Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang.
Infeksi yang mengenai tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi yang
terjadi pada jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan, dan pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati atau involukrum. (Brunner & Suddart, 2000)
Osteomelitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi
piogenik atau non piogenik seperti Mikobacterium tuberkulosa atau
Staphylococcusaureus. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada
tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum dan
jaringan lunak disekitar tulang. Kunci keberhasilan penatalaksanaan
osteomyelitis adalah diagnosis dini dan operasi y a n g t e p a t s e r t a
pemilihan jenis antibiotik ya n g tepat. Secara umum,
d i b u t u h k a n pendekatan multidisipliner yang melibatkan ahli orthopaedi,
spesialis penyakit infeksi dan ahli bedah plastik pada kasus berat dengan
hilangnya jaringan lunak.
Diagnosis dan pengobatan dini osteomyelitis sangat penting karena kasus
yang belum terdiagnosis dapat menyebabkan osteomyelitis akut menjadi
osteomyelitis kronis,tetapi hal ini tidaklah sederhana untuk mendiagnosa
osteomyelitis. Meskipun ada banyak cara untuk mendapatkan diagnosis
tersebut, mulai dari foto polos, CT scan,sampai MRI (Magnetic Resonance
Imaging) dan tentu saja biopsi untuk mengetahui jenis bakteri. Prevalensi
osteomyelitis kronis adalah 5-25% setelah Episodeosteomyelitis akut di
Amerika Serikat, insiden osteomyelitis kronis di negara berkembang lebih
tinggi daripada di negara-negara lain, meskipun insiden yang tepat tidak
diketahui.

1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami
konsep dasar dan proses Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Osteomylitis
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan definisi dari osteomylitis
b. Mampu menjelaskana anatomi fisiologi dari osteomylitis
c. Mampu menjelaskan etiologi dari osteomylitis
d. Mampu menjelaskan tanda dan gejala dari osteomylitis
e. Mampu menjelaskan manifestasi dari osteomylitis
f. Mampu menjelaskan patofisiologi dari osteomylitis
g. Mampu menjelasakan klasifikasi dari osteomylitis
h. Mampu menjelaskan faktor resiko dari osteomylitis
i. Mampu menjelaskan komplikasi dari osteomylitis
j. Mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik dari osteomylitis
k. Mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dari osteomylitis
l. Mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
osteomylitis

1.3 Manfaat Penulisan


1. Bagi Penulis:
Penulisan ini bermanfaat sebagai pemenuhan tugas untuk mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II yang diampu oleh Uun Nurulhuda,
M.Kep,Sp.KMB menambah pengetahuan dan wawasan penulis
mengenai konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
osteomylitis.
2. Bagi pembaca:
Dengan penulisan makalah ini akan bermanfaat kepada pembacanya
dalam menambah ilmu serta wawasan mengenai konsep dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan oateomylitis.

2
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun cara penulisan pada makalah ini terdapat BAB I yaitu
Pendahuluan, BAB II yaitu Tinjauan Teori, BAB III yaitu Asuhan Keperawatan,
BAB IV yaitu Penutup, terdapat juga Daftar Pustaka.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Osteomylitis


Osteomylitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang.
Infeksi yang mengenai tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi yang
terjadi pada jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan, dan pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati atau involukrum (Brunner & Suddart, 2000).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang. Berasal dari kata osteo (tulang)
dan myelo (sum-sum tulang) dan dikombinasi dengan itis (inflamasi)
untuk menggambarkan kondisi klinis dimana tulang terinfeksi oleh
mikroorganisme (Lazzarini dkk, 2004).
Gambaran patologi dari osteomielitis kronis adalah adanya tulang mati,
pembentukan tulang baru, dan eksudat dari leukosit polymorphonuclear bersama
dengan jumlah besar dari limfosit, histiosit, dan juga sel plasma (Lazzarini dkk,
2004).

2.2 Etiologi
Penyebab paling sering adalah Staphylococcus Aerus (70% - 80%).
Organisme penyebab yang lain adalah Salmonela Streptococcus dan
Pneumococcus (Overdoff, 2002:571).
Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan dengan
keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat menyebabkan atau
memperparah proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang
berdarah merupakan akibat dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang
tengkorak. Faktur compound, prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat melukai
tulang pokok sering menyebabkan traumatik osteomyelitis. Osteomyelitis sering
ditemukan pada orang yang lebih tua karena faktor penyebabnya berhubungan
dengan penuaan (Reves, 2001:273)

4
2.3 Tanda & Gejala
Gejala umum akut seperti demam, toksemia, dehidrasi, pada tempat tulang
yang terkena panas dan nyeri, berdenyut karena nanah yang tertekan kemudian
terdapat tanda-tanda abses dengan pembengkakan. (Overdoff, 2002:572)

2.4 Manifestasi Klinis


Pasien dapat menderita nyeri pada daerah yang terkena, eritema,
bengkak dan terdapat sinus. Demam biasanya tidak ditemukan pada
osteomielitis kronis (Patzakis dkk, 2005, Salomon dkk, 2010). Oleh karena
infeksi biasanya tenang, diperlukan kecurigaan yang tinggi dalam diagnosis,
terutama pada pasien dengan atrophic nonunion setelah patah tulang terbuka atau
fiksasi internal dari patah tulang tertutup. Pada sekitar 0.2% hingga 1.6% pasien,
sinus yang kronik dapat berakhir pada metaplasia pada epitel traktus sinus,
tranformasi ganas dan pembentukan squamous cell carcinoma (Marjolin’s
ulcer) (Patzakis dkk, 2005).
Osteomielitis multifokal kronis merupakan kondisi yang jarang dengan
penyebab yang belum diketahui. Gambaran klinis berupa lemas yang memberat,
nyeri lokal dan nyeri tekan pada tempat infeksi. Lesi tulang dapat muncul
berurutan dengan lokasi predominan pada metafise tulang panjang, dapat juga
melibatkan bagian medial clavicula, korpus vertebra atau sendi sacroiliakus.
Lesi tulang sering berulang dan dapat simetris.

2.5 Patofisiologi
Staphylococcus Aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis
meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan
insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan
dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan
lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan.

5
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis
tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi
kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi
dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk
dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah
mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh,
seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang
baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi
proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik

6
PATHWAY

7
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi osteomielitis menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Osteomielitis primer yang disebabkan oleh implantasi mikroorganisme
secara langsung ke dalam tulang dan biasanya terbatas pada tempat
tersebut. Fraktur terbuka (compound fracture), dan operasi bedah pada
tulang merupakan penyebab tersering.
2. Osteomielitis sekunder (hematogen) biasanya disebabkan oleh penyebaran
melalui aliran darah. Kadang-kadang, osteomielitis sekunder dapat
disebabkan oleh perluasan infeksi secara langsung dari jaringan lunak di
dekatnya ke fokus lain. Osteomielitis sekunder dapat dibagi menjadi 2
(dua), yaitu : Osteomielitis akut dan kronik.
a. Osteomielitis akut disebabkan oleh infeksi bakteri yang meluas
(bakteremia) dan semua kuman patogen (Staphylococcus,
Streptococcus, Pneumococcus, Gonococcus, Basil Coil dan Basil
Influenza < 4 minggu).
b. Osteomielitis kronik merupakan osteomielitis akut yang lama terjadi
dan tidak sembuh-sembuh, bisa terjadi karena adanya infeksi
sampingan dari penyakit yang diderita oleh pasien, seperti
tubercolosis atau kadang-kadang sifilis (> 4 minggu).

2.7 Faktor Resiko


Faktor Resiko Osteomielitis: Pemakaian prosthetic adalah salah satu
faktor resiko, begitu juga dengan pembedahan ortopedi dan fraktur terbuka.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang
nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien
yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat
terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum
operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang
menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau
memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi (Iwan, 2012).

8
Faktor resiko eksternal yaitu radiasi, mobilisasi fisik, faktor mekanik ( alat
yang dapat menyebabkan luka, penekanan, restrain), hipotermi atau hipertermi,
kelembapan udara, substansi kimia, eksresi atau sekresi, kelembapan kulit.
Sedangkan faktor resiko internalnya yaitu medikasi, penonjolan tulang, faktor
imunologis, faktor perkembangan, perubahan sensasi, perubahan sirkulasi,
perubahan turgor kulit, perubahan status nutrisi, psikogenetik (Nanda, 2006).

2.8 Komplikasi
Komplikasi dari osteomielitis antara lain
1. Kematian tulang (osteonekrosis)
Infeksi pada tulang dapat menghambat sirkulasi darah dalam tulang,
menyebabkan kematian pada tulang jika tidak nekrosis pada area yang
luas, kemungkinan harus diamputasi untuk mencegah terjadinya
penyebaran infeksi.
2. Arthritis septic
Dalam beberapa kasus, infeksi dalam tulang bisa menyebar ke dalam
sendi di dekatnya.
3. Gangguan pertumbuhan
Pada anak-anak lokasi paling sering terjadi osteomielitis adalah pada
daerah yang lembut, yang disebut lempengan epifisis, di kedua ujung
tulang yang terinfeksi.
4. Kanker kulit
Jika osteomielitis menyebabkan timbulnya luka terbuka yang
menyebabkan keluarnya nanah, maka kulit disekitarnya beresiko tinggi
terkeba karsinoma sel skuamosa.

2.9 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000/mm3 disertai peningkatan
laju endap darah. Nilai normal sel darah putih pada dewasa 4.000-
10.000/mm3 dan nilai normal LED <15 mm/jam.

9
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas untuk menentukan antibiotik yang
sesuai
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella.
4. Pemeriksaan biopsy tulang.
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan
digunakan untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound.
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada
sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan
kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraks
itulang yang bersifatdifusdankerusakantulangdanpembentukantulang
yang baru.
7. Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
b. MRI : jika terdapat focus gelappada T1 dan fokus yang terang pada
T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

10
Gambar 2.2. Osteomielitis kronis tulang tibia. (A). Tampak pada x ray sdh
terbentuk involucrum. (B). Bagian tulang sudah avaskuler. (C). Bagian
tulang sangat mudah di angkat (Spiegel & Penny, 2005)

2.10 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan pada klien dengan osteomielitis terdiri dari
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan.
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis osteomielitis adalah sebagai berikut :
a. Pemberian antibiotik yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
penyebaran infeksi pada tulang yang sehat dan mengontrol
ekserbasi akut.
b. Tindakan operatif dilakukan bila fase ekserbasi akut telah reda
setelah pemberian antibiotik yang adekuat. Operasi yang
dilakukan bertujuan untuk : mengeluarkan seluruh jaringan
nekrotik, baik jaringan lunak maupun jaringan tulang
(sekuestrum) sampai ke jaringan sehat lainnya, yang selanjutnya
dilakukan drainase dan irigasi secara kontinue selama beberapa
hari, (adakalanya diperlukan penanaman rantai antibiotik di
dalam bagian tulang yang terinfeksi) dan sebagai dekompresi
pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai sasaran serta
mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut.
c. Pemberian cairan parenteral / intravena dan kalau perlu tranfusi
darah.
d. Pengaturan diet dan aktivitas.

2. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Smeltzer (2002) penatalaksanaan keperawatan pada
osteomielitis adalah sebagai berikut :
a. Daerah yang terkena harus dimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.

11
b. Dapat dilakukan rendaman salin selama beberapa kali selama 20
menit perhari untuk meningkatkan aliran darah.
c. Kompres : hangat, atau selang seling hangat dan dingin.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama,
suku, bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan
alamat
b. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka, atau infeksi
lainnya (bakteri pneumonia, sinusitis, kulit atau infeksi gigi
dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai
riwayat pembedahan tulang
2. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan, adanya nyeri dan
demam
3. Riwayat Kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan
4. Riwayat psikososial
Ditemukan depresi, marah ataupun stress
c. Data dasar pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Tanda: keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang
terkena
2. Sirkulasi
Tanda:
 Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon
terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi.
 Takhikardi (respon stress, hipovolemia)

13
 Penurunan/tak ada pada nadi bagian distal yang cedera,
pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang
terkena.
 Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi
cedera
3. Neorosensori
Gejala:
 Hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot
 Kebas/kesemutan (parastesis).
Tanda:
 Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan,
rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spesme otot, terlihat
kelemahan/hilang fungsi
 Agitasi (memungkinkan berhubungan dengan
nyeri/ansietas atau trauma lain)
4. Nyeri / kenyamanan
Gejala:
 Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera (mungkin
terlokasi pada area jaringan/kerusakan tulang, dapat
berkurang dengan imobilisasi
 Spesme/kram otot (setelah imobilisasi)
5. Keamanan
Tanda:
 Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan
warna
 Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap
atau tiba-tiba)

14
d. Pemeriksaan fisik
1. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema,
demam, dan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
2. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi
kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah
ortopedi sebelumnya.
3. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik
infeksi. (pada osteomielitis akut)
4. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan
adanya cairan purulen
5. Identifikasi peningkatan suhu tubuh
6. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa
lembek bila di palpasi

3.2 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan yang dapat
ditemukan pada klien osteomelitis adalah sebagai berikut:
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
b. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat
imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.
c. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan
pembentukan abses tulang

3.3 Intervensi Keperawatan


a. Nyeri yang berhubungan dengan proses supurasi di
tulang dan pembekan sendi
Tujuan: nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.
Kriteria hasil : klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat
di atasi, mengidentifikasi aktivitas yang
meningkatkan atau mengurangi nyeri. Klien
tidak gelisah. Skala nyeri 0-1 atau teratasi.

15
16
Intervensi Rasional

Mandiri:
 Kaji nyeri dengan skala 0-4  Nyeri merupakan respons subjektif yang
dapat dikaji dengan menggunakan skala
nyeri.

 Atur posisi imobilisasi pada  Imobilisasi yang adekuat dapat


daerah nyeri sendi atau nyeri di mengurangi nyeri pada daerah
tulang yang mengalami infeksi nyeri sendi atau nyeri di tulang
yang mengalami infeksi.

 Jelaskan dan bantu klien  Pendekatan dengan


terkait dengan tindakan pereda menggunakan relaksasi dan
nyeri non farmakologi dan non tindakan nonfarmakologi lain
invasive menunjukan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.

 Ajarkan relaksasi: teknik  Teknik ini melancarkan


mengurangi ketegangan otot peredaran darah sehingga
rangka yang dapat mengurangi kebutuhan O2 pada jaringan
intensitas nyeri dan dapat terpenuhi dan nyeri
meningkatkan relaksasi berkurang.
masase.

 Beri kesempatan waktu  Istirahat merelaksasi semua


istirahat bila terasa nyeri dan jaringan sehingga meningkatkan
beri terasa nyeri dan berikan kenyamanan.
posisi yang nyaman

17
 Tingkatkan pengetahuan  Pengetahuan tersebut membantu
tenang penyebab nyeri dan mengurangi nyeri dan dapat
hubungan dengan berapa lama membantu meningkatkan
nyeri akan berlangsung. kepatuhan klien terhadap rencana
terapeutik.

Kolaborasi
9) Pemberian Analgetik  Obat analgetik dapat mengurangi nyeri

b. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan


keterbatasan menahan beban berat badan.
Tujuan / Hasil Pasien :Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
1.) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
2.) Mempertahankan posisi fungsional
3.) Meningkatkan / fungsi yang sakit
4.) Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas
.
Intervensi Rasionalisasi

Mandiri :

 Pertahankan tirah baring  Agar gangguan mobilitas fisik


dalam posisi yang di dapat berkurang
programkan

18
 Tinggikan ekstremitas yang  Dapat meringankan masalah
sakit, instruksikan klien / gangguan mobilitas fisik yang
bantu dalam latihan rentang dialami klien
gerak pada ekstremitas yang
sakit dan tak sakit

 Beri penyanggah pada  Dapat meringankan masalah


ekstremitas yang sakit pada gangguan mobilitas yang
saat bergerak dialami klien

 Berikan dorongan pada  Mengurangi terjadinya


klien untuk melakukan AKS penyimpangan –
dalam lingkup keterbatasan penyimpangan yang dapat
dan beri terjadi

Kolaborasi
 Fisioterapi / aoakulasi terapi  Mengurangi gangguan
mobilitas fisik

c. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses


tulang
Tujuan: Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang dialami
Kriteria Hasil: Mencapai waktu penyembuhan

Intervensi Rasionalisasi

Mandiri:

1. Pertahankan system kateter steril; 1. Mencegah pemasukan bakteri dari


berikan perawatan kateter regular infeksi/ sepsis lanjut.

19
dengan sabun dan air, berikan salep
antibiotic disekitar sisi kateter.

2. Ambulasi dengan kantung drainase 2. Menghindari refleks balik urine,


dependen. yang dapat memasukkan bakteri
kedalam kandung kemih.

3. Awasi tanda vital, perhatikan demam 3. Pasien yang mengalami sistoskopi/


ringan, menggigil, nadi dan TUR prostate beresiko untuk syok
pernapasan cepat, gelisah, peka, bedah/ septic sehubungan dengan
disorientasi. manipulasi/ instrumentasi

4. Observasi drainase dari luka, sekitar 4. Adanya drain, insisi suprapubik


kateter suprapubik. meningkatkan resiko untuk infeksi,
yang diindikasikan dengan eritema,
drainase purulen.

5. Ganti balutan dengan sering (insisi 5. Balutan basah menyebabkan kulit


supra/ retropublik dan perineal), iritasi dan memberikan media untuk
pembersihan dan pengeringan kulit pertumbuhan bakteri, peningkatan
sepanjang waktu resiko infeksi luka.

6. Gunakan pelindung kulit tipe ostomi 6. Memberikan perlindungan untuk


kulit sekitar, mencegah ekskoriasi
dan menurunkan resiko infeksi.

Kolaborasi:

1. Berikan antibiotic sesuai indikasi 1. Mungkin diberikan secara


profilaktik sehubungan dengan
peningkatan resiko infeksi pada
prostatektom

20
3.4 Evaluasi
1. Klien terbebas dari infeksi
2. Klien terbebas dari komplikasi penyakit
3. Klien dan keluarga belajar melakukan koping yang efektif terhadap
pengobatan di rumah

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembukan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya
asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan
jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati).
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui
darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang
terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas).
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat
diman terdapat trauma diman terdapat resistensi rendah kemungkinan
akibat trauma subklinik (tidak jelas).
Jika infeksi dibawa oleh darah, akan mengalami manifestasi klinis
septikemia (misalnya menggil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan
malasie umum). Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka
penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada
mengontrol erosi tulang.

4.2 Saran
Diharapkan mampu menabah wawasan dan pengetahuan bagi
semua mahasiswa tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan pada
pasien osteomielitis.

22

Anda mungkin juga menyukai