PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami
konsep dasar dan proses Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Osteomylitis
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan definisi dari osteomylitis
b. Mampu menjelaskana anatomi fisiologi dari osteomylitis
c. Mampu menjelaskan etiologi dari osteomylitis
d. Mampu menjelaskan tanda dan gejala dari osteomylitis
e. Mampu menjelaskan manifestasi dari osteomylitis
f. Mampu menjelaskan patofisiologi dari osteomylitis
g. Mampu menjelasakan klasifikasi dari osteomylitis
h. Mampu menjelaskan faktor resiko dari osteomylitis
i. Mampu menjelaskan komplikasi dari osteomylitis
j. Mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik dari osteomylitis
k. Mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dari osteomylitis
l. Mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
osteomylitis
2
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun cara penulisan pada makalah ini terdapat BAB I yaitu
Pendahuluan, BAB II yaitu Tinjauan Teori, BAB III yaitu Asuhan Keperawatan,
BAB IV yaitu Penutup, terdapat juga Daftar Pustaka.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Penyebab paling sering adalah Staphylococcus Aerus (70% - 80%).
Organisme penyebab yang lain adalah Salmonela Streptococcus dan
Pneumococcus (Overdoff, 2002:571).
Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan dengan
keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat menyebabkan atau
memperparah proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang
berdarah merupakan akibat dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang
tengkorak. Faktur compound, prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat melukai
tulang pokok sering menyebabkan traumatik osteomyelitis. Osteomyelitis sering
ditemukan pada orang yang lebih tua karena faktor penyebabnya berhubungan
dengan penuaan (Reves, 2001:273)
4
2.3 Tanda & Gejala
Gejala umum akut seperti demam, toksemia, dehidrasi, pada tempat tulang
yang terkena panas dan nyeri, berdenyut karena nanah yang tertekan kemudian
terdapat tanda-tanda abses dengan pembengkakan. (Overdoff, 2002:572)
2.5 Patofisiologi
Staphylococcus Aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis
meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan
insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan
dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan
lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan.
5
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis
tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi
kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi
dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk
dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah
mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh,
seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang
baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi
proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik
6
PATHWAY
7
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi osteomielitis menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Osteomielitis primer yang disebabkan oleh implantasi mikroorganisme
secara langsung ke dalam tulang dan biasanya terbatas pada tempat
tersebut. Fraktur terbuka (compound fracture), dan operasi bedah pada
tulang merupakan penyebab tersering.
2. Osteomielitis sekunder (hematogen) biasanya disebabkan oleh penyebaran
melalui aliran darah. Kadang-kadang, osteomielitis sekunder dapat
disebabkan oleh perluasan infeksi secara langsung dari jaringan lunak di
dekatnya ke fokus lain. Osteomielitis sekunder dapat dibagi menjadi 2
(dua), yaitu : Osteomielitis akut dan kronik.
a. Osteomielitis akut disebabkan oleh infeksi bakteri yang meluas
(bakteremia) dan semua kuman patogen (Staphylococcus,
Streptococcus, Pneumococcus, Gonococcus, Basil Coil dan Basil
Influenza < 4 minggu).
b. Osteomielitis kronik merupakan osteomielitis akut yang lama terjadi
dan tidak sembuh-sembuh, bisa terjadi karena adanya infeksi
sampingan dari penyakit yang diderita oleh pasien, seperti
tubercolosis atau kadang-kadang sifilis (> 4 minggu).
8
Faktor resiko eksternal yaitu radiasi, mobilisasi fisik, faktor mekanik ( alat
yang dapat menyebabkan luka, penekanan, restrain), hipotermi atau hipertermi,
kelembapan udara, substansi kimia, eksresi atau sekresi, kelembapan kulit.
Sedangkan faktor resiko internalnya yaitu medikasi, penonjolan tulang, faktor
imunologis, faktor perkembangan, perubahan sensasi, perubahan sirkulasi,
perubahan turgor kulit, perubahan status nutrisi, psikogenetik (Nanda, 2006).
2.8 Komplikasi
Komplikasi dari osteomielitis antara lain
1. Kematian tulang (osteonekrosis)
Infeksi pada tulang dapat menghambat sirkulasi darah dalam tulang,
menyebabkan kematian pada tulang jika tidak nekrosis pada area yang
luas, kemungkinan harus diamputasi untuk mencegah terjadinya
penyebaran infeksi.
2. Arthritis septic
Dalam beberapa kasus, infeksi dalam tulang bisa menyebar ke dalam
sendi di dekatnya.
3. Gangguan pertumbuhan
Pada anak-anak lokasi paling sering terjadi osteomielitis adalah pada
daerah yang lembut, yang disebut lempengan epifisis, di kedua ujung
tulang yang terinfeksi.
4. Kanker kulit
Jika osteomielitis menyebabkan timbulnya luka terbuka yang
menyebabkan keluarnya nanah, maka kulit disekitarnya beresiko tinggi
terkeba karsinoma sel skuamosa.
9
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas untuk menentukan antibiotik yang
sesuai
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella.
4. Pemeriksaan biopsy tulang.
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan
digunakan untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound.
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada
sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan
kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraks
itulang yang bersifatdifusdankerusakantulangdanpembentukantulang
yang baru.
7. Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
b. MRI : jika terdapat focus gelappada T1 dan fokus yang terang pada
T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.
10
Gambar 2.2. Osteomielitis kronis tulang tibia. (A). Tampak pada x ray sdh
terbentuk involucrum. (B). Bagian tulang sudah avaskuler. (C). Bagian
tulang sangat mudah di angkat (Spiegel & Penny, 2005)
2. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Smeltzer (2002) penatalaksanaan keperawatan pada
osteomielitis adalah sebagai berikut :
a. Daerah yang terkena harus dimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.
11
b. Dapat dilakukan rendaman salin selama beberapa kali selama 20
menit perhari untuk meningkatkan aliran darah.
c. Kompres : hangat, atau selang seling hangat dan dingin.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama,
suku, bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan
alamat
b. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka, atau infeksi
lainnya (bakteri pneumonia, sinusitis, kulit atau infeksi gigi
dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai
riwayat pembedahan tulang
2. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan, adanya nyeri dan
demam
3. Riwayat Kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan
4. Riwayat psikososial
Ditemukan depresi, marah ataupun stress
c. Data dasar pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Tanda: keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang
terkena
2. Sirkulasi
Tanda:
Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon
terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi.
Takhikardi (respon stress, hipovolemia)
13
Penurunan/tak ada pada nadi bagian distal yang cedera,
pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang
terkena.
Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi
cedera
3. Neorosensori
Gejala:
Hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot
Kebas/kesemutan (parastesis).
Tanda:
Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan,
rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spesme otot, terlihat
kelemahan/hilang fungsi
Agitasi (memungkinkan berhubungan dengan
nyeri/ansietas atau trauma lain)
4. Nyeri / kenyamanan
Gejala:
Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera (mungkin
terlokasi pada area jaringan/kerusakan tulang, dapat
berkurang dengan imobilisasi
Spesme/kram otot (setelah imobilisasi)
5. Keamanan
Tanda:
Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan
warna
Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap
atau tiba-tiba)
14
d. Pemeriksaan fisik
1. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema,
demam, dan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
2. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi
kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah
ortopedi sebelumnya.
3. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik
infeksi. (pada osteomielitis akut)
4. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan
adanya cairan purulen
5. Identifikasi peningkatan suhu tubuh
6. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa
lembek bila di palpasi
15
16
Intervensi Rasional
Mandiri:
Kaji nyeri dengan skala 0-4 Nyeri merupakan respons subjektif yang
dapat dikaji dengan menggunakan skala
nyeri.
17
Tingkatkan pengetahuan Pengetahuan tersebut membantu
tenang penyebab nyeri dan mengurangi nyeri dan dapat
hubungan dengan berapa lama membantu meningkatkan
nyeri akan berlangsung. kepatuhan klien terhadap rencana
terapeutik.
Kolaborasi
9) Pemberian Analgetik Obat analgetik dapat mengurangi nyeri
Mandiri :
18
Tinggikan ekstremitas yang Dapat meringankan masalah
sakit, instruksikan klien / gangguan mobilitas fisik yang
bantu dalam latihan rentang dialami klien
gerak pada ekstremitas yang
sakit dan tak sakit
Kolaborasi
Fisioterapi / aoakulasi terapi Mengurangi gangguan
mobilitas fisik
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri:
19
dengan sabun dan air, berikan salep
antibiotic disekitar sisi kateter.
Kolaborasi:
20
3.4 Evaluasi
1. Klien terbebas dari infeksi
2. Klien terbebas dari komplikasi penyakit
3. Klien dan keluarga belajar melakukan koping yang efektif terhadap
pengobatan di rumah
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembukan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya
asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan
jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati).
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui
darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang
terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas).
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat
diman terdapat trauma diman terdapat resistensi rendah kemungkinan
akibat trauma subklinik (tidak jelas).
Jika infeksi dibawa oleh darah, akan mengalami manifestasi klinis
septikemia (misalnya menggil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan
malasie umum). Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka
penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada
mengontrol erosi tulang.
4.2 Saran
Diharapkan mampu menabah wawasan dan pengetahuan bagi
semua mahasiswa tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan pada
pasien osteomielitis.
22