeksi pernapasan
(pneumonia, abses paru), Invasif (septikemia, abses dalam, sindrom syok toksik), traktus gastrointestinal, dan
infeksi terkait alat. Salah satu tanaman tradisional yang sering digunakan sebagai obat tradisional adalah bunga
cengkeh. Kandunga senyawa antibakteri di dalam bunga cengkeh yaitu flavonoid, tannin, alkoloid, dan euganol.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah experimental dengan rancangan penelitian acak lengkap (RAL). Variabel
bebasnya adalah ekstrak bunga cengkeh (Eugenia aromatica) dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%,
60%, 70%, 80%, 90%, dan 100% dan variabel terikatnya adalah uji daya hampat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Tanjung karang pada bulan April – Juni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bunga cengkeh
konsentrasi 10% sampai dengan 100% mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureu.
Konsentrasi terendah dari ekstrak bunga cengkeh (Eugenia aromatica) yang dapat menghambat adalah
konsentrasi 10% dengan rerata 15,87 mm.dan konnsentrasi tertinggi ekstrak bunga cengkeh (Eugenia aromatica)
konsentrasi 100% didapatan rerata 21,40. Sedangkan ekstrak bunga cengkeh pada konsentrasi 70% dengan
rerata 19,16 mm sudah efektif menghambat pertumbuhan bakteri apabila dibandingkan dengan kontrol positif
antibiotik amikasin dengan rerata 18,8 mm.
Abstract
Staphylococcus aureus causes skin infections (ulcers, impetigo, furuncle, wound infection), respiratory
infections (pneumonia, lung abscess), Invasive (septicemia, deep abscess, toxic shock syndrome),
gastrointestinal tract, and tool-related infections. One of the traditional plants that are often used as a traditional
medicine is clove flower. Kandunga antibakteri compounds in flower cloves ie flavonoids, tannins, alkoloid, and
euganol. The type of experiments performed was experimental with a complete randomized design study (RAL).
The independent variables are clove flower extract (Eugenia aromatica) with concentration of 10%, 20%, 30%,
40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, and 100% and the dependent variable is the growth strength test bacterium
Staphylococcus aureus. The place of research was conducted at the Bacteriology Laboratory of Health Analyst
Poltekkes Tanjung reef in April - June. The results showed that the clove flower extract of 10% to 100% was
able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria. The lowest concentration of clove flower extract
(Eugenia aromatica) which can inhibit the concentration of 10% with average of 15,87 mm.dan highest
concentration of clove flower extract (Eugenia aromatica) 100% concentration obtained average 21,40. While
the clove flower extract at 70% concentration with mean of 19,16 mm has effectively inhibited bacterial growth
when compared with positive control of amikacin antibiotics with mean of 18,8 mm.
Korespondensi : Misbahul Huda, Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang, Jl. Soekarno-
Hatta No. 1 Bandar Lampung, mobile: 081383294939, e-mail: misbahulhuda48@ymail.com
farmasi, dan pestisida nabati (Kardinan, 2008). toksik. Enterotoksin juga dapat diproduksi,
Eugenol dapat dikelompokkan sebagai yang menyebabkan diare (Gillespie, 2008).
senyawa fenol (Rukmana, 2016).
Senyawa eugenol bunga cengkeh
merupakan senyawa antibakteri yang mampu METODE
menghambat pertumbuhan bakteri patogen
baik Gram positif maupun Gram negatif. Penelitian yang dilakukan bersifat
Kemampuan menghambat bakteri Gram positif eksperimental dengan desain penelitian berupa
ini disebabkan dalam ekstrak bunga cengkeh Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat
yang memiliki sifat eugenol yang merupakan dua variabel yaitu variabel bebas berupa
asam lemah. Sebagai asam lemah, senyawa- ekstrak bunga cengkeh (Eugenia aromatica)
senyawa fenolik dapat terionisasi melepaskan dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%,
+
ion H dan meninggalkan gugus sisanya yang 50%, 60%, 70% 80%, 90%, dan 100% dan
bermuatan negatif. Kondisi yang bermuatan variabel terikat adalah pertumbuhan bakteri
negatif ini akan ditolak oleh dinding sel bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian
Gram positif yang juga bermuatan negatif, menggunakan aquadest steril sebagai kontrol
sehingga fenol dapat bekerja menghambat negatif dan kontrol positif digunakan antibiotik
pertumbuhan bakteri patogen Gram positif amikacin 15 mcg. Pemeriksaan menggunakan
(Rahayu, 2000). metode difusi cakram Kirby-Bauer.
Kandungan eugenol dalam ekstrak Lokasi penelitian uji daya hambat
bunga cengkeh memiliki sifat hydrophobic, dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi
dimana eugenol masuk ke dalam Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
lipopolosakarida yang terdapat dalam Tanjungkarang. Pembuatan ekstrak bunga
membran sel bakteri dan merusak struktur cengkeh dilaksanakan di Laboratorium Kimia
selnya (Burt et al, 2004). Organik Jurusan Kimia Universitas Lampung
Staphylococcus aureu menyebabkan dan determinasi bunga cengkeh (Eugenia
berbagai jenis infeksi pada manusia, antara lain aromatica) dilakukan di Laboratorium Botani
infeksi pada kulit, seperti bisul dan Jurusan biologi FMIPA Universitas Lampung.
furunkulosis, infeksi yang lebih serius, seperti Penelitian ini dilakukan pada bulan April –
pneumonia, mastitis, flebitis, dan meningitis, Juni 2017.
dan infeksi pada saluran urin. Selain itu, Subyek penelitian ini yaitu bunga
Staphylococcus aureus juga menyebabkan cengkeh (Eugenia aromatica) kering, dengan
infeksi kronis, seperti osteomielitis dan panjang 1-2 cm, dan berwarna coklat didapat
endokarditis. Staphylococcus aureus dari Desa Curup, Negri Sakti. Sampel yang
merupakan salah satu penyebab utama infeksi digunakan adalah ekstrak bunga cengkeh
nosokomial akibat luka tindakan operasi dan dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%,
pemakaian alat-alat perlengkapan perawatan 50%, 60%, 70% 80%, 90%, dan 100%. Bakteri
dirumah sakit. Staphylococcus aureus juga yang digunakan adalah bakteri Gram positif
dapat menyebabkan keracunan makanan akibat yaitu Staphylococcus aureus.
enterotoksin yang dihasilkan dan menyebabkan Prosedur Uji Daya Hambat yaitu
sindrom renjat toksik (toxic shock syndrome) Disiapkan alat dan bahan yang akan
akibat pelepasan superantigen ke dalam aliran digunakan. Dimasukkan kapas lidi steril
darah (Radji, 2015). kedalam suspensi bakteri yang sudah
Staphylococcus aureus memproduksi disamakan kekeruhannya dengan standar Mac
koagulase yang mengkatalisis perubahan Farland 0,5. Diangkat lidi kapas dan diperas
fibrinogen menjadi fibrin dan dapat membantu dengan cara ditekan pada dinding bagian
perubahan fibrinogen menjadi fibrin dan dapat dalam tabung sambil diputar-putar. Dipulaskan
membantu organisme ini untuk membentuk lidi kapas pada MHA (Muller Hinton Agar)
barisan perlindungan. Bakteri ini juga memiliki sampai seluruh permukaan tertutup dengan
reseptor terhadap permukaan sel pejamu dan pulasan suspensi bakteri. Lidi kapas dibolak-
protein matriks (fibrinektin, kolagen) yang balik dari pulasan 1 dan pulasan 2 dan
membantu organisme ini untuk melekat. dibiarkan diatas meja selama 15 menit.
Bakteri ini memproduksi enzim litik Dilakukan proses perendaman dengan larutan
ekstraseluler (misalnya lipase), yang memecah uji pada konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%,
jaringan pejamu dan membantu invasi. 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100% selama
Beberapa strain memproduksi eksotoksin 15 menit. Aguadest steril digunakan sebagai
poten, yang menyebabkan sindrom syok kontrol negatif dan kontrol positif
Tabel 1. Diameter zona hambat bunga cengkeh (Eugenia aromatica) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus
Tabel 1 menunjukkan rerata diameter negatif aquadest steril zona hambat 0 mm,
zona hambat terkecil konsentrasi 10% sebesar antibiotik amikacin kontrol positif ada zona
15,87 mm, zona hambat yang terbesar hambat sebesar 18,8 mm
konsentrasi 100% sebesar 21,40 mm. Kontrol
Tabel 2. Hasil analisa one way ANOVA ekstrak bunga cengkeh (Eugenia aromatica) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
Hasil analisa uji ANOVA didapatkan p = bunga cengkeh 20% berbeda nyata dengan
0,000 maka p < 0,05 yang berati bahwa faktor konsentrasi 10% dalam menghambat
mempengaruhi variabel dimana konsentrasi pertumbuhan Staphylococcus aureus
ekstrak bunga cengkeh sebagai faktor Hasil penelitian efektifitas ekstrak bunga
mempengaruhi zona hambat yang terbentuk cengkeh (Eugenia aromatica) terhadap
sebagai variabelnya. pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
Konsentrasi ekstrak bunga cengkeh menunjukkan bahwa pada pengulangan 1,2, dan
100% berbeda nyata dengan konsentrasi 3 ekstrak bunga cengkeh konsentrasi 10%
ekstrak bunga cengkeh 10%-90% dalam sampai dengan 100% mampu menghambat
menghambat pertumbuhan Staphylococcus pertumbuhan bakteri bakteri Staphylococcus
aureus. Konsentrasi ekstrak bunga cengkeh aureus yang ditandai dengan terbentuknya zona
90% berbeda nyata dengan konsentrasi 10%- jernih disekitar disk. Konsentrasi terendah yang
80% dalam menghambat pertumbuhan bakteri mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Konsentrasi ekstrak Staphylococcus aureus yaitu pada konsentrasi
bunga cengkeh 80% berbeda nyata dengan 10% dengan rerata diameter zona hambat
konsentrasi 10%-60% namun tidak berbeda sebesar 15,87 mm dan konsentrasi yang
nyata dengan konsentrasi 70% dalam tertinggi yang mampu mengambat yaitu 100%
menghambat pertumbuhan Staphylococcus dengan rerata diameter zona hambat sebesar
aureus. 21,40 mm.
Konsentrasi ekstrak bunga cengkeh 70% Peningkatan konsentrasi ekstrak bunga
berbeda nyata dengan konsentrasi 10%-50% cengkeh (Eugenia aromatica) berbanding lurus
namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi dengan kemampuannya dalam menghambat
60% dalam menghambat pertumbuhan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus. . Konsentrasi ekstrak yang dapat dilihat dari besarnya zona hambat
bunga cengkeh 60% berbeda nyata dengan disekitar disk hal ini dapat dilihat pada tabel 1
konsentrasi 10%-40% namun tidak berbeda bahwa dengan meningkatnya konsentrasi
nyata dengan konsentrasi 50% dalam ekstrak maka semakin banyak kandungan
menghambat pertumbuhan Staphylococcus antibakteri pada ekstrak bunga cengkeh,
aureus. sehingga semakin tinggi aktifasi antibakteri
Konsentrasi ekstrak bunga cengkeh 50% dalam menghambat pertumbuhan bakteri
berbeda nyata dengan konsentrasi 10%-30% Staphylococcus aureus.
namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
40% dalam menghambat pertumbuhan pada taraf kepercayaan 5% menunjukkan
Staphylococcus aureus. Konsentrasi ekstrak adanya perbedaan nyata konsentrasi 100%
bunga cengkeh 40% berbeda nyata dengan ekstrak bunga cengkeh dengan konsentrasi
konsentrasi 10% dan 20% namun tidak berbeda ekstrak bunga cengkeh konsentrasi 10% sampai
nyata dengan konsentrasi 30% dalam 90%. Begitu juga pada konsentrasi 90%
menghambat pertumbuhan Staphylococcus berbeda nyata dengan konsentrasi 10% sampai
aureus. Konsentrasi ekstrak bunga cengkeh 80%, konsentrasi 80% berbeda nyata dengan
30% berbeda nyata dengan konsentrasi 10% konsentrasi 10% sampai 60%, konsentrasi 70%
namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi berbeda nyata dengan konsentrasi 10% sampai
20% dalam menghambat pertumbuhan 50%, konsentrasi 60% berbeda nyata dengan
Staphylococcus aureus. Konsentrasi ekstrak konsentrasi 10% sampai 40%, konsentrasi 50%
berbeda nyata dengan konsentrasi 10% sampai dengan mekanisme penghambatan pada sintesis
30%, konsentrasi 40% berbeda nyata dengan protein (Pratiwi, 2008).
konsentrasi 10% dan 20%. Zona jernih yang terbentuk menandakan
Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) bahwa didalam ekstrak bunga cengkeh terdapat
pada taraf kepercayaan 5% juga menunjukkan senyawa antibakteri seperti flavonoid, tannin,
konsentrasi yang tidak berbeda nyata seperti alkaloid, dan eugenol (Rukmana, 2016).
pada konsentrasi 80% dengan 70%, 70% Menurut Juliantina tahun (2008) dan Paliling
dengan 60%, 60% dengan 50%, 50% dengan (2016) menyatakan bahwa senyawa-senyawa
40%, 40% dengan 30%, 30% dengan 20%, dan tersebut merupakan senyawa antibakteri yang
20% dengan 10%. mempunyai kemampuan membunuh bakteri.
Ekstrak bunga cengkeh konsentrasi 100% Kandungan senyawa antibakteri bunga
berbeda nyata dengan konsentrasi 10% sampai cengkeh diketahui efektif menghambat
dengan 90% karena pada konsentrasi 100% pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,
ekstrak tidak mengalami pengenceran, sehingga didukung dari hasil penelitian Rahmadillah
banyak kandungan antibakteri jika (2013) yaitu pada konsentrasi 5% sampai
dibandingkan konsentrasi 10% sampai dengan dengan 100% mampu menghambat
90% yang ditandai dengan adanya diameter pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
zona hambat yang lebih besar jika dibandingkan dengan diameter 12,69 mm–26,39 mm.
konsentrasi 10% sampai dengan 90%. Ajizah (2004) menyatakan bahwa tanin
Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau
yang menunjukan tidak ada perbedaan yang membran sel sehingga mengganggu
nyata antara konsentrasi satu dengan lainnya permeabilitas sel itu sendiri. Akibatnya
dikarenakan pada konsentrasi konsentrasi pertumbuhan terhambat atau bahkan mati. Efek
tersebut selisih antara pengenceran satu dengan antibakteri tanin antara lain melalui reaksi
lainnya tidak terlalu banyak sehingga dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan
didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik.
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Menurut Juliantina (2008) tanin memiliki
Staphylococcus aureus yang ditandai dengan aktivitas antibakteri, mekanisme yang
terbentuknya zona hambat disekitar disk. diperkirakan yaitu toksisitas tanin dapat
Semakin banyak selisih dalam pengenceran merusak membran sel bakteri. Tannin memiliki
semakin terlihat adanya perbedaan yang nyata aktivitas antibakteri senyawa astringent tanin
dalam menghambat bakteri. dapat menginduksi pembentukan kompleks
Efektivitas ekstrak bunga cengkeh dapat ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat
dilihat dengan membandingkan besarnya zona menambah daya toksisitas tanin itu sendiri.
yang mampu dihambat oleh ekstrak bunga Juliantina (2008) juga menyatakan bahwa
cengkeh dengan kontrol positif yang digunakan senyawa alkaloid merupakan senyawa
yaitu antibiotik amikacin 15 mcg. Kemampuan antibakteri dan memiliki mekanisme
ekstrak bunga cengkeh konsentrasi 70% sudah penghambatan dengan cara mengganggu
mulai efektif dalam menghambat pertumbuhan komponen penyusun peptidoglikan pada sel
bakteri Staphylococcus aureus yaitu sebesar bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak
19,17 mm, hal ini dapat dilihat pada tabel 1. terbentuk secara utuh dan menyebabkan
Zona hambat pada konsentrasi 70% lebih besar kematian sel tersebut.
dari kontrol positif yang hanya 18,8 mm, ini Menurut Wahyuni (2014) mekanisme
menunjukkan bahwa ekstrak bunga cengkeh kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah
pada konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan 100% membentuk senyawa kompleks dengan protein
efektif dalam mengahambat pertumbuhan ekstraseluler bakteri, sehingga dapat merusak
bakteri Staphylococcus aureus. membran sitoplasma bakteri dan diikuti dengan
Penggunaan kontrol positif berupa keluarnya senyawa intraseluler. Senyawa
amikacin 15 mcg dalam penelitian ini sesuai flavonoid bersifat lipofilik sehingga mampu
dengan tabel Clinical and Laboratory Standard mengikat fosfolipid–fosfolipid pada dinding sel
Institute (CLSI) yang menyatakan bahwa bakteri. Dinding sel bakteri lisis dan senyawa
pilihan antimikroba untuk bakteri dapat masuk ke dalam inti sel bakteri. Inti sel
Stapylococcus aureus salah satunya adalah senyawa akan berikatan dengan lipid DNA
antibiotik amikacin. Antibiotik amikacin bakteri sehingga menghambat replikasi DNA
merupakan golongan aminoglikosida yang dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi
memiliki sprektum luas dan bersifat bakerisidal pada sintesis protein.