Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HIGIENE INDUSTRI

Oleh:
Kelompok 8
- Agustian - Raja Nadya Roja S
- Ansur Mulia Harahap -Siti Mardiana
- Guntur Adewa - Rifka Putri
-Khairudin

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

IBNU SINA

BATAM

2018

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ditemukannya logam pertama kali dirasakan sebagai suatu kemajuan
teknologi yang sungguh luar biasa tetapi pada pihak lain perkembangan baru ini
akan menimbulkan suatu permasalahan baru yaitu bagaimana proses
penyambungan dari logam – logam tersebut. Proses penyambungan logam terdiri
dari sambungan baut, sambungan keling, sambungan lipat, sambungan tempa,
patri, solder dan sambungan las (pengelasan ).Dalam fabrikasi, konstruksi dan
industri proses sambungan las merupakan salah satu cara yang paling dominan
atau baik apabila dibandingkan dengan cara pengerjaan pemesinan yang lainnya
dikarenakan proses ini sangat praktis, murah dan cepat .
Penggunaan las dalam pengerjaan konstruksi semakin lus sehingga
kecelakaan yang diakibatkan oleh proses pengerjaan tersebut juga sering banyak
terjadi. Pekerjaan pengelasan merupakan salah satu proses pemesinan yang penuh
resiko karena selalu berhubungan dengan api dan bahan – bahan yang mudah
terbakar dan meledak terutama sekali pada las gas yaitu gas oksigen dan Asetilin .
Kecelakaan yang terjadi sebenarnya dapat dikurangi atau dihindari apabila kita
sebagai operator dalam mengoperasikan alat pengelasan dan alat keselamatan
kerja dipergunakan dengan baik dan benar, memiliki penguasaan cara – cara
pencegahan bahaya akibat proses las. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang
cukup mengenai K3.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha,
pekerja dan pemerintah di seluruh dunia. Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal
di negara-negara berkembang tiga kali lebih tinggi dibanding negara-negara
industri. Di negara-negara berkembang, kebanyakan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja terjadi di bidang-bidang pertanian, perikanan dan perkayuan,
pertambangan dan konstruksi. Tingkat buta huruf yang tinggi dan pelatihan
yang kurang memadai mengenai metode-metode keselamatan kerja
mengakibatkan tingginya angka kematian yang terjadi karena kebakaran dan
pemakaian zat-zat berbahaya yang mengakibatkan penderitaan dan penyakit
yang tak terungkap termasuk kanker, penyakit jantung dan stroke.

1
Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara
alamiah.Oleh sebab itu masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama
program keselamatan dan kesehatan. Di sebagian besar negara , keselamatan di
tempat kerja masih memprihatinkan. Seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia
produktif (15 – 45 tahun) meninggal akibat kecelakaan kerja. Kenyataanya
standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk dibandingkan dengan
negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak
dapat dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak
disengaja.Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Adapun sebab
kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak
aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%).
Untuk menghindari resiko yang tidak diinginkan dan pengetahuan yang
memadai maka diperlukan pembahasan lebih lanjut mengenai materi ini.

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan maslah yaitu :
Bagaimana gambaran Peranan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam
Proses Pengelasan.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan ini yaitu :
Untuk mengetahui gambaran peranan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dalam Proses Pengelasan.

D. Manfaaat Penulisan
Adapaun manfaat dalam penulisan makalah ini yaitu :
Agar mahasiswa dapat mengetahui gambaran peranan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dalam Proses Pengelasan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan (safety) mempunyai arti keadaan terbebas dari celaka
(accident) ataupun hampir celaka (near miss acccident). Upaya kesehatan kerja
adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja
agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun pekerja lain di sekelilingnya, sehingga diperoleh produktivitas
kerja yang optimal.
Kesehatan kerja merupakan hubungan dua arah antara pekerjaan dan
kesehatan.Kesehatan kerja tidak hanya menyangkut hubungan antara efek
lingkungan kerja misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-lain, tetapi
hubungan antara status kesehatan pekerja dengan kemampuannya untuk
melakukan tugas yang harus dikerjakannya. Tujuan utama kesehatan kerja adalah
mencegah timbulnya gangguan kesehatan daripada mengobatinya (Suma’mur,
2009).
Menurut Depnaker RI (2005), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah segala daya dan upaya dan pemikiran yang dilakukan dalam rangka
mencegah, mengurangi, dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan
dampaknya melalui langkah-langkah identifikasi, analisa, dan pengendalian
bahaya dengan menerapkan sistem pengendalian bahaya secara tepat dan
melaksanakan perundang-undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Persyaratan Keselamatan Kerja
Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Undang-undang No. 1
tahun 1970 (Suma’mur, 2009) adalah sebagai berikut :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan, hal ini berkaitan dengan upaya
pencegahan kecelakaan dan setiap pekerjaan atau kegiatan berbahaya.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, berkaitan dengan sistem
proteksi dan pencegahan kebakaran (fire protection system) dalam rancangan
bangun, operasi, dan penggunaan sarana, pabrik, banguna dan fasilitas lainnya.

3
c. Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran, meliputi upaya pencegahan bahaya
kebakaran (fire prevention) dalam kegiatan yang dapat mengandung bahaya
kebakaran, menggunakan api atau kegiatan lainnya.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri dalam kejadian kebakaran
atau kejadian lainnya. Berkaitan dengan sistem tanggap darurat (emergency
response) serta fasilitas penyelamat di dalam bangunan atau tempat kerja (means
of escape).
e. Memberikan pertolongan dalam kecelakaan. Menyangkut aspek P3K atau
pertolongan jika terjadi kecelakaan termasuk resque dan pertolongan korban.
f. Memberikan alat pelindung diri bagi pekerja. Berkaitan dengan penyediaan alat
keselamatan yang sesuai untuk setiap pekerjaan yang berbahaya.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
atau getaran. Berkaitan dengan keselamatan lingkungan kerja, pencemaran atau
buangan industri serta kesehatan kerja.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik, psikis,
peracunan, infeksi, dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan dan proses
kerja.
n. Berkaitan dengan aspek ergonomi di tempat kerja.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. Berkaitan dengan
keselamatan konstruksi dan bangunan mulai dari pembangunan sampai
penempatannya.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan
penyimpanan barang. Syarat ini berkaitan dengan kegiatan pelabuhan dan
pergudangan.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya, berkaitan dengan keselamatan
ketenagalistrikan.

4
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahayanya
menjadi bertambah tinggi .
3. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya, sebab
kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya dengan tindakan
korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih
lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak terulang
kembali.Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja.Golongan pertama adalah
faktor mekanisme dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor
manusia.Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan
penyebab kecelakaan (Suma’mur 2009).

Faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya kecelakaan kerja antara lain :


a. Situasi kerja
Situasi kerja berkaitan dengan kondisi lingkungan kerja yang
mempengaruhi produktivitas pekerja. Situasi kerja yang dimaksud meliputi :
 Pengendalian manajemen yang kurang
 Standar kerja yang minim
 Lingkungan kerja yang tidak memenuhi standar
 Peralatan kerja yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi Kesalahan
orang,
b. Kesalahan orang meliputi :
1. Keterampilan dan pengetahuan pekerja yang minim
2. Masalah fisik dan mental
3. Motivasi yang minim atau salah penempatan
4. Perhatian yang kurang
c. Tindakan tidak aman
Kondisi lingkungan kerja yang dimaksud sperti :
 Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui
 Mengambil jalan pintas
 Menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja.
d. Kecelakaan

5
Heinrich mendefinisikan kecelakaan sebagai kejadian yang sudah umum terjadi
dilingkungan kerja.
 Kejadian yang tidak terduga
 Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya
 Terjatuh
 Terhantam mesin atau material yang jatuh, dan sebagainya
e. Cedera/ kerusakan
Cedera atau kerusakan terhadap pekerja dibedakan menjadi.
 Terhadap pekerja yang meliputi sakit dan penderitaan, kehilangan pendapatan,
kehilangan kualitas hidup.
 Terhadap majikan meliputi kerusakan pabrik, pembayaran kompensasi,
kerugian produksi, dan kemungkinan proses pengadilan (Ridley, 2006).

B. Pengelasan
1. Pengertian
Menurut penemuan-penemuan benda bersejarah, dapat diketahui bahwa
teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dari zaman prasejarah,
misalnya pembrasingan logam paduan emas tembaga dan pematrian timbal-timah,
menurut keterangan telah diketahui dan dipraktekkan dalam rentang waktu antara
tahun 4000 sampai 3000 SM dan diduga sumber panas berasal dari pembakaran
kayu dan arang. Pada abad ke 19 teknologi pengelasan berkembang dengan pesat
karena telah dipergunakannya sumber energi listrik (Suharno, 2008).

Menurut Deutsce Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksankan dalam keadaan, dijelaskan lebih

6
lanjut bahwa las adalah sesuatu proses dimana bahan dan jenis yang sama
digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan
kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan (Suharno, 2008).

2. Proses Kerja

Pengelasan (Welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau
tanpa logam penambah yang menghasilkan sambungan yang kontinyu. Lingkup
penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan,
jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan
sebagainya.Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam panduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa
las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan
energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan dari 40 jenis pengelasan
termasuk pengelasan yang dilaksanakan pada cara menekan dua logam yang
disambung sehingga dua logam ini dapat merekat secara bersamaan.

Teknik pengelasan banyak dicari oleh beberapa orang yang ingin belajar
mengelas. Teknik-teknik ini dapat kita dapatkan dibangku sekolah kejuruan
ataupun teknik. Namun, bagi orang awam yang ingin membuka sebuah usaha
bengkel las misalnya cenderung tidak memiliki waktu untuk belajar secara formal.
Oleh sebab itu, kami akan memberikan beberapa tips pengelasan yang kami harap
dapat membantu kita semua dalam belajar bagaimana cara mengelas yang baik
dan benar.

7
Peralatan yang dibutuhkan dalam proses pengelasan antara lain:

1. Peralatan Utama

– Mesin Las
– Arus Listrik : AC/DC
– Holder / tang elektroda / penjepit elektroda
– Men massa / Plek massa
– Kabel Las : kabel elektrode / kabel massa/kabel tenaga

2. Peralatan Keselamatan Kerja

– Topeng las, untuk melindungi mata dari sinar las


– Masker / blower hisap
– Apron / pelindung dada

8
– Sarung tangan Khusus
– Sepatu pelindung

3. Peralatan Bantu

– Tang
– Sikat baja
– Palu kerak
– Meja las
– Mesin Gerinda

Cara pengelasan :

1. Bersihkan bahan yang akan dilas. Gunakan palu untuk membersihkan kerak
pada permukaan area yang akan dilas. Gunakan sikat baja untuk hasil yang
maksimal.
2. Letakkan bahan yang akan dilas pada tempat yang telah disediakan. Baik itu
menggunakan meja kerja atau hanya meletakkannya di lantai. Atur kerapatan
antara dua bahan. Gunakan klem jika diperlukan.
3. Letakkan masa mesin las pada salah satu bagian bahan yang akan dilas.
Masukkan elektroda pada panel penjepit elektroda di mesin las. Pasang
kemiringan elektroda menyesuaikan dengan posisi bahan. Biasanya sudah ada
tempat khusus kemiringan elektroda pada tang penjepit elektroda. Baik itu
tegak lurus 90 derajat, 30 atau 40 derajat.
4. Setelah bahan siap untuk di las, perlahan dekatkan ujung elektroda pada
bahan yang akan dilas.

9
5. Jarak antara ujung elektroda dengan bahan yang akan dilas sangat
mempengaruhi kualitas pengelasan. Jika jarak terlalu jauh, akan timbul
percikan seperti hujan bintik-bintik api. Proses pengelasanpun akan tidak
sempurna. Jika jarak terlalu dekat, api tidak menyala dengan sempurna. Dan
tidak ada cukup jarak untuk tempat lelehan elektroda. Jarak yang baik adalah
seperdelapan dari tebal elektroda.
6. Dengan menggunakan masker pelindung atau kacamata las, anda dapat
memperhatikan bagian elektroda yang sudah mencair yang menyatukan
antara dua bahan yang dilas tersebut. Perlahan gerakkan elektroda ke
sepanjang area yang dilas.
7. Hasil yang baik saat proses pengelasan dapat dilihat saat permukaan yang
dilas berbentuk seperti gelombang rapat dan teratur menutup sempurna
bagian yang dilas.
8. Setelah selesai, bersihkan kerak yang menutupi bagian yang dilas dengan
menggunakan palu. Periksa kembali apakah terdapat bagian yang belum
sempurna. Jika belum sempurna, ulangilah bagian yang belum tersatukan
dengan baik tersebut. Pada beberapa kasus, bahan yang sudah dilas harus di
gerinda lagi jika pengelasan tidak sempurna. Namun jika tidak terlalu fatal,
kita cukup mengelas bagian yang belum terlas secara sempurna tersebut.

3. Jenis – jenis
Jenis-Jenis Pengelasan Berdasarkan proses pengelasan, maka pengelasan
terbagi menjadi dua antara lain (Bintoro, 1999) :
a. Las Oksi Asetilen
Las oksi asetilen merupakan proses pengelasan secara manual dengan
pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair
oleh nyala gas asetilen melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau
tanpa logam pengisi. Pembakaran gas C2H2 oleh oksigen (O2) dapat
menghasilkan suhu yang sangat sangat tinggi sehingga dapat mencairkan
logam.Gas asetilen merupakan salah satu jenis gas yang sangat mudah terbakar
dibawah pengaruh suhu dan tekanan.Gas asetilen disimpan di dalam suatu tabung
yang mampu menahan tekanan kerja.
Bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh gas asetilen antara lain:

10
1. Polimerisasi, peristiwa ini akan menyebabkan suhu gas meningkat jauh lebih
tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Polimerisasi ini akan terjadi pada
suhu 300°C, jika berada pada tekanan 1 atm. Oleh sebab itu, gas asetilen tidak
boleh disimpan atau digunakan pada suhu diatas 300°C.
2. Disosiasi, yaitu adanya panas yang ditimbulkan oleh proses pembentukan zat-
zat. Disosiasi terjadi pada suhu 600°C jika berada pada tekanan 1 atm atau
530°C jika tekanan 3 atm. Jika terjadi disosiasi maka tekanan gas meningkat
dan hal ini sangat membahayaka karena bisa menimbulkan ledakan.

b. Las listrik
Las tahanan listrik adalah proses pengelasan yang dilakukan dengan jalan
mengalirkan arus listrik melalui bidang atau permukaan-permukaan benda yang
akan disambung. Elektroda-elektroda yang dialiri listrik digunakan untuk
menekan benda kerja dengan tekanan yang cukup.Penyambungan dua buah logam
atau lebih menjadi satu dengan jalan pelelehan atau pencairan dengan busur nyala
listrik. Tahanan yang ditimbulkan oleh arus listrik pada bidang-bidang sentuhan
akan menimbulkan panas dan berguna untuk mencairkan permukaan yang akan
disambung.
Bahaya pada las listrik yaitu, loncatan bunga api yang terjadi pada nyala
busur listrik karena adanya potensial tegangan atau beda tegangan antara ujung-
ujung elektroda dan benda kerja. Tegangan yang digunakan sangat menentukan
terjadinya loncatan bunga api, semakin besar tegangan semakin mudah terjadi
loncatan bunga api listrik. Hal yang perlu diperhatikan, bahwa tegangan yang
tinggi akan membahayakan operator las, karena tubuh manusia hanya mampu
menderita tegangan listrik sekitar 42 volt. Selain penggunaan arus dan tegangan
yang bisa membahayakan operator, nyala busur listrik juga memancarkan sinar
ultra violet dan sinar infra merah yang berinteraksi sangat tinggi.Pancaran atau
radiasi dari sinar tersebut sangat membahayakan mata maupun kulit manusia
(Bintoro, 1999).

4. Manajemen dalam Pengelasan


Juru las yang terampil dan peralatan las yang baik belum tentu dapat
menjamin hasil las yang bermutu tinggi, apabila sarana lainnya tidak terpenuhi.

11
Manajemen pengelasan dalam hal ini harus mengatur beberapa sarana penting
yang dapat mempengaruhi hasil pengelasan seperti pelaksanaan yang aman,
pengawasan mutu, dan pemeriksaan proses. Manajemen tersebut terdiri atas
beberapa pengawasan (Wiryosumarto dan Okumura, 2004) antara lain :
a. Pengamanan pelaksanaan Agar pengelasan dapat dilakukan dengan aman, alat-
alat pengamanan harus lengkap dan juru las harus mengerti dan dapat serta mau
menggunakan alat pengaman tersebut, dalam hal ini yang penting adalah :
 Pemakaian baju kerja yang sesuai dan aman.
 Pemakaian pelindung dengan baik.
 Pada pengelasan di tempat yang tinggi harus menggunakan alat pengaman
agar tidak terjatuh.
 Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dan ledakan.
b. Pengawasan umum
Untuk mendapatkan mutu pengelasan yang baik perlu adanya pengawasan
pada peralatan yang digunakan, bahan las yang dipilih, pelaksanaan dan
keterampilan. Pengawasan yang dimaksud diatas diterangkan sebagai berikut :
 Pengawasan peralatan
Dengan menggunakan peralatan yang sempurna, akan diperoleh mutu hasil lasan
yang baik dan efisiensi kerja yang tinggi, karena itu diperlukan sistem manajemen
yang dapat menentukan cara-cara pemilihan alat, pembelian alat, peminjaman alat
kepada pekerja dan cara memperbaiki alat yang rusak.
 Pengawasan bahan las
Pengaturan pembelian bahan las baik dalam jenis maupun dalam jumlah harus
menjamin agar selalu terdapat jumlah persediaan seperti yang telah ditentukan dan
yang sesuai dengan jadwal pelaksanaan.
 Pengawasan pelaksanaan
Apabila proses pengelasan telah ditentukan, maka perlu untuk mengadakan
pengawasan agar prosedur pengelasan diikuti sepenuhnya. Untuk mempermudah
pengawasan dan menghindari kesalahan perlu dibuat petunjuk kerja yang
terperinci yang meliputi kondisi pengelasan, penggunaan alat, pemakaian bahan,
prosedur pengerjaan dan cara-cara mengadakan perbaikan bila terjadi cacat.
 Pengawasan keterampilan

12
Untuk mendapatkan juru las yang terampil perlu diadakan pelatihan dan
pendidikan.Tiap-tiap juru las harus mempunyai kualifikasi berdasarkan peraturan
yang ditentukan oleh badan yang berwenang dalam bidang konstruksi yang sesuai
dan menguasai tentang pengelasan.
 Pengawasan proses
Pengawasan terhadap proses ditujukan untuk mempertinggi produktivitas, yang
berarti hasil yang baik dengan cepat dan murah. Pengawasan proses meliputi
pengawasan dan pengaturan tempat, pengaturan pekerja, pengaturan bahan, alat
dan lain sebagainya.

5. Bahaya Dalam Pengelasan


Pada pekerjaan pengelasan banyak risiko yang akan terjadi apabila tidak
hati-hati terhadap penggunaan peralatan, mesin dan posisi kerja yang salah.
Beberapa risiko bahaya yang paling utama pada pengelasan (Wiryosumarto dan
Okumura, 2004) antara lain :

a. Cahaya dan sinar yang berbahaya Selama proses pengelasan akan timbul cahaya
dan sinar yang dapat membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar
pengelasan. Cahaya tersebut meliputi cahaya yang dapat dilihat atau cahaya
tampak, sinar ultraviolet dan sinar inframerah.
 Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah diserap, tetapi sinar ini
mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang terjadi di dalam
tubuh. Bila sinar ultraviolet yang terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi
jumlah tertentu maka pada mata akan terasa seakan-akan ada benda asing di
dalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 12 jam kemudian mata akan menjadi
sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada umunya rasa sakit ini akan hilang setelah 48
jam.
 Cahaya tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea
ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan segera menjadi lelah dan
kalau terlalu lama mungkin akan menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya
juga hanya sementara.

13
 Sinar inframerah
Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata, karena itu sinar ini lebih
berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar
inframerah terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu menyebabkan
pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea, presbiopia yang
terlalu dini dan terjadinya kerabunan.
b. Arus listrik yang berbahaya
Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya arus
dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan hubungannya dengan besar
arus adalah sebagai berikut:
 Arus 1 mA hanya akan menimbulkan kejutan yang kecil saja dan tidak
membahayakan.
 Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan
menimbulkan rasa sakit.
 Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
 Arus20 mA akan menyebabkan terjadi pengerutan pada otot sehingga orang
yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang lain.
 Arus 50 mA sangat berbahaya bagi tubuh.
 Arus 100 mA dapat mengakibatkan kematian.
c. Debu dan gas dalam asap las.
Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 µm sampai dengan 3
µm. Komposisi kimia dari debu asap las tergantung dari jenis pengelasan dan
elektroda yang digunakan. Bila elektroda jenis hydrogen rendah, di dalam debu
asap akan terdapat fluor (F) dan oksida kalium (K2O). Dalam pengelasan busur
listrik tanpa gas, asapnya akan banyak mengandung oksida magnesium (MgO).
Gas-gas yang terjadi pada waktu pengelasan adalah gas karbon monoksida (CO),
karbon dioksida (CO2), ozon (CO3) dan gas nitrogen dioksida (NO2).
d. Bahaya kebakaran.
Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api pengelasan
dengan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti solar, bensin, gas, cat kertas dan
bahan lainnya yang mudah terbakar. Bahaya kebakaran juga dapat terjadi karena

14
kabel yang menjadi panas yang disebabkan karena hubungan yang kurang baik,
kabel yang tidak sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang rusak.
e. Bahaya Jatuh.
Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang tinggi akan selalu ada
bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini dapat menimbulkan luka ringan
ataupun berat bahkan kematian karena itu usaha pencegahannya harus
diperhatikan.

C. Perlengkapan Keselamatan Kerja Pada Proses Pengelasan


Demi keamanan dan kesehatan tubuh, operator las harus memakai alat-alat
yang mampu melindungi tubuh dari bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat
pengelasan. Perlengkapan tersebut antara lain (Bintoro, 1999):
1. Pelindung muka
Bentuk dan pelindung muka ada beberapa macam tetapi secara prinsip
pelindung muka mempunyai fungsi yang sama, yaitu melindungi mata dan muka
dari pancaran sinar las dan percikan bunga api. Pelindung muka mempunyai
kacamata yang terbuat dari bahan tembus pandang yang berwarna sangat gelap
dan hanya mampu ditembus oleh sinar las.Kacamata ini berfungsi melihat benda
kerja yang dilas dengan mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke mata.
2. Kacamata bening
Untuk membersihkan torak atau untuk proses finishing misalnya
penggerindaan, mata perlu perlindungan, tetapi tidak dengan pelindung muka las.
Mata tidak mampu melihat benda kerja karena kacamata yang berada pada
pelindung muka sangat gelap. Oleh karena itu, diperlukan kacamata bening yang
mampu digunakan untuk melihat benda kerja dan sangat ringan sehingga tidak
mengganggu proses pekerjaan.
3. Masker wajah
Masker berfungsi untuk menyediakan udara segar yang akan dihirup oleh sistem
pernapasan manusia. Masker digunakan untuk pengelasan ruangan yang sistem
sirkulasi udaranya tidak baik. Karena proses pengelasan akan menghasilkan gas-
gas yang membahayakan sistem pernapasan jika dihirup dalam jumlah besar. Jika
gas hasil pengelasan tidak segera dialirkan ke luar ruangan maka akan dihirup
oleh operator.

15
4. Pakaian las
Pakaian ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari percikan bunga api dan
pancaran sinar las. Pakaian las terbuat dari bahan yang lemas sehingga tidak
membatasi gerak si pemakai.Selain bahan pakaian yang digunakan lemas, juga
harus ringan, tidak mudah terbakar, dan mampu menahan panas atau bersifat
isolator.Model lengan dan celana dibuat panjang agar mampu melindungi seluruh
tubuh dengan baik.
5. Pelindung badan (apron)
Untuk melindungi kulit dan organ-organ tubuh pada bagian badan dari
percikan bunga api dan pancaran sinar las yang mempunyai intensitas tinggi maka
pada bagian badan perlu dilindungi sperti halnya pada bagian muka, karena baju
las yang digunakan belum mampu sepenuhnya melindungi kulit dan organ tubuh
pada bagian dada.
6. Sarung tangan
Kontak dengan panas dan listrik sering terjadi yaitu melewati kedua tangan,
contoh: penggantian elektroda atau memegang sebagian dari benda kerja yang
memperoleh panas secara konduksi dari proses pengelasan. Untuk melindungi
tangan dari panas dan listrik maka operator las harus menggunakan sarung tangan,
karena mempunyai sifat mampu menjadi isolator panas dan listrik (mampu
menahan panas dan tidak menghantarkan listrik).
7.Sepatu las
Sepatu las dapat melindungi telapak dan jari-jari kaki kemungkinan
tergencet benda keras, benda panas atau sengatan listrik. Dengan memakai sepatu
las bebarti tidak ada aliran arus listrik dari mesin las ke ground (tanah) melewati
tubuh kita, karena bahan sepatu berfungsi sebagai isolator listrik.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keselamatan kesehatan kerja sangat penting dalam proses pengelasan las
listrik.
2. Pada proses pengelasan las listrik harus selalu memperhatikan prosedur yang
benar tentang keselamatan kesehatan kerjanya.
3. Pada proses pengelasan las listrik selalu mengutamakan keselamatan
kesehatan kerjanya.
4. Setiap welder harus mengerti bahaya-bahaya yang diakibatkan las listrik dan
mengerti bagaimana menanggulanginya.
5. Selalu memperhatikan keadaan disekelilingnya agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan dalam setiap proses pengelasan las listrik.
6. Setiap welder harus selalu waspada terhadap sesuatu yang akan mengganggu
keselamatan kesehatan kerjanya.
7. Setiap welder harus bisa merefresh atau menyegarkan diri baik secara jasmani
maupun rohani agar tidak mengganggu dalam proses pengelasan las listrik.
8. Setiap welder harus mampu menjaga keselamatan kesehatan kerja, baik bagi
dirinya sendiri maupun orang lain dan sesuatu apapun yang ada disekitarnya.
9. Pada proses pengelasan las listrik setiap orang harus saling mengingatkan
tentang pentingnya keselamatan kesehatan kerja.

B. Saran
Hendaknya dalam setiap melakukan proses pengelasan selalu
memperhatikan dan mengutamakan keselamatan kesehatan kerja baik bagi welder
itu sendiri maupun orang lain yang ada disekitarnya karena hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap suatu proses produksi. Apabila terdapat oknum- oknum
tertentu yang dengan sengaja melakukan tindakan melanggar tentang keselamatan
kesehatan kerja yang dapat membahayakan dirinya sendiri atau orang lain supaya
dikenakan sanksi yang berlaku.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. http://ewinaswar91.blogspot.co.id/2015/06peranan-k3-dalam-proses.html
2. http://www.pengelasan.net/alat-keselamatan-kerja-las/
3. https://www.scribd.com/doc/241977318/K3-dalam-Pengelasan-pdf
4. Kenyon, W. 1985. Dasar—DasarPengelasan: Terjemahan Ir. Dines Ginting.
Jakarta: Erlangga
5. Wiryosumarto, Harsono. TeknologiPengelasanLogam. Jakarta: PT.
PradnyaParamita. 2000.
6. SumberdariLaboratoriumPengelasanLogam/ InstitutTeknologiNasional
Malang 2/jlnkaranglo km.2 malang.
7. Dokumentasi Data Pribadi [Diaksestanggal 12 desember 2016]-
InstitutTeknologiNasional Malang 2

18

Anda mungkin juga menyukai