Anda di halaman 1dari 12

TOKSIKOLOGI

“ TOKSISITAS SENYAWA TERHADAP SEL “


A. PENDAHULUAN

Manusia berada dalam hubungan yang terus menerus dengan agen-agen toksis. Agen-
agen toksis ini bisa dijumpai dalam makanan yang dimakan, air yang diminum ataupun udara
yang dihirup. Tergantung pada sifat-sifat fisika dan kimia dari agen-agen toksis ini, mereka
bisa diserap oleh saluran lambung, usus, paru-paru, dan atau kulit. Untungnya badan
mempunyai kemampuan untuk metabolisir dan mengeluarkan senyawa-senyawa ini ke dalam
urine, empedu, dan udara. Namun demikian, apabila kecepatan penyerapan melebihi
kecepatan ekskresinya senyawa toksis itu akan menumpuk ke satu konsentrasi kritis di salam
badan yang mengakibatkan akan terlihat effek toksis dari agen tersebut.
Manusia-manusia purbakala dahulu sadar benar mengenai bahaya keracunan dari
bisa-bisa binatang dan tumbuhan-tumbuhan beracun. Pengetahuan-pengetahuannya
digunakan untuk berburu, untuk lebih efektif berperang dan mungkin untuk menyingkirkan
kelompok-kelompok kecil yang tidak diinginkan dari masyarakat yang masih sederhana.
Sejak perkembangan peradaban manusia dalam mencari makanan, tentu telah
mencoba beragam bahan , baik botani, nabati, maupun dari mineral. Melalui pengalamannya
ini ia mengenal makanan, yang aman dan berbahaya. Dalam konteks ini kata makanan
dikonotasikan ke dalam bahan yang aman bagi tubuhnya jika disantap, bermanfaat serta
diperlukan oleh tubuh agar dapat hidup serta menjalankan fungsinya. Sedangkan kata racun
merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan berbagai bahan
“zat kimia” yang dengan jelas berbahaya bagi badan.
Kata racun ”toxic ” adalah bersaral dari bahasa Yunani, yaitu dari akar kata tox,
dimana dalam bahasa Yunani berarti panah. Dimana panah pada saat itu digunakan sebagai
senjata dalam peperangan, yang selalu pada anak panahnya terdapat racun. Di dalam
“Papyrus Ebers (1552 B.C.)” orang Mesir kuno memuat informasi lengkap tentang
pengobatan dan obat. Di Papyrus ini juga memuat ramuan untuk racun,seperti antimon (Sb),
tembaga, timbal, hiosiamus, opium, terpentine, dan verdigris (kerak hijau pada permukaan
tembaga). Sedangkan di India (500 -600 B.C.) di dalam Charaka Samhita disebutkan,bahwa
tembaga, besi, emas, timbal, perak, seng, bersifat sebagai racun, dan di dalam Susrata
Samhita banyak menulis racun dari makanan, tananaman, hewan, dan penangkal racun
gigitan ular.
Hippocrates (460-370 B.C.), dikenal sebagai bapak kedokteran, disamping itu dia juga
dikenal sebagai toksikolog dijamannya. Dia banyak menulis racun bisa ular dan di dalam
bukunya juga menggambarkan, bahwa orang Mesir kuno telah memiliki pengetahuan
penangkal racun, yaitu dengan menghambat laju penyerapan racun dari saluran pencernaan.
Disamping banyak lagi nama besar toksikolog pada jaman ini, terdapat satu nama yang perlu
mendapat catatan disini, yaitu besar pada jaman Mesir dan Romawi kuno adalah Pendacious
Dioscorides (A.D. 50), dikenal sebagai bapak Materia Medika, adalah seorang dokter tentara.
Di dalam bukunya dia mengelompokkan racun dari tanaman, hewan,dan mineral.
Hal ini membuktikan, bahwa efek berbahaya(toksik) yang ditimbulkan oleh zat racun
(tokson) telah dikenal oleh manusia sejak awal perkembangan peradaban manusia. Oleh
manusia, efek toksik ini banyak dimanfaatkan untuk tujuan seperti membunuh atau bunuh
diri. Untuk mencegah keracunan, orang senantiasa berusaha menemukan dan
mengembangkan upaya pencegahan atau menawarkan racun.Usaha ini seiring dengan
perkembangan toksikologi itu sendiri. Namun, evaluasi yang lebih kritis terhadap usaha ini
baru dimulai oleh Maimonides (1135 - 1204) dalam bukunya yang terkenal Racun dan
Andotumnya.
Sumbangan yang lebih penting bagi kemajuan toksikologi terjadi dalam abad ke-16
dan sesudahnya. Paracelcius adalah nama samara dari Philippus Aureolus Theophratus
Bombast von Hohenheim (1493-1541), toksikolog besar, yang pertama kali meletakkan
konsep dasar dasar dari toksikologi. Dalam postulatnya menyatakan: “Semua zat adalah
racun dan tidak ada zat yang tidak beracun, hanya dosis yang membuatnya menjadi tidak
beracun”. Pernyataan ini menjadi dasar bagi konsep hubungan dosis reseptor dan indeks
terapi yang berkembang dikemudian hari.
Matthieu Joseph Bonaventura Orfila dikenal sebagai bapak toksikologi modern. Ia
adalah orang Spayol yang terlahir di pulau Minorca, yang hidup antara tahun 1787 sampai
tahun 1853. Pada awak karirnya ia mempelajari kimia dan matematika, dan selanjutnya
mempelajari ilmu kedokteran di Paris. Dalam tulisannya (1814-1815) mengembangkan
hubungan sistematik antara suatu informasi kimia dan biologi tentang racun. Dia adalah
orang pertama, yang menjelaskan nilai pentingnya analisis kimia guna membuktikan bahwa
simtomatologi yang ada berkaitan dengan adanya zat kimia tertentu didalam badan. Orfila
juga merancang berbagai metode untuk mendeteksi racun dan menunjukkan pentingnya
analisis kimia sebagai bukti hukum pada kasus kematian akibat keracunan. Orfila bekerja
sebagai ahli medikolegal di Sorbonne di Paris. Orfila memainkan peranan penting pada kasus
LaFarge (kasus pembunuhan dengan arsen) di Paris, dengan metode analisis arsen, ia
membuktikan kematian diakibatkan oleh keracuanan arsen. M.J.B. Orfila dikenal sebagai
bapak toksikologi modern karena minatnya terpusat pada efektokson, selain itu karena ia
memperkenalkan metodologi kuantitatif ke dalam studi aksi tokson pada hewan, pendekatan
ini melahirkan suatu bidang toksikologi modern, yaitu toksikologi forensik. Dalam bukunya
Traite des poison, terbit pada tahun 1814, dia membagi racun menjadi enam kelompok, yaitu:
corrosives, astringents, acrids, stupefying or narcotic, narcoticacid, dan septica atau
putreficants.

B. Toksisitas Senyawa Terhadap Sel

Jika obat-obatan diberikan kepada seorang pasien, molekul-molekul obat tersebut


jarang muncul dari pasien dalam bentuk tidak berubah. Sebagian besar senyawa asing
(xenobiotik) yang masuk ke dalam tubuh mengalami berbagai macam perubahan kimia yang
disebabkan oleh enzim-enzim yang terdapat di dalam hati, usus, ginjal, paru-paru, dan
jaringan lainnya. Perubahan-perubahan ini (terutama reaksi oksidasi) dapat menghasilkan
senyawa-senyawa atau metabolit yang bersifat toksik. Metabolit-metabolit ini dapat bereaksi
dengan makromolekul-makromolekul penting di dalam tubuh seperti DNA dan protein yang
menyebabkan toksisitas. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai mekanisme yang
menimbulkan terjadinya pembentukan metabolit obat menjadi sesuatu yang penting dilihat
dari segi keamanan obat.
Strategi utama tubuh dalam menghadapi xenobiotik ini adalah dengan mengubah
molekul tersebut menjadi derivat yang lebih hidrofilik atau terlarutkan air, yang selanjutnya
dapat dieksresikan melalui ginjal di dalam urine. Reaksi ini secara keseluruhan dikenal
sebagai metabolisme obat, walaupun system tubuh yang melaksanakan biotransformasi ini
terbentuk melalui evolusi jauh sebelum obat digunakan secara terapeutik. Nenek moyang kita
selama hidupnya terpajan racun-racun lingkungan dan bahan-bahan kimia asing yang terdapat
di dalam makanan mereka dan mekanisme telah dikembangkan untuk mendetoksifikasi
senyawa-senyawa tersebut dan melindungi tubuh.
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati yang dalam dosis
layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Ada
berbagai macam efek obat, antara lain :
1. Efek yang diinginkan = Efek terapeutik, obat memang dapat menyembuhkan, tetapi tidak
semua obat betul-betul menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya hanya meniadakan
atau meringankan gejalanya. Karena itu dapat dibedakan tiga jenis pengobatan, yaitu :
- terapi kausal : disini obat bekerja dengan cara meniadakan penyebab penyakit,
misalnya pemusnahan kuman, virus atau parasit.
- terapi simptomatis : hanya gejala penyakit yang diobati dan diringankan,
penyebabnya yang lebih mendalam tidak dipengaruhi, misalnya kerusakan pada suatu
organ atau saraf.
- terapi subsitusi : disini obat berfungsi menggantikan zat yang lazimnya dibuat oleh
organ yang sakit. Misalnya insulin pada diabetes, karena produksinya oleh pankreas
kurang atau terhenti.

2. Efek yang tidak diinginkan


 Efek samping : adalah segala sesuatu khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan
terapi yang dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan, misalnya rasa mual pada
penggunaan digoksin, rasa kantuk pada penggunaan CTM.
 Idiosinkrasi : peristiwa dimana suatu obat memberikan efek yang secara kualitatif
berlainan dari efek normalnya. Umumnya hal ini disebabkan oleh kelainan genetis
pada pasien bersangkutan.
 Alergi : reaksi antara obat dengan tubuh yang membentuk antibodi sehingga
seseorang menjadi hipersensitifitas terhadap obat tersebut.
 Fotosensitasi : adalah kepekaan berlebihan terhadap cahaya akibat penggunaan obat,
terutama secara lokal.

3. Efek Toksis = racun, setiap obat dalam dosis tinggi dapat mengakibatkan efek toksis. Pada
umumnya reaksi toksis berhubungan langsung dengan tingginya dosis: bila dosis diturunkan,
efek toksis dapat dikurangi.

Efek Yang Tidak Diinginkan Dalam Penggunaan Obat


a. Teratogen

Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa Yunani yang
berarti membuat monster. Dalam istilah medis, teratogenik berarti terjadinya perkembangan
tidak normal dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga
pembentukan organ-organ berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir).
Ada sejumlah bahan yang/diduga bersifat teratogenik pada manusia dan hewan, antara
lain:
 Radiasi ion (senjata atom, radioidine, dan terapi radiasi).
 Infeksi cytomegalovirus, virus herpes, parvovirus B-19, virus rubella, syphilis dan
toksoplasmosis.
 Ketidakseimbangan metabolisme, misalnya karena konsumsi alkohol selama
kehamilan, kretinisme endemic, diabetes, defisiensi asam folat, hipertermia,
fenilketonuria, reumatik dan penyakit jantung bawaan.
 Komponen kimia obat dan lingkungan seperti 13-cis-retinoic acid, isotretionin
(accutane), aminopterin, hormone androgenic, busulfan, kaptoril, enalapril, dan
sebagainya.

b. Karsinogen

Di sekeliling kita banyak sekali senyawa yang harus mendapat perhatian karena
termasuk karsinogen. Senyawa karsinogen merupakan penyebab utama timbulnya penyakit
kanker. Penyebab penyakit kanker dapat dikelompokkan menjadi factor fisika, virus, dan
senyawa karsinogen.
Factor fisika yang utama adalah radiasi. Pengaruh radiasi pada molekul asam
deoksiribonukleat (DNA) dapat menimbulkan :
a. Perubahan yang dapat kembali normal (reversibel)
b. Perubahan molekul DNA (rusak) dan sel akan mati
c. Perubahan molekul DNA yang tidak dapat kembali (irreversible) dan mulai terjadinya
kanker
Melalui hewan uji telah dibuktikan bahwa virus dapat menyebabkan kanker. Rous
Sarcoma Virus (RSV)dapat menyebabkan kanker pada ayam, leukemia pada burung, dan
mamalia. Marck’s Disease Virus (MDV) menyebabkan limpoma pada ayam.
Pada tahun 1775 ahli bedah berkebangsaan Inggris, Percival Pott menemukan kanker
kulit pada seorang pekerja pembersih cerobong di London. Penyebab penyakit tersebut
adalah jelaga yang selalu kontak dengan kulit orang tersebut.kejadian ini merupaka
permulaan atau lahirnya kimia karsinogen.
Seratus empat puluh tahun berikutnya Yamagiwa dan Lohikawa, warga Jepang
mencoba tir batu bara yang sama dengan jelaga dioleskan 2-3 hari sekali pada kulit kelinci.
Setelah rata-rata 10 hari timbul kanker kulit yang didahului dengan menebalnya bagian luar
dari kulit tersebut. Baru pada tahun 1930, pertama kali didapatkan hidrokarbon polisiklik
murni dan diketahui merupakan penyebab kanker. Sejak itu banyak sekali senyawa dari
berbagai tipe yang mempunyai pengaruh terhadap timbulnya kanker pada berbagai jaringan.
Diketahui pula bahwa senyawa-senyawa dari sumber alam dan dibuat sintesis, sisa-
sisa dari industry batu bara, industry, zat warna, bahan tambahan pada makanan dan
minuman, kondensat rokok, merupakan senyawa karsinogen, salah satu penyebab penyakit
kanker.
Bertambahnya jumlah dan macam senyawa karsinogen dalam lingkungan merupakan
ancaman bagi masyarakat. Dari studi penyebaran penyakit dan data laboratorium
diperkirakan bahwa senyawa karsinogen yang terdapat dalam lingkungan dan makanan,
minuman serta polutan dalam lingkungan memegang peranan penting atau merupakan
penyebab utama timbulnya kanker. Diduga sekitar 70-90% penderita kanker disebabkan oleh
senyawa karsinogen.
Struktur senyawa karsinogen sangat beraneka ragam, sehingga sukar untuk dapat
menentukan suatu senyawa bersifat karsinogenik atau tidak. Senyawa karsinogen mempunyai
efek fisiologis yang sama dengan senyawa beracun lainnya, walaupun ada perbedaan yang
penting. Kesamaan itu terlihat pada beberapa hal seperti : hubungan antara dosis dan respon
(dose response relationships), dan mengalami biotranformasi.
Perbedaan antara senyawa karsinogen dengan senyawa beracun lainnya terlihat pada
beberapa hal, di antaranya :
a. Efek dari senyawa karsinogen bersifat tidak dapat kembali,
b. Dosis tunggal biasanya tidak berefek nyata dan baru dapat terlihat nyata kalau
diberikan berulang-ulang,
c. Mempunyai sinergis dengan senyawa karsinogen maupun nonkarsinogen yang
terdapat dalam lingkungan,
d. Dasar mekanisme senyawa karsinogen adalah interaksi antara senyawa tersebut
dengan makromolekul (DNA, RNA, protein).
Senyawa karsinogen seperti halnya senyawa lain di dalam tubuh akan mengalami
metabolisme. Metabolism adalah perubahan secara kimia maupun fisika yang terjadi dalam
system yang hidup (biologi), mungkin terjadi dalam sel, jaringan, atau organ suatu
organisme. Hampir semua reaksi dalam metabolisme dikatalis oleh enzim.
Metabolisme dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya : genetic,
fisiologik, farmakodinamik, dan lingkungan. Factor-faktor tersebut dapat berpengaruh secara
kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif berarti bahwa suatu senyawa dapat berubah
menjadi bentuk yang berbeda, artinya terjadi perbedaan jalur metabolism. Secara kuantitatif
berarti terdapat perbedaan kuantitas seperti perbedaan dalam waktu paruh dan laju
metabolisme.

Karsinogenesis
Karsinogenesis dapat diartikan sebagai proses terjadinya kanker. Di sini akan
dikemukakan karsinogenesis karena factor fisika, virus, dan senyawa karsinogen.
Factor fisika yang menyebabkan terjadinya kanker di antaranya adalah radiasi. Karena
radiasi dapat menyebabkan terjadinya ikatan kovalen antara T (timin) yang terdapat pada
untai DNA yang sama, sehingga akan terbentuk timin dimer. Setelah terjadi perubahan pada
molekul DNA, kalau perubahan tersebut tidak kembali ke normal atau terjadi perubahan yang
irreversible dan sel tetap hidup, maka mulai terjadilah kanker.
Timin dimer terjadi pada bakteri maupun pada kulit manusia. Terdapat proses
perbaikan dari timin dimer ini menjadi normal kembali. Adapun prosesnya : mula-mula
terjadi pemutusan dengan adanya endonuklease, kemudian mulai terjadi perpanjangan
nukleotida yang komplementer dengan nukleotida pada untai yang lain, selanjutnya terjadi
pemutusan dengan endonuklease. Setelah nukleotida komplementer (nukleotida yang baru)
lengkap, maka tahap terakhir terjadi penyambungan dengan enzim ligase dan terjadilah
molekul DNA normal kembali.
Karsinogenesis karena virus dapat dijelaskan menjadi 3 macam yaitu:
a. Di lingkungan hidup kita sudah terdapat virus kanker yaitu virus yang
menyebabkan terjadinya kanker. Virus kanker yang mengandung DNA atau RNA
jika dapat bergabung dengan DNA sel, maka DNA akan mengalami perubahan.
Kalau perubahan tersebut tidak kembali normal maka mulailah terjadi atau timbul
kanker.
b. Virus kanker dengan adanya senyawa karsinogen akan menjadi aktif dan akan
terjadi seperti disebut di atas. Di sini virus masih memerlukan senyawa
karsinogen, tanpa adanya senyawa karsinogen tidak terjadilah karsinogenesis.
c. Genom virus sudah ada pada sel normal. Genom virus yang terdapat dalam
keadaan normal ini, dengan adanya radiasi, asap rokok, dan penyebab lain, akan
menjadi genom yang aktif, dan mulailah terjadinya karsiogenesis.
Karsinogenesis karena senyawa kimia, hamper semua senyawa karsinogen
memerlukan aktivasi oleh enzim yang terdapat dalam tubuh, sehingga menjadi bentuk aktif.
Bentuk aktif ini merupakan bentuk elektrofilik yang akan dapat membentuk ikatan kovalen
dengan bagian yang nukleofilik pada makromolekul dalam sel yaitu DNA, RNA, dan protein.
Aktivasi senyawa karsinogen ini dilakukan oleh enzim dalam jaringan dan dapat juga
dilakukan oleh mokroflora dalam usus misalnya aktivasi dimetil nitrosamin.

c. Mutagen
Lingkungan disekitar kita banyak mengandung senyawa karsinogen (cancer-causing
agents) misalnya sinar UV, polutan industry, food additives dan produk tobacco. Analisis
terhadap berbagai macam senyawa kimia semakin hari semakin banyak digunakan, dan
menjadi perhatian utama peneliti toksikologi, karena kecurigaan terhadap kemungkinan
bahaya kanker yang mungkin diakibatkan oleh senyawa tersebut.

Senyawa karsinogen ini dapat menginduksi kanker karena mereka bersifat mutagen
(dapat menyebabkan mutasi, yang dapat mengubah susunan DNA). Mutagen adalah zat atau
senyawa yang dapat meningkatkan laju perubahan di dalam gen. Mutasi (perubahan) dapat
mempengaruhi reproduksi sel, bahkan kadangkala menyebabkan kerusakan sel atau
pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Beberapa contoh mutagen, antara lain : senyawa
kimia mustard, etil metal sulfonat, sinar UV, radiasi sinar X, dll.

Senyawa kimia eksternal yang dapat menginduksi kerusakan DNA adalah:


1) Senyawa-senyawa penyebab deaminasi
Terutama asam nitrat (HNO2) atau senyawa yang dapat mengalami metabolisme
menjadi asam nitrit atau turunan nitrit lainnya. Asam nitrit yang terbentuk dari prekursor
organik, seperti: nitrosamin dan dari garam nitrit, dan nitrat, merupakan pereaksi yang ampuh
dalam menguraikan gugus amino dari basa sitosin, adenin dan guanin. Sitosin oleh asam nitrit
dirubah menjadi urasil, deaminasi adenine menghasilkan hipoksantin, dan guanine menjadi
ksantin. Residu hipoksantin dan ksantin dapat dikenali dan diuraikan oleh enzim spesifik,
yang diikuti oleh proses autoimum perbaikan DNA tubuh. Namun penggunaan nitrat dan
nitrit untuk pengawetan daging, masih menjadi perdebatan bagi para ahli, karena ketakutan
akan terjadi kerusakan DNA yang dapat mengakibatkan efek merugikan.
2) Penyebab alkilasi
Dimetilsulfat yang sangat reaktif dapat menyebabkan metilasi residu guanin
menghasilkan O-metilguanin, hal ini dapat menghilangkan kemampuan guanine untuk
berikatan dengan sitosin.
3) Senyawa kimia lainnya yang dapat merangsang atau berlaku seperti basa yang
biasanya terdapat pada DNA.
Meskipun terdapat sistim autoimun oleh tubuh untuk memperbaiki kerusakan-
kerusakan DNA, namun banyak dari kerusakan tersebut tidak dapat diperbaiki yang
mengakibatkan kerusakan permanen. Kerusakan permanen pada DNA ini disebut dengan
mutasi . Terdapat beberapa jenis mutasi yang telah dipelajari, seperti mutasi substitusi , yaitu
penggantian satu basa dengan basa yang salah. Beberapa contoh substitusi tunggal dan
akibatnya seperti :
 mutasi diam: a) substitusi satu basa tidak menyebabkan perubahan urutan asam
amino, dan b) mutasi satu basa dapat menyebabkan perubahan asam amino yang
mungkin tidak mengubah aktivitas biologik protein, karena penggantian asam amino
ini tidak terjadi pada posisi kritis dan menyerupai asam amino normal,
 mutasi satu basa yang mematikan, disini residu serin yang bersifat esensial, yang
disandi oleh gen yang telah mengalami mutasi, digantikan oleh fenilalanin, sehingga
produk enzimatisnya menjadi tidak aktif,
 mutasi kebobolan, disini penggantian asam amino kebobolan mengakibatkan protein
yang sebagian aktivitasnya masih dapat dipertahankan,
 mutasi secara hifotesis bersifat menguntungkan, penggantian asam amino
menghasilkan protein dengan aktivitas biologic yang dapat diperbaiki dan
menguntungkan organisme yang termutasi.
Substitusi satu basa, hanya merupakan sebagian kecil mutasi permanen yang terjadi
pada bakteri. Mutasi yang lebih sering terjadi dan membahayakan adalah mutasi insersi
(mutasi penyisipan) dan mutasi delesi (mutasi penghapusan). Mutasi ini umumnya
menyebabkan pergeseran kerangka DNA, yang pada akhirnya menghasilkan kerusakan
genetik yang lebih ekstensif. Mutasi adalah peristiwa acak yang jarang terjadi. Penghitungan
kemungkinan mutasi sel manusia adalah 1 diantara 105, perkiraan ini didasarkan atas
kejadian alamiah penyakit hemofili , yaitu penyakit gangguan genetik dalam mekanisme
pembekuan darah. Namun beberapa mutasi pada DNA manusia bersifat diam, tidak
berbahaya atau dinginkan, dan tidak menimbulkan masalah, banyak mengakibatkan
gangguan genetik yang mungkin menghambat aktivitas atau fungsi normal tubuh manusia
dan akhirnya mematikan.
Banyak senyawa penyebab mutasi (mutagenik) yang bersifat karsinogenik. Statistik
menunjukkan, bahwa belakangan ini terjadi peningkatan kematian akibat penyakit kanker.
Hal ini mungkin disebabkan, karena pada kenyataannya di era industri ini, hampir tidak dapat
dihindari, manusia akan selalu terpapar oleh jutaan bahan kimia, yang mungkin diantaranya
bersifat karsinogenik. Senyawa-senyawa yang telah diketahui bersifat karsinogenik umumnya
berasal dari, bahan pengawet makanan, pestisida, senyawa penyedap rasa, polimer dan
monomer sintesik, dan bahan-bahan kosmetik (hampir 90% pewarna rambut yang pernah
digunakan di Amerika bersifat mutagenik).

C. KESIMPULAN
 Ada berbagai macam efek obat, antara lain :
1. Efek yang diinginkan = Efek terapeutik, obat memang dapat menyembuhkan, tetapi
tidak -semua obat betul-betul menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya hanya
meniadakan atau meringankan gejalanya.

2. Efek yang tidak diinginkan : Efek samping, Idiosinkrasi, Alergi, Efek Toksis.


D. DAFTAR PUSTAKA

 Ariens,E.J., Mutschler,E., Simonis,A.M., 1985, Toksikologi Umum, Pengantar,


Wattimena,Y.R.(terj), gadjah mada University Press, Yogyakarta.
 Siswando dan B. Soekardjo (2000), Kimia Medisinal, Airtlangga University Press,
Surabaya.
 Anderson, D., dan Styles,J.A., (1978). The Bacterial Mutation Test, Br.J.Cancer.
 Heidelberger, C., (1977). Chemical Carcinogenesis, Cancer.

Anda mungkin juga menyukai

  • RTER
    RTER
    Dokumen5 halaman
    RTER
    Rosyi
    Belum ada peringkat
  • Hidrogen Sulfida
    Hidrogen Sulfida
    Dokumen4 halaman
    Hidrogen Sulfida
    Rosyi
    Belum ada peringkat
  • Reduksi Karbonil
    Reduksi Karbonil
    Dokumen7 halaman
    Reduksi Karbonil
    Rosyi
    Belum ada peringkat
  • Emulsi 5
    Emulsi 5
    Dokumen28 halaman
    Emulsi 5
    Rosyi
    Belum ada peringkat
  • Emulsi 3
    Emulsi 3
    Dokumen16 halaman
    Emulsi 3
    Rosyi
    Belum ada peringkat
  • Emulsi 1
    Emulsi 1
    Dokumen25 halaman
    Emulsi 1
    Rosyi
    Belum ada peringkat
  • Sup
    Sup
    Dokumen14 halaman
    Sup
    Rosyi
    Belum ada peringkat