Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu perubahan mekanik terhadap zat gas, zat cair atau zat padat yang
merambat ke depan dengan kecepatan tertentu sering menimbulkan
gelombang bunyi. Gelombang bunyi ini merupakan vibrasi getaran dari
molekul zat dan saling beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut
terkoordinasi menghasilkan gelombang. Gelombang bunyi dapat menjalar
secara transversal atau longitudinal.
Bunyi berhubungan dengan indra pendengaran yaitu fisiologi telinga.
Telinga berfungsi secara efisien untuk mengubah energi getaran dari
gelombang menjadi sinyal listrik yang dibawa ke otak melalui syaraf. Telinga
manusia merupakan detektor bunyi yang sangat sensitif.
Bising didefinisikan sebagai bunyi yang kehadirannya tidak dikehendaki
dan dianggap mengganggu pendengaran. Bising dapat berasal dari bunyi atau
suara yang merupakan aktivitas alam seperti bicara, pidato, tertawa dan lain –
lain. Bising juga dapat berasal dari bunyi atau suara buatan manusia seperti
bunyi mesin kendaraan dan mesin – mesin yang ada di pabrik. Untuk menilai
bunyi sebagai bising sangatlah relatif. Misalnya musik di tempat-tempat
diskotik, bagi orang yang biasa mengunjungi tempat itu tidaklah merasa suatu
kebisingan, tetapi bagi orang-orang yang tidak pernah berkunjung di tempat
diskotik akan merasa suatu kebisingan yang mengganggu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang,maka rumusan makalah dari penulisan makalah ini
adalah:
1. Apa itu bunyi?
2. Bagaimana telinga dan tanggapanya?
3. Bagaimana spesialisasi dalam pendengaran/telinga?
4. Bagaimana tes pendengaran dan hilang pendengaran?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan masalah maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai brikut:
1) Untuk mengetahui pengertian bunyi dan gelombang bunyi
2) Untuk mengetahui telinga dan tanggapanya?
3) Untuk mengetahui spesialisasi dalam pendengaran/telinga?
4) Untuk mengetahui tes pendengaran dan hilang pendengaran?
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah
menambah wawasan pembaca maupun penulis mengenai pada bioakudtik
yang berkaitan mengenai bunyi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bunyi
Gelombang bunyi ini merupakan vibrasi/getaran dari molekul-molekul
zat dan saling beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut
terkoordinasi menghasilkan gelombang serta mentransmisikan energi bahkan
tidak pernah terjadi pemindahan partikel
. Tergantung pada substansi yang menjalar apabila suara mencapai tapal
batas maka suara tersebut akan terbagi dua sebagai energi
ditransmisikan/diteruskan dan sebagian direfleksikan (dipantulkan).
Binatang mempergunakan suara untuk memperoleh perubahan informasi
dan untuk mendeteksi lokasi dari suatu objek. Misalnya ikan lumba-lumba dan
kelelawar yang mempergunakan suara untuk mengemudi dan menentukan
lokasi makanan, apabila cahaya tidak cukup untuk pengamatan. Manusia
berusaha menggunakan suara sebagai pengganti cahaya bahkan sinar X. Gema
dipergunakan pengemudi pada kedalaman air dan pengamatan sedangkan
ultrasonik atau frekuensi tinggi bunyi dipergunakan untuk diagnosis dan
pengobatan. Bunyi yang berfrekwensi rendah digunakan dalam penelitian
geofisika.
2.1.1 Sumber bunyi
Banyak fenomena yang menghasilkan bunyi. Misalnya
pembakaran minyak dalam suatu mesin, selalu menghasilkan bunyi.
Bunyi yang dihasilkan instrumen musik, gerakan dahan, pohon atau
daun juga menghasilkan bunyi. Ruang mulut dan ruang hidung manusia
merupakan struktur resonansi untuk menghasilkan vibrasi melalui pita
suara demikian pula garputula yang digetarkan akan menghasilkan
bunyi. Dari contoh diatas dapat disimpulkan bunyi itu bisa berasal dari
alam, dan bisa berasal dari perbuatan manusia.
Syarat terjadinya bunyi yaitu :

3
a. Ada sumber bunyi yang bergetar
b. Ada zat perantara (medium) yang merambatkan gelombang
bunyi dari sumber ke telinga
c. Getaran mempunyai frekuensi tertentu (20 Hz – 20.000 Hz)
d. Indra pendengar dalam keadaan baik
Sumber bunyi yang jumlah getarannya sama untuk tiap satuan
waktu akan menghasilkan nada. Terdapat beberapa sumber bunyi
diantaranya adalah: senar, pipa organa dan garpu tala.
1) Senar ( dawai / tai )
Getaran yang terjadi pada senar yang kedua ujungnya
terikat merupakan sumber bunyi. Frekuensi senar yang kedua
ujungnya terikat adalah :
a) Berbanding terbalik dengan panjang senar
b) Berbanding lurus dengan akar kuadrat tegangan senar
c) Berbanding terbalik dengan akar kuadrat massa jenis bahan
senar
d) Berbanding terbalik dengan akar kuadrat luas penampang
senar
Perbandingan frekuensi nada dasar dan nada-nada atas
suatu senar yang kedua ujungnya terikat merupakan
perbandingan bilangan-bilangan bulat positif.
2) Pipa organa ( kolom udara )
Di dalam kolom udara terdapat molekul-molekul udara
yang merupakan sumber bunyi. Kolom udara yang paling
sederhana adalah pipa organa. Pipa orgaan dibagi menjadi pipa
organa terbuka dan pipa organa tertutup.
a) Pipa organa terbuka adalah sebuah kolom udara yang
kedua ujung penampangnya terbuka. Untuk ujung pipa
terbuka, udara bebas bergerak sehingga pada ujung pipa
selalu terjadi perut. Di dalam pipa organa terbuka,
banyak perut sama dengan banyak simpul ditambah satu.

4
b) Pipa organa tertutup adalah sebuah kolom udara yang
salah satu ujungnya tertutup dan ujung lainnya terbuka.
Pada ujung pipa yang selalu tertutup, udara tidak bebas
bergerak sehingga pada ujung pipa selalu terjadi simpul.
Dalam pipa organa tertutup, banyak perut sama dengan
banyak simpul.
3) Garpu tala
Jika garpu tala dipukul, maka garpu tala tersebut akan
bergetar dan menghasilkan bunyi. Frekuensi bunyi dihasilkan
oleh garpu tala tergantung dari: bentuknya, besarnya dan bahan
garpu tala tersebut.
2.1.2 Mendeteksi bunyi
Untuk mendeteksi bunyi perlu mengkonversikan gelombang
bunyi bentuk vibrasi sehingga dapat dianalisis frekuensi dan
intensitasnya. Untuk perubahan ini diperlukan alat mikrofon dan telinga
manusia. Alat mikrofon merupakan transduser yang memberi respon
terhadap tekanan bunyi (sound pressure) dan menghasilkan
isyarat/sinyal listrik. Mikrofon yang banyak digunakan adalah mikrofon
kondensor. Pemilihan mikrofon ini sangat penting oleh karena berguna
untuk mendeteksi kebisingan lingkungan perusahaan (merupakan
medan difusi segala arah atau medan bebas) di samping itu perlu
diperhatikan faktor kecepatan angin, cuaca oleh karena sangat
mempengaruhi pada mikrofon.
2.1.3 Pembagian frekuensi bunyi
Berdasarkan frekuensinya, maka bunyi dibedakan dalam tiga daerah
frekuensi, yaitu sebagai berikut:
Pembagian frekuensi bunyi mempunyai arti dalam hal pengobatan,
diagnosis, nyeri yang ditimbulkan dan sebagainya. Untuk mengetahui
lebih jelas akan diuraikan sebagai berikut.
1) Frekuensi antara 0-16 Hz (Infrasonik)
Frekuensi 0-16 Hz biasanya ditimbulkan oleh getaran tanah,
getaran bangunan atau truk, mobil dan sebagainya. Vibrasi yang

5
ditimbulkan oleh truk, mobil, biasanya mempunyai frekuensi
sekitar 1-16 Hz. Frekuensi yang lebih kecil dari 16 Hz biasanya
mengakibatkan perasaan yang kurang nyaman (discomfort),
kelesuan (fatique), kadang-kadang menimbulkan perubahan
pada penglihatan.
Apabila vibrasi bunyi dengan frekuensi infra yang
mengenai tubuh akan menyebabkan resonansi dan terasa sakit
pada beberapa bagian tubuh.
2) Frekuensi antara 16 Hz-20.000 Hz (Frekuensi Pendengaran)
Dari hasil percobaan diperoleh kepekaan telinga terhadap
frekuensi bunyi terletak antara 16 Hz-20.000 Hz. Gambar di
bawah ini menunjukkan hubungan antara intensitas bunyi dan
frekuensi (Hz) serta nilai ambang pendengaran pada manusia
normal.

Hubungan antara Intensitas dan Frekwensi

Kepekaan telinga: dB = 0 terjadi pada frekuensi 1000 Hz.


Kurva rata-rata merupakan nilai ambang rata-rata bagi setiap
individu.
Nilai ambang rata-rata secara internasioanl terletak di daerah
1000 Hz. Arti dari niali ambang yaitu frekuensi yang berkaitan
dnegan nineau bunyi (dB) yang dapat didengar, misalnya pada
frekuensi 30 Hz, nineau bunyi harus 60 dB (yaitu 106 x 10-2

6
W/m2). Untuk bunyi tersebut (60 dB) berarti seseorang harus
106 x lebih kuat pada nada 1000 Hz harus dapat mendnegar
bunyi tersebut dan berarti pula tekanan bunyinya harus 103 x
lebih besar.
Pada usia lanjut, misalnya 60 tahun, nilai ambang
pendengaran bagi 4.000 Hz terletak +/- 40 dB lebih tinggi
daripada usia muda (20 tahun). Gejala naiknya nilai ambang
karena usia tua tersebut dinamakan prebikius (kurang
pendengaran oleh karena umur semakin tua).
3) Frekwensi di atas 20.000 Hz (Ultrasonik)
Frekwensi diatas 20.000 Hz disebur ultrasonik atau bunyi
uktra. Frekwensi ini dalam bidang kedokteran dipergunakan
dalam 3 hal yaitu: pengobatan, penghancuran (destruktif), dan
diagnosis. Hal ini dapat terjadi oleh karena frekuensi yang tinggi
mempunyai daya tembus jaringan yang cukup besar.
Frekwensi dari ultrasonik yang dipakai dalam kedokteran
menurut kebutuhan :
a) Apabila ultrasonik yang digunakan diagnostik maka
frekwensi yang digunakan sebesar 1 MHz sampai 5MHz
dengan daya 0,01 W/cm2.
b) Apabila daya ultrasonik ditingkatkan sampai 1 W/cm2 akan
dipakai sebagai pengobatan.
c) Untuk merusak jaringan kanker dipakai daya 103 W/cm2 .
Efek biologis gelombang ultrasonik adalah :
a) Menimbulkan pelebaran pembuluh darah.
b) Menyebabkan peningkatkan permabelitas membran sel
dan kapiler serta merangsang aktivitas sel.
c) Sesuai hukum Van’t Hoff (gelombang ultrasonik
menimbulkan panas) otot mengalami kehancuran.
d) Menyebabkan keletihan pada tubuh manusia apabila
daya ultrasonik ditingkatkan.

7
2.1.4 Intensitas Bunyi
Energi gelombang bunyi ada 2 yaitu : energi potensial dan energi
kinetic. Intensitas gelombang bunyi (I) yaitu energi yang melewati
medium 1 m2/detik atau watt/m2. Apabila dinyatakan dalam rumus :
I = ½ ρv A2 (2 π f)2 = ½ Z (A)2
Keterangan:
ρ = massa jenis medium (Kg/m3)
v = kecepatan bunyi (m/detik)
ρv = Z = impedansi Akustik
A = maksimum amplitudo atom – atom/molekul.
f = frekuensi
W = 2 π f = frekuensi sudut Intensitas (I) dapat pula
dinyatakan sebagai berikut : I = Po2/ 2 z
Po = perubahan tekanan maksimum (N/m2)
2.1.5 Skala Desibel (Nineau Bunyi)
Alexander Graham Bell (1847-1922) guru besar fisiologi di
boston, adalah penemu telpon tahun 1876, melakukan penelitian
terhadap suara dan pendengaran, beliau mengatakan suatu bell (nineau
suara) = 10 Log I. apabila diperoleh intensitas suatu bunyi adalah 10 kali
intensitas yang lainnya, maka IIo = 10. Intensitas yang lainnya maka 1/Io
= 10. Oleh karena bell merupakan unit yang besar sehingga dipakai
decibel (dB). Hubungannbell dengan decibel dinyatakan 1 bell = 10 dB.
Telah diketahui bahwa intensitas (I) berbanding langsung dengan P2
maka perbandingan antara tekanan dari dua bunyi dapat dinyatakan
sebagai berikut :
10 10 Log P22/P12 = 2010 Log P2/P1
Rumus ini menunjukkan nilai desibel (dB) yang dipergunakan
untuk membandingkan dua tekanan bunyi dalam medium yang sama.
Daftar intensitas dan dB pada berbagai bunyi
Bunyi Intensitas W/m2 dB

-10
Suara bisik 10 20

-7
Kantor sibuk 10 50

8
-6
Bicara jarak 1 meter 10 60

-5
Kesibukan lalu lintas 10 70

-3
Mobil 10 90

o
Suara yang menghasilkan nyeri 10 120

1
Pesawat jet 10 130

5
Roket tinggal landas 10 170

Dikutip dari (Fisika Kedokteran, 1996:69)

2.1.6 Kekerasan Bunyi/ Nyaring Bunyi


Kekerasan bunyi/ nyaring bunyi merupakan bagian dari ukuran
bunyi yang merupakan perbandingan kasar dari logaritma intensitas
efektifnya jarak penekanan bunyi yang mengakibatkan respon
pendengaran. Kenyaringan bunyi tidak berkaitan dengan frekuensi;
kenyataan 30 Hz mempunyai kekerasan sama dengan 4.000 Hz
bahkan mempunyai perbedaan intensitas dengan factor 1.000.000 atau
60 dB.
2.1.7 Sifat Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi mempunyai sifat memantul, diteruskan dan
diserap oleh benda. Apabila gelombang suara mengenai tubuh
manusia (dinding) maka bagian dari gelombang akan dipantulkan dan
bagian lain akan diteruskan/ditransmisi kedalam tubuh.
Mula-mula gelombang bunyidengan amplitudo tertentu
mengenai dinding, gelombang bunyi tersebut dipantulkan (R).
pantulkan tersebut tergantung akan impedansi akustik. Pernyataan itu
ditulis sebagai berikut :
R/Ao = Z1-Z2/Z1+Z2

Keterangan:
Z1,2 = impedansi akustik (V) dari kedua media.
Sifat-sifat umum yang dimiliki oleh gelombang bunyi adalah :
a) Dapat mengalami pemantulan ( refleksi )
b) Dapat mengalami pembiasan ( reflaksi )
c) Dapat dijumlahkan ( interferensi )

9
d) Dapat mengalami lenturan ( difraksi )
Telah dikatakan bahwa gelombang bunyi sebagian akan diteruskan
(T); besarnya T dapat dihitung dengan mempergunakan rumus:
T/Ao = 2 Z1/ Z1 + Z2
Pada hukum geometri diketahui bahwa cahay bisa refleksi
(pantul) dan refraksi (patah). Demikian pula pada gelombang bunyi
dapat dipatah (direfraksi); dan gelombang bunyi yang masuk ke dalam
jaringan akan menyebabkan efek friction (friksi). Penyerapan energy
bunyi ini akan mengakibatkan berkurangnya amplitude gelombang
bunyi. Nilai amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan dinyatakan
dalam rumus :
A = A-αx
Keterangan :
A = amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan yang tebal X cm
Ao = amplitudo bunyi mula-mula
α = koefisien adsorpsi jaringan (cm-1)
x = tebal jaringan (cm)
Hal yang sama pula dapat diketahui berupa nilai intensitas bunyi yang
menetap pada jaringan yaitu:
I = Io 2-αx
Keterangan :
I = intensitas bunyi yang menetap pada jaringan
Io = intensiata bunyi mula-mula
α = koefisien adsorpsi
Dengan mempergunakan rumus tersebut dapat menghitung nilai
adsopsi jaringan terhadap gelombang bunyi.

10
nilai paruh ketebalan
Bahan Α (cm-1)
jaringan (cm)
Otot 0,13 2,7
Lemak 0,05 6,9
Otak 0,11 1,2
Tulang 0,4 6,95
Air 2,5 x 10-4 14 x 103
Tabel Koefisien absorpsi dan nilai paruh ketebalan jaringan (Fisika
Kedokteran, 1996:71)
Nilai paruh ketebalan (Half- value thickness) jaringan adalah
ketebalan jaringan yang diperlukan untuk menurunkan intensitas
mula-mula (Io) menjadi ½ Io.
2.2 Telinga dan Tanggapannya
Telinga manusia,sebagaimana telah kita lihat, merupakan detector bunyi
yang sangat sensitif. Detektor bunyi mekanis, katakanlah mikrofon , tidak
dapat menyamai telinga dalam hal mendeteksi bunyi yang beritensitas rendah.
Fungsi telinga adalah untuk secara efisien merubah energi getaran dari
gelombang menjadi sinyal listrik yang dibawa ke otak melalui syaraf .
Mikrofon melakuan tugas yang sama. Gelombang bunyi yang mengenai
diafragma mikrofon akan menggetarkannya dan getaran ini diubah menjadi
sinyal listrik dengan frekwensi yang sama, yang kemudian dapat dikuatkan
dan dikirim ke pengeras suaraatau tape recorder.
2.2.1 Alat pendengaran
Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau udara
kemudian diubah menjadi sinyal listrik dan diteruskan ke korteks
pendengaran melalui saraf pendengaran. Telinga mempunyai reseptor
khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan. Ada
tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam.Telinga luar berfungsi menangkap getaran
bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke
telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima

11
rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk
diolah.
2.2.2 Struktur Telinga
Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah,
dan telinga dalam.

a) Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan
membran timpani (gendang telinga). Daun telinga manusia
mempunyai bentuk yang khas, mendukung fungsinya sebagai
penangkap dan pengumpul getaran suara. Saluran luar yang
dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut
halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar
lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang
telinga tidak kering. Membran timpani tebalnya 0,1 mm, luas
65 mm2,mengalami vibrasi dan diteruskan ke telinga tengah.
Di telinga luar gelombang bunyi dari luar merambat
sepanjang saluran telinga ke gendang telinga (timpali), yang
bergetar sebagai tanggapan terhadap gelombang yang
menimpanya. Telinga tengah terdiri dari tiga tulang kecil yang
di kenal dengan nama martil, landasan, dan sangurdi, yang

12
fungsinya memindahkan getaran gendang telinga ke telinga
dalam di jendela oval, Sistem pengungkit yang halus ini,
digabungkan dengan daerah yang relatif luas , dari gendang
telinga dibandingkan dengan jendela oval., menghasilkan
tekanan yang dikuatkan dengan faktor 40 kali.
b) Telinga tengah
Telinga bagian tengah terdiri dari 3 buah tulang yaitu
malleulus, incus dan stapes. Suara yang masuk itu, 99,9 %
mengalami refleksi dan hanya 0,1 % saja yang ditransmisi/
diteruskan. Pada frekuensi kurang dari 400 Hz membrane
tympani bersifat “per” sedangkan pada frekuensi 4.000 Hz
membrane tympani akan menegang. Telinga bagian tengah ini
memegang peranan proteksi. Hal ini dimungkinkan oleh karena
adanya tuba eustachii yang mengatur tekanan di dalam telinga
bagian tengah, dimana tuba eustachii mempunyai hubungan
langsung dengan mulut. Pada beberapa penyebab sehingga
terjadi perbedaan tekanan antara telinga bagian tengah dan
bagian luar akan mengakibatkan penurunan sensifitas tekanan
(misalnya pada penderita influenza); pada tekanan 60 mmHg
yang mengenai membrane tympani akan mengakibatkan peraaan
nyeri.
c) Telinga bagian dalam
Telinga bagian ini mengandung struktur spiral yang dikenal
sebagai cochlea, berisikan cairan. Ukuran cochlea sangat kecil
berkisar 3 cm panjang, terdiri dari 3 ruangan yaitu : ruangan
verticular merupakan tempat berakhirnya oval windows; ductus
cochlearis dan ruangan tympani berhubungan dengan atap
spiral. Pada coclea terdapat 8.000 konduktor yang berhubungan
dengan otak melalui syaraf pendengaran.
Gelombang bunyi yang masuk melalui oval window
menghasilkan gelombang bunyi yang berippel (bergerigi)
mencapai membrane basiler pada ductus cochlearis. Di sini

13
gelombang tersebut diubah menjadi gelombang sinyal listrik dan
diteruskan ke otak lewat syaraf pendengaran. Apabila bunyi
yang didengar 10.000 Hz, syaraf yang terdapat pada organ corti
tidak mengirim rangsangan 10.000 Hz ke otak melainkan
mengirim rangsangan secara seri ke otak yang berupa
gelombang bunyi yang sinusoidal. Cara Kerja Telinga
a. Getaran bunyi terkumpul di daun telinga.
b. Getaran bunyi tersebut kemudian masuk ke dalam
lubang telinga.
c. Bila getaranbunyi tersebut mencapai gendang telinga
maka gendang tersebut ikut bergetar dan menggetarkan
tulang- tulang pendengaran demikan pula cairan di
rumah siput ikut bergetar.
d. Gerakan ini mengubah energi mekanik tersebut menjadi
energi elektrik ke saraf pendengaran (auditory nerve,)
dan menuju ke pusat pendengaran di otak.
e. Pusat ini akan menerjemahkan energi tersebut menjadi
suara yang dapat dikenal oleh otak.
2.2.3 Proses Pendengaran Manusia
a. Proses pendengaran manusia Pertama di mulai dari daun telinga
(outer Ear) yang fungsinya menangkap suara-suara di sekitar dan
memasukkan nya ke canal/ lubang telinga.
b. Proses kedua suara yang masuk melalui lubang telinga di terima
oleh gendang telinga yang berakibat bergetarnya tiga tulang
pendengaran yaitu maleus,inkus dan stapes(middle Ear). Dan
menyalurkan ke cohlea / rumah siput.
c. Proses ke tiga di dalam cohlea / Rumah siput terdapat hear sell
yang yang bergetar akibat suara dan getarannya menghasilkan
getaran listrik yang dihasilkan dari energy kinestetik. Sehingga
aliran listrik itu menjadikan sinyal yang menyalurkan ke otak, yang
di aliri oleh syaraf pendengaran, untuk selanjutnya otak yang
bekerja mengartikan semua suara-suara yang masuk tadi.

14
2.2.4 Kepekaan Telinga
Tingkat kepekaan telinga tidak sama sensitifnya untuk semua
frekwensi. Untuk mendengar kenyaringan yang sama dari bunyi yang
berbeda frekwensi, dibutuhkan intensitas yang berbeda.
Berdasarkan hasil studi banyak orang menghasilkan kurva yang
ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Kepekaan Telinga Sebagai Fungsi Frekwensi


Pada grafik ini, setiap kurva mempresentasikan tingkat kenyaringan
(satuannya disebun phon), yang secara numberik sama dengan tingkat
intensitas dalam dB pada 1.000 Hz. Sebagai contoh, kurva yang diberi
label 40 mempresentasikan bunyi yang terdengar memiliki kenyaringan
yang sama dengan 1.000 Hz dengan tingkat intensitas 40 dB. Dari
kurva 40 phon kita lihat bahwa nada 100 Hz harus memiliki intensitas
sekitar 62 dB agar terdengar keras (untuk orang rata-rata) nada 1000 Hz
dengan hanya 40 dB.
Kurva yang paling rendah pada diagram diatas (diberi label 0)
menggambarkan tingkat intensitas, sebagai fungsi frekwensi, untuk
bunyi yang paling lembut yang hampir tidak tersengar oleh telinga yang
sangat baik. Perhatikan bahwa telinga paling sensitif terhadap bunyi

15
dengan frekwensi antara 200 Hz dan 4000 Hz. Perhatikan juga bahwa
sementara bunyi 1000 Hz terdengar pada tingkat 0 dB, bunyi 100 Hz
paling tidak harus 40 dB agar terdengar. Kurva paling atas
Pada gambar yang diberi label 120 “menggambarkan ambang rasa
sakit” bunyi diatas tingkat ininbisa dirasakan dan menyebabkan sakit.
Sebagaimana dapat diliha, variasi terhaap frekwensi tidak banyak.
2.3 Spesialisasi Dalam Pendengaran/ Telinga
Di dalam bidang kedokteran dibagi dalam masing-masing bagian sesuai
dengan keahlian.
1) Otologist : seorang dokter yang ahli dalam bidang telinga dan
pendengaran.
2) Otolaryngologist : seorang dokter yang ahli dalam bidang penyakit
telinga dan operasi Telinga.
3) ENT specialist : dokter ahli THT yaitu seorang dokter yang ahli dalam
hal telinga, hidung dan tenggorokan.
4) Audiologist : Seseorang yang bukan dokter, tetapi ahli dalam mengukur
respon pendengaran, diagnosis kelainan pendengaran melalui test
pendengaran, rehabilitasi yang berkaitan dengan hilangnya pendengar.
2.4 Test Pendengaran dan Hilang Pendengaran
2.4.1 Hilang pendengaran
Ada dua macam hilang pendengaran yaitu hilang pendengaran
karena konduksi (tuli konduksi) dan hilang pendengaran karena syaraf
(tuli syaraf/ persepsi).
1) Tuli konsuksi
Di mana vibrasi suara tidak dapat mencapai telinga bagian
tengah. Tuli semacam ini sifatnya hanya sementara oleh
karena adanya malam/ wax/ serumen atau adanya cairan di
dalam telinga tengah.
2) Tuli persepsi
Bisa terjadi hanya sebagian kecil frekuesi saja atau seluruh
frekuensi yang tidak dapat didengar. Tuli persepsi ini
sampai sekarang belum bisa diobati.

16
2.4.2 Tes pendengaran
Untuk mengetahui tuli konduksi atau tuli syaraf, dapat dilakukan
tes pendengaran dengan menggunakan:
a. Tes suara berbisik/ noise box
Prosedur tes dengan suara berbisisk akan dikuliahkan pada
THT atau Neurologi. Telinga normal dapat mendengar suara
berbisik dengan tone/nada rendah. Misalnya suara konsonan
dan palatal : b, p, t, m, n pada jarak 5-10 meter. Suara
berbisik dengan nada tinggi misalnya suara dengan desis/
sibiland s, z, ch, sg, shel pada jarak 20 meter.
b. Tes garputala
Untuk mengetahui secara pasti apakah penderita tuli
konduksi atau persepsi, dapat mempergunakan garputala,
frekuensi garputala yang dipakai C1 2 8, C1 0 2 4, dan C 2 0 4 8.

Ada tiga macam tes yang mempergunakan garputala yakni:


c. Tes Weber
Garputala di getarkan kemudian diletakkan pada dahi atau
puncak dahi. Pada penderita tuli kunduktif akan terdengar
baik terang atau baik pada telinga yang sakit. Pada penderita
tuli persepsi, getaran garpu tala terdengar terang pada telinga
normal.
d. Tes Rinne
Tes ini membandinkan antara konduksi tulang dan udara.
Garputala digetarkan kemudian diletakkan pada prosesus
mastoid setelah tidak mendengar getaran lagi garputala
dipindahkan di depan liang telinga, tanyakan penderita
apakah masih mendengarnya.
a. Normal : konduksi udara 85-90 detik. Konduksi melalui
tulang 45 detik.
b. Tes rinne positif : pendengaran penderita baik juga pada
penderita tulipersepsi.

17
c. Tes rinne negative : pada penderita tuli konduksi diman
jarak waktu konduksi tulang mungkin sama atau bahkan
lebih panjang.
e. Tes Schwabach
Tes ini membandingkan jangka waktu konduksi tulang
melalui vertex atau prosesus mastoid penderita dengan
konduksi tulang si pemeriksa.
a. Pada tuli konduksi : konduksi tulang penderita lebih
panjang dari pada si pemeriksa
b. Pada tuli persepsi : konduksi tulang sangat pendek.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Gelombang bunyi merupakan vibrasi atau gerakan dari molekul-molekul
zat dan saling beradu satu sama lain dimana zat tersebut terkoordinasi
menghasikan gelombang yang merambat melalui medium padat, cair, dan
udara.
Sumber bunyi yang jumlah getarannya sama untuk tiap satuan waktu
akan menghasilkan nada. Terdapat beberapa sumber bunyi diantaranya
adalah: senar, pipa organa dan garpu tala.
4) Senar ( dawai / tai )
5) Pipa organa ( kolom udara )
6) Garpu tala
Pembagian frekuensi bunyi mempunyai arti dalam hal pengobatan,
diagnosis, nyeri yang ditimbulkan dan sebagainya. Untuk mengetahui lebih
jelas akan diuraikan sebagai berikut.
1) Frekuensi antara 0-16 Hz (Infrasonik)
2) Frekuensi antara 16 Hz-20.000 Hz (Frekuensi Pendengaran)
3) Frekwensi di atas 20.000 Hz (Ultrasonik)
Telinga manusia, sebagaimana telah kita lihat, merupakan detector bunyi
yang sangat sensitif. Detektor bunyi mekanis, katakanlah mikrofon, tidak
dapat menyamai telinga dalam hal mendeteksi bunyi yang beritensitas rendah.
Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam.
3.2 Saran
Makalah ini kami sadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca agar dapat menyusun makalah
dengan lebih baik lagi.

19

Anda mungkin juga menyukai