Anda di halaman 1dari 5

C.

DFisiologi cekaman tanaman

Cekaman (stress) pada tumbuhan didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak
menguntungkan yang berpengaruh buruk terhadap tanaman (Fallah, 2006).
Campbell (2003) menambahkan bahwa cekaman dapat diartikan sebagai kondisi
lingkungan yang dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan, reproduksi,
dan kelangsungan hidup tumbuhan.

Menurut Hidayat (2002), pada umumnya cekaman lingkungan pada tumbuhan


dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
(1) Cekaman biotik, terdiri dari:
(a) Kompetisi intra spesies dan antar spesies,
(b) Infeksi oleh herbivora, hama dan penyakit, dan
(2) Cekaman abiotik berupa: (a) Suhu, (b) Air (kelebihan dan kekurangan), (c)
Cahaya, (d) Unsur Hara, dan (e) Salinitas.

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Cekaman Pada Tanaman


1. Cekaman Biotik
a. Intra Spesies dan Antar Spesies
Cekaman intra dan antar spesies merupakan cekaman yang diartikan
sebagai suatu kompetisi antara sesama spesies atau berbeda spesies. Contoh yang
terjadi pada antar spesies, yaitu pada tanaman jagung yang ditanam pada satu
bedeng. Jagung yang ditanam pada satu bedeng ini akan mengalami suatu
kompetisi dalam memperoleh unsur abiotik (suhu, air, zat hara, dll). Sedangkan
untuk cekaman intra spesies dapat diambil contoh kompetisi yang terjadi antara
tanaman bayam dengan kangkung yang diletakkan pada satu bedeng.

b. Infeksi oleh Herbivora, Hama, dan Penyakit


Komponen biotik yang dapat menjadi cekaman bagi kehidupan makhluk hidup
dapat berupa herbivora, parasit/patogen, dan predator. Herbivora adalah suatu
cekaman yang dihadapi tumbuhan dalam setiap ekosistem. Tumbuhan
menghadapi herbivora yang begitu banyak baik dengan pertahanan fisik,
seperti duri, maupun pertahanan kimia, seperti produksi senyawa yang tidak
enak atau bersifat toksik
Cekaman fisiologis juga dapat disebabkan oleh penyakit yang menyerang
tanaman, salah satu contohnya adalah penyakit cacar daun teh yang disebabkan
oleh jamur Exobasidium vexans, yang dapat menurunkan produksi pucuk basah
sampai 50 persen karena menyerang daun atau ranting yang masih muda.

2. Cekaman Abiotik
a. Respon Terhadap Cekaman Suhu
Cekaman suhu terhadap makhluk hidup bersifat spesifik. Menurut
Salisbury (1995), tidak ada batas suhu terendah bagi kelangsungan hidup spora,
biji dan bahkan lumut kerak dan lumut daun tertentu pada kondisi kering. Batas
suhu terendah untuk bertahan hidup pada keadaan yang lebih normal sangat
tergantung pada spesies dan sejauh mana jaringan telah diadaptasikan

b. Respon Terhadap Cekaman Air


Faktor air dalam fisiologi tanaman merupakan faktor utama yang sangat
penting. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari
kehidupan, bahkan makhluk lain akan punah tanpa air. Kramer menjelaskan
tentang betapa pentingnya air bagi tumbuh-tumbuhan; yakni air merupakan
bagian dari protoplasma (85-90%) dari berat keseluruhan bahagian hijau tumbuh-
tumbuhan (jaringan yang sedang tumbuh) adalah air.

c. Respon Terhadap Cekaman Cahaya


Cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam proses metabolisme
dan fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses
perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap cahaya
berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan (
mampu tumbuh ) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering disebut tanaman
toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas
atau tanaman intoleran.
Kedua kondisi cahaya tersebut memberikan respon yang berbeda-beda
terhadap tanaman, baik secara anatomis maupun secara morfologis. Tanaman
yang tahan dalam kondisi cahaya terbatas secara umum mempunyai ciri
morfologis yaitu daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman yang intoleran
akan mempunyai ciri morfologis daun kecil dan tebal. Kedua kondisi tersebut
akan dapat menjadi faktor penghambat pertumbuhan tanaman apabila pemilihan
jenis tidak sesuai dengan kondisi lahan

d. Respon Terhadap Cekaman Zat Hara dalam Tanah


Ekosistem mencakup hubungan antara tanah, tumbuhan, hara dan air
yang merupakan bagian yang paling dinamis. Tanaman menyerap hara dan air
dari dalam tanah untuk dipengaruhi dalam proses-proses metabolisme dalam
tubuhnya Kurangnya ketersediaan unsur hara esensial dari jumlah yang
dibutuhkan oleh tanaman, maka tanaman akan terganggu metabolismenya yang
secara visual dapat dilihat dari penyimpangan-penyimpangan pada
pertumbuhannya. Gejala kekurangan unsur hara ini dapat berupa pertumbuhan
akar, batang atau daun yang terhambat (kerdil) dan khlorosis atau nekrosis pada
berbagai organ tumbuhan. Gejala yang ditampakkan tanaman karena kurang
suatu unsur hara dapat menjadi petunjuk kasar dari fungsi unsur hara yang
bersangkutan. Suatu tumbuhan dikatakan kekurangan (defisiensi) unsur hara
tertentu apabila pertumbuhan terhambat yakni hanya mencapai 80% dari
pertumbuhan maksimum walaupun semua unsur hara esensial lainnya tersedia
berkecukupan.

e. Respon Terhadap Cekaman Salinitas


Cekaman garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau konsentrasi
garam-garam terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stres garam ini umumnya
terjadi dalam tanaman pada tanah salin. Stres garam meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi garam hingga tingkat konsentrasi tertentu yang dapat
mengakibatkan kematian tanaman. Garam-garam yang menimbulkan stres
tanaman antara lain ialah NaCl, NaSO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2 yang terlarut
dalam air (Sipayung, 2006). Stres akibat kelebihan Na+ dapat mempengaruhi
beberapa proses fisiologi dari mulai perkecambahan sampai pertumbuhan
tanaman (Fallah, 2006).

Menurut Wahid (2006), kemasaman tanah merupakan kendala paling


inherence dalam pengembangan pertanian di lahan sulfat masam. Tanaman
tumbuh normal (sehat) umumnya pada pH 5,5 untuk tanah gambut dan pH 6,5
untuk tanah mineral, pada jarak 50 cm dari permukaan tanah. Pada kebanyakan
spesies, pengaruh jenis-jenis garam umumnya tidak khas terhadap tumbuhan
tanaman tetapi lebih tergantung pada konsentrasi total garam.
DAFTAR PUSTAKA

Fallah, Affan Fajar. 2006. Perspektif Pertanian dalam Lingkungan yang


Terkontrol. http://io.ppi jepang.org. Diakses pada tanggal 5 Juli 2009.

Haryati. 2008. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil


Tanaman http://library.usu.ac.id/download/fp/hslpertanian-haryati2.pdf.
Diakses pada tanggal 5 Juli 2009.

Hamim, Didy Sopandie, dan Muhammad Jusuf. 1996. Beberapa Karakteristik


Morfologi Dan Fisiologi Kedelai Toleran Dan Peka Terhadap Cekaman
Kekeringan. Bogor.

Hanum, C., Wahyu Q. Mugnisjah, Sudirman Yahya, Didi Sopandy, Komarudin


Idris, dan Asmarlaili Sahar. 2007. Pertumbuhan Akar Kedelai pada
Cekaman Aluminium, Kekeringan dan Cekaman Ganda Aluminium dan
Kekeringan. Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali –
Indonesia.

Hidayat. 2002. Cekaman Pada Tumbuhan. http://www.scribd.com/document


_downloads/ 13096496?extension=pdf &secret_password=. Diakses pada
tanggal 5 Juli 2009.

Lakitan, Benyamin. 1996. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.

Maestri, M., F.M. Da Matta, A.J. Regazzi & R.S. Barros. 1995. Accumulation of
proline and quartenary ammonium compounds in mature leaves of water
stressed coffee plants (Coffea arabica and C. canephora).

Munns, R., 2002. Comparative physiology of salt and water stress. Plant cell and
enviroment. (25): 29-250.

Saliybury, Ross. 1996. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai