Anda di halaman 1dari 6

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MIKROALGA NANNOCHLOROPSIS

YANG DIKULTIVASI DALAM MEDIUM LIMBAH CAIR INDUSTRI


TAHU

Disusun Oleh:
Anisa Uswatun Hasanah 1506673315 Teknik Kimia 2015

UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2018
PEMBUATAN BIODIESEL DARI MIKROALGA
NANNOCHLOROPSIS SP. YANG DIKULTIVASI DALAM MEDIUM
LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU
Oleh: Anisa Uswatun Hasanah

Setiap tahunnya, jumlah konsumsi energi di Indonesia mengalami


peningkatan sebesar 7%. seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kegiatan
ekonomi, dan perkembangan industry. Komposisi pemakaian jenis energi di
Indonesia terdiri atas minyak bumi sebesar 51.66%, gas alam 28.57%, batu bara
15.34%, tenaga air 3.11%, dan panas bumi 1.32%. (Humas UGM, 2009). Dari data
tersebut, dapat terlihat bahwa minyak bumi masih mendominasi pemakaian jenis
energi di Indonesia. Akan tetapi, lambat laun cadangan minyak bumi, gas alam, dan
batu bara secara terus menerus akan menyusut karena laju penggunaan yang cukup
tinggi. Ditambah lagi, pemakaian energi fosil tersebut juga dapat mengakibatkan
pencemaran udara yang berdampak global. Dengan kondisi energi Indonesia yang
seperti ini, diperlukan pengembangan energi terbarukan berbasis minyak nabati
yang dapat mengatasi ancaman krisis energi dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti solar yang sangat
potensial. Biodiesel memiliki sifat pembakaran yang sangat mirip dengan solar
tetapi tidak mudah terbakar karena titik nyala biodiesel sebesar 154°C sedangkan
titik nyala solar sebesar 64°C. Tidak seperti solar, biodiesel bersifat biodegradable,
tidak beracun, serta dapat mengurangi emisi gas buang yang meliputi emisi
hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), sulfur oksid (SO), dan partikel-partikel
lainnya (PM) (Rushang. et al, 2007). Kelebihan lain dari biodiesel adalah angka
setana yang cukup tinggi, biodegradabilitas tinggi dan lebih ramah lingkungan
dibanding dengan bahan bakar solar (Smith, P.C. et al, 2010).
Saat ini, penggunaan biodiesel secara luas masih menemui berbagai
kendala, terutama dalam hal biaya dan sumber daya. Biaya yang dibutuhkan untuk
memproduksi biodiesel lebih mahal dibandingkan dengan bahan bakar solar.
Terlebih lagi, produksi minyak nabati dan lemak hewani di seluruh dunia saat ini
belum cukup untuk menggantikan penggunaan bahan bakar fosil cair. Saat ini,
biodiesel dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti kelapa sawit, kelapa, biji-

1
bijian, kacang-kaeangan, jarak kepyar, jarak pagar dan lain-lain. Namun mengingat
minyak kelapa sawit dan rninyak kelapa banyak dimanfaatkan sebagai rninyak
makan (edible oil), rnaka peluang pemanfaatan minyak nabati sebagai surnber
energi alternatif lebih baik rnengarah pada rninyak non makan (non-edible oil)
seperti minyak dari mikroalga
Mikroalga merupakan tanaman berukuran mikro yang biasa ditemukan di
perairan baik di laut maupun air tawar. Mikroalga menjadi lebih menarik sebagai
kandidat bahan baku energi terbarukan karena memiliki efisiensi yang tinggi dalam
fotosintesis, kemampuan produksi biomassa yang lebih tinggi, tidak berkompetisi
dengan bahan pangan, konsumsi air dalam jumlah sedikit, menggunakan biaya
produksi yang relatif renda dan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan
tanaman energi lainnya (Mata, 2010). Disamping itu, mikroalga juga mempunyai
kemampuan untuk menyerap karbondioksida sehingga dapat mengurangi efek
rumah kaca (Widjaja, 2009). Salah satu mikroalga yang memiliki potensi besar
sebagai sumber bahan baku biodiesel adalah Nannochloropsis sp.
Nannochloropsis merupakan jenis alga hijau (Chlorophyta) yang memiliki
sel berwarna kehijauan dan tidak berflagel, selnya berbentuk bola, dan berukuran
sedang dengan diamater 2-8 µm. Nannochloropsis merupakan salah satu jenis dari
mikroalga yang menghasilkan lipid sebagai produk utama. Kandungan minyak dari
Nannochloropsis sp. berkisar antara 31-68 % dari berat keringnya sehingga cocok
digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Di Indonesia, Nannochloropsis banyak
dimanfaatkan sebagai pakan ternak ikan dan udang. Kelebihan jenis mikroalga ini
yaitu cukup mudah dikultur karena hanya membutuhkan waktu yang singkat serta
nilai nutrisinya sangat tinggi.
Untuk membuat biodiesel dari mikroalga, tahap pertama yang harus
dilakukan adalah kultivasi mikroalga tersebut. Salah satu media pertumbuhan
mikroalga yang efektif adalah dengan menggunakan limbah cair tahu. Industry tahu
di Indonesia mencapai 84.000 unit usaha dengan kapasitas produksi sekitar 2,64
juta ton pertahun. Limbah cair yang dihasilkan oleh industry tahu dapat mencapai
20 juta meter kubik (m3) pertahun. Pada saat ini pengolahan limbah cair tahu
dilakukan dengan metode anaerobik maupun aerobik. Akan tetapi kedua metode
tersebut memiliki beberapa kelemahan. Untuk mengatasi kelemahan kedua metode

2
tersebut, limbah cair tahu dapat dimanfaatkan sebagai media kultivasi mikroalga.
Sistem kultivasi mikroalga membutuhkan medium yang memiliki kandungan
cukup nutrisi untuk pertumbuhannya. Limbah cair tahu mengandung protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, asam organik, asam amino, isoflavon, saponin, P, Ca,
Fe dan nutrien lain nutrisi yang masih berguna dan tidak mengandung zat beracun
dan berbahaya, sehingga limbah tahu sangat berguna dalam proses kultivasi untuk
produksi mikroalga.
Dalam proses kultivasi, pertama-tama limbah tahu cair tersebut difiltrasi
untuk mengurangi jumlah total padatan. Kemudian bahan baku yang meliputi air
laut dan limbah tahu cair disterilisasi dengan cara dididihkan menggunakan tungku
pemanas. Selanjutnya limbah tahu cair dan air laut dicampurkan lalu dimasukan
kedalam bak kultivasi. Nutrien NPK, TSP, urea, dan nutrien NaHCO3 sebagai
sumber karbonat ditambahkan dan dilanjutkan dengan pengadukan untuk tujuan
homogenisasi. Untuk pemanenannya, biomassa dipanen dengan mengendapkannya
dengan soda kaustik (NaOH); kemudian disaring dan dicuci dua kali dengan air
suling. Selanjutnya, sedimen biomassa dikeringkan dalam oven pada 80 oC selama
24 jam. Nannochloropsis sp. yang sudah dikeringkan dalam oven, ditempatkan
dalam erlenmeyer dan ditambahkan dengan pelarut etanol 96% dengan
perbandingan 1 : 6 b/v, kemudian diekstraksi dengan alat ultrasonik cleaner yang
dioperasikan pada frekuensi 40 kHz. Ekstrak etanol yang mengandung lipid
kemudian dipisahkan dengan menggunakan rotary evaporator.
Sedangkan untuk sintesis biodiesel dari lipid mikroalga dilakukan dengan
reaksi transesterifikasi menggunakan pelarut metanol (1:12). Hal ini dipercepat
dengan penambahan katalis basa KOH. Waktu reaksi transesterifikasi yakni sekitar
180 menit dengan suhu pemanasan 50-60 oC menggunakan alat ultrasonik cleaner
yang dioperasikan pada frekuensi 40 kHz. Kemudian hasil reaksi dibiarkan selama
3-4 hari hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas merupakan lapisan biodiesel
yang berwarna hijau jingga keruh, sedangkan lapisan bawah merupakan lapisan
gliserol berwarna coklat kekuningan. Setelah diperoleh dua lapisan tersebut, maka
lapisan atas dan bawah dipisahkan. Lapisan atas kemudian disentrifuge untuk
menghilangkan pengotor dan gliserol yang mungkin terikut pada saat pemisahan.
Selanjutnya sisa metanol dalam biodiesel yang tidak bereaksi dihilangkan dengan

3
cara dipanaskan dalam oven pada suhu 70 oC dan selanjutnya akan diperoleh
biodiesel murni yang kemudian dianalisis sifat fisika dan kimia untuk mengetahui
kualitas biodiesel tersebut.
Dalam merealisasikan ide tersebut tentunya terdapat beberapa tantangan
yang akan dihadapi. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana cara
mengembangkan mikroalga agar dapat memenuhi konsumsi energi dunia
menggunakan kolam-kolam maupun bioreaktor tertutup. Pengembangan biofuel ini
membutuhkan dukungan yang mumpuni baik dari kelembagaan, optimalisasi pasar
domestik, dukungan finansial, serta dukungan lembaga riset. Diperlukan tekad yang
kuat dan kerja keras antara pemerintah, peneliti dan seluruh elemen masyarakat
untuk mewujudkan proyek yang sangat besar ini.
Dari penulisan esai ini dapat diketahui bahwa mikroalga Nannochloropsis
Sp memiliki potensi yang besar untuk dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternative ramah lingkungan yang dapat
menggantikan bahan bakar solar. Proses kultivasi Nannochloropsis, dapat
dilakukan dengan memanfaatkan limbah cair industry tahu yang dapat mencemari
lingkungan. Akan tetapi, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk dapat
merealisasikan pembuatan biodiesel dari mikroalga sehingga dapat menjawab
berbagai tantangan yang akan dihadapi.

4
DAFTAR PUSTAKA
Beranda Inovasi. (2013). Pengembangan Bahan Bakar Nabati Biofuel dari Mikroalga sebagai
Pengganti Bahan Bakar Minyak di Indonesia.
https://berandainovasi.com/pengembangan-bahan-bakar-nabati-biofuel-dari-
mikroalga-sebagai-pengganti-bahan-bakar-minyak-di-indonesia/
Chisti, Y. 2007. Biodiesel from microalgae. Biotechnology Advances 25(3):294-306.
Fedorov, A.S., S. Kosourov, M.L. Ghirardi and M. Seibert, 2005. Continuous H2
photoproduction by Chlamydomonas reinhardtii using a novel two- stage,
sulfatelimited chemostat system. Appl. Biochem. Biotechnol., 124: 403-12
Fajardo, A.R, L. Esteban Cerban, A. Robles Medina, F.G. Acien Fernandez, P.A.G. Moreno,
and E. Molona Grima. 2007. Lipid extraction from the microalga Phaeodactylum
tricornutum. Eur.J.Lipid Sci.Technol.109 : 120 - 126
Juniantari, N. K. E., dkk. (2012). Pengaruh Jenis Media Terhadap Pertumbuhan
Nannochloropsis sp. Fakultas Pertanian Universitas Udayana: Bali.
Kawaroe, M., T. Partono, A. Sunudin, D.S. Wulan, dan D. Augustine. 2010. Mikroalga :
Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio Bahan Bakar. IPB Press. Bogor.
Setyadji, M., dkk. (2007). Pengaruh Penambahan Biodiesel dari Minyak Jelantah Pada Solar
Terhadap Opasitas dan Emisi Gas Buang CO, CO2, dan HC. Pusat Teknologi
Akselerator dan Proses Bahan – BATAN
D. A. Feinberg, Fuel options from microalgae with representative chemical compositions, in,
Solar Energy Research Inst., Golden, CO (USA), 1984.
Yusuf Chisti, Biodiesel from microalgae, Biotechnology Advances, 25, 3, (2007) 294-306
http://dx.doi.org/10.1016/j.biotechadv.2007.02.001
Ulf Schuchardt, Ricardo Sercheli, Rogério Matheus Vargas, Transesterification of vegetable
oils: a review, Journal of the Brazilian Chemical Society, 9, 3, (1998) 199-210
] John A Kinast, Production of biodiesels from multiple feedstocks and properties of biodiesels
and biodiesel/diesel blends, National Renewable Energy Laboratory USA, 2003.
Anjana Srivastava, Ram Prasad, Triglycerides -based diesel fuels, Renewable and Sustainable
Energy Reviews, 4, 2, (2000) 111 -133 http://dx.doi.org/10.1016/S1364 -
0321(99)00013 - 1

Anda mungkin juga menyukai